Anda di halaman 1dari 2

MATERI II

MENGENAL DUNIA KAMPUS (NILAI, BUDAYA, DAN TRADISI)


Proses perkuliahan yang di awali dengan pendaftaran mata kuliah, pengajuan mata
kuliah yang akan di ambil, dan kemudian di setujui oleh wali, dan tak kalah penting adalah
proses kuliahan lanjut dengan mengikuti seluruh mekasisme pembelajaran yang hari ini di
lakukan melalui system daring dimana seluruh proses pelayanan itu menggunakan sarana
online yang di lakukan beberapa tahun terakhir ini. Yang paling penting di samping layanan
akademik, proses akademik itu juga akan di topang oleh system yang menunjukan bahwa
UIN Walisongo Semarang ini sebagai kampus di mana seluruh layanannya itu berupa smart
teknologi informasi yang memadai. Jadi proses akademik di UIN Walisongo ini berjalan dari
kita masuk kemudian berproses dengan system pembelajaran melalui beberapa mekanisme
akademik sampai kita keluar dan lulus dari UIN Walisongo.
Mekanisme kurikulum terbaru 2020 yang perkuliahannya sangat berbeda dari tahun-
tahun sebelumnya, diantara yang paling khas misalkan, nantinya kita di berikan kesempatan
mahasiswa untuk proses belajar baik di dalam prodi dan fakultasnya sendiri maupun di luar
prodi dan fakultasnya sendiri atau di luar universitas agar memperoleh pengetahuan dan sikap
yang memadai di tengah-tengah tantangan yang luar biasa di era distrubsi ini. Kurikulum ini
menerapkan kurikulum merdeka belajar yang merespon tentang kebijakan Pendidikan tinggi
di era Pak Nadiem Makarim yaitu pembelajaran merdeka.
Fitur akademik yang ada di UIN Walisongo yang di tawarkan ke mahasiswa di
antaranya E-learning, Filemile System, Fitur Layanan Akademik dari masuk hingga lulus,
Quiz, G-meet tersambung dengan absensi, Akses Perpus, Pusat Pengmbangan Bahasa, Siap
Kawal, We Learning, E-Library, E-Jurnal, Perpustakaan Digital, MCA toufl cours, PPID,
Walisongo Smart Card, dan Beasiswa Walisongo.
Dunia sekolah berbeda dengan dunia kampus, beberapa ciri yang membedakannya itu
dari aspek akademikal culter atau akademik atmosfir, atmosfir akademik dan budaya
akademik, nah budaya akademik itu di cirikan dengan satu yaitu model pembelajaran yang
bersifat akademis di antaranya adalah pertama, pengembangkan sikap objektif dimana proses
pencarian kebenaran itu di lakukan terus menerus hingga setiap orang itu dapat meraih apa
yang dapat ia lakukan. Bahwa setiap kebenaran yang di peroleh dan pengetahuan yang di
peroleh dan di terima itu bukan bersifat otomatis tapi jadi di tanyakan sesuai dengan
metodelogi yang berkembang. Jadi kita boleh menanyakan dengan kritis tentang apa saja
yang di ajarkan dosen sehingga pada saatnya memperoleh kepuasan intelektual dalam
melaksanakan akademik, yang dengan cara seperti itu kita bisa menjadi lebih memiliki
wawasan yang lebih ketimbang materi yang mungkin di sampaikan secara tafsiah. Yang
ketiga tak kalah penting kita juga mengembangkan satu wawasan kritis yang relevan dengan
tanah ranah. Jadi secara akademis kita sudah mengemas metodelogi belajar mengajar yang
memungkinkan mahasiswa untuk bisa melakukan proses pembelajaran yang sesuai dengan
lapangan abada 21 dan apa yang kita sebut dengan High Orther Thingking, satu proses
berfikir tinggi yang tidak lain adalah berfikir kritis, kreatif, dan inofatif yang dikembangkan
oleh UIN Walisongo sehingga nanti kita ketika kuliah harus sangat berbeda dengan pada saat
sekolah karena kebebasan berfikir terjamin dan di persilahkan, yang terpenting ada standar
metodelogi yang harus jelas sehingaga setiap pemikiran itu menghasilkan cara-cara baru,
menghasilkan teori-teori baru yang memungkinkan kita terus menerus mengembangkan ilmu
pengetahuan. Jadi intinya pembelajaran di perguruan tinggi negeri itu meliputi beberapa
aspek di anatarnya adalah berfikir kritis yang menuntut kita untuk bisa berfikir kritis
memehuni tantangan abad 21 yaitu secamam kolaborasi, kemudian komukasi, critical
thingking, kemudian ada juga kemandirian mahasiswa yang tadinya mungkin lebih banyak di
beri oleh gurunya sekarang kita harus lebih banyak mengeksplorasi bidang-bidang akademik
dan fitur-fitur akademik secara mandiri seperti itu.
Serta budaya UIN Walisongo dengan Tri Etika Kampus nya yaitu Etika Diniah
tentang bagaimana meningkatkan pemahaman penghayatan dan pengamalan agama islam
yang meliputi spiritual dan ketaan pribadi serta agar tetap mempertahankan akidah islamiah,
Kemudian Etika Ilmiah menurut buku panduan adalah mengembangkan dan menjunjung
tinggi kebebasan akademik yang penuh tanggung jawab meningkatkan kualitas akademik
secara kelembagaan menegakkan sikap ilmiah dan disiplin dalam rangka terwujudnya
peningkatan intelektualisme profisilisme dan prestasi, Kemudian ada Etika Ukhwah. Etika
Uhkwah ini menurut buku pedoman adalah mewujudkan dan mengembangkan rasa
kebersamaan sebagai warga UIN tanpa membedakan latar belakang antara suku, bangsa, dan
dengan keagamaan, organisasi kemasnyarakatan, dan sosial budaya

Anda mungkin juga menyukai