Anda di halaman 1dari 9

Analisis Pengendalian Persediaan Beras Menggunakan Metode Economic Order

Quantity Pada Perum Bulog Subdivre Sidrap

Andi Mariani
Program Studi Matematika, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, andi.marianidatu@gmail.com

Risnawati Ibnas
Program Studi Matematika, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, risnawati.Ibnas@uin-alauddin.ac.id

Rezki Eka Wulandani


Program Studi Matematika, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 60600118067@uin-alauddin.ac.id

ABSTRAK, Penelitian ini membahas mengenai panennya baik dalam bentuk gandum maupun
pengoptimalan pengendalian persediaan beras dengan dalam bentuk beras. Perum BULOG sebagai
menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). salah satu lembaga terbesar yang mengolah
Economic Order Quantity (EOQ) merupakan model
ketahan pangan, juga menjadi penyeimbang
persediaan yang menganalisis frekuensi pemesanan, biaya
pemesanan dan waktu pemesanan yang ekonomis. harga beras di pasaran ketika harga beras
Penelitian ini menggunakan metode EOQ karena EOQ mengalami kenaikan yang cukup signifikan dan
adalah salah satu teknik dalam mengontrol persediaan sebagai penentu kebijakan ketahanan pangan,
barang atau bahan untuk tiap pemesanan dan BULOG memiliki gudang sebagai penyimpan
meminimalkan biaya total dari pemesanan dan biaya
stok beras untuk jangka beberapa waktu. Agar
penyimpanan barang. Adapun tujuan dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui hasil optimal persediaan beras tujuan pemenuhan beras dapat dicapai maka
dengan menghitung persediaan pengaman (safety stock), diperlukan perencanaan dan manajemen
penentuan titik kembali (reorder point) dan total persediaan persediaan yang terstruktur dan terorganisir agar
bahan baku (TIC) di Perum Bulog Subdivre Sidrap. Hasil persediaan yang dilakukan dapat memenuhi
EOQ pengendalian persediaan beras di Perum Bulog
kebutuhan beras di Indonesia.
Subdivre Sidrap berupa jumlah kebutuhan beras sebesar
9,63 ton dalam satu kali pemesanan dengan jumlah Persediaan yang tidak dikendalikan dengan
pemesanan 3752 kali dalam setahun. Hasil analisis dari baik akan mempengaruhi proses penyaluran dan
optimal persediaan beras dengan persediaan pengaman penjualan. Penyaluran dan penjualan gudang
(safety stock) sebesar 9.033,63 ton, titik pemesanan akan mengalami penurunan jika beras tidak
kembali (reorder point) sebesar 9.726,56 ton dan biaya
tersedia dalam bentuk, jenis, mutu, dan jumlah
total persediaan (TIC) sebesar Rp. 240.087.074,7.
Kata Kunci: Beras, Economic Order Quantity,
yang diinginkan oleh konsumen bahkan dapat
Pengoptimalan Persediaan terjadi Stockout cost (biaya penambahan jika
kehabisan stok), Shortage (kekurangan
1. PENDAHULUAN persediaan untuk memenuhi permintaan).
Metode Economic Order Quantity sangat
Kebutuhan pangan yang pokok bagi membantu untuk mengontrol persediaan
masyarakat Indonesia adalah nasi yang berasal sehingga jumlah barang atau bahan tertentu yang
dari beras. Beras yang merupakan sumber paling ekonomis untuk setiap kali pemesanan.
karbohidrat tertinggi yang mencapai 360 kalori Metode ini dapat menentukan frekuensi
dari 78.9 gram dibanding bahan pangan lainnya. pemesanan yang optimal, sehingga mengurangi
Sehingga beras termasuk makanan pokok dari biaya produksi tanpa mencapai tujuan atau
pengolahan padi yang banyak dikonsumsi oleh keuntungan[1].
masyarakat Indonesia. Ketersediaan beras Dengan menggunakan Metode Economic
berkaitan dengan produksi para petani. Faktor Order Quantity maka penelitian ini
pendukung terpenting bagi hasil panen para menghasilkan besar jumlah kebutuhan beras dan
petani salah satunya adalah cuaca, akankah baik jumlah optimal persediaan beras dengan
dan berlimpah atau gagal panen dan produksi menghitung persediaan pengaman (safety stock),
padi tidak maksimal. penentuan titik pesanan kembali (reorder point)
Petani yang memproduksi padi sawah dan total biaya persediaan bahan baku (TIC).
membutuhkan kelembagaan untuk menjual hasil

Jurnal Matematika dan Statistika serta Aplikasinya Vol.10 No. 2 Ed. Jul- Des. 2022
Analisis Pengendalian Persediaan Beras Menggunakan Metode Economic Order Quantity Pada Perum • 96
Bulog Subdivre Sidrap

2. TINJAUAN PUSTAKA nilai dimasa depan. Terdapat dua pendekatan


dalam melakukan peramalan, yaitu:
Pengertian Persediaan
1. Metode peramalan kualitatif, yaitu
Persediaan didefenisikan sebagai barang,
mengumpulkan faktor-faktor berupa instuisi
bahan, atau asset yang dimiliki oleh perusahaan
pengambilan keputusan, pengalaman pribadi
untuk digunakan di masa depan. Persediaan
serta emosi.
adalah sumber daya tidak aktif (ide resoutce)
2. Metode peramalan kuantitatif, yaitu
yang menunggu proses lebih lanjut. Proses
menggunakan satu dua atau lebih model
selanjutnya berupa kegiatan produksi pada
matematis dengan data-data masa lampau
sistem manufaktur [2].
dan variabel sebab akibat. Model peramalan
Secara umum pada persediaan terdapat
kuantitatif dapat juga dikelompokkan dalam
beberapa biaya yang perlu dimiliki sebuah
dua jenis, yaitu model deret waktu (time
perusahaan, adalah sebagai berikut:
series) dan model kausal (explanatory) [4].
1. Biaya Pembelian (Purchase Cost) harga beli
setiap unit elemen berasal dari sumber Analisis Runtun Waktu
eksternal, atau biaya produksi per unit apabila Teori deret waktu (time series)
berasal dari internal produksi perusahaan diperkenalkan oleh George E.P Box dan
sendiri. Gwilyam M pada tahun 1970 pada bukunya
2. Biaya Pemesanan (Order Cost/Setup Cost) Series Analysis: Forecasting and Control.
ialah biaya yang muncul dari pembelian Analisis time series adalah kumpulan observasi
persediaan dari penjualan atau biaya pada suatu variabel yang diperoleh secara
persiapan (Setup Cost) saat barang diproduksi berurutan sesuai dengan interval waktu yang
di perusahaan. tetap. Kumpulan data pengamatan time series
3. Biaya Penyimpanan (Carrying Cost/Holding dinyatakan dengan variable Z dan t adalah
Cost) ialah biaya yang timbul sebagai akibat indeks waktu dari urutan-urutan pengamatan.
dari penyimpanan suatu barang. Analisis time series bertujuan untuk dapat
4. Biaya Kekurangan Persediaan (Stockout Cost) memahami dan menjelaskan mekanisme
yaitu biaya yang timbul akibat menipisnya tertentu, meramalkan sesuatu nilai di masa akan
bahan baku/barang yang menyebabkan datang dan mengoptimalkan system kendali [5].
perusahaan berhenti berproduksi/beroperasi
[3]. Arima (Autoregressive Integrated Moving
Average)
Pengendalian persediaan ARIMA memiliki tiga bagian penting
Pada dasarnya pengendalian persediaan yaitu: Autoregresivve, data harus differencing
ini dapat dilakukan dengan menggunakan dan bagian moving average. Autoregresivve
beberapa metode untuk menentukan jumlah merupakan penghubung rangkaain data nilai
persediaan yang optimal diantaranya: masa lalu dengan nilai masa depan pada regresi
1. Total Inventory Cost (TIC) linear. Bagian yang menunjukkan data harus
2. Jumlah Pesanan Optimal (EOQ) differencing perlu agar data dalam keadaan
3. Titik Pemesanan Kembali (ROP) stationer. Bagian moving average yang
4. Jumlah Cadangan Pengaman (Safety Stock) memperkirakan kesalahan untuk nilai yang akan
datang dari time series dan ini berhubungan
Peramalan (Forecasting) dengan masa lalu.
Forecasting atau biasa disebut peramalan Selanjutnya ada beberapa tahapan yang
merupakan proses menduga, memperkirakan dilakukan untuk mengidentifikasi model, yaitu:
nilai yang ada di masa depan dengan
a. Membuat Plot Time Series
menggunakan data-data yang ada di masa
b. Identifikasi Model
lampau. Data-data yang terdapat di masa lampau
c. Estimasi Model
dikumpulkan dan diolah untuk memperkirakan
d. Diagnotic Checking

Jurnal Matematika dan Statistika serta Aplikasinya Vol.10 No. 2 Ed. Jul- Des. 2022
97 • Andi Mariani, Risnawati Ibnas, Reski Eka Wulandari

e. Peramalan (forecasting) [6]. 9. Barang pemesanan dan disimpan


merupakan barang yang sejenis [8].
Metode Economic Order Quantity
Metode EOQ ialah metode yang Menghitung Persediaan Optimal
digunakan dalam mencari titik seimbang antara Adapun persamaan tersebut dari jumlah
biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan
sehingga dapat ditemukan titik biaya (total biaya persediaan tahunan). Maka untuk
minimumnya. Metode EOQ dapat perhitungan EOQ dapat dirumuskan sebagai
dikelompokkan menjadi beberapa model, berikut:
sebagai berikut: 𝐷 𝑄
TIC = 𝑆 𝑄 + 𝐻 2 (2.1)
1. Model EOQ Deterministik Statik Selanjutnya mencari turunan dari
2. Model EOQ Deterministik Dinamik persamaan diatas, karena yang cari ialah nilai Q
3. Model EOQ Probabilistik Statik 𝐷 𝑄
optimal, maka Persamaan TIC = 𝑆 𝑄 + 𝐻 2 akan
4. Model EOQ Probalistik Dinamik (Stokastik)
diturunkan terhadap Q.
Model EOQ Deterministik Statik dibagi
menjadi beberapa bagian, yaitu: 𝑑 (𝑇𝐼𝐶 ) 𝑑 𝐷𝑆 𝑑 𝑄𝐻
= 𝑑𝑄 ( 𝑄 ) + ( ) (2.2)
𝑑𝑄 𝑑𝑄 2
1. Model EOQ Klasik (sederhana) atau single 𝑑 (𝑇𝐼𝐶 ) 𝐷𝑆 𝐻
item. 𝑑𝑄
= − 𝑄2 + 2
(2.3)
2. Model EOQ back order Karena syarat minimum dari turunan
3. Model EOQ fixed production rat harus sama dengan nol, sehingga turunan
4. Model EOQ quanity discount. 𝑑(𝑇𝐼𝐶 ) 𝐷𝑆 𝐻
pertama dari persamaan 𝑑𝑄 = − 𝑄2 + 2
Model EOQ Klasik (Single Item) harus sama dengan nol. Maka syarat minimum
Model EOQ klasik sering juga disebut turunan:
dengan model ukuran tumpuk sederhana atau 𝑑 (𝑇𝐼𝐶 )
=0 (2.4)
metode ukuran lot size method berfungsi untuk 𝑑𝑄
menentukanjumlah barang dipesan untuk setiap Sehingga turunan pertama harus sama nol
kali pemesanan dan jumlah biaya pengadaan 𝐷𝑆 𝐻
− 2+ =0
bahan agar biaya persediaan menjadi minimum 𝑄 2
dan didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai 𝐻 𝐷𝑆
=
berikut: 2 𝑄2
𝑄2 × 𝐻 = 2 × 𝐷 ×
1. Kecepatan permintaan diketahui, tetap serta
2𝐷𝑆
terus menerus 𝑄2 =
2. Waktu pemesanan dengan pesanan kembali 𝐻
2𝐷𝑆
(lead time) selalutetap. 𝑄=√ (2.5)
𝐻
3. Tidak pernah terjadi persediaan habis (stock
out).
4. Barang yang dipesan berukuran paket dan Ket:
pesanan datang bersamaan dan tetap dalam Q : Jumlah pemesanan optimal (EOQ).
bentuk paket. S : Biaya pemesanan.
5. Harga tetap meski pembelian dalam jumlah H : Biaya penyimpanan [9].
besar.
6. Besar carrying cost tergantung secara garis Persediaan Pengaman (Safety Stock)
lurus dengan rata-rata jumlah persediaan. Persediaan pengaman pada Perum Bulog
7. Produk semacam dan tidak ada hubungan telah ditentukan yakni tiga bulan penyaluran
dengan produk lain. rutin, bertujuan agar apabila terjadi gagal panen
8. Tidak menghitung stockout sebab leas maka Perum Bulog masih memiliki persediaan
time dan demand diketahui. beras setiap bulannya, sehingga rumus yang
digunakan yaitu:

Jurnal Matematika dan Statistika serta Aplikasinya Vol.10 No. 2 Ed. Jul- Des. 2022
Analisis Pengendalian Persediaan Beras Menggunakan Metode Economic Order Quantity Pada Perum • 98
Bulog Subdivre Sidrap

SS = 3 × rata-rata penyaluran beras tiap penyimpanan beras dan data biaya


bulan. (2.6) pemesanan beras dari Januari 2017 –
Ket\: Desember 2021.
SS: Safety Stock atau persediaan pengaman [10]. 2. Meramalkan data permintaan beras
menggunakan metode ARIMA dengan
Aplikasi Minitab.
Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point) 3. Menghitung jumlah kebutuhan persediaan
Reorder Point atau titik pemesanan beras menggunakan metode Economic
terakhir disebut Carter bahwa ketika jumlah Order Quantity.
persediaan yang tersedia antara jumlah 4. Menghitung banyaknya persediaan
persediaan yang diterima dengan jumlah pengaman (Safety Stock).
persediaan yang akan dugunakan itu sama 5. Menentukan titik pesanan kembali (Reorder
selama waktu tunggu dan jumlah persediaan Point).
pengaman. 6. Menghitung total biaya persediaan bahan
Adapun rumus yang digunakan dalam baku (TIC).
perhitungan ROP, yaitu:
ROP= L + SS (2.7) 4. PEMBAHASAN
Ket:
ROP : Titik pemesanan kembali Data
L : Lama waktu tunggu (lead time) Terdapat 60 data permintaan beras selama 5
SS : Safety Stock [11]. tahun terakhir, mulai Januari 2017 sampai
dengan Desember 2021. Adapun data yang
Total Biaya Persediaan (TIC) digunakan sebagai berikut:
Menghitung total biaya persediaan Tabel 4.1 Data Permintaan Beras 2017-2021
dengan metode EOQ bertujuan agar Tahun
Bulan
membuktikan bahwa dengan adanya jumlah 2017 2018 2019 2020 2021
bahan baku yang optimal dapat mencapai total Jan 378,85 269,31 351,43 2654,9 5752,32
Feb 879,6 405,32 347,23 2587 1411,35
biaya persediaan yang minimum.
Mar 52,65 400,01 1186,2 2216,7 2096,19
Untuk menghitung biaya persediaan Apr 737,37 189,04 551,41 2929 4363,55
tahunan (TIC) dapat dihitung dengan Mei 248,58 191,67 347,68 3197,97 4043,7
menjumlahkan total biaya penyimpanan (TH) Jun 931,06 133,73 569,26 4068,55 5024,35
dengan total biaya pemesanan (TS), sebagai Jul 782,72 155,53 683,63 2572,99 3460,74
berikut [12]: Ags 152,39 173,46 900,61 3968,43 1471,8
TIC = Biaya pemesanan + Biaya Sep 407,62 142,83 445,62 1974,65 3403,7
penyimpana. Okt 389,47 162,49 1760,87 2427,15 963,6
𝐷 𝑄 Nov 308,72 159,05 647,83 2268,1 5193,35
TIC = 𝑆 + 𝐻 (2.8)
𝑄 2 Des 398,12 137,41 377,7 2794,7 1221,2
Sumber data: Perum Bulog Subdivre Sidrap
3. METODOLOGI
Permalan
Jenis penelitian yang digunakan pada
penelitian ini, yaitu penelitian kuantitatif. 1. Identifikasi Model
Penelitian ini meneliti mengenai penggunaan Hasil dari data jumlah permintaan beras
model Economic Order Quantity (EOQ) dalam pada lampiran Tabel 4.1 diolah pada aplikasi
menentukan jumlah bahan baku yang optimal minitab dan memperoleh plot data, grafik trend,
pada perum Bulog Subdivre Sidrap tahun 2022. grafik ACF dan grafik PACF untuk menentukan
Adapun prosedur yang digunakan dalam apakah data telah stationer, dapat dilihat pada
penelitian ini adalah sebagai berikut: gamabr 4.1.
Gambar 4.1 menunjukkan bentuk plot time
1. Melakukan pengumpulan data berupa data series dari plot data, dimana kelonjakan
jumlah permintaan beras, data biaya permintaan beras terjadi pada bulan Januari 2020

Jurnal Matematika dan Statistika serta Aplikasinya Vol.10 No. 2 Ed. Jul- Des. 2022
99 • Andi Mariani, Risnawati Ibnas, Reski Eka Wulandari

dan permintaan tiap bulannya ridak merata Setelah data tranformasi didapatkan Gambar
sehingga trend ini termasuk trend time series 4.3 selanjutnya dapat dilihat nilai rounded
valuenya kembali dan menghasilkan nilai 1,00
sehingga dikatakan bahwa data tersebut telah
stationer. Langkah selanjutnya melihat stationer
dalam rata-rata.

Gambar 4.1 Plot Data Asli Permintaan Beras


yang tidak stasioner. Menentukan kestationer
suatu data dapat diperiksa dalam varian maupun
Gambar 4.4 Grafik Trend Data Permintaan Beras
rata-rata.
Melihat secara eksploratif grafik trend
data pada Gambar 4.4 menunjukkan bahwa data
permintaan beras mengalami kenaikan seiring
bertambahnya waktu dan nila aktualnya masih
jauh dari garis linear dan juga mempunyai
varians besar, sehingga trend tersebut belum
stationer dalam rata- rata, langka untuk
melihatnya bisa menggunakan nilai ACF.

Gambar 4.2 Box-Cox Asli Jumlah Permintaan


Beras
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa nilai
rounded value yang didapatkan adalah 0,00 dan
dapat dikatakan belum stationer karena jika data
stationer dalam varian nilai rounded valuenya
sebesar 1. Langka selanjutnya adalah
transformasi data.

Gambar 4.5 ACF Data Permintaan Beras

Berdasarkan Gambar 4.5 terlihat bahwa


terdapat lima lag yang melewati batas signifikan
dan kemudian turun mendekati nol, maka dapat
dikatakan bahwa data belum stationer dalam
rata-rata. sehingga perlu diadakan differencing
pertama.

Gambar 4. 3 Box-Cox Tranformasi Jumlah


Permintaan Beras

Jurnal Matematika dan Statistika serta Aplikasinya Vol.10 No. 2 Ed. Jul- Des. 2022
Analisis Pengendalian Persediaan Beras Menggunakan Metode Economic Order Quantity Pada Perum •
Bulog Subdivre Sidrap 100

memperkirakan model ARIMA. Gambar ACF


terlihat rk memotong garis white noise pada lag-
1. Gambar PACF ∅𝑘𝑘 juga memotong garis white
noise pada lag-2. Sehingga perkiraan model
ARIMA (2,1,1).
2. Estimasi Model
Tahapan estimasi model yaitu melakukan
pemilihan model yang paling efesien atau yang
terbaik. Model awal ARIMA adalah (2,1,1)
dengan metode maximum likelihood atau
estimasi kuadrat terkecil. Hasil yang diperoleh
Gambar 4.6 Trend Data Differencing Pertama menggunakan program Minitab dilihat pada
Permintaan Beras tabel berikut:
Tabel 4.2. Estimasi Parameter
Plot dari differencing pertama dapat Model Koefisien P-Value
dikatakan telah stationer meski ada beberapa AR 1 -1,344 0,000
kenaikan dan penurunan yang cukup tajam. AR 2 -0,629 0,008
Langkah selanjutnya untuk mengetahui model MA 1 -0,617 0,115
ARIMA yang akan muncul maka perlu dilihat
Hasil yang diperoleh diatas bahwa model
dari gambar ACF dan gambar PACF.
ARIMA (2,1,1) menunjukkan P-Value AR1
adalah 0,000, AR2 adalah 0,008 dan MA 1
adalah 0,115 dan untuk nilai eror atau MS (mean
square) adalah 114135, karna MA 1 sebesar
0,115 atau lebih besar dari nilai ∝ (0,05) maka
model tersebut tidak memenuhi model terbaik
maka tidak bisa untuk digunakan dalam
peramlaan. Pada model ARIMA (2,1,1) dapat
muncul model-model lain yaitu model ARIMA
(2,1,0), model ARIMA (1,1,1), model ARIMA
(1,1,0) dan model ARIMA (0,1,1). Setelah
Gambar 4.7 ACF Data Differencinng Pertama muncul beberapa model langkah selanjutnya
Permintaan Beras Diagnotic Checking untuk menentukan model
terbaik yang akan digunakan.
3. Diagnostic Checking
Langkah selanjutnya setelah melakukan
estimasi dan mendapatkan penduga parameter
maka perlu diuji kelayakan pada model tersebut
dengan model ARIMA (2,1,1) dapat di peroleh
model-model lain yaitu model ARIMA (2,1,0),
model ARIMA (1,1,1), model ARIMA (1,1,0)
dan model ARIMA (0,1,1).
1. Model ARIMA (2,1,1)
Gambar 4.8 PACF Data Differencinng Pertama Tabel 4.3. Estimasi Parameter ARIMA (2,1.1)
Permintaan Beras odel Koefisien P-Value
Pada gambar ACF dan PACF terlihat data AR 1 -1,344 0,000
sudah stasioner maka dapat langsung AR 2 -0,629 0,008
MA 1 -0,617 0,115

Jurnal Matematika dan Statistika serta Aplikasinya Vol.10 No. 2 Ed. Jul- Des. 2022
101 • Andi Mariani, Risnawati Ibnas, Reski Eka Wulandari

2. ARIMA (2,1,0) Menghitung Jumlah Pemesanan yang


Tabel 4.4. Estimasi Parameter ARIMA (2,1,0) Ekonomis (EOQ)
Model Koefisien P-Value Jumlah peramalann permintaan beras
AR 1 -0,804 0,000 selama 1 tahun adalah 36.134,63866 ton, dari
AR 2 -0,296 0,046 jumlah tersebut maka dapat menghitung jumlah
pemesanan ekonomis selama tahun 2022 dengan
3. ARIMA (1,1,1)
Tabel 4.5. Estimasi Parameter ARIMA (1,1,1) mengetahui bahwa biaya pemesanan terdiri dari
Model Koefisien P-Value biaya bongkar buruh digudang sebesar Rp. 13/kg
dan survey kualitas beras sebesar Rp. 19/kg,
AR 1 -0,274 0,109
sedangkan biaya penyimpanan terdiri dari
AR 2 -0,627 0,219
fumigasi sebesar Rp.400/𝑚3 dan Spraying
4. ARIMA (0,1,1) Rp.7,27/𝑚3 dan untuk biaya beras yaitu
Tabel 4.6. Estimasi Parameter ARIMA (0,1,1) Rp.8300/kg maka diketahui sebagai berikut:
Model Koefisien P-Value
MA 1 0,7836 0,000 (1) Permintaan beras selama setahun:
Konstanta 44,9 0,139 D = 36.134,63866 ton
(2) Biaya pemesanan (ordering cost)
Pada parameter tersebut maka dapat diketahui uji S = Rp. 32/kg × 1000 = Rp. 32.000/ton
signifikan T dan P (T-Value dan P-Value < 0,05) (3) Biaya penyimpanan (carrying cost
dan uji white noise (P-Value >0,05), sehingga H = Rp. 407,27/𝑚3
dapat kita simpulkan: Karena biaya penyimpanan dikalikan dengan
Model yang memenuhi syrat adalah
Model Uji Signifikan Uji
model ARIMA (2,1,0) dan model ARIMA
(1,1,0). Langkah selanjutnya untuk menentukan T P White
model terbaik melihat pada MS (mean square
eror) yang palimg kecil, yaitu model ARIMA Noise
(2,1,0) dengan MS (mean square eror) adalah
1112409.
ARIMA Signifikan Tidak Signifikan
4. Peramalan Signifikan
(2,1,1)
Hasil pemodelan data yang signifikan dan
Signifikan Signifikan Signifikan
memenuhi syarat adalah model ARIMA (2,1,0) ARIMA
maka pada model tersebut dapat digunakan
(2,1,0)
dalam meramalkan permintaan beras selama 12
ARIMA Tidak
bulan kedepan, sehingga hasil peramalan Tidak Signifikan
diperoleh sebagai berikut:
Signifikan Signifikan
(1,1,1)
Tabel 4.7. Hasil Peramalan
Periode Peramalan
ARIMA Signifikan Signifikan Signifikan
61 3234,38
62 2877,79 (1,1,0)
63 2644,77
ARIMA Tidak Signifikan Signifikan
64 3017,58
65 2866,72 Signifikan
(0,1,1)
66 2956,46
67 3008,65 volume ruangan gudang 10 x 17 x 6 maka
68 3019,43 H = 10 x 17 x 6 x 407,27
69 3074,66 = Rp. 415.415,4
70 3106,49 untuk setiap kali perawatan, dikalikan dengan
71 3143,91 jumlah perawatan dalam sebulan dan dikalikan
72 3183,79 dalam jumlah bulan dalam setahun, sehingga
H = 415.415,4 x 5 x 12
Jurnal Matematika dan Statistika serta Aplikasinya Vol.10 No. 2 Ed. Jul- Des. 2022
Analisis Pengendalian Persediaan Beras Menggunakan Metode Economic Order Quantity Pada Perum •
Bulog Subdivre Sidrap 102

= Rp. 24.924.924 (𝑃𝑒𝑛𝑦𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)


= (𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)
Berdasarkan data diatas maka selanjutnya 36.134,63866
=
dapat menghitung 365
= 98,99 ton/hari
2 𝐷𝑆
EOQ =√ 3. Penyaluran dalam waktu tunggu (L)
𝐻
= 7 hari × rata-rata penyaluran perhari
2 ×36.134,63866 ×32.000 = 7 × 98,99
=√ = 692,93 ton
24.924.924
= √92,783 Berdasarkan data tersebut maka perhitungan
EOQ = 9,63 ton titik pemesanan kembali (reorder point) dengan
Frekuensi pemesanan selama 1 tahun menggunakan rumus (2.11) sebagai berikut:
𝐷
F=𝑄 ROP = SS + L
=
36.134,63866 = 9.033,63 + 692,93
9,63 = 9.726,56 ton
= 3752,29 atau 3752 kali
Menentukan Total Biaya Persediaan (TIC)
Menentukan Jumlah Safety Stock Perhitungan total biaya persediaan
Perum Bulog menentukan bahwa safety stock/ diperlukan beberapa data sebagai berikut:
persediaan pengaman yang ditentukan yaitu tiga
bulan selama penyaluran rutin, agar ketika terjadi 1. Permintaan beras selama setahun:
gagal panen maka Perum Bulog masih D = 36.134,63866 ton
mempunyai persediaan beras selama tiga bulan 2. Biaya pemesanan (ordering cost)
kedepan. Menentukan perhitungan jumlah S = Rp. 32.000
persediaan pengman maka terlebih dahulu 3. Biaya penyimpanan (carrying cost)
mengetahui jumlah penyaluran setiap bulan, H = Rp. 24.924.924
sebagai berikut: 4. Jumlah permintaan ekonomis
(𝑃𝑒𝑛𝑦𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛) Q = 9,63ton
Penyaluran/bulan = (𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)
Berdasarkan data diatas maka dapat dihitung
36.134,63866
= biaya persediaan dalam satu tahun yaitu:
12 𝐷 𝑄
= 3.011,21 ton/bulan TIC = 𝑆 𝑄 + 𝐻 2
32.00 × 36.134,63866 24.924.924 × 9,63
maka dapat dihitung persediaan = +
9,63 2
pengaman (safety stock) sesuai dengan Perum = 120.073.565,64 + 120.013.509,06
Bulog yakni tiga kali penyaluran dalam setiap = Rp. 240.087.074,7
bulan, yaitu:
SS = 3 × Penyaluran setiap bulan 5. KESIMPULAN
= 3 × 3.011,21
= 9.033,63 ton Adapun kesimpulan dari penelitian ini
berdasarkan rumusan masalah yang telah
Menentukan Titik Pesanan Kembali (Reorder dijelaskan adalah sebagai berikut:
Point)
Perhitungan titik pesanan kembali 1. Jumlah kebutuhan persediaan beras yang
memerlukan beberapa data, yaitu sebagai harus diadakan oleh Perum Bulog dengan
berikut: menghitung menggunakan metode Economi
Order Quantity adalah sebesar 9,63 ton
1. Waktu tunggu (lead time) dari Perum Bulog untuk setiap kali pesan.
selama 7 hari, dari hari saat pemesanan 2. Hasil analisis optimal persediaan beras pada
hingga barang tiba digudang. Perum Bulog Subdivre Sidrap dengan
2. Perkiranan rata-rata penyaluran perhari persediaan pengaman (safety stock) yaitu
sebesar 9.033,63 ton, penentuan titik

Jurnal Matematika dan Statistika serta Aplikasinya Vol.10 No. 2 Ed. Jul- Des. 2022
103 • Andi Mariani, Risnawati Ibnas, Reski Eka Wulandari

pemesanan kembali (reorder point) yaitu


sebesar 9.726,56 ton dan untuk total
Persediaan bahan baku (TIC) yaitu sebesar
Rp. 240.087.074,7

6. DAFTAR PUSTAKA

[1] Riyanto, Bambang.2001. Dasar-Dasar


Pembelajaran Perusahaan.Yogyakarta:
BBFE.
[2] Hakim, Arman.2003. Perencanaan dan
Pengendalian Produksi.Surabaya: Guna
Widya.
[3] Taha, Hamdy A.2017.Operations Research
an Introduction.Tent edition.England:
Pearson Education Limited.
[4] Kurniawan, Maria Cendanasari dan Wiwik.
Penerapan Metode Campuran
Autoregresivve Integrated Moving Average
dan Quantile Regression (ARIMA-QR)
Pengendalian Persediaan Beras(Studi
Kasus: Perum Bulog Sibolga), Skripsi.
Universitas Sumatera Utara.Untuk
Peramalan Harga Cabai Sebagai Komoditas
Strategi Pertanian Indonesia. Jurnal
Teknikits, 7, no. 1.
[5] Yunati, Tasna. 2019.Peramalan Jumlah
Penggunaan Kouta Internet Menggunakan
Metode ARIMA. Journal of Mathematisc:
Theory and Application, 1, no. 2.
[6] Zulhamidi, dan Riski.2016. Peramalan
Penjualan The Hijau dengan Metode
ARIMA (Studi Kasus pada PT.MK). Jurnal
PASTI, XI, no. 3
[7] Aminudin. 2005. Prinsip-Prinsip Riset
Operasi. Jakarta: Erlangga.
[8] Haming, Murdifin dan Mahfud
Nurnajamuddin. 2012. Manajemen Produksi
Moddern.Edisi kedua. Jakarta: Bumi
Aksara.
[9] Yusuf, Fitriani dan I.K.2014.Efesiensi
Persediaan Beras Pada Perum Bulog Divisi
Regional Daerah Istimewa
Yogyakarta.Yogyakarta
[10] Heizer, Jay dan Barry Render. 2000,
Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba
Empat.

Jurnal Matematika dan Statistika serta Aplikasinya Vol.10 No. 2 Ed. Jul- Des. 2022

Anda mungkin juga menyukai