Anda di halaman 1dari 31

BAB 12

Inventory Management

Importance of Inventory
Tujuan dari pengelolaan persediaan adalah untuk menentukan
keseimbangan antara investasi persediaan dan pelayanan ke pelanggan. Di
satu sisi persediaan perlu dikendalikan agar tidak mengalami over stock
yang berakibat pada peningkatan biaya bunga karena adanya inventory
yang over dan juga adanya pemakaian space gudang yang tinggi sehingga
menjadikan biaya pergudangan juga menjadi meningkat. Di sisi lain
persediaan juga harus dijaga agar tidak menjadikan under stock yang
menyebabkan kerugian opportunity sales, bahkan terjadi kekecewaan di
pelanggan karena apa yang diminta tidak bisa direalisasikan.

Pengelolaan persediaan berpengaruh terhadap semua fungsi bisnis


( operation, marketing, dan finance). Berkaitan dengan persediaan ini
terdapat konflik kepentingan diantara fungsi bisnis tersebut. Finance
menghendaki tingkat persediaan yang rendah, sedangkan Marketing dan
operasi menginginkan tingkat persediaan yang tinggi agar kebutuhan
konsumen dan kebutuhan produksi dapat dipenuhi.

Berkaitan dengan kondisi di atas, maka perlu ada pengaturan


terhadap jumlah persediaan, baik bahan-bahan maupun produk jadi,
sehingga kebutuhan proses produksi maupun kebutuhan pelanggan dapat
dipenuhi. Tujuan utama dari pengendalian persediaan adalah agar
perusahaan selalu mempunyai persediaan dalam jumlah yang tepat, pada
waktu yang tepat, dan dalam spesifikasi atau mutu yang telah ditentukan
sehingga kontinuitas usaha dapat terjamin (tidak terganggu).

Usaha untuk mencapai tujuan tersebut tidak terlepas dari prinsip-


prinsip ekonomi, yaitu jangan sampai biaya-biaya yang dikeluarkan terlalu
tinggi. Baik persediaan yang terlalu banyak, maupun terlalu sedikit akan
minimbulkan membengkaknya biaya persediaan. Jika persediaan terlalu

1
banyak, maka akan timbul biaya-biaya yang disebut carrying cost, yaitu
biaya-biaya yang terjadi karena perusahaan memiliki persediaan yang
banyak, seperti : biaya yang tertanam dalam persediaan, biaya modal
(termasuk biaya kesempatan pendapatan atas dana yang tertanam dalam
persediaan), sewa gudang, biaya administrasi pergudangan, gaji pegawai
pergudangan, biaya asuransi, biaya pemeliharaan persediaan, biaya
kerusakan/kehilangan.

Begitu juga apabila persediaan terlalu sedikit akan menimbulkan biaya


akibat kekurangan persediaan yang biasa disebut stock out cost seperti :
mahalnya harga karena membeli dalam partai kecil, terganggunya proses
produksi, tidak tersedianya produk jadi untuk pelanggan.Jika tidak
memiliki persediaan produk jadi terdapat 3 kemungkinan, yaitu :
1). Konsumen menangguhkan pembelian (jika kebutuhannya tidak
mendesak). Hal ini akan mengakibatkan tertundanya kesempatan
memperoleh keuntungan.
2). Konsumen membeli dari pesaing, dan kembali ke perusahaan (jika
kebutuhan mendesak dan masih setia). Hal ini akan menimbulkan
kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan selama persediaan
tidak ada.
3). Yang terparah jika pelanggan membeli dari pesaing dan terus pindah
menjadi pelanggan pesaing, artinya kita kehilangan konsumen.

Selain biaya di atas dikenal juga biaya pemesanan (ordering cost) yaitu
biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan
sejak penempatan pesanan sampai tersedianya bahan/barang di gudang.
Biaya-biaya tersebut antara lain : biaya telepon, biaya surat menyurat,
biaya adminisrasi dan penempatan pesanan, biaya pemilihan pemasok,
biaya pengangkutan dan bongkar muat, biaya penerimaan dan pemeriksaan
bahan/barang.

Functions of Inventory

2
Beberapa fungsi dari persediaan adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan
dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier.

2. Fungsi  Economic Lot Sizing, persediaan ini perlu mempertimbangkan


penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit
menjadi lebih murah dan sebagainya.
3. Fungsi Antisipasi, apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan
yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau
data-data masa lalu yaitu permintaaan musiman.
4. Fungsi Menahan terjadinya kenaikkan harga yang disebabkan adanya
inflasi, sehingga bisa menjadi keuntungan kompetitif bagi perusahaan.

Types of Inventory
Berikut ini merupakan tipe-tipe persediaan :
1. Persediaan Bahan Mentah (Raw Material), yaitu persediaan barang-
barang berwujud, seperti besi, kayu serta komponen-komponen lainnya
yang digunakan dalam proses produksi. Persediaan ini dapat diperoleh
dari sumber-sumber alam atau dibeli dari para Supplier atau dibuat
sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi
selanjutnya
2. Persediaan Barang Dalam Proses (Work In Process), yaitu persediaan
barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam
proses produksi.
3. Persediaan MRO (Maintenance-Repair-Operating). Persediaan yang
membantu atau menolong peralatan (Supplies), agar mesin dan
peralatan yang ada, bisa berjalan secara optimal dan produktif.
4. Persediaan Barang Jadi (Finished Goods), yaitu persediaan barang-
barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap
untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa setiap jenis persediaan


memiliki karakteristik tersendiri dan cara pengelolaan yang berbeda.

3
Figure 12.1 The Material Flow Cycle

Cycle time
95%

5%
Gambar di atas menunjukkan siklus aliran material. Dimana
sebagian terbesar waktu bekerja dalam tahapa proses kerja, adalah
waktu yang tidak produktif yang mencapai hingga +/- 95%.

Managing Inventory
Manajer Operasional perlu memahami sistem dalam mengelola
persediaan, yang dibedakan menjadi 2 hal, yakni :
1. Bagaimana item persediaan bisa diklasifikasikan ? Contoh adalah ABC
Analysis.
2. Bagaimana memastikan catatan persediaan berikut fisiknya bisa sesuai
dan dipertanggungjawabkan.

4
ABC Analysis

System ABC adalah teknik manajemen persediaan dengan


membagai persediaan kedalam tiga golongan sesuai dengan tingkat
penurunan kepentingan yang didasarkan pada nilai rupiah pada investasi
masing – masing golongang persediaan.

Figure 12.2 Graphic Representation of ABC Analysis

C Items

Kriteria lain yang dapat dijadikan sebagai pedoman klasifikasi item


adalah :
 Tingginya kekurangan persediaan
 Antisipasi perubahan mesin peralatan
 Masalah pengiriman
 Masalah kualitas
Berikut ini merupakan kebijakan-kebijakan yang didasarkan pada
Analisis ABC :
 Lebih menekankan pada pengembangan supplier untuk produk
kategori item “A”

5
 Pengendalian fisik persediaan khususnya di kategori “A”
 Lebih memberikan estimasi pada kategori “A”

Record Of Accuracy
Catatan yang akurat merupakan unsur kritis dalam sistem produksi
dan persediaan.

Pencatatan persediaan bisa dilakukan dari 2 sistem yakni :


1. Sistem Periodik
Sistem ini mengharuskan pengecekkan persediaan secara regular.
Variasi dari sistem periodik adalah Two Bin System.
2. Sistem Perpetual
Sistem ini mengikuti proses penerimaan dan pengeluaran pada
basis yang berlanjut (Sistem ini bisa dilakukan secara semi
otomatis).

Berikut ini beberapa hal yang harus dilakukan untuk memastikan


proses pencatatan yang akurasi :

1. Pencatatan produk masukan dan keluaran harus dilakukan secara


akurat.
2. Ruangan persediaan seharusnya diamankan.
3. Hal yang penting adalah membuat keputusan untuk melakukan
pesanan, penjadualan kiriman dan kiriman.

Cycle Counting

Dalam proses perhitungan siklus, semua item-item persediaan


dihitung dan catatan yang ada diupdate pada sebuah basis periodik.
Dimana proses rekonsiliasi data dan fisik ini dilakukan secara terus
menerus.

Pada proses ini, sering digunakan bersamaan dengan Analisis ABC.

Berikut ini merupakan beberapa keuntungan dari adanya perhitungan


siklus :

6
1. Mensolusikan gangguan dan pemberhentian dari produksi
khususnya untuk persediaan fisik tahunan.
2. Mengantisipasi penyesuaian persediaan secara tahunan.
3. Melatih personal audit untuk persediaan yang akurat
4. Bisa mengidentifikasikan dan membenarkan kesalahan-kesalahan
dalam proses
5. Menjaga catatan persediaan secara akurat.

Example 2 Cycle Counting At A Truck Manufacturer

7
5,000 items in inventory, 500 A
items, 1,750 B items, 2,750 C items
Policy is to count A items every
month (20 working days), B items
every quarter (60 days), and C
items every six months (120 days)
Berdasarkan contoh di atas bisa diketahui dari 3 kategori A, B dan C
memiliki jadual perhitungan yang berbeda, dan jumlah item yang
dihitung juga bisa diketahui.
Kategori A dilakukan perhitungan 25 item per hari
Kategori B dilakukan perhitungan 29 item per hari
Kategori B dilakukan perhitungan 23 item per hari
Total keseluruhan 3 kategori produk dapat dilakukan 77 item per
harinya.

Control Service Inventory


Proses ini menjadi sebuah komponen keuntungan yang penting.
Kerugian bisa terjadi dari shrinkage dan pilferage. Shrinkage adalah
persediaan dalam retail yang tidak bisa dihitung (produk hilang atau rusak)
saat proses penerimaan hingga proses penjualan.
Pilferage adalah nilai persediaan yang dicuri oleh pencuri.
Teknik-teknik yang bisa diaplikasikan atas proses pengawasan ini meliputi
beberapa langkah sebagai berikut :
1. Proses seleksi penerimaan, pelatihan dan pendisiplinan dari
karyawan/personnel.
2. Pengawasan yang ketat dari proses penerimaan dan pengeluaran kiriman.
3. Pengawasan yang efektif untuk seluruh produk yang keluar.

Inventory Models

8
Model Persediaan dibedakan menjadi 2, yakni :
1. Model Persediaan untuk Permintaan yang independen
Permintaan untuk item bebas dan tidak tergantung pada permintaan
dari beberapa item lain.
2. Model Persediaan untuk Permintaan yang dependent
Permintaan untuk item tergantung pada permintaan dari beberapa item
lain.
Terdapat beberapa istilah biaya dalam model persediaan yang perlu
dipahami, yakni sebagai berikut :
1. Holding Costs
Biaya yang ditimbulkan oleh penyimpanan persediaan dalam gudang
pada periode waktu tertentu, termasuk pula di dalamnya biaya
asuransi, penyusutan, bunga dan lain-lainnya.
2. Ordering Costs
Biaya yang ditimbulkan oleh adanya kegiatan pemesanan persediaan
dalam sekali pesan, misal: formulir, supplies, proses pemesanan dan
administrasi; selama bahan/barang belum tersedia untuk diproses lebih
lanjut.
3. Setup Costs
Biaya untuk mempersiapkan mesin atau proses produksi untuk
membuat suatu pesanan atau biaya-biaya yang dibutuhkan untuk
melakukan penyesuaian pada saat bahan/barang diproses. Secara
prinsip, setup cost adalah order cost pada saat bahan telah/sedang
diproses. Pada banyak kasus, setup cost sangat berkorelasi dengan
setup time (setup time dapat dieliminasi dengan inovasi mesin dan
perbaikan standard bahan baku).
Istilah ini juga dihubungkan dengan waktu persiapan mesin agar bisa
beroperasional.

9
Berikut ini merupakan gambaran contoh dari jenis-jenis biaya yang perlu
dievaluasi dalam menentukan Holding Costs :

TABLE
12.1 Determining Inventory Holding Costs

COST (AND RANGE)


AS A PERCENT OF
INVENTORY
CATEGORY VALUE

Housing costs (building rent or 6% (3 - 10%)


depreciation, operating costs, taxes,
insurance)

Material handling costs (equipment 3% (1 - 3.5%)


lease or depreciation, power,
operating cost)

Labor cost (receiving, warehousing, 3% (3 - 5%)


security)

Investment costs (borrowing costs, 11% (6 - 24%)


taxes, and insurance on inventory)

Pilferage, space, and obsolescence 3% (2 - 5%)


(much higher in industries
undergoing rapid change like PCs
and cell phones)

Overall carrying cost 26%

Variasi dari biaya Holding Cost bergantung pada jenis bisnis, lokasi bisnis,
dan tingkat suku bunga yang diperhitungkan sebagai biaya akibat overtime
dan over stock.

10
Umumnya biaya holding cost berkisar di 15%-an, dan khusus untuk jenis
bisnis teknologi dan fashion, maka holding cost-nya bisa mencapai lebih
dari 40%.

Inventory Models for Independent Demand


Model persediaan ini dibutuhkan untuk menentukan kapan dan
seberapa banyak dibutuhkan besaran order untuk dijadikan persediaan.
Model-modelnya meliputi :

Model Kuantitas Pesanan Ekonomis - Economic Order Quantity (EOQ


Model)

Model EOQ merupakan model persediaan yang sederhana yang


bertujuan untuk menentukan ukuran pemesanan yang ekonomis dan dapat
meminimumkan biaya total persediaan.
Model ini dapat diterapkan apabila terdapat asumsi-asumsi berikut :
a. kebutuhan permintaan adalah tetap dan diketahui
b. lead time (waktu tunggu) adalah tetap
c. harga beli per unit tetap
d. biaya simpan dan biaya setiap kali pesan tetap
e. diskon kuantitas tidak diperkenankan
f. tidak terjadi kekurangan persediaan atau back order

Figure 12.3 Inventory Usage Over Time

Total order received


Gambar : Grafik Siklus Persediaan Sederhana

11
Dalam kaitannya dengan model persediaan tersebut, biaya-biaya
yang relevan dengan model ini adalah biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan. Jika D adalah jumlah permintaan, dalam kasus ini per
minggu, Q adalah kuantitas pesanan, dan S adalah biaya setiap kali
pesan, maka biaya pemesanan per minggu dirumuskan:
D
=S
Biaya pemesanan per minggu Q
Biaya simpan mingguan dihitung dengan mencari rata-rata biaya
penyimpanan tiap bulan yang dikonversi menjadi mingguan. Rata-rata
persediaan dihitung sebanyak setengah kali kuantitas pesanan dikali
biaya simpan per unit dan nilai ini akan berkurang terus-menerus
hingga mencapai nol, sehingga biaya simpan dapat dirumuskan:

Q
=H
Biaya penyimpanan 2

Berdasarkan persamaan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan,


maka biaya yang muncul dalam persediaan adalah hasil penjumlahan
biaya pemesanan dan biaya penyimpanan per periode waktu, dalam
kasus ini adalah per minggu, dan dapat dirumuskan sebagai:

D Q
=S +H
Biaya persediaan per minggu (TC) Q 2

Hubungan dari ketiga persamaan tersebut dapat dilihat dalam Gambar


sebagai berikut :

Figure 12.4 Costs as a Function of Order Quality

12
Minimum total
cost

Optimal order
quantity (Q*)

Dari Gambar di atas, dapat diilustrasikan bahwa total biaya


persediaan akan mencapai nilai minimum pada saat biaya simpan dan
biaya pesan mencapai titik yang sama, sehingga titik minimal kurva
biaya total dapat dicari dengan turunan TC terhadap Q sama dengan 0,
yaitu:

δTC
=0
δQ

δSD δHQ
+ =0
δQ 2 δQ .Q

H SD
− =0
2 Q2

H SD
=
2 Q2

sehingga diperoleh qty order yang optimal sebagai berikut :

2 SD
Q2 =
H

2 SD
Q=
√ H

keterangan:

D = jumlah permintaan per periode (unit)

13
H = IP, biaya simpan per periode (Rp/unit/periode)

S= biaya pemesanan per periode (Rp/pesan)

Q = kuantitas pesanan yang optimal (unit)

P= harga satuan unit (Rp/unit)

I = biaya simpan dalam persentase persediaan (%)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa


upaya untuk meminimalkan biaya persediaan bisa dilakukan dengan
beberapa hal sebagai berikut :
1) Meminimalkan penjumlahan dari biaya setup (order) dan holding cost,
sehingga total cost akan diminimalkan secara otomatis.
2) Optimalkan besaran order qty yang akan meminimalkan total cost
3) Mengurangi setiap biaya yang mempengaruhi total cost
4) Optimalkan kuantitas order sampai dalam kondisi holding cost dan
setup cost menjadi sama.

Robust Model

Keuntungan dari penerapan model EOQ disebut dengan Robust


Model. Model Robust diperlukan bila semua paramater dan asumsi-asumsi
tidak terpenuhi.
Dalam Kurva ditunjukkan Total biaya akan secara relatif datar di area
EOQ.

Reorder Point (ROP)

Reorder Point atau titik pemesanan kembali adalah saat persediaan


mencapai titik dimana perlu dilakukan pemesanan kembali yang
dinyatakan dalam persamaan berikut :
Titik persamaan kembali = tenggang waktu x pemakaian

14
ROP berguna untuk mengetahui kapan suatu perusahaan mengadakan
pemesanan. Terjadi apabila jumlah persediaan yang terdapat dalam stock
berkurang terus sehingga harus ditentukan berapa banyak batas minimal
tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi
kekurangan persediaan.
Jumlah yang diharapkan tersebut dihitung selama masa tenggang,
ditambah dengan persediaan pengaman (safety stock) yang biasanya
mengacu kepada probabilitas atau kemungkinan terjadinya kekurangan
stok selama masa tenggang (lead time).
Untuk tingkat pelayanan dari siklus pemesanan, semakin besar tingkat
permintaan atau masa tenggang menyebabkan jumlah safety stock harus
lebih banyak sehingga dapat memenuhi tingkat pelayanan yang
diinginkan.
Dengan penentuan/penetapan reorder point diperhatikan faktor-faktor,
sebagai berikut :
1. Procurement  lead time, yaitu penggunaan material  selama tenggang
waktu mendapatkan barang.
2. Besarnya  safety  stock,  dimaksudkan  dengan  pengertian
"procurement lead time" adalah waktu dimana meliputi saat
dimulainya usaha-usaha yang diperlukan untuk memesan barang
sampai barang/material diterima dan ditempatkan dalam gudang
penugasan.
Berikut ini merupakan formula dalam menetukan ROP :

ROP =Dema Lead time for


nd per a new order
day in days
=dxL

15
d= D
Number of working days in a year
Berdasarkan perhitungan formula di atas maka dapat diperoleh
gambaran titik pemesanan kembali diperoleh dari total permintaan selama
satu tahun dibagi dengan jumlah hari kerja dalam satu tahun.

Figure 12.5 The Reorder Point (ROP)

Resupply takes place as order arrives

Berdasarkan kurva di atas dapat diketahui Jumlah unit yang tepat untuk
dilakukan ROP dengan mempertimbangkan lead time.

Production Order Quantity Model


Model ini merupakan model Economic Order Quantity yang
diperuntukkan untuk pesanan produksi.
Model ini digunakan untuk beberapa kondisi sebagai berikut :
1) Ketika persediaan secara terus-menerus dibuat atau dlakukan
selama periode tertentu setelah pesanan diterima.
2) Ketika unit produk yang diproduksi dan dijual secara
bersamaan.
Berikut ini merupakan gambaran dari model kuantitas order produksi :
Figure 12.6 Change in Inventory Levels Over Time For the
Production Model

16
Maximum inventory
Dari gambaran di atas dapat disampaikan terdapat variabel untuk
tingkat persediaan dan variabel waktu, dimana tingkat maksimum
persediaan dapat ditetapkan saat proses awal saat masih belum ada
demand.
Berikut ini adalah beberapa formula dari mkodel kuantitas order
produksi :

Q = Number of pieces per


order p = Daily production rate
H = Holding cost per unit
per year d =Daily demand/usage
rate
t = Length of the
production run in days

Annual Holding
= (Average inventory level) x
inventor cost
y per unit
holding per year
cost

17
Annual= (Maximum inventory level)/2
inventory
level

Maxim
= Total Total

um produced used
invent = pt during
– dt the during
ory production the
level run productio
n run
However, Q = total produced = pt ; thus t = Q/p

Maximum inventory = pQ –d Q =Q 1– d
level p p p

Holding cost = Maximum inventory level (H) = Q1 – dH


2 2 p

Setup cost = ( D/Q) S


1
Holding cost = 2 HQ [ 1−( d / p ) ]
D 1
S=2 HQ [ 1−( d / p ) ]
Q
2 DS
Q2 =
H [ 1− ( d / p ) ]
2 DS
Q¿p =
√H [ 1−( d / p ) ]

18
Model kuantitas order produksi sebenarnya menekankan pada
kondisi Setup Cost dikonsidikan sama dengan Holding Cost.
Dengan demikian akan diperoleh kuantitas produksi yang paling tepat.
Ketika data tahunan digunakan maka persamaan formulanya menjadi
sebagai berikut :

2 DS

√(
¿
Q p=
Annual demand rate
H 1−
Annual production rate )

Quantity Discount Models


Untuk analisa discount, semua unit discount menggambarkan
bahwa semua unit order mempunyai harga dengan beberapa tingkat
diskon, dimana peningkatan diskon menggambarkan bahwa unit order
mempunyai peningkatan harga dengan perbedaan tingkat diskon yang
didasarkan pada pemenuhan jumlah (break quantities). Anda juga dapat
menspesifikasikan penyimpanan, kekurangan persediaan, biaya kehilangan
penujalan konstan, atau diskon. Data yang diminta meliputi permintaan
per periode, biaya order atau setup per order, biaya penyimpanan per unit
per periode, biaya shortage per unit per periode, biaya hilangnya penjualan
per unit, tingkat produksi per periode, lead time untuk order baru dalam
satu periode, biaya unit, tingkat diskon, dan persentase diskon. Nilai yang
lain biarkan sama dengan nilai untuk data EOQ.
Model ini menunjukkan adanya pengurangan harga saat terjadi
pembelian kuantitas tertentu.
Berikut ini merupakan contoh tabel yang menunjukkan adanya kuantitas
diskon :

TABLE 12.2 A Quantity Discount Schedule

DISCOUN DISCOUNT DISCOUNT DISCOUNT

19
T
NUMBER QUANTITY (%) PRICE (P)

1 0 to 999 No discount $5.00

2 1,000 to 1,999 4 $4.80

3 2,000 and over 5 $4.75

Berikut ini merupakan formula dari model kuantitas diskon :

2 DS
Q¿ =
√ IP

Total annual cost = Setup cost + Holding cost +


D Q
TC= S+ H +PD
Q 2

where Q = Quantity ordered


D = Annual demand in units
S = Ordering or setup cost per order
2 DS
Q¿ =
√ IP

Because unit price varies, holding cost (H) is expressed as a


percent (I) of unit price (P)

Langkah-langkah dalam menganalisa kuantitas discount, sebagai


berikut :
1) Setiap potongan harga, dihitung Q*
2) Bila Q* untuk sebuah potongan harga tidak menarik, maka pilih
kuantitasnya yang paling rendah namun tetap memungkinkan
mendapatkan potongan harga.

20
3) Hitung total biaya dari masing-masing Q* atau penyesuian nilai
dari step 2
4) Pilih Q* yang memberikan biaya total yang paling rendah.

Berikut ini merupakan gambaran grafik dari model kuantitas


discount :
Figure 12.7 Total Cost Curve for The Quantity Discount Model

Total cost curve for discount 2

Gambaran Model ini dapat diketahui dari formula serbagai :

21
Berikut ini merupakan contoh dari penentuan kuantitas diskon :

Berdasarkan contoh di atas maka dapat diputuskan bahwa harga dan


kuantitas yang menunjukkan total cost paling rendah adalah nomor 2,
yakni hanya $ 24,725 .

Probabilistic Models and Safety Stock


Model inventori probabilistik adalah model pada sistem inventori
yang diterapkan pada suatu perusahaan dengan permintaan barang yang
tidak diketahui dengan pasti tetapi bisa dilakukan suatu pendekatan yaitu
dengan distribusi peluang.
Dengan kata lain, Model pengendalian probabilistik digunakan
apabila salah satu dari permintaan, lead time atau keduanya tidak dapat

22
diketahui dengan pasti. Suatu hal yang harus diperhatikan dalam model ini
adalah adanya kemungkinan stock out yang timbul karena pemakaian
persediaan bahan baku yang tidak diharapkan atau karena waktu
penerimaan yang lebih lama dari lead time yang diharapkan.Untuk
menghindari stock out perlu diadakan suatu fungsi persediaan pengaman
yaitu suatu persediaan tambahan untuk melindungi atau menjaga
kemungkinan terjadinya stock out.
Dalam model probabilistik yang menjadi hal pokok adalah analisis
perilaku persediaan selama lead time.
Karena pada kondisi ini, lead time dan demand bersifat probabilistik, maka
akan ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi:
a) Tingkat demand konstan, namun periode waktu datangnya pesananan
(lead time) berubah
b) Lead time tetap sementara demand berubah
c) Demand dan lead time berubah

Adapun formula yang digunakan pada model probabilistis ini sebagai


berikut :

ROP = d x L + ss
Annual stockout costs =
Sum of the Units short x the probability x stock out cost /unit x the number
of orders per year.

Berikut ini merupakan contoh dari model probabilistik di admisi :


Figure 12.8 Probabilistic Demand for a Hospital Item

23
Model probabilistik menggunakan tingkat pelayanan (Service level)untuk
menentukan keamanan persediaan ketika biaya stock outs dapat
ditetapkan.
Atas kondisi itu, maka formula ROP = demand during lead time + Zq.
Z = Number of standard deviation
QdlT = Standar deviasi dari permintaan dari permintaan selama waktu
lead time
Berikut merupakan gambaran dari demand probabilistic.

24
Other Probabilistic Models
Model Probabilistik lainnya, terjadi saat Saat data permintaan selama lead
time adalah tidak tersedia, maka ada beberapa model lain yang bisa
dilakukan :
1) Ketika permintaan bervariasi dan waktu menunggu konstan
2) Ketika lead time adalah variabel dan permintaan yang konstan
3) Ketika keduanya permintaan dan lead time adalah variabel

Dalam model ini, maka permintaan merupakan variabel dan lead time
adalah konstan/conatan
Berikut ini merupakan beberapa formula yang dibutuhkan melalui model
probabilistik lain :

ROP = (Average daily


demand
x Lead time in days)
+ ZsdLT

25
where sdLT = sd Lead time
sd = standard deviation

Sebaliknya dalam kondisi lead time merupakan variabel dan


demand konstan, maka berikut ini merupakan formula yang lebih tepat :

ROP = (Daily
demand x Average
lead time in days)
+ Z x (Daily
demand) x sLT

where sLT = Standard deviation

Sebaliknya dalam kondisi lead time dan demand adalah variabel maka
berikut ini merupakan formula :

ROP = (Average daily


demand
x Average lead time) +
ZsdLT

26
where sd = Standard deviation
sLT = Standard deviation
sdLT = (Average lea
+ (Average daily demand)

Single-Period Model

Model persediaan periode tunggal digunakan untuk


mengidentifikasi jumlah persediaan untuk membeli dan hanya satu kali
pesan.
Model ini sering disebut sebagai model statis. Pemesanan dan
persediaan dinalisis berdasarkan trade off dengan menggunakan analisis
marginal. Marginal analisis di sini hanya akan cocok bila ada informasi
mengenai probabilitas kejadian. Dalam situasi ini, perlu dilihat mengenai
laba yang diharap (expected profit) dan kerugian yang diharap (expected
loss). Dengan demikian bila laba yang diharap lebih besar atau sama
dengan kerugian yang diharap, maka situasi yang demikian adalah
menguntungkan.

Berikut ini merupakan beberapa pemahaman terkait formula untuk model


single period :

    Co atau Co = Cost of shortage = sales price/Unit – Cost / unit


    Cu atau Cs = Cost of overage = Cost/unit – Salvage value
    μ = rata-rata jumlah unit yang terjual selama horizon perencanaan
    σ = standar deviasi dari unit yang terjual selama horizon perencanaan

Posisi Service Level sendiri diformulakan sebagai berikut :

27
Service level = Cs
Cs + Co

Fixed-Period (P) Systems


Pada sistem periode tetap, inventori dihitung hanya pada waktu-
waktu tertentu, misalnya setiap minggu atau setiap bulan. Dengan
demikian pada sistim ini, jumlah yang dipesan untuk setiap kali
pemesanan tergantung pada tingkat penggunaan selama periode
monitoring.

Perbedaan pokok sistim Fixed-Time Periode (P model) dengan


Fixed-Order Quantity (Q Model) adalah sebagai berikut :

Aspek Q Model/ FOQ P Model/ FTP


1 Jumlah yang Konstan, jumlah yang Variabel, jumlah yang
dipesan dipesan setiap waktu dipesan untuk setiap kali

28
sama pesan senantiasi
bervariasi
2 Waktu Pemesanan/pemesanan Pemesanan/pemesanan
pemesanan kembali dilakukan pada kembali dilakukan pada
saat inventori berada saat dilakukan review
pada tingkat reorder (R) yang dilakukan secara
berkala dengan tenggang
waktu yang tetap.
3 Pencatatan Pencatatan dilakukan Dihitung hanya pada
setiap kali ada saat periode review tiba.
penambahan atau
pengurangan inventori
4 Ukuran Lebih sedikit dibanding Lebih banyak dibanding
Inventori P model Q model
5 Waktu Lebih tinggi karena  
pemeliharaan pencatatan dilakukan
secara perpetual
6 Jenis item Harganya lebih mahal,  
kritikal, dan penting.

Pada model sistem fixed period ini pesanan-pesanan dilakukan pada akhir
dari periode yang sudah fix atau ada. Pesanan menyebabkan persediaan
meningkat, dan hanya biaya yang berhubungan dengan yang diorder dan
yang disimpan. Item-item tidak saling tergantung satu dengan yang lain.

Berikut ini merupakan gambar dari sistem fixed periode :

Figure 12.9 Inventory Level in A Fixed Period (P) Systems

29
Q4

P
Q3

Sistem Fixed Period ini memiliki beberapa ciri sebagai berikut :


1) Persediaan hanya dihitung pada akhir periode
2) Mungkin dijadualkan pada waktu yang tepat
3) Tepat dijalankan pada situasi yang rutin
4) Bisa terjadi stock kosong di antara periode
5) Memerlukan peningkatan safety stock

Pada sistem periode tetap, persediaan dipesan di akhir periode


tertentu. Setelah itu, baru persediaan yang ada dihitung. Yang dipesan
hanya sebesar jumlah yang diperlukan untuk menaikkan persediaan
sampai ke tingkat target tertentu. Keuntungan sistem periode tetap adalah
bahwa tidak ada penghitungan fisik atas unit yang dimasukkan ke
persediaan setelah ada unit yang diambil—penghitungan hanya terjadi bila
tiba waktunya untuk pengulasan yang berikutnya).
Prosedur ini juga secara administratif lebih memudahkan, terutama
bila pengendalian persediaan hanya merupakan salah satu tugas karyawan.
Sistem periode-tetap sesuai untuk perusahaan yang secara rutin
mengunjungi konsumen (dalam arti kunjungan dilakukan dengan interval
waktu yang tetap) untuk menerima pesanan baru atau untuk pembeli yang
ingin menggabungkan pesanannya agar biaya pemesanan dan

30
pengangkutan bisa dikurangi (dengan demikian, mereka akan mempunyai
periode pengulasan yang sama untuk butir persediaan yang serupa).
Kerugian diterapkannya sistem ini adalah bahwa karena tidak ada
segunung persediaan pada masa periode pengulasan, tidak mungkin bagi
perusahaan untuk mengalami kehabisan stok pada periode itu. Skenario ini
mungkin terjadi bila suatu pesanan dalam jumlah besar menarik tingkat
persediaan ke bawah sampai tingkat nol segera setelah dilakukan
pemesanan. Maka, harus dipertahankan tingkat persediaan pengaman yang
lebih besar (dibandingkan yang dianjurkan sistem jumlah tetap) agar dapat
melindungi perusahaan dari keadaan kehabisan stok selama waktu lowong
antara waktu pengulasan dengan lead time.
Demikian disampaikan atas pengelolaan persediaan yang menjadi
salah satu keputusan penting yang harus diambil oleh seorang manajer
operasional. Pengelolaan persediaan yang tepat selain bisa mendukung
operasional sales agar bisa optimal namun di sisi lain tetap dalam kondisi
terkontrol agar tidak menimbulkan biaya over stock yang berdampak pada
biaya bunga dan juga over utilisasi space gudang yang tentunya juga
berhubungan dengan biaya yang meningkat.

31

Anda mungkin juga menyukai