Anda di halaman 1dari 5

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No.

1 (2018) 2337-3520 (2301-928X Print) A1

Kebijakan Persediaan Spare Parts


(Studi Kasus : Pabrik Perakitan Sepeda Motor)
Meriem Octaviana, Imam Baihaqi, dan Geodita Woro Bramanti
Departemen Manajemen Bisnis, Fakultas Bisnis dan Manajemen Teknologi, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember
e-mail: geodita@mb.its.ac.id
Abstrak—Persediaan merupakan hal yang perlu mendapat produksinya. Sistem produksi yang dilakukan oleh PT X
perhatian lebih bagi perusahaan. Tingginya nilai persediaan adalah sistem JIT (just in time). Sistem JIT juga didukung
akan berdampak buruk dalam segi keuangan perusahaan dan dengan karateristik permintaan PT X yang bersifat
segi operasional. Seperti yang terjadi pada sebuah perusahaan deterministik dengan rencana MPS (Master Production
manufaktur sepeda motor yaitu PT X. Keinginan perusahaan
dalam melakukan kontinuitas produksi membuat rute
Schedulling) dan rancangan MRP (Master Requirement
pengiriman lebih besar dibandingkan rute produksi. Hal Production) telah ditetapkan pada setiap awal tahun.
tersebut terjadi karena kebijakan persediaan yang beroperasi Dalam mengelola persediannya, PT. X tidak menganut
tidak optimal dan tidak sesuai pada karakteristik dengan sistem JIT secara penuh. Konsep JIT persediaan adalah
sistem produksi perusahaan. Karakteristik sistem produksi PT bahan baku untuk proses produksi hanya datang sewaktu
X adalah deterministik, dengan penggunaan persediaan akan dibutuhkan [3]. Tetapi, dalam proses pemesanan spare
bersifat konstan dengan permintaan tetap. Metode yang part, PT. X menambahkan setiap jumlah pemesanan dengan
digunakan dalam penyelesaian masalah adalah economic order jumlah safety stock. Hal tersebut dilakukan untuk
quantity (EOQ) dengan sistem kontrol pengendalian
mengantisipasi keterlambatan kedatangan supplier yang
persediaan menggunakan continuous review control (S,s).
Penentuan kombinasi parameter S dan s sangat berpengaruh dapat menghambat kelancaran proses produksi. PT. X
terhadap keberhasilan pengendalian persediaan. Spare part memiliki target level stock yang perlu dicapai adalah satu
diklasifikasi berdasarkan nilai pemakaian menggunakan 1.0 shift per hari. Dalam kondisi saat ini level stock yang
klasifikasi ABC untuk diketahui tingkat kepentingannya. berjalan di PT. X adalah sebesar 2.0 shift. Ketidaktercapaian
Dengan hasil perhitungan nilai persediaan menggunakan EOQ target level stock tersebut menjadi masalah bagi PT. X
dan S,s akan diperoleh jumlah nilai persediaan yang optimal karena kurang melakukan efisiensi terhadap pengelolaan
sehingga mampu menurunkan biaya persediaan pada PT X. persediaannya.
Kata Kunci—Continuous Review Control, Economic Order
Quantity, Fixed Demand, Manajemen Persediaan, Model
Deterministik.

I. PENDAHULUAN

P
ERSEDIAAN merupakan salah satu bentuk asset yang
dimiliki oleh perusahaan. Hal tersebut dikarenakan
adanya uang yang tertanam dari persediaan yang tersimpan
oleh perusahaan [1]. Persediaan dapat berdampak buruk
apabila tidak dikelola dengan baik, akan tetapi terdapat
beberapa alasan mengapa perusahaan perlu memiliki Gambar 1. Data Shift Level Stock PT X.
persediaan. Alasan perusahaan perlu menyediakan
persediaan dikarenakan oleh tiga hal yaitu waktu, Kondisi seperti ini apabila terus berlanjut akan
uncertainty dan economic of scale [2]. Alasan waktu adalah berdampak buruk pada efisensi perusahaan, baik dari sisi
untuk menghadapi kondisi operasional yang tidak sesuai fasilitas penyimpanan maupun sisi biaya. Sehingga
perencanaan, dimana divisi PPIC (Production Planning dibutuhkan kebijakan persediaan yang optimal untuk
Inventory Control) dituntut bertanggung jawab terhadap diterapkan pada pabrik II PT. X.
berjalannya proses produksi. Alasan ketidakpastian yaitu
dalam menghadapi ketidakpastian demand dan supply. II. TINJAUAN PUSTAKA
Alasan economic of scale yaitu agar perusahaan mampu
A. Manajemen Persediaan
meraih nilai ekonomis dalam proses produksi dan proses
pengadaan barang. Manajemen persediaan merupakan proses yang meliputi
Kinerja finansial perusahaan turut dipengaruhi oleh proses perencanaan, pengadaan serta pengawasan terhadap
ketepatan dalam pengelolaan persediaan. Salah satu fungsi tingkat persediaan yang dibutuhkan oleh perusahaan agar
pengelolaan persediaan untuk memastikan jumlah kuantitas mencapai jumlah optimal [4]. Pengelolaan persediaan tidak
persediaan yang dimiliki untuk proses produksi berjalan tepat akan berdampak buruk bagi perusahaan. Berikut
sesuai dengan perencanaan. Pengelolaan persediaan dapat dampak yang dapat terjadi apabila terdapat kesalahan dalam
diartikan sebagai proses pengolahan produk jadi, produk mengelola persediaan [1], antara lain:
setengah jadi dan bahan baku oleh perusahaan [2]. PT. X 1. Penuhnya kapasitas penyimpanan barang dalam
adalah perusahaan manufaktur kendaraan sepeda motor gudang, sehingga barang tidak dapat tertampung diarea
yang mengedepankan efisiensi proses dalam operasional gudang
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018) 2337-3520 (2301-928X Print) A2

2. Biaya yang ditanggung oleh perusahaan besar karena Terdapat dua model kebijakan dalam pengendalian
kurangnya efisiensi dalam pengelolaan persediaan persediaan. Dua kebijakan tersebut didasari atas laju
3. Terjadinya stockout sehingga perusahaan mengalami permintaan. Kebijakan tersebut yakni model deterministik
kerugian akibat lost sales/ backorder. dan model probabilistik
Kelancaran proses produksi akan dapat terwujud - Model deterministik adalah sistem persediaan yang
apabila proses pengelolaan persediaan dilakukan secara parameter dan seluruh variable telah diketahui secara
tepat waktu, tepat jumlah, tepat kualitas, tepat tempat serta pasti [6]. Dasar penentuan besarnya jumlah pemesanan
tepat harga [4]. pada model deterministik adalah model EOQ (economic
B. Jenis Persediaan order quantity) yang merupakan sebuah teknik
Terdapat beberapa jenis persediaan yang menjadi pengendalian permintaan untuk mencapai titik yang
pembeda antar persediaan satu dan persediaan lainnya [5] optimal dengan biaya rendah [7]. Perhitungan EOQ bisa
yaitu : dilakukan dengan menggunakan rumus berikut [2]:
- Pipeline atau transit inventory : persediaan yang 2𝑘𝜆
𝐸𝑂𝑄 = √
muncul karena panjangnya waktu pengiriman dari satu ℎ
tempat ke tempat yang lainnya.
- Cycle stock : persediaan ini memiliki siklus dalam k = Biaya pemesanan (setup cost atau order cost)
pergerakannya. Jumlah persediaan jenis ini akan 𝜆 = Permintaan
berkurang sedikit demi sedikit akibat habis terpakai h = Biaya penyimpanan (holding cost)
ataupun habis terjual. - Model probabilistik yaitu sebuah model pengendalian
- Safety stock : berfungsi sebagai antisipasi keterlambatan persediaan yang memiliki parameter persediaan bersifat
pengiriman. variatif [6]. Dalam mengatasi parameter yang variatif,
- Anticipation stock : persediaan untuk mengantisipasi model ini memerlukan sebuah stok pengaman/ safety
kenaikan permintaan karena sifat musiman dari stock. Safety stock ditetapkan untuk mengantisipasi
permintaan suatu produk. adanya kekurangan bahan baku atau shortage. Apabila
terjadinya kekurangan bahan baku maka akan
C. Fungsi Persediaan berdampak pada menurunnya service level dan
Efisiensi persediaan dapat tercapai melalui fungsi terhambatnya proses produksi.
persediaan yang optimal, fungsi persediaan [5] adalah: F. Sistem Kontrol Persediaan
- Fungsi indepedensi: agar proses produksi dapat terus
berjalan tanpa bergantung pada permintaan dan pasokan Sistem kontrol persediaan dikenal dengan istilah
bahan baku dari pemasok kebijakan replenishment. Terdapat 2 jenis kebijakan
- Fungsi ekonomis: agar tercapai biaya yang minimum replenishment yaitu periodic review control dan continuous
dengan pemesanan kapasitas penuh review control [8].
- Fungsi antisipasi: persediaan diperlukan dalam - Periodic Review Control
mengantisipasi adanya perubahan permintaan atau Merupakan metode pengendalian persediaan yang mana
pasokan. jumlah atau kondisi persediaan dipantau pada saat
interval tertentu. Terdapat dua jenis sistem review pada
D. Klasifikasi ABC periodic review control, yaitu (R,S) dan (R,s,S) [9].
Sistem pengelolaan persediaan ABC adalah teknik Sistem kontrol (R, S) adalah sistem kontrol yang dalam
dalam pengaturan sistem kontrol persediaan dengan melakukan kontrol persediaan dan pelaksanaan
membagi sistem persediaan mana yang perlu dikontrol pemesanan akan dilakukan setiap R dengan jumlah
secara rutin dan mana yang tidak. Sistem analisis ABC pemesanan yang dilakukan harus mencapai titik
seringkali dikombinasikan dengan aturan 80/20 atau analisis maksimal atau titik S.Sistem ontrol (R,s,S) adalah
Pareto (Wisner et al., 2014). Sistem analisis ABC seringkali sistem kontrol gabungan antara (s, S) dengan (R, S). R
digunakan untuk pengelolaan persediaan. Pengelolahan berfungsi sebagai periode kontrol yang dilakukan untuk
persediaan ABC mengelompokkan persediaan menjadi kontrol persediaan, S sebagai titik maksimal jumlah
kategori A, B, dan C, tetapi persediaan juga boleh dan dapat persediaan dan s merupakan titik minimum jumlah
dikelompokkan lebih dari 3 kategori. Semakin tinggi persediaan. s sering dijadikan sebagai titik reorder point
kategorinya, semakin penting untuk dilakukan kontrol atau pemesanan kembali bahan baku kepada pemasok.
persediaan yang rutin. Kategori ABC didasarkan dari sisi - Continuous Review Control
harga jenis persediaan dan tingkat penggunaannya dalam Merupakan metode pengendalian persediaan yang
kebutuhan proses operasional perusahaan. Kategori A dalam jumlah atau kondisi persediaan dipantau secara terus
klasifikasi ABC memberikan pendekatan bahwa 20% dari menerus. Pada metode ini terdapat dua jenis sistem
jumlah persediaan yang tersedia berkontribusi sebesar 80% kontrol, yaitu (s, Q) dan (s, S) [9]. Sistem kontrol (s, Q)
dari total nilai persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. adalah sistem kontrol yang waktu pemesanan dilakukan
Kategori B memiliki persentase sebesar 40% dari total saat jumlah persediaan berada pada titik s atau pada
jumlah persediaan yang tersedia dan menyita 15% dari nilai titik reorder point. Ukuran pemesanan yang dilakukan
persediaan perusahaan. Sedangkan kategori C memiliki pada sistem ini bersifat tetap yaitu sejumlah Q. Sistem
jumlah persediaan sebesar 40% dengan nilai persediaan kontrol (s, S) adalah sistem kontrol yang waktu
yang dimiliki dari total nilai persediaan sebesar 5% (Wisner pemesanannya pada saat persediaan berada pada titik s
et al., 2014) atau titik reorder point. Besarnya ukuran pemesanan
ditentukan dalam jumlah mencapai titik maksimal yaitu
E. Model Kebijakan S, sehingga jumlah pemesanan pada sistem ini dapat
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018) 2337-3520 (2301-928X Print) A3

berubah-ubah. Berikut perhitungan persediaan


menggunakan sistem kontrol (s,S):
Tabel 1.
Tabel 2.
Sample Data Lead Time
Sampel Klasifikasi ABC
Delay Part Number Pemakaian Nilai Pemakaian Kelas
Part Number Supplier DI In Gate
(menit) 18200-F -N300 800 Rp 343,490,400
16400-A - 7/10/201 7/10/2017 18200-B -N200 650 Rp 273,369,850
9201-C1 1100016 7 10:30 13:13 163 16700-F -H010-M1 1450 Rp 233,887,900
16400-A - 7/17/201 7/17/2017 4550A-F -N300-IN 800 Rp 191,733,600
9201-C1 1100016 7 10:30 13:03 153 4310A-B -N000-IN 550 Rp 171,165,500 A
16400-A - 8/1/2017 8/1/2017 4550A-B -N000-IN 650 Rp 160,950,400
9201-C1 1100016 10:30 11:21 51 16400-C -N011-M1 250 Rp 60,747,750
16400-A - 7/11/201 7/11/2017 18200-A -9400 150 Rp 85,112,100
9201-C1 1100016 7 10:30 10:26 0 11360-B -N000 650 Rp 12,614,550
16400-A - 8/8/2017 8/8/2017 11360-C -N000 250 Rp 4,539,750
9201-C1 1100016 10:30 9:46 0 17510-A-9002-BC 150 Rp 5,427,150 B
16400-A - 7/24/201 7/24/2017 17575-F -N300 800 Rp 3,365,600
9201-C1 1100016 7 10:30 9:44 0 17119-C -N000 250 Rp 820,250
17120-A -9000 200 Rp 236,200
17575-B -N000 650 Rp 2,219,100 C
33708-F -N503 500 Rp 1,640,000

𝑠 = 𝜇𝐿 + 𝑆𝑆 Merupakan biaya yang terjadi karena adanya proses


𝑆 = 𝑞 + 𝑆𝑆 pemesanan barang dari supplier hingga barang sampai
di perusahaan. Pada PT. X besarnya biaya pemesanan
𝑞= √ yang dibebankan sebesar Rp 700 rupiah per hari per
komponen
2
𝐷 5. Data biaya penyimpanan
𝐶 Merupakan biaya tidak tampak (intangible cost) yang
ℎ tidak terdapat dalam pembukuan akuntansi. Biaya
𝑆𝑆 = 𝐾 𝑥 4 𝜎𝐿 simpan terdiri dari biaya modal, asuransi, pajak,
𝐵𝐷 − ℎ𝑄 perpindahan, penyimpanan, penyusutan, keusangan dan
𝐾= 𝐵𝐷 kemerosostan [10]. Pada PT. X, komponen biaya
Q = Kuantitas Pemesanan penyimpanan mengikuti pendekatan dari fogarty dkk
D = Total Permintaan (1991), dengan persentase biaya penyimpanan sebagai
k = Biaya Pemesanan berikut :
h = Holding Cost
K = Safety Factor  Cost of capital = 15%
𝜇𝐿 = Rata-rata Permintaan Selama Lead Time  Insurance = 0.5%
𝜎𝐿 = Standar Deviasi Lead Time  Tax = 2.5%
B = Biaya shortage  Pilferage, spoilage, damage = 0.5%
SS = Safety Stock  Obsolescene = 0.5%
 Storage space & handling = 1%
+
III. METODOLOGI PENELITIAN 20%
Metode penyelesaian dalam penelitian ini adalah 6. Data biaya kekurangan
menggunakan metode kebijakan persediaan economic order Merupakan biaya kerugian yang terjadi akibat
quantity (EOQ) dan continuous review control (S,s). backorder atau lost sales dan kedua kemungkinan
tersebut dapat mengakibatkan lost profit. Dalam kasus
A. Pengumpulan Data PT. X biaya kekurangan akan timbul apabila
Untuk mendukung penelitian, digunakan beberapa data perusahaan tidak mampu memenuhi target produksi
primer dan data sekunder. Berikut data-data yang digunakan yang telah direncanakan, sehingga perhitungan biaya
dalam penelitian : kekurangan PT. X adalah produksi harian dikali harga
1. Data pemakaian spare parts pokok produk (HPP).
Merupakan data keseluruhan komponen yang
digunakan untuk memproduksi satu unit sepeda atau B. Pengolahan Data
dikenal dengan istilah standard usage setiap spare part. Tahap pengolahan data akan dimulai dengan
2. Data lead time pengelompokkan persediaan menggunakan klasifikasi
Merupakan catatan data kerlambatan pengiriman dari persediaan ABC, kemudian komponen yang masuk dalam
supplier ke pabrik. Dalam penelitian lead time klasifikasi kelas A akan dilakukan perhitungan kebijakan
diasumsikan sebagai selisih waktu tunggu atau waktu persediaan. Perhitungan kebijakan persediaan dilakukan
keterlambatan antara delivery instruction perusahaan untuk mendapatkan kuantitas order yang optimal dengan
kepada supplier dengan waktu aktual in gate supplier. menetapkan level stock minimum dan level stock maximum.
(Tabel 1) Perhitungan kuantitas pemesanan menggunakan EOQ
3. Data produksi (economic order quantity) dan penetapan level stock
Merupakan data produksi konstan yang beroperasi minimum serta level stock maximum menggunakan
diperusahaan. Dpada PT. X data produksi perusahaan continuous review control (S, s).
merupakan turunan dari MPS (Master Production 1. Klasifikasi ABC
Schedule) tahunan menjadi harian.
4. Data biaya pemesanan
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018) 2337-3520 (2301-928X Print) A4

Tabel 3. penyimpanan pada kondisi laju permintaan yang konstan.


Selisih Nilai Biaya Persediaan Berikut perhitungan dari EOQ :
TIPE SEBELUM SESUDAH
2𝑘𝜆
MOTOR Total Biaya Persediaan Total Biaya Persediaan 𝑬𝑶𝑸 = √
A Rp 122,031,397 Rp 84,131,735 ℎ
B Rp 95,088,465 Rp 93,658,957 k = Biaya pemesanan (order cost)
C Rp 240,626,075 Rp 188,922,143 𝜆 = Kebutuhan produksi
F Rp 116,777,264 Rp 119,366,553 h = Biaya penyimpanan (holding cost)
TOTAL Rp 574,523,201 Rp 486,079,388
Diketahui :
Klasifikasi persediaan dilakukan terhadap 1167 jenis k = Rp 700
spare parts yang termasuk dalam kelompok komponen 𝜆 = 250
frame body kendaraan sepeda motor. Dari 1167, spare h = Rp 194.4
part yang masuk dalam kategori A sebanyak 118 jenis. 2 𝑥 700 𝑥 250
Perhitungan kebijakan persediaan kemudian dilanjutkan √
𝑬𝑶𝑸 =
dengan menentukan titik minimum dan titik maksimum 194.4
pada semua spare parts. 𝑬𝑶𝑸 = 42
2. Economic Order Quantity (EOQ)
C. Continuous Review Control (S,s)
Tahap ini merupakan tahap perhitungan kuantitas
persediaan. Komponen perhitungan yang digunakan Dalam perhitungan metode continuous review control
dalam metode economic order quantity (EOQ) adalah perlu didapatkan nilai safety factor perusahaan untuk
kebutuhan produksi, biaya pemesanan dan biaya menghitung berapa tingkat antisipasi perusahaan apabila
penyimpanan. Hasil dari perhitungan EOQ kemudian terjadi kekurangan bahan baku.
digunakan sebagai perhitungan sistem kontrol 𝐵𝐷 − ℎ𝑄
persediaan dengan metode continuous review control 𝑲=
(S,s). 𝐵𝐷
Q = kuantitas
3. Continuous Review Control (S,s) pemesanan D = total
permintaan
Perhitungan sistem kontrol dalam penelitian ini h = Biaya penyimpanan (holding cost)
disesuaikan dengan kondisi yang berjalan pada K = safety factor
perusahaan. Pada PT. X laju produksi berjalan konstan B = Biaya kekurangan (shortage cost)
dengan nilai lead time yang variatif, sehingga Diketahui
perhitungan titik minimum (s) atau reorder point Q = 42 (dari hasil EOQ)
menggunakan rumus other probabilistic model dengan D = 250 (dari data produksi kelompok
rumus: C) h = Rp 194.4
𝒔= B = Rp 60.747.750
𝑅𝑝 60.747.750 (250) − 𝑅𝑝194.4 (42)
𝑑𝑎𝑖𝑙𝑦 𝑑e𝑚𝑎𝑛𝑑 𝑥 𝑎𝑣e𝑟𝑎𝑔e 𝑙e𝑎𝑑 𝑡𝑖𝑚e 𝑲=
+ (𝑆𝐷 𝑙e𝑎𝑑 𝑡𝑖𝑚e 𝑥 𝑠𝑎fe𝑡𝑦 f𝑎𝑐𝑡o𝑟) 𝑅𝑝 60.747.750 (250)
Berikut perhitungan untuk titik maksimum (S). 𝑲 = 99,996%
𝑺=𝑄+𝑠 𝑲 = 100%
4. Perbandingan Nilai Biaya Persediaan Nilai safety factor (K) perusahaan sebesar 100%,
Merupakan selisih nilai persediaan penelitian dengan sehingga mengindikasikan bahwa tingkat keamanan
perusahaan saat ini. 𝐷 𝑄 perusahaan akan ketersediaannya bahan baku sebesar 100%.
𝑇𝐶 = Berdasarkan tabel safety factor, nilai safety factor 100%
×𝐶+ ×ℎ adalah 3.1.
D : Kebutuhan 𝑄 2 Setelah didapatkan nilai safety factor, dilanjutkan
Q : Kuantitas untuk perhitungan batasan persediaan. rumusan perhitungan
Pemesanan K : Biaya level stock minimum (s) dan level stock maximum (S) :
Pemesanan
h : Biaya Simpan Per Tahun 𝒔
= 𝑑𝑎𝑖𝑙𝑦 𝑑e𝑚𝑎𝑛𝑑 𝑥 𝑎𝑣e𝑟𝑎𝑔e 𝑙e𝑎𝑑 𝑡𝑖𝑚e
+ (𝑆𝐷 𝑙e𝑎𝑑 𝑡𝑖𝑚e 𝑥 𝑠𝑎fe𝑡𝑦 f𝑎𝑐𝑡o𝑟)
IV. HASIL DAN ANALISIS 𝑺=𝑄+𝑠
A. Klasifikasi ABC Diketahui
Pembagian kelas persediaan disesuaikan dengan Daily demand (D) = 250
pernyataan Wisner (2014), bahwa klasifikasi kelas A Average Lead Time = 0.85
berkontribusi biaya sebesar 80% dari total nilai persediaan, SD Lead Time = 1.57167
diikuti dengan kelas B yang memiliki kontribusi sebesar Safety Factor = 100%
15% dan kelas C sebesar 5%. Pembagian klasifikasi ABC = 3.1
dipaparkan dalam Tabel 2. Q (hasil EOQ) = 42
B. Economic Order Quantity (EOQ) 𝒔 = 250 𝑥 0.85 + (1.57167 𝑥 3.1)
Metode EOQ adalah metode yang dapat digunakan 𝒔 = 218
untuk meminimumkan biaya pemesanan dan biaya
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018) 2337-3520 (2301-928X Print) A5

𝑺 = 42 + 218 secara rutin dilakukan terhadap standard usage pada setiap


𝑺 = 260 spare part. Dengan dilakukan evaluasi secara rutin akan
terhindar dari lebihnya pemesanan spare part dari MRP
Tabel 4. (master requirement planning).
Usulan Supplier Development 2. Efisiensi Pemesanan Spare Part
Komunikasi yang rutin, baik secara email atau
melalui portal supplier disarankan untuk
Keberadaan persediaan yang terlalu besar akan
dilakukan, guna mendukung interaksi yang aktif berdampak pada biaya yang tinggi. Penghematan biaya
antar kedua pihak. Komunikasi dapat berupa dalam jangka panjang akan memberikan manfaat yang besar
Communication menyampaikan informasi terkait program untuk efisiensi perusahaan. Produktivitas yang optimal juga
perusahaan maupun kinerja supplier.
Komunikasi dengan pimpinan puncak supplier.
akan dicapai perusahaan dengan meminimumkan input dan
Tujuan pendekatan dengan pimpinan puncak memaksimalkan output.
adalah untuk membangun kepercayaan, 3. Supplier Development
komitmen dan membangkitkan komunikasi yang Supplier development perlu dilakukan perusahaan untuk
professional antar perusahaan.
Pelatihan dapat berupa classroom-based
memaksimalkan kinerja supplier. Supplier development
learning yang bersifat pelatihan dua arah, merupakan pembinaan atau pengembangan kepada supplier
dimana perusahaan memaparkan rencana untuk kepentingan strategis perusahaan [1]. Dengan
strategis bersama dengan supplier dan melakukan pengembangan supplier, perusahaan dapat
Training menentukan langkah pengembangan untuk
mendukung rencana strategis perusahaan
menghasilkan keunggulan kompetitif. Berikut beberapa
tersebut. usulan supplier development yang dapat dilakukan
Mengadakan program pelatihan sertifikasi perusahaan. (Tabel 4)
dengan bantuan pihak ketiga. Pelatihan
bertujuan untuk mengembangkan performansi
supplier. Pelatihan tersebut berguna baik untuk VI. KESIMPULAN
perusahaan juga untuk supplier itu sendiri.
Perusahaan perlu memiliki tim lintas fungsi 1. Nilai persediaan optimal dinyatakan dengan metode
yang baik untuk melakukan pendekatan kepada economic order quantity (EOQ) dan continuous review
supplier. Hal ini bertujuan untuk meyakinkan
On-site Assistance supplier bahwa perusahaan berkomitmen
control (S,s). Pada 78 jenis spare parts yang telah
terhadap hubungan jangka panjang dan efektif. dihitung, 44 spare parts memiliki nilai persediaan yang
Dengan adanya on-site assistant, perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan nilai persediaan
dapat mampu mengawasi dan mengontrol perusahaan saat ini (Tabel 4.8 – Tabel 4.11).
supplier secara rutin dengan melakukan
pengukuran kinerja supplier. Hasil dari setiap
2. Total biaya persediaan dalam jumlah nilai persediaan
pengukuran kinerja akan langsung saat ini adalah sebesar Rp 574.523.201 per tahun,
dikomunikasikan kepada perusahaan supplier namun dengan menggunakan metode economic order
terkait, untuk perbaikan lebih lanjut bila quantity (EOQ) dan continuous review control (S,s)
dibutuhkan.
biaya persediaan PT X menurun senilai Rp
486.079.388 per tahun. Sehingga PT X dapat
D. Nilai Biaya Persediaan memperoleh nilai penghematan yang meliputi biaya
Pengendalian persediaan dapat dikatakan optimal jika pemesanan dan biaya penyimpanan sebesar Rp
memiliki nilai biaya persediaan yang minimum. Total biaya 88.443.813 per tahun atau 15% per tahun.
persediaan dihitung dengan melibatkan komponen biaya
pemesanan, biaya penyimpanan, jumlah produksi harian dan DAFTAR PUSTAKA
nilai level stock maximum (S). Hasil penghematan biaya
[1] I. N. Pujawan and E. R. Mahendrawati, Supply Chain
persediaan di tunjukkan pada Tabel 3. Management. Surabaya: Guna Widya, 2010.
Dari analisa biaya persediaan terbukti bahwa, hasil [2] S. Nahmias, Production and Operations Analysis, 6th ed. USA:
perhitungan nilai level stock memiliki biaya persediaan yang Mc Graw Hill Companies, 2009.
lebih kecil jika dibandingkan dengan biaya persediaan yang [3] J. Heizer and B. Render, Operations Management, 10th ed. USA:
Pearson Education, Inc, 2009.
setiap hari menjadi beban perusahaan. Dengan nilai level [4] D. Kurniasari, “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku
stock rekomendasi, perusahaan mampu melakukan menggunakan Metode Continous Review (s,S) dengan
penghematan biaya persediaan sebesar Rp 88.443.813 per Pertimbangan Component Commonality,” Surabaya, 2015.
tahun atau sekitar 15% per tahun yang didapatkan dari [5] N. Chairany, “Analisis dan Perancangan Mekanisme Strategi
Information Sharing pada Dua Level Rantai Pasok,” Institut
selisih biaya persediaan yang berjalan di perusahaan sebesar Teknologi Sepuluh Nopember, 2014.
Rp 574.523.201 dengan biaya persediaan kuanititas [6] J. Tersine, Principle of Inventory and Materials Management, 4th
rekomendasi hasil perhitungan sebesar Rp 486.079.388. ed. USA: Prentice-Hall International, 1994.
[7] H. Icun and M. Getty, Business Concept Implementation Series in
Inventory Management. Jakarta: Gramedia, 2005.
V. IMPLIKASI MANAJERIAL [8] S. Levi and Kaminsky, Designng and Managing the Supply
Chain : Concepts, Strategies, and Case Studies. USA: Mc Graw
Implikasi manajerial dijabarkan terkait hal-hal yang Hill Companies, 2009.
dapat dijadikan sebagai referensi bagi pabrik II PT X dalam [9] E. A. Silver, D. A. Pyke, and R. Peterson, Inventory Management
and Production Planning and Schedulling. USA: John Wiley &
menjalankan bisnisnya berdasarkan hasil dan analisis Sons Inc, 1998.
penelitian. [10] R. J. Deviabahari, “Kebijakan Pengendalian Persediaan dengan
Mempertimbangkan Klasifikasi Produk pada PT. X.,” Surabaya,
1. Evaluasi Kebijakan Persediaan Secara Rutin 2013.
Perusahaan perlu melakukan evaluasi secara rutin atas
aktualisasi sistem kebijakan yang beroperasi. Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai