Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN, LAMA SAKIT DAN TEKANAN

INTRAOKULER TERHADAP KUALITAS HIDUP PENDERITA GLAUKOMA


The Relationship between Knowledge, Sickness Period, and Intraocular Pressure to the Quality of Life of
Glaucoma Patients

Efifta Pratama Ananda


FKM Universitas Airlangga, efifta.pratama@gmail.com
Alamat Korespondensi: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Berdasarkan data Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2008, prevalensi nasional glaukoma sebesar
0,5%. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua setelah katarak yang bersifat permanen atau
irreversible sehingga penderita glaukoma harus melakukan pengobatan secara terus-menerus. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, lama sakit, dan tekanan intraokuler terhadap
kualitas hidup penderita glaukoma. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
menggunakan studi desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah penderita glaukoma primer
dan glaukoma sekunder yang melakukan perawatan di Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya yang dipilih
menggunakan systematic random sampling sebanyak 68 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara kepada penderita glaukoma dan berdasarkan data rekam medis. Pengolahan data menggunakan
analisis uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara pengetahuan (p =
0,033) dan lama sakit (p = 0,035), sedangkan tekanan intraokuler tidak berhubungan (p = 0,317) dengan
kualitas hidup penderita glaukoma di Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah pengetahuan dan lama sakit berhubungan dengan kualitas hidup penderita glaukoma, sedangkan
tekanan intraokuler tidak berhubungan dengan kualitas hidup penderita glaukoma. Saran yang dapat
diberikan adalah meningkatkan pengetahuan kepada penderita glaukoma, salah satunya dengan melakukan
pengobatan secara teratur untuk meningkatkan kualitas hidup.

Kata Kunci: kualitas hidup, glaukoma, pengetahuan, lama sakit

ABSTRACT
Based on data from Indonesia basic health research (Riskesdas) in 2008, the national prevalence of
glaucoma was 0.5%. Glaucoma is the second leading cause of blindness after cataracts that are permanent
or irreversible so that glaucoma patients must take continuous treatment. This research was conducted to
determine the relationship between knowledge, duration of illness, and intraocular pressure on the quality of
life of glaucoma patients. This research was an observational analytic study using a cross-sectional design
study. The sample in this study were patients with primary glaucoma and secondary glaucoma who were
treated at Mata Undaan Hospital Surabaya, which were selected using a systematic random sampling of 68
people. Data collection was carried out by interviewing glaucoma patients and based on medical records.
Data processing using Chi-Square test analysis. The results showed that there was a relationship between
knowledge (p = 0.033) and duration of illness (p = 0.035), whereas intraocular pressure was not related (p
= 0.317) with the quality of life of glaucoma patients at Mata Undaan Hospital in Surabaya. The conclusion
of this study is that knowledge and duration of illness are related to the quality of life of glaucoma patients,
whereas intraocular pressure is not related to the quality of life of glaucoma patients. The advice that can be
given is to increase knowledge of glaucoma patients, one of them is by taking regular medication to improve
the quality of life.

Keywords: the quality of life, glaucoma, knowledge, sickness period

PENDAHULUAN operasi. Berbeda dengan katarak, glaukoma


merupakan penyakit mata yang berjalan secara
Kebutaan masih menjadi masalah kesehatan di progresif. Hal ini menyebabkan gejala penyakit
Indonesia. Glaukoma merupakan penyebab glaukoma tidak dirasakan oleh penderitanya dan
kebutaan kedua setelah katarak. Berbeda dengan penyakit ini bersifat permanen atau tidak dapat
glaukoma katarak masih bisa disembuhkan melalui diperbaiki (irreversible) meskipun dengan jalan

©2016 FKM_UNAIR All right reserved. Open access under CC BY– SA license doi: 10.20473/jbe.v4i2.2016.288–300
Received 4 July 2016, received in revised form 21 July 2016, Accepted 29 July 2016, Published online: 31 December 2016
Efifta Pratama Ananda, Hubungan Pengetahuan, Lama Sakit dan Tekanan ... 289

operasi. Selain itu, kebutaan akibat glaukoma ini (1,21%), Sumatera Barat (1,14%), Kalimantan
bersifat menetap (Kemenkes RI, 2015). Selatan (1,05%), Nusa Tenggara Barat (0,73%),
Glaukoma merupakan penyakit yang Sumatera Selatan (0,72%), Gorontalo (0,67%),
mengakibatkan kerusakan saraf optik sehingga dan Jawa Timur (0,55%) (Depkes RI, 2008).
terjadinya gangguan pada sebagian atau seluruh Berdasarkan persentase hasil Riset Kesehatan
lapang pandang, yang diakibatkan oleh tingginya Dasar tersebut diduga masih banyak penderita
tekanan bola mata seseorang, biasanya disebabkan glaukoma yang belum terdeteksi dikarenakan gejala
karena adanya hambatan pengeluaran cairan bola penyakit glaukoma yang sering tidak disadari oleh
mata (humor aquous) (Kemenkes RI, 2015). Bola penderitanya karena menyerupai gejala penyakit
mata yang terlalu banyak dimasuki air tidak dapat lain sehingga berakibat pada diagnosis penyakit
meledak, tetapi akan melembung ke daerah yang glaukoma yang terlambat yang mengakibatkan
paling lemah pada papil optik atau sklera tempat terjadinya kebutaan total pada penderitanya. Maka
saraf optik keluar. Saraf optik terdiri atas jutaan sel dari itu penyakit glaukoma disebut dengan pencuri
saraf yang panjang dan sangat tipis dengan diameter penglihatan (Kemenkes RI, 2015).
kurang lebih 1/20.000 inci. Apabila tekanan bola Pada tahun 2008 dilakukan penelitian oleh
mata naik, maka serabut saraf yang berfungsi untuk Departemen Mata Fakultas Kedokteran Universitas
membawa informasi penglihatan ke otak ini akan Indonesia yaitu Jakarta Urban Eye Health Study.
tertekan, rusak serta mati sehingga mengakibatkan Penelitian tersebut dilakukan karena belum ada
kehilangan fungsi penglihatan yang permanen. data terbaru mengenai penyebab dan prevalensi
Pengobatan yang teratur serta diagnosis penyakit kebutaan di Indonesia. Penelitian tersebut bertujuan
glaukoma secara dini dapat menghindari kerusakan salah satunya adalah untuk memprediksi prevalensi
saraf optik lebih lanjut (Ilyas, 2007). katarak, glaukoma, retinopati diabetikum, Age
Berdasarkan penyebabnya, glaukoma dapat Related Macular Degenaration, katarak kongenital
diklasifikasikan menjadi tiga yaitu glaukoma primer, yang merupakan penyebab kebutaan utama di
glaukoma sekunder, dan glaukoma kongenital. Indonesia. Hasil dari penelitian tersebut untuk
Glaukoma primer merupakan glaukoma yang penyakit glaukoma yaitu prevalensi glaukoma
tidak diketahui penyebabnya. Glaukoma primer primer sudut tertutup sebesar 1,89%, glaukoma
dibedakan menjadi dua jenis yaitu glaukoma primer primer sudut terbuka 0,48%, dan glaukoma sekunder
sudut terbuka dan glaukoma primer sudut tertutup. 0,16% (Kemenkes RI, 2015).
Perbedaan antara glaukoma primer sudut terbuka Menurut WHO, penyakit glaukoma
dan sudut tertutup yaitu glaukoma primer sudut mengakibatkan kebutaan pada 3,2 juta orang di dunia
terbuka bersifat kronis, dan glaukoma primer (Kemenkes RI, 2015). Diperkirakan jumlah kebutaan
sudut tertutup biasanya bersifat akut atau kronis. akibat glaukoma pada tahun 2010 adalah sebanyak
Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang 60.500.000, sedangkan pada tahun 2020 jumlah
terjadi akibat penyakit lain yaitu trauma mata, penderita glaukoma diperkirakan meningkat menjadi
pembedahan (misalnya pada setelah pembedahan 76.600.000 seiring dengan meningkatnya populasi
katarak yang mengakibatkan bilik mata depan orang dengan lanjut usia. Sebanyak 74% kebutaan
yang tidak terbentuk dengan cepat), kelainan akibat glaukoma berasal dari bentuk glaukoma sudut
lensa, kelainan uvea, penggunaan kortikosteroid terbuka primer. Sedangkan di wilayah Asia, kebutaan
yang berlebihan, dan penyakit sistemik lainnya akibat glaukoma paling banyak berasal dari bentuk
seperti DM dan hipertensi. Glaukoma konginental glaukoma sudut tertutup primer akut yaitu sebanyak
adalah glaukoma yang ditemukan sejak lahir yang 87%. Glaukoma juga banyak terjadi pada usia di atas
menyebabkan pembesaran mata bayi karena sistem 40 tahun (Budiono dkk., 2013).Jenis glaukoma akut
saluran pembuangan di dalam mata yang tidak merupakan glaukoma yang mengancam terjadinya
berfungsi dengan baik (Kemenkes RI, 2015). kebutaan karena datangnya sering tidak disadari oleh
Prevalensi glaukoma menurut hasil Riset penderitanya. Gejala yang ada pada glaukoma akut
Kesehatan Dasar pada tahun 2007 menunjukkan hampir sama dengan gejala penyakit lain sehingga
hasil bahwa prevalensi nasional glaukoma sebesar dapat menyebabkan kesalahan diagnosis. Gejala
0,5%. Terdapat 10 provinsi di Indonesia yang tersebut seperti sakit kepala karena hipertensi,
memiliki prevalensi diatas prevalensi nasional, yaitu muntah, flu, dan yang lainnya.
DKI Jakarta (1,85%), Nanggroe Aceh Darussalam Penelitian yang dilakukan di RSUP Dr. Cipto
(1,28%), Kepulauan Riau (1,26%), Sulawesi Tengah Mangunkusumo di Jakarta pada bulan Juli 2005
290 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 288–300

hingga bulan Juni 2006 dengan 76 pasien glaukoma Jumlah Penderita Glaukoma Bulan
menunjukkan bahwa sebanyak 35,1% penderita Januari-Mei 2015 di Rumah Sakit
glaukoma yang datang ke pelayanan kesehatan telah Mata Undaan Surabaya
mengalami glaukoma ringan atau sedang. Sebanyak
600
51,4% yang datang ke pelayanan kesehatan telah
mengalami glaukoma dengan keadaan lanjut. 400
Sisanya sebanyak 13,5% telah mengalami buta total 200
(glaukoma absolut) (Kemenkes RI, 2015).
0
Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya merupakan
salah satu rumah sakit mata sebagai pusat rujukan di
Indonesia Timur. Tim dokter spesialis mata yang
berpengalaman di bidangnya memberikan pelayanan
kesehatan mata tingkat 3 (tertier) di bidang katarak, Gambar 1. Jumlah Penderita Glaukoma Bulan
glaukoma, kornea dan penyakit infeksi, onkologi, Januari–Mei 2015 di RS Mata
okulaplasti-rekonstruksi, pediatrik oftalmologi dan Undaan Surabaya
strabismus, vitreo retina, bedah refraksi. Selain itu,
pada tahun 2013 Komite Asosiasi Rumah Sakit
(KARS) Indonesia memberikan Akreditasi tingkat penderita glaukoma berkurang setiap harinya dan
Paripurna kepada Rumah Sakit Mata Undaan adanya ketakutan penderita glaukoma akan kebutaan
Surabaya (RS Mata Undaan, 2015). pada matanya (Carassco dkk., 2008).
Berdasarkan data rekam medis RS Mata Undaan Kualitas hidup adalah refleksi dari kesejahteraan
Surabaya pada tahun 2011–2014 diketahui bahwa seseorang, kemampuan untuk menjalankan hidup
jumlah pasien glaukoma mengalami kenaikan dan yang bahagia. Kualitas hidup mencakup dimensi
penurunan setiap tahunnya. Glaukoma merupakan kemampuan fisik, kesehatan mental, persepsi
penyakit di mana penderitanya perlu pengobatan kesehatan secara umum, fungsi sosial, dan
dan monitoring terus menerus. Oleh karena itu, rasio kemandirian. Masing-masing individu mempunyai
antara pasien baru dan pasien lama idealnya kecil. komponen kualitas hidup yang berbeda-beda
(Kemenkes RI, 2015). (Skalicky dan Goldberg, 2012).
RS Mata Undaan Surabaya membagi penyakit Pengukuran kualitas hidup seseorang
glaukoma ke dalam beberapa jenis yaitu glaucoma merupakan hal yang sulit dilakukan oleh dokter,
suspect, primary open angle glaucoma, primary tetapi sangat penting dilakukan untuk penderita
angle closure glaucoma, glaucoma secondary to eye glaukoma. Penilaian kualitas hidup dapat
trauma, glaucoma secondary to eye inflammation, digunakan untuk melihat efektivitas pengobatan
glaucoma secondary to eye disorders, glaucoma yang telah dilakukan, mengetahui apakah
secondary to drugs, dan glaucoma unspectified. terdapat peningkatan beban visual atau perubahan
Primary open angle glaucoma merupakan jenis kemampuan fungsional dari waktu ke waktu, selain
glaukoma yang paling banyak terdapat di RS itu dapat memutuskan pengobatan apa yang akan
Mata Undaan Surabaya untuk setiap bulannya diberikan kepada penderita glaukoma. Penurunan
dibandingkan dengan jenis glaukoma yang lain. kualitas hidup penderita glaukoma dapat terjadi
Jumlah kunjungan penderita glaukoma di Rumah karena beberapa penyebab antara lain kecemasan
Sakit Mata Undaan Surabaya pada bulan Januari akan terjadinya kebutaan sejak awal terdiagnosa
hingga Mei 2015 adalah sebagai berikut: penyakit glaukoma, penurunan fungsi penglihatan
Glaukoma merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-
mata yang mempengaruhi fungsi penglihatan hari, rasa tidak nyaman pada pengobatan yang
penderitanya, selain itu pengobatan glaukoma dilakukan, adanya efek samping dari pengobatan,
yang harus dilakukan secara terus menerus, serta maupun biaya pengobatan itu sendiri (Rosalina
memerlukan pengawasan dokter seumur hidup dapat dan Harijo, 2011). Efek lain dari glaukoma adalah
mempengaruhi kualitas hidup dan menyebabkan kehilangan sensitivitas kontras, masalah sensitivitas
beban psikologis terhadap penderita glaukoma. cahaya yang dapat mempengaruhi fungsi sehari-
Pengaruh tersebut dimulai sejak awal diagnosis hari. Apabila penderita glaukoma berumur di atas
penyakit glaukoma di mana perjalanan penyakit yang 40 tahun hendaknya tidak melakukan perjalanan
berjalan secara progresif mengakibatkan penglihatan di malam hari, atau bisa melakukan perjalanan di
Efifta Pratama Ananda, Hubungan Pengetahuan, Lama Sakit dan Tekanan ... 291

siang hari dengan menggunakan bantuan kacamata perbandingan. Apabila digunakan terhadap penderita
(Watkinson, 2010). glaukoma, keparahan dari bidang visual berkorelasi
Indikator yang biasanya digunakan untuk dengan keseluruhan nilai NEI-VFQ 25 (Spratt dkk.,
menilai perkembangan penyakit glaukoma adalah 2008).
pemeriksaan perimetri, tajam penglihatan dan Informasi mengenai kualitas hidup penderita
tekanan intraokuler. Pemeriksaan tersebut hanya glaukoma masih sangat sedikit, baik dari indikator
menunjukkan indikator klinis dan tidak dapat klinis maupun kemampuan penderita dalam
menunjukkan aktivitas apa saja yang masih melakukan aktivitasnya yang berhubungan dengan
dapat atau tidak dapat dilakukan oleh penderita penglihatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
glaukoma karena adanya keterbatasan pada fungsi mengidentifikasi karakteristik responden penderita
penglihatannya. Sehingga tidak dapat menunjukkan glaukoma meliputi umur, jenis kelamin, tingkat
pengaruh dari perjalanan penyakit glaukoma pendidikan, jenis glaukoma dan jenis pengobatan
terhadap kondisi fungsional dan kualitas hidup serta untuk menganalisis variabel yang berhubungan
secara keseluruhan (Rosalina dan Harijo, 2011). dengan kualitas hidup penderita glaukoma. Variabel
Belum banyak orang yang mengetahui penyakit yang diteliti meliputi pengetahuan, lama sakit dan
glaukoma sehingga berdampak pada menunda atau tekanan intraokuler terhadap kualitas hidup penderita
ketidakpatuhan terhadap pengobatan yang dapat glaukoma di RS Mata Undaan Surabaya.
mengakibatkan hilangnya penglihatan. Kepatuhan
dalam pengobatan sangat penting bagi penderita METODE
glaukoma karena kerusakan penglihatan akibat
Penelitian ini merupakan penelitian
glaukoma dapat ditekan dengan melakukan
observasional analitik. Studi analitik karena
pengobatan secara teratur untuk menurunkan atau
bertujuan untuk memperoleh penjelasan mengenai
menstabilkan tekanan bola mata dan mencegah
faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup
kerusakan penglihatan lebih lanjut. Penelitian di
penderita glaukoma. Bersifat observasional karena
Shanghai menunjukkan bahwa penderita glaukoma
penelitian ini hanya mengamati perjalanan alamiah
yang memiliki pengetahuan lebih baik mengenai
suatu peristiwa yaitu perjalanan penyakit glaukoma,
glaukoma mempunyai kualitas hidup yang lebih baik
tanpa memberikan perlakuan terhadap subjek
daripada penderita lainnya. Hal ini menunjukkan
penelitian. Penelitian ini menggunakan studi desain
adanya hubungan antara pemahaman glaukoma,
potong lintang (cross sectional) karena mempelajari
kecemasan, depresi, dan kualitas hidup (Mei dkk.,
hubungan antara paparan dan penyakit dalam waktu
2014).
yang sama. Penderita glaukoma diamati secara
Ada beberapa instrumen yang digunakan
serentak pada satu waktu atau periode.
dalam pengukuran kualitas hidup penderita
Penelitian dilakukan di poliklinik Rumah Sakit
glaukoma. Salah satu instrimen yang digunakan
Mata Undaan Surabaya. Penelitian ini dilakukan
untuk mengukur kualitas hidup penderita glaukoma
pada bulan Juni tahun 2015. Populasi yang
adalah The National Eye Institute-Visual Function
digunakan dalam penelitian ini adalah semua pasien
Questionnaire 25 (NEI-VFQ 25). Kuisioner NEI-
penderita glaukoma yang melakukan pengobatan di
VFQ 25 merupakan kuisioner yang berhubungan
poliklinik, tercantum di dalam rekam medis Rumah
dengan fungsi penglihatan seseorang. NEI-VFQ
Sakit Mata Undaan Surabaya pada bulan Juni 2015,
25 bertujuan untuk menciptakan suatu survei yang
dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kriteria
digunakan untuk mengukur dimensi diri terhadap
inklusi di dalam penelitian ini adalah penderita
status kesehatan. Kuisioner tersebut sangat penting
yang didiagnosis glaukoma dengan jenis glaukoma
bagi seseorang yang menderita penyakit mata kronis
primer dan glaukoma sekunder, sedangkan kriteria
karena kuisioner ini digunakan untuk mengukur
eksklusi di dalam penelitian ini adalah penderita
pengaruh kecacatan visual dan gejala yang dirasakan
yang didiagnosis glaukoma suspek dan glaukoma
pada mata. Selain itu, dapat digunakan untuk melihat
unspectified.
keadaan emosional dan fungsi penglihatan pada
Besar sampel dihitung dengan menggunakan
saat melakukan kegiatan sehari-hari. Terdapat 51
rumus perhitungan sampel acak sistematik
pertanyaan lalu dikembangkan lagi menggunakan
(systematic random sampling), karena tidak ada
25 pertanyaan (NEI-VFQ 25). Kedua kuisioner
daftar yang pasti mengenai jumlah pengunjung
tersebut memiliki validitas apabila digunakan secara
poliklinik Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya
luas untuk menilai penyakit mata, dan melakukan
292 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 288–300

setiap harinya yang melakukan pengobatan. Rumus waktu itu dilakukan pengambilan data, jadi tekanan
perhitungan sampel menggunakan rumus menurut intraokuler hanya diambil sekali saja pada waktu
Kuntoro (2008), dengan jumlah populasi rata-rata pengambilan data tersebut. Variabel ini dikategorikan
penderita glaukoma yang berkunjung ke poliklinik menjadi dua kategori yaitu normal (10–21 mmHg)
Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya yaitu 395 dan tinggi (> 21 mmHg).
penderita glaukoma didapatkan jumlah sampel Sebelum dilakukan pengumpulan data,
minimal yang dijadikan responden penelitian yaitu penelitian ini sudah dilakukan uji etik (ethical
61 orang responden. Tetapi di dalam penelitian ini clearance) oleh Komite Etik Penelitian Kesehatan
menggunakan jumlah sampel sebanyak 68 orang Fakultas Kesehatan Masyarakat di Fakultas
responden. Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Variabel yang diteliti terdiri dari variabel Surabaya pada bulan Juni 2015. Selanjutnya
independent yaitu pengetahuan, lama sakit, tekanan dilakukan pengumpulan data berupa data primer
intraokuler dan variabel dependent yaitu kualitas yang diperoleh melalui wawancara secara langsung
hidup penderita glaukoma. Kualitas hidup penderita kepada penderita glaukoma yang sedang melakukan
glaukoma diukur menggunakan kuisioner The pengobatan di poliklinik Rumah Sakit Mata Undaan
National Eye Institute-Visual Function Questionnaire Surabaya dengan menggunakan instrumen penelitian
25 (NEI-VFQ 25) yang terdiri dari 25 pertanyaan berupa kuisioner penelitian. Sebelum dilakukan
dan dibagi menjadi 12 aspek yaitu mengenai pengumpulan data primer didahului dengan
kesehatan secara umum, kesehatan mata, rasa tidak melakukan penjelasan singkat kepada responden
nyaman atau rasa sakit pada mata, penglihatan mengenai kesediaan responden untuk mengikuti
aktivitas jarak dekat, penglihatan aktivitas jarak penelitian. Variabel yang merupakan data primer
jauh, fungsi sosial, kesehatan mental, keterbatasan yaitu variabel pengetahuan, lama sakit, dan kualitas
melakukan pekerjaan, kemandirian, kemampuan hidup. Pengumpulan data sekunder yang diambil
mengemudi, penglihatan mengenai warna, dan berupa kejadian glaukoma di Rumah Sakit Mata
penglihatan di sekeliling. Kualitas hidup yang Undaan Surabaya dan variabel tekanan intraokuler
didapatkan dari hasil wawancara melalui kuisioner yang diambil melalui rekam medis pasien.
NEI-VFQ 25dengan 25 pertanyaan tersebut yang Setelah data dikumpulkan, dilakukan pengolahan
terdiri dari 12 aspek selanjutnya dilakukan skoring data menggunakan analisis secara deskriptif dalam
dengan menjumlahkan keseluruhan hasil dan dibagi bentuk tabel dan distribusi frekuensi. Selanjutnya,
dengan 12. Hasil skoring tersebut selanjutnya akan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
dikategorikan menjadi dua kategori yaitu kualitas variabel dependent dengan variabel independent
hidup kurang apabila hasil skoring menunjukkan dilakukan uji statistik Chi-square (χ2) menggunakan
< 60 dan kualitas hidup baik apabila hasil skoring SPSS dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Apabila
menunjukkan ≥ 60. persyaratan tabel 2 × 2 terpenuhi maka yang dibaca
Variabel pengetahuan dikategorikan menjadi dua adalah Continuity Correction dan apabila tidak
kategori yaitu pengetahuan kurang dan pengetahuan memenuhi syarat maka yang dibaca adalah Fisher’s
baik. Pengetahuan kurang apabila hasil skoring Exact Test. Nilai Cramer’s V digunakan untuk
menunjukkan nilai< 50% dan pengetahuan baik melihat tingkat hubungan antara variabel dependent
apabila total skoring menunjukkan nilai ≥ 50%. dan variabel independent yang diteliti.
Pertanyaan untuk variabel pengetahuan berkaitan
dengan pengetahuan responden mengenai penyakit HASIL
glaukoma yang terdiri dari 10 pertanyaan.
Karakteristik responden berdasarkan hasil
Variabel lama sakit merupakan waktu di mana
perhitungan kualitas hidup penderita glaukoma di
responden ditetapkan sebagai pasien glaukoma di
Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya menunjukkan
Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya. Variabel lama
hasil bahwa responden yang memiliki kualitas
sakit dikategorikan menjadi dua kategori yaitu lama
hidup kurang sebesar 31 orang dengan persentase
sakit < 18 bulan dan lama sakit ≥ 18 bulan. Variabel
45,6%, sedangkan jumlah penderita glaukoma
ini ditanyakan langsung kepada responden.
yang memiliki kualitas hidup baik sebanyak 37
Variabel tekanan intraokuler merupakan hasil
orang dengan persentase 54,4%. Dari hasil tersebut
pengukuran menggunakan alat tonometri. Variabel
maka dapat diketahui bahwa penderita glaukoma di
tekanan intraokuler yang diambil dari rekam medis
Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya paling banyak
pasien adalah hasil pemeriksaan pasien yang pada
mempunyai kualitas hidup yang baik.
Efifta Pratama Ananda, Hubungan Pengetahuan, Lama Sakit dan Tekanan ... 293

Pada penelitian ini, responden dengan umur Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden
paling banyak adalah berumur ≥ 60 tahun yang Penderita Glaukoma di Rumah Sakit Mata
berjumlah 42 orang dengan persentase sebesar Undaan Surabaya Tahun 2015
61,8%. Responden yang berumur < 60 tahun
Karakteristik Responden n %
berjumlah 26 orang dengan persentase 38,2%. Umur
Umur
paling muda adalah 18 tahun dan yang paling tua ≥ 60 tahun 42 61,8
mempunyai umur 86 tahun. < 60 tahun 26 32,8
Berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar Jenis kelamin
responden adalah berjenis kelamin perempuan. Laki-laki 27 39,7
Responden yang berjenis kelamin perempuan Perempuan 41 60,3
adalah 41 orang atau sebesar 60,3%. Responden Tingkat pendidikan
yang berjenis kelamin laki-laki adalah 27 orang atau Rendah 37 54,4
sebesar 39,7%. Tinggi 31 45,6
Berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan Jenis glaukoma
bahwa responden yang berpendidikan rendah Glaukoma primer sudut terbuka 47 69,1
Glaukoma primer sudut tertutup 11 16,2
sebanyak 37 orang dengan persentase sebesar
Glaukoma sekunder 10 14,7
54,4% dan yang berpendidikan tinggi sebanyak
Jenis pengobatan
31 orang dengan persentase sebesar 45,6%. Pada Medis 28 41,2
umumnya responden penderita glaukoma di RS Medis dan laser 14 20,6
Mata Undaan Surabaya termasuk berpendidikan Medis dan bedah 23 33,8
rendah. Responden dikatakan berpendidikan rendah Medis, laser, dan bedah 3 4,4
apabila tidak tamat SD, SD, dan SMP. Pendidikan Total 68 100
tinggi apabila responden telah menjalani pendidikan
SMA/ sederajat dan perguruan tinggi. Berdasarkan tingkat pengetahuan jumlah
Berdasarkan penyebab penyakitnya glaukoma responden yang memiliki pengetahuan baik dan
dibedakan menjadi glaukoma primer dan glaukoma kurang jumlahnya hampir sama, tetapi masih lebih
sekunder. Glaukoma primer terdiri dari glaukoma banyak responden dengan pengetahuan yang baik.
primer sudut terbuka dan glaukoma primer sudut Responden yang berpengetahuan baik berjumlah
tertutup. Responden yang mengalami glaukoma 37 orang atau sekitar 54,4%. Sedangkan responden
primer sudut terbuka adalah 47 orang atau sebesar yang berpengetahuan rendah jumlahnya yaitu
69,1%; glaukoma primer sudut tertutup sebanyak 31 orang atau sekitar 45,6%.
11 orang atau sekitar 16,2%; sedangkan yang Berdasarkan lama sakit glaukoma didapatkan
mengalami glaukoma sekunder sebanyak 10 orang hasil sebanyak 51 orang atau sekitar 75% responden
atau sekitar 14,7%. Dari distribusi jenis glaukoma telah menderita glaukoma selama < 18 bulan.
yang paling banyak diderita responden adalah jenis Sebanyak 17 orang atau sekitar 25% responden
glaukoma primer sudut terbuka. menderita glaukoma selama ≥ 18 bulan. Responden
Pengobatan glaukoma yang ada di Rumah penderita glaukoma paling banyak mengalami sakit
Sakit Mata Undaan Surabaya terdiri dari perawatan glaukoma selama < 18 bulan.
medis (obat), laser, dan bedah. Responden paling Responden yang memiliki tekanan intraokuler
banyak melakukan pengobatan medis atau dengan normal berjumlah 57 orang atau dengan persentase
menggunakan obat minum atau obat tetes mata yaitu sebesar 83,8%. Responden yang memiliki tekanan
sebanyak 28 orang atau sebesar 41,2%. Responden intraokuler tinggi adalah 11 orang dengan persentase
yang melakukan pengobatan medis dan laser sebesar 16,2%. Tekanan intraokuler yang normal
berjumlah 14 orang atau sebesar 20,6%. Responden paling banyak terdapat pada responden penderita
yang melakukan pengobatan medis dan bedah glaukoma.
berjumlah 23 orang atau sebesar 33,8%. Responden Tabel 2 menunjukkan hasil ada tidaknya
yang melakukan pengobatan medis, laser dan bedah hubungan antara variabel independent yaitu
jumlahnya paling sedikit yaitu 3 orang atau sebesar variabel pengetahuan, lama sakit dan tekanan
4,4%. intraokuler dengan variabel dependent yaitu kualitas
294 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 288–300

Tabel 2. Analisis Hubungan Pengetahuan, Lama Sakit dan Tekanan Intraokuler terhadap Kualitas Hidup
Penderita Glaukoma di Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya Tahun 2015
Kualitas Hidup
Total
Variabel Kurang Baik P c
n % n % n %
Pengetahuan
Kurang 19 61,3 12 38,7 31 100 0,033 0,289
Baik 12 32,4 25 67,6 37 100
Lama Sakit
< 18 bulan 19 37,3 32 62,7 51 100 0,035 0,290
≥ 18 bulan 12 70,6 5 29,4 17 100
Tekanan Intraokuler
Normal 28 49,1 29 50,9 57 100 0,317 0,162
Tinggi 3 27,3 8 72,7 11 100
Total 68 100

hidup penderita glaukoma. Setelah dilakukan uji PEMBAHASAN


statistik Chi-Square didapatkan hasil bahwa ada Identifikasi Karakteristik Responden Penderita
hubungan antara pengetahuan dengan kualitas hidup Glaukoma
penderita glaukoma. Hasil tersebut karena nilai
signifikansi (p) sebesar 0,033 pada α = 0,05. Nilai Kualitas hidup di dalam penelitian ini
p < α yang menunjukkan hasil Ho ditolak yang merupakan hasil skoring dari 12 aspek kualitas
artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan hidup yang ada pada kuisioner NEI-VFQ 25. Tidak
kualitas hidup penderita glaukoma di Rumah Sakit mudah untuk mengukur kualitas hidup seseorang.
Mata Undaan Surabaya. Koefisien asosiasi yang Kualitas hidup penderita glaukoma dapat diukur
dilihat berdasarkan nilai Cramer’s V menunjukkan menggunakan kuisioner, tetapi juga tergantung pada
nilai 0,289 yang berarti tingkat hubungan antara evaluasi subjektif dari penderitanya. Banyak faktor
pengetahuan dengan kualitas hidup penderita yang berhubungan dengan kualitas hidup penderita
glaukoma bersifat lemah. glaukoma diantaranya ketidakmampuan penglihatan,
Hasil analisis menunjukkan ada hubungan masalah minum obat glaukoma, efek samping obat,
antara variabel lama sakit dengan kualitas hidup ketidakcocokan pengobatan, atau kesehatan mental
penderita glaukoma. Hal ini karena setelah penderitanya. Dalam jangka panjang pengobatan
dilakukan uji statistik Chi-Square menunjukkan nilai glaukoma sangat diperlukan untuk menambah angka
signifikansi (p) sebesar 0,035 pada α = 0,05. Nilai harapan hidup penderitanya (Iester dan Zingrian,
p < α yang menunjukkan hasil Ho ditolak yang 2002).
artinya ada hubungan antara lama sakit dengan Menurut Ilyas (2007), glaukoma terutama
kualitas hidup penderita glaukoma di Rumah Sakit terdapat pada orang dengan usia lanjut walaupun
Mata Undaan Surabaya. Koefisien asosiasi yang dapat mengenai semua umur. Hal ini sejalan dengan
dilihat berdasarkan nilai Cramer’s V menunjukkan hasil penelitian di mana responden penderita
nilai 0,290 yang berarti tingkat hubungan antara glaukoma berumur mulai dari 18 tahun hingga umur
lama sakit dengan kualitas hidup penderita glaukoma 86 tahun. Hasil penelitian menunjukkan responden
di Rumah Sakit Mata Undaan bersifat lemah. paling banyak berumur ≥ 60 tahun. Umur ≥ 60
Pada penelitian yang telah dilakukan, didapatkan tahun merupakan usia lanjut sesuai dengan Undang-
hasil bahwa tidak ada hubungan antara tekanan Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998
intraokuler dengan kualitas. Uji statistik Chi-square tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, disebut lanjut
menunjukkan nilai signifikansi p value = 0,317 pada usia apabila orang tersebut telah mencapai umur 60
α = 0,05. Nilai p > α artinya Ho diterima sehingga (enam puluh) tahun ke atas. Selain itu, penelitian
tidak ada hubungan antara tekanan intraokuler yang dilakukan oleh Rosalina dan Harijo (2011),
dengan kualitas hidup penderita glaukoma di Rumah mengenai kelainan lapang pandang dan kualitas
Sakit Mata Undaan Surabaya. hidup pasien glaukoma primer sudut terbuka di
Efifta Pratama Ananda, Hubungan Pengetahuan, Lama Sakit dan Tekanan ... 295

RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang melibatkan 20 pada perempuan cenderung memiliki segmen
responden menunjukkan hasil bahwa kelompok anterior lebih kecil dan axial length lebih pendek
umur terbanyak penderita glaukoma berada pada daripada laki-laki (Budiono dkk., 2013).Menurut
rentang umur 61–70 tahun. Vajaranant (2015), glaukoma terbanyak terdapat
Menurut Ilyas (2007), sebaiknya seseorang yang pada perempuan hal ini berkaitan dengan jumlah
berumur lebih dari 35 tahun harus mengenal penyakit populasi perempuan lebih banyak daripada jumlah
glaukoma yang bertujuan untuk mencegah terjadinya laki-laki meskipun ada beberapa faktor biologis
kebutaan akibat glaukoma karena kebutaan akibat dan non biologis yang mempengaruhi jumlah
glaukoma terbanyak terjadi pada umur 40-60 tahun. penderita glaukoma seperti keadaan sosial ekonomi,
Setelah seseorang tersebut buta akibat glaukoma budaya, pengetahuan kesehatan dan akses menuju
maka fungsi penglihatannya tidak dapat diperbaiki pelayanan kesehatan. Mengenai faktor biologis,
lagi. Penderita glaukoma sering kali merasakan sakit perempuan berisiko untuk terkena glaukoma
pada sekitar mata dan daerah belakang kepala bagian primer sudut tertutup, tetapi ada kecenderungan
mata yang mendapatkan serangan. Akibat rasa sakit pula untuk terkena glaukoma primer sudut terbuka.
tersebut biasanya ditandai gejala mual dan muntah. Perempuan memiliki hormon yang memberikan
Semakin berusia lanjut, maka semakin besar perlindungan pada saraf optik, setelah menopouse
risiko untuk terjadinya glaukoma. Kondisi tubuh perempuan mungkin kehilangan fungsi perlindungan
seseorang juga semakin menurun khususnya tersebut sehingga perempuan berisiko untuk terkena
keadaan fisiologis sejalan dengan bertambahnya glaukoma primer sudut terbuka daripada orang
umur seseorang. Glaukoma merupakan penyakit dengan jenis kelamin laki-laki. Mengenai faktor
yang tidak dapat dicegah tetapi dapat diatasi untuk non biologis, perempuan di beberapa bagian dunia
mencegah kerusakan lebih lanjut dengan cara deteksi memiliki akses yang kurang untuk akses menuju
dini dan pengobatan teratur. pelayanan kesehatan. Perempuan dengan usia
Secara umum, setiap penyakit dapat menyerang lanjut sangat berisiko terkena glaukoma, maka dari
manusia baik laki-laki maupun perempuan, tetapi itu penting untuk meningkatkan perawatan pada
pada beberapa penyakit terdapat perbedaan frekuensi kelompok tersebut.
antara laki-laki dan perempuan. Hal ini antara Pendidikan secara umum adalah segala upaya
lain disebabkan karena beberapa hal diantaranya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain
perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup, genetika atau baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga
kondisi fisiologis (Budiarto & Anggraeni, 2002). mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku
Pada penelitian ini bila dilihat jumlah responden pendidikan. Dalam penelitian ini membagi tingkat
berdasarkan jenis kelaminnya, responden yang pendidikan menjadi dua kategori yaitu pendidikan
berjenis kelamin perempuan lebih banyak terkena rendah dan pendidikan tinggi. Tingkat pendidikan
glaukoma daripada responden dengan jenis kelamin tinggi adalah tamat/tidak tamat PT, tamat/tidak
laki-laki. Hal ini sejalan dengan penelitian yang tamat SMA dan sederajat. Pendidikan rendah dilihat
dilakukan sebelumnya di RS Mata Undaan Surabaya. berdasarkan tidak sekolah, tamat/tidak tamat SD,
Penelitian yang dilakukan oleh Iriyanti (2012), tamat/tidak tamat SMP dan sederajat (Notoatmodjo,
mengenai faktor risiko yang berhubungan dengan 2003).
kejadian glaukoma di RS Mata Undaan Surabaya Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
menunjukkan hasil bahwa proporsi kejadian bahwa responden glaukoma di RS Mata Undaan
glaukoma paling banyak terdapat pada responden memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Penelitian
yang berjenis kelamin perempuan. Penelitian yang ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
dilakukan oleh Karmila (2012), juga menunjukkan oleh Zhou dkk. (2014), mengenai kualitas hidup
hasil bahwa penderita glaukoma lebih banyak pasien glaukoma di China yang membagi pendidikan
ditemukan pada perempuan daripada laki-laki. menjadi tiga kategori yaitu pendidikan TK atau SD,
Kelainan mata seperti katarak, glaukoma, pendidikan SMP dan SMA, pendidikan perguruan
dan lain-lain lebih banyak dialami oleh wanita tinggi. Pada penelitian tersebut tingkat pendidikan
diakibatkan adanya perubahan pada fungsi penderita glaukoma paling banyak adalah SMP dan
penglihatannya misalnya pada saat kehamilan dan SMA. Menurut (Sarwono, 2004) seseorang dengan
pascamenopouse (Ilyas, 2007). Pada glaukoma sudut tingkat pendidikan yang tinggi belum tentu memiliki
tertutup primer akut perempuan berisiko 2–4 kali pengetahuan yang luas mengenai penyakitnya hal ini
lebih besar daripada laki-laki hal ini karena biometri berpengaruh pada kualitas hidup orang tersebut.
296 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 288–300

Berdasarkan penyebab penyakitnya glaukoma mata dan tablet untuk diminum, tetapi tekanan
diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Penelitian bola mata tidak turun juga maka dilakukan terapi
ini mengklasifikasikan glaukoma menjadi tiga laser. Terapi laser ini dilakukan pada saat penderita
jenis diantaranya glaukoma primer sudut terbuka, glaukoma sambil berobat jalan. Bila penglihatan
glaukoma primer sudut tertutup dan glaukoma tetap berkurang maka dilakukan tindakan yang lebih
sekunder. Responden paling banyak adalah lanjut yaitu bedah (Ilyas, 2007).
responden dengan penyakit glaukoma primer Saraf optik yang rusak akibat glaukoma tidak
sudut terbuka. Hal ini sesuai dengan jumlah pasien dapat diganti dengan saraf optik yang normal atau
glaukoma yang melakukan perawatan di poliklinik tidak mungkin terjadinya perbaikan saraf setelah
RS Mata Undaan Surabaya di mana jenis glaukoma rusak karena glaukoma. Tindakan pemberian obat,
primer sudut terbuka jumlahnya lebih besar daripada pembedahan, ataupun transplantasi di seluruh dunia
jenis glaukoma yang lain. Menurut Budiono dkk. tidak dapat menyembuhkan glaukoma (Ilyas, 2007).
(2013), diperkirakan sebanyak 70 juta orang di dunia Pengobatan glaukoma ini sangat tergantung pada
menderita glaukoma dengan jenis glaukoma sudut jenis glaukoma yang diderita. Tindakan laser atau
terbuka primer sebanyak 90%. Penelitian ini sejalan operasi ini digunakan untuk membuka jalan keluar
dengan penelitian yang dilakukan oleh Zhou dkk. cairan di dalam bola mata sehingga tekanan mata
(2014), pada penelitian tersebut mengklasifikasikan dapat turun ke batas normal. Setelah dilakukan
glaukoma menjadi tiga jenis yaitu glaukoma primer laser atau operasi tetap diperlukan pemantauan oleh
sudut tertutup, glaukoma primer sudut terbuka, dan dokter (Kemenkes RI, 2015).
glaukoma sekunder. Hasil pada penelitian tersebut
glaukoma primer sudut terbuka merupakan jenis Hubungan Pengetahuan terhadap Kualitas Hidup
glaukoma yang paling banyak diderita oleh penderita Penderita Glaukoma
glaukoma di Cina. Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan
Glaukoma primer sudut terbuka ini merupakan (knowledge) adalah hasil tahu setelah seseorang
glaukoma yang tidak memberikan gejala sehingga melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tidak disadari oleh penderitanya. Biasanya penderita tertentu melalui panca indera manusia yaitu indera
glaukoma primer sudut terbuka baru disadari setelah penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba
penglihatannya mulai kabur. Apabila proses yang dan perasa. Sebagian besar pengetahuan manusia
terjadi lebih lanjut penglihatan akan terus berkurang diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
dan penderita glaukoma tersebut dapat mengalami merupakan hal yang penting untuk terbentuknya
kebutaan (Ilyas, 2007). tindakan manusia karena perilaku yang didasarkan
Responden paling banyak menjalani pengobatan atas dasar pengetahuan akan berjalan dalam waktu
glaukoma yaitu pengobatan medis dengan cara yang lama daripada perilaku yang tidak didasarkan
minum obat tablet atau obat tetes mata, terbanyak dengan pengetahuan.
kedua adalah responden yang melakukan Penelitian ini mengkategorikan variabel
pengobatan medis dan bedah. Sebenarnya, pengetahuan menjadi dua kategori yaitu
glaukoma merupakan penyakit yang tidak dapat pengetahuan baik dan pengetahuan kurang. Dari
diobati. Pengobatan glaukoma hanya bertujuan hasil perhitungan didapatkan bahwa responden
untuk mengontrol tekanan bola mata sehingga tidak paling banyak memiliki pengetahuan yang baik
memberikan kerusakan lanjut pada saraf optik dan mengenai penyakit glaukoma. Responden yang
lapang pandang penderitanya sehingga penderita memiliki pengetahuan yang baik cenderung untuk
glaukoma harus menggunakan obat antiglaukoma memiliki kualitas hidup yang baik pula, sedangkan
seumur hidupnya. Perlu adanya komunikasi yang responden yang memiliki pengetahuan yang kurang
baik antara dokter dengan penderita glaukoma untuk paling banyak memiliki kualitas hidup yang kurang.
merencanakan pengobatannya. Selain itu, penting Penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian
untuk menjelaskan manfaat dan efek samping yang dilakukan oleh Mei dkk. (2014), tentang
pengobatan glaukoma. gangguan psikologis dan kualitas hidup penderita
Pengobatan medis yang dilakukan oleh penderita glaukoma di Cina. Penelitian yang dilakukan
glaukoma yaitu penggunaan obat tetes mata yang mengkategorikan pengetahuan menjadi tiga kategori
digunakan setiap hari, bila tekanan bola mata tetap yaitu pengetahuan rendah, pengetahuan sedang,
tidak turun maka diberikan pengobatan medis yaitu dan pengetahuan tinggi. Hasil penelitian tersebut
tablet untuk diminum. Setelah diberikan obat tetes responden paling banyak memiliki pengetahuan
Efifta Pratama Ananda, Hubungan Pengetahuan, Lama Sakit dan Tekanan ... 297

yang rendah mengenai glaukoma. Perbedaan tersebut kualitas hidup penderita glaukoma di RS Mata
karena adanya perbedaan karakteristik responden Undaan Surabaya. Hal ini sesuai dengan penelitian
penderita glaukoma. yang dilakukan Mei dkk. (2014) mengenai hubungan
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan antara pengetahuan glaukoma dengan gangguan
responden yang melakukan perawatan di RS Mata psikologis dan kualitas hidup di Shanghai, Cina
Undaan Surabaya bisa mendapatkan pengetahuan dengan 500 responden dan menggunakan Hospital
mengenai penyakit yang dideritanya melalui Anxiety and Depression Scale (HADS) serta 25-
leaflet yang disediakan pihak rumah sakit, selain item National Eye Institute Visual Functioning
itu bisa didapatkan melalui keterangan dari dokter Questionnaire (NEI VFQ-25). Penelitian tersebut
setelah melakukan pemeriksaan terhadap pasien. menunjukkan hasil bahwa tingkat pengetahuan
Di RS Mata Undaan Surabaya juga terdapat ruang mengenai glaukoma tidak berhubungan dengan
konsultasi glaukoma di mana responden bisa gangguan psikologis, tetapi berhubungan dengan
menanyakan hal-hal terkait penyakit glaukoma. kualitas hidup pasien glaukoma. Sehingga memberi
Hasil dari penelitian menunjukkan beberapa informasi mengenai glaukoma sangatlah penting
responden tidak mengetahui bahwa mereka agar dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
terkena penyakit glaukoma, terutama pasien yang Menurut Ve dkk. (2009), adanya komunikasi
memiliki riwayat penyakit katarak. Salah satu antara dokter dan tenaga kesehatan dengan
faktor risiko penyakit glaukoma adalah penyakit penderita glaukoma dapat membantu meningkatkan
katarak. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan pengetahuan dan kepatuhan pengobatan penderita
oleh Iriyanti (2012), mengenai faktor risiko yang glaukoma. Pengetahuan mengenai glaukoma
berhubungan dengan kejadian glaukoma di RS Mata sangat penting untuk menghindari keterlambatan
Undaan Surabaya menunjukkan hasil bahwa ada pengobatan sehingga mencegah terjadinya kebutaan
hubungan antara katarak dengan kejadian glaukoma. akibat glaukoma. Pengetahuan mengenai glaukoma
Responden masih beranggapan bahwa penyakit yang perlu disampaikan pada orang-orang yang berisiko
diderita tersebut adalah penyakit katarak dan bukan terkena glaukoma seperti adanya riwayat keluarga
glaukoma. Hampir semua responden juga tidak yang menderita glaukoma, orang lanjut usia, dan
mengetahui mengenai penyakit glaukoma sebelum lain-lain.
mereka datang ke RS. Beberapa orang menganggap
yang mereka derita adalah penyakit mata biasa Hubungan Lama Sakit terhadap Kualitas Hidup
dan diobati dengan obat tetes mata atau pergi ke Penderita Glaukoma
pengobatan tradisional sehingga berdampak pada Penelitian ini mengkategorikan variabel lama
lapangan pandang penderita yang semakin lama sakit menjadi dua kategori yaitu lama sakit < 18
makin menyempit dan akhirnya mengalami kebutaan bulan dan lama sakit ≥ 18 bulan. Berdasarkan hasil
karena terlambat untuk dibawa ke pelayanan penelitian tersebut menunjukkan bahwa responden
kesehatan. penderita glaukoma paling banyak (75%) mengalami
Pada usia di atas 35 tahun sebaiknya seseorang sakit glaukoma < 18 bulan. Dalam penelitian ini
mengenal penyakit glaukoma. Pengetahuan sebagian besar responden melakukan perawatan
mengenai glaukoma ini adalah untuk mencegah di RS Mata Undaan Surabaya selama 12 bulan
terjadinya kebutaan akibat glaukoma. Di Indonesia (1 tahun) di mana yang paling baru menjalani
glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga perawatan selama 1 bulan dan yang paling lama
yaitu 0,16% dari penduduk Indonesia. Biasanya dari adalah sekitar 150 bulan atau sekitar 12,5 tahun.
mereka yang menderita glaukoma pada awalnya Glaukoma merupakan penyakit yang berjalan
tidak banyak mengetahui bahwa mereka menderita progresif yang sering tidak memberikan rasa sakit.
glaukoma (Ilyas, 2007). Ketidaktahuan tentang sifat Penglihatan yang hilang pada glaukoma tidak dapat
penyakit dapat membuat seseorang untuk tidak pulih lagi akibat terlambat diagnosis karena kurang
patuh dalam melakukan pengobatan, salah satunya menyadari penyakitnya (Ilyas, 2007). Penelitian ini
pengobatan penyakit glaukoma. Ketidakpatuhan tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
terhadap pengobatan penyakit glaukoma dapat Mei dkk., (2014), yang mengkategorikan variabel
menyebabkan kehilangan penglihatan (Mei dkk., lama sakit menjadi tiga kategori yaitu < 1 tahun,
2014). 1–5 tahun, dan > 5 tahun. Hasil dari penelitian
Perhitungan statistik menunjukkan bahwa tersebut bahwa responden penderita glaukoma
terdapat hubungan antara pengetahuan dengan paling banyak telah didiagnosis menderita glaukoma
298 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 288–300

antara 1–5 tahun. Biasanya penderita glaukoma yang terjadi secara perlahan maka peningkatan bola
yang mengalami kebutaan adalah penderita yang mata juga terjadi secara perlahan pula dinamakan
terlambat membawa ke pelayanan kesehatan. glaukoma kronik (Kemenkes RI, 2015).
Hasil uji statistik menunjukkan hasil bahwa ada Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita
hubungan antara lama sakit terhadap kualitas hidup glaukoma paling banyak adalah mempunyai tekanan
penderita glaukoma di RS Mata Undaan Surabaya. intraokuler yang normal. Hal ini dikarenakan data
Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang mengenai tekanan intraokuler yang diambil adalah
dilakukan oleh Zhou dkk. (2014), mengenai kualitas sekali saja pada waktu pengambilan data tersebut.
hidup pasien glaukoma di China yang menunjukkan Sedangkan kualitas hidup merupakan perjalanan
ada hubungan antara lama sakit glaukoma dengan yang dirasakan oleh penderita glaukoma mulai awal
kualitas hidup glaukoma, meskipun menggunakan timbul gejala dan terdiagnosis di Rumah Sakit Mata
kuisioner yang berbeda yaitu CHI-GQL-15. Undaan Surabaya sampai dengan waktu di mana
Penelitian yang dilakukan oleh Karmila (2012) penelitian berlangsung. Sehingga bisa saja pada
juga menunjukkan hasil bahwa ada hubungan waktu pengambilan data tersebut bukan merupakan
antara lama sakit dengan kualitas hidup penderita waktu kambuhnya penderita glaukoma, jadi pada
glaukoma di RSUP. H. Adam Malik dan RSUD saat dilakukan pemeriksaan tonometri menghasilkan
Pirngadi Medan. Lama sakit akan memberikan tekanan intraokuler yang normal.
risiko terhadap progresitas glaukoma. Semakin lama Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak
perjalanan penyakit maka kualitas hidup pasien akan ada hubungan antara tekanan intraokuler terhadap
menurun. kualitas hidup penderita glaukoma. Hal ini berkaitan
dengan pengambilan data tekanan intraokuler yang
Hubungan Tekanan Intraokuler terhadap dilakukan sekali saja pada waktu penelitian tersebut
Kualitas Hidup Penderita Glaukoma berlangsung sehingga menunjukkan hasil bahwa
Pada penelitian ini mengkategorikan tekanan tekanan intraokuler tidak berhubungan terhadap
intraokuler menjadi tekanan intraokuler normal kualitas hidup penderita glaukoma. Apabila
dan tinggi. Menurut Kemenkes RI (2015), menggunakan rata-rata tekanan intraokuler pada
peningkatan tekanan bola mata yang tinggi biasanya pemeriksaan sebelumnya, mungkin hasil yang
menyebabkan kerusakan saraf mata pada penderita didapatkan adalah adanya hubungan tekanan
glaukoma. Bola mata pada manusia yang normal intraokuler terhadap kualitas hidup glaukoma
memiliki tekanan antara 10–20 mmHg, sedangkan karena dapat menggambarkan perjalanan penyakit
pada penderita glaukoma dengan tekanan bola mata glaukoma khususnya untuk tekanan intraokuler
yang tinggi dapat mencapai 50–60 mmHg apabila dari awal timbul gejala, lalu terdiagnosis glaukoma
pada keadaan akut. Semakin tinggi tekanan bola hingga saat penelitian tersebut dilakukan.
mata maka akan menyebabkan semakin beratnya Pada orang normal dan penderita glaukoma
kerusakan saraf yang terjadi pada penderita tekanan bola mata tidak sama dari waktu ke waktu
glaukoma. karena ada gelombang harian. Variasi ini dapat
Adanya hambatan cairan yang ada di dalam besar sekali, sehingga tekanan 20 mmHg dapat
bola mata menyebabkan tekanan bola mata dapat terlihat pada pasien glaukoma ataupun pada mata
meningkat. Cairan di dalam bola mata (humor yang normal. Akibat adanya fluktuasi ini maka
aquous) berfungsi untuk memberikan nutrisi pada pemeriksaan tonometri bukan merupakan alat satu-
jaringan di dalam mata yang selanjutnya cairan satunya pemeriksaan pada glaukoma. Untuk melihat
tersebut akan dikeluarkan melalui trabekulum dan kerusakan mata pada glaukoma, selain melihat
akhirnya keluar dari dalam mata dan diserap oleh tekanan bola mata juga harus melihat ada atau
jaringan di sekitarnya. Apabila terdapat sumbatan tidaknya kerusakan saraf penglihatan, dan gangguan
atau aliran tersebut terganggu maka akan terjadi lapang pandang (Ilyas, 2007).
penumpukan cairan di dalam mata, hal ini yang Sasaran penurunan tekanan bola mata (target
menyebabkan tekanan bola mata dapat meningkat. pressure) adalah tekanan bola mata yang ingin
Ada dua jenis penyumbatan akibat cairan bola mata dicapai agar tidak terjadi kerusakan saraf mata
yang menumpuk yaitu penyumbatan yang terjadi dan lapang pandang. Ukuran tekanan bola mata
mendadak sehingga menyebabkan gangguan aliran yang ingin dicapai pada setiap penderita glaukoma
yang berat dan tekanan mata yang sangat tinggi berbeda-beda dan tekanan tersebut harus tetap
dinamakan glaukoma akut, untuk penyumbatan dipertahankan. Biasanya besarnya target tekanan
Efifta Pratama Ananda, Hubungan Pengetahuan, Lama Sakit dan Tekanan ... 299

bola mata yang ingin dicapai tergantung dari kepada penderita penyakit mata lain seperti penyakit
beratnya kerusakan saraf optik dan penyempitan katarak, kelainan lensa mata, karena pembedahan
lapang pandang yang diderita. Untuk mencapai yang berisiko untuk terkena glaukoma. Penjelasan
tekanan yang diharapkan penderita glaukoma mengenai pengobatan rutin bagi penderita glaukoma
perlu memperhatikan tekanan bola mata sebelum juga penting, mengingat glaukoma merupakan
tindakan pengobatan, usia dan angka harapan penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan harus
hidup dari pasien, seberapa berat kerusakan saraf melakukan pengobatan secara teratur dan seumur
yang terjadi, perjalan penyakit glaukoma yang hidup untuk menurunkan tekanan bola mata agar
diderita, dan keadaan mata yang disebelahnya tidak terjadi kerusakan saraf dan penyempitan lapang
(salah satu mata). Menurunkan tekanan bola mata pandang yang dapat mempengaruhi kualitas hidup
ini merupakan hal yang penting pada penderita penderitanya karena mata merupakan organ yang
glaukoma. Perjalanan penyakit setiap orang penting untuk fungsi penglihatan.
berbeda-beda termasuk perbandingan dalam
kecepatan kerusakan saraf yang terjadi tidak sama REFERENSI
pada setiap pasien. Hal ini juga berpengaruh pada Ananda, E.P. 2015. Faktor yang Berhubungan dengan
kualitas hidup penderita glaukoma itu sendiri. Kualitas Hidup Penderita Glaukoma di Rumah
Maka dari itu, penting untuk mempelajari seberapa Sakit Mata Undaan Surabaya. Skripsi. Surabaya,
progresif perjalanan glaukoma pada orang yang Universitas Airlangga.
menderita penyakit tersebut (Ilyas, 2007). Budiarto & Anggraeni. 2002. Pengantar Epidemiologi,
Edisi 2. Jakarta: EGC.
SIMPULAN DAN SARAN Budiono, S., Trisnowati T. S., Moestidjab dan
Simpulan Eddyanto. 2013. Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya:
Airlangga University Press.
Dari penelitian ini simpulan yang dapat diambil Carrasco, F.C., Lorenzo M.S., Gili M.P., Arias P.A.,
adalah dari 68 responden penderita glaukoma di Andreas A.Y., Matilla R.A., et al. 2008. Influence
Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya sebagian besar of Visual Function on Quality of Life in Patients
memiliki kualitas hidup yang baik yaitu sebanyak with Glaucoma. Arch Soc Esp Oftalmol, 83:
54,4 %. Responden paling banyak termasuk lanjut 249–256.
usia karena berumur ≥ 60 tahun dengan persentase Iester, M. dan M. Zingrian. 2002. Quality of Life
sebesar 61,8%. Mayoritas responden penderita in Patients with Early, Moderate and Advanced
glaukoma berjenis kelamin perempuan sebesar Glaucoma. Nature Publishing Group, 16,
60,3%. Pada tingkat pendidikan penderita glaukoma 44–49.
paling banyak berpendidikan rendah sebanyak 54,4% Ilyas, Sidarta. 2007. Glaukoma (Tekanan Bola Mata
dikatakan berpendidikan rendah apabila tidak tamat Tinggi) Edisi 3. Jakarta: CV. Sagung Seto.
SD, SD, dan SMP. Dari distribusi jenis glaukoma Iriyanti, Irma. 2012. Faktor Risiko yang Berhubungan
yang paling banyak diderita responden adalah jenis dengan Kejadian Glaukoma di Rumah Sakit Mata
glaukoma primer sudut terbuka sebesar 69,1%. Undaan Surabaya. Skripsi. Surabaya, Universitas
Responden paling banyak melakukan pengobatan Airlangga: 5–6.
medis atau dengan menggunakan obat minum atau Karmila, Mila. 2012. Kualitas Hidup Penderita
obat tetes mata yaitu sebanyak 41,2%.Terdapat Glaukoma di RSUP. H. Adam Malik dan RSUD
hubungan yang signifikan antara pengetahuan Pirngadi Medan Tahun 2012. Tesis. Universitas
dan lama sakit terhadap kualitas hidup penderita Sumatera Utara.
glaukomadi Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya Kemenkes RI. 2015. Situasi dan Analisis Glaukoma.
dengan tingkat hubungan yang lemah. Tidak ada Jakarta Selatan: Pusat Data dan Informasi.
hubungan antara tekanan intraokuler dengan kualitas Kuntoro, H. 2008. Metode Sampling dan Penentuan
hidup penderita glaukoma di Rumah Sakit Mata Besar Sampling. Surabaya: Pustaka Melati.
Undaan Surabaya. Mei, Xiang Kong, Wen Qing Zu, Jia Xu Hong dan
Xing Huai Sun. 2014. Is Glaucoma Comprehension
Saran
Associated with Psychological Disturbance and
Bagi Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya Vision-Related Quality of Life for Patients with
khususnya petugas kesehatan perlu untuk Glaucoma? A Cross-Sectional Study. BMJ Open,
memberikan pengetahuan mengenai glaukoma 4(5): 1–10.
300 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 288–300

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13


Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Sekretariat Negara. Jakarta.
Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Vajaranant, S.T., Sushma N., Jacob T.W. dan
Rosalina, Dewi dan Harijo Wahjudi. 2011. Visual Charlotte E.J. 2015. Gender and Glaucoma: What
Field Abnormality and Quality of Life of Patient We Know and What We Need to Know. Curr Opin
with Primary Open Angle Glaucoma. Jurnal Ophthalmol, 21(2): 91–99.
Oftalmologi Indonesia, 7(5): 175–180. Ve, Ramesh S., Pradeep G.P., Ronnie G., Mani B.,
RS Mata Undaan. Pelayanan Medis. Arvind H., Raj V. Madan, et al. 2009. Determinants
h t t p : / / w w w. r s m a t a u n d a a n . c o . i d / i n d e x . of Glaucoma Awareness and Knowledge in Urban
php?p=content&cid=98. (sitasi 6 Juni 2015). Chennai. Indian J Ophthalmol, 57(5): 355–360.
Sarwono, Solita. 2004. Sosiologi Kesehatan. Watkinson, Sue. 2010. Improving Care of Chronic
Yogyakarta: Gajahmada University Press Open Angle Glaucoma. Nursing Older People,
Skalicky, Simon dan Ivan Goldberg. 2012. Quality 22:18-23.
of Life in Glaucoma Patients. US Ophthalmic Zhou, Chuandi, Qian S., Wu P., dan Qiu C. 2014.
Review, 6(1):6–9. Quality of Life of Glaucoma Patients in China:
Spratt, Alexander. Aachal Kotecha dan Ananth Sociodemographic, Clinical, and Psychological
Viswanatnan. 2008. Quality of Life in Glaucoma. correlates —a Cross-Sectional Study. Spinger,
Journal of Current Glaucoma Practice, 2(1): 23:999–1008.
39–45.

Anda mungkin juga menyukai