Anda di halaman 1dari 10

OPTIMASI PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU

PRODUKSI MIE DENGAN METODE SILVER MEAL


(Studi Kasus di PT. Surya Pratista Hutama manufactory, Sidoarjo)
M. Sugianto1), Tedjo Sukmono2)
1), 2)
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Jl. Raya Gelam 250 Candi Sidoarjo
Email:msugiantoku@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk merencanakan dan mengendalikan bahan baku
yang optimal dengan metode Silver Meal (SM). Metode Silver Meal adalah suatu metode
untuk mengendalikan persediaan dan menurunkan biaya pemesanan bahan baku secara
optimal, menentukan bahan-bahan atau komponen-komponen apa yang harus di buat atau di
beli, berapa jumlah yang dibutuhkan dan kapan dibutuhkan. Silver Meal (SM), memiliki
kelebihanya itu dapat membantu meminimalkan biaya pesan dan biaya simpan. Sehingga
total biaya yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan metode lainnya, dapat memecahkan
permasalahan yang tidak terstruktur, masalah-masalah yang kompleks, yang tidak memiliki
data yang cukup seperti perencanaan, optimasi, penentuan alternative keputusan, penyusunan
prioritas, dan pemilihan suatu kebijakan secara efektif dan efisien.

Kata Kunci: Perencanaan, Pengendalian, Optimasi, Silver Meal.

ABSTRACT

The purpose of this study is to plan and control the optimal raw materials with Silver
Meal method (SM). Silver Meal method is a method to control the supply and lowering the
cost of raw materials optimally ordering, specify the materials or components of what should
be made or purchased, how much is needed and when needed. Silver Meal (SM), has
kelebihanya it can help minimize the cost of the message and save costs. So the total cost is
less than other methods, can solve the problem of unstructured, the problems are complex,
which does not have enough data such as planning, optimization, determination of
alternative decisions, setting priorities, and the selection of a policy effectively and
efficiently.

Keywords: Planning, Control, Optimization, Silver Meal.

1. PENDAHULUAN dan kualitas sesuai dengan kebutuhan


Dalam era globalisasi dan yang ada secara efektif dan efisien.
kemajuan teknologi sekarang ini, kondisi PT. Surya Pratista Hutama
persaingan yang ada di dunia usaha saat sering kali dihadapkan pada masalah
ini semakin ketat. Hal ini disebabkan persediaan bahan baku. Persediaan bahan
tuntutan konsumen terhadap suatu produk baku adalah sumber daya yang
yang tidak hanya terbatas pada harga dan menganggur (idle resources) yang
kualitas saja tetapi juga pada pelayanan menunggu proses lebih lanjut. Proses
yang baik. Pelayanan yang dimaksud lebih lanjut dapat juga berupa produksi
dapat berupa ketersediaan produk yang seperti pada proses manufaktur, kegiatan
diinginkan konsumen dengan kuantitas pemasaran seperti yang dijumpai pada
1
sistem manufaktur. Persediaan bisa apabila terjadi penyimpangan maka dapat
muncul karena memang direncanakan atau dikoreksi, sehingga apa yang diharapkan
merupakan akibat dari ketidaktahuan dapat tercapai.
terhadap suatu informasi (D. Rahmayanti,
dkk. 2013). 2.3. Peramalan
Oleh sebab itu diperlukan suatu Peramalan (forecasting) adalah
metode dalam pengendalian persediaan
merupakan suatu tindakan untuk
bahan baku pada perusahaan tersebut, agar
jumlah persediaan bahan baku disini mengetahui besar permintaan di masa
optimal dan menurunkan biaya mendatang atau secara umum kejadian di
pemesanan. Salah satunya dengan metode masa mendatang. Dengan adanya
silver meal. informasi tentang besarnya permintaan di
Menurut Wohos (2014), metode masa mendatang yang di dapat dari hasil
silver-meal atau sering pula disebut peramalan, maka dapat ditentukan strategi
metode SM, dikembangkan oleh Edward
yang tepat untuk perencanaan yang lebih
Silver dan Harlan Meal adalah salah satu
metode untuk perencanaan dan lanjut. Menurut Kusuma (2002), adapun
pengendalian terhadap persediaan bahan kegunaan peramalan sebagai berikut:
baku berdasarkan pada periode biaya yang 1. Berguna untuk dapat memperkirakan
menyatakan bahwa pembelian bahan secara sistematis dan pragmatis atas
hanya dilakukan pada awal periode dasar data relevan pada masa lalu,
sedangkan biaya simpan hanya
dengan demikian metode peramalan
dibebankan pada bahan yang simpan lebih
dari satu periode. Silver Meal dimulai yang diharapkan dapat memberikan
pada awal permulaan periode pertama, obyektivitas yang lebih besar.
dimana pembelian bahan dilakukan bila 2. Membantu dalam mengadakan
persediaan bahan baku diperhitungkan pendekatan analisa terhadap pola dari
nol. data yang lalu, sehingga dapat
memberikan cara pemikiran,
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Persediaan (Inventory) pengerjaan dan pemecahan yang
Persediaan dapat didefinisikan sistematis dan pragmatis, serta
sebagai bahan yang disimpan dalam memberikan tingkat keyakinan yang
gudang untuk kemudian digunakan atau lebih besar atas ketetapan hasil
dijual. Persediaan dapat berupa bahan peramalan yang dibuat.
baku untuk keperluan proses, barang-
barang yang masih dalam pengolahan dan
barang jadi yang disimpan untuk 2.4 Teknik-Teknik (Lot Sizing)
penjualan. Persediaan adalah hal yang Model lot sizing mempunyai
pokok sebagai fungsi yang tepat dari suatu peran yang sangat penting terhadap
usaha pengolahan/pembuatan (Difana penentuan persediaan, karena lot sizing
Meilani, dkk. 2013). merupakan penentu dalam peletakan
berapa jumlah barang yang harus diorder
2.2 Pengendalian untuk meminimalkan jumlah barang yang
Menurut Assauri (2008), akan dipesan dan meminimalkan biaya
menyatakan bahwa pengendalian persediaan. Objek dari manajemen
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan persediaan adalah untuk menghitung
untuk menjamin agar kegiatan produksi tingkat persediaan yang optimum yang
dan operasi yang dilaksanakan sesuai sesuai dengan permintaan pasar dan
dengan apa yang telah direncanakan, kapasitas perusahaan.
Dalam perhitungan Lot Sizing, Keterangan :
tersedia berbagai teknik yang terbagi
Dm = Permintaan pada periode ke- m
dalam dua kelompok besar yaitu model
Lot Sizing Statis dan model Lot Sizing (D1, D2, D3,…, Dm)
Dinamis. Penggunaan dari masing-masing K(m) = rata-rata biaya persediaan per
model ini adalah tergantung kepada unit waktu.
kondisi dari permintaan/ pengorderan m = Periode
(Planned Order Release hasil MRP) yang A = Biaya order
dihadapi. Apabila permintaan bersifat h = Biaya simpan tiap unit /periode.
konstan atau kontinyu, maka model Lot
Sizing Statis lebih tepat dipergunakan. 2.5. Persediaan Pengaman (Safety
Sedangkan apabila permintaan bersifat Stock) dan Reorder Point
lumpy/dinamis, maka model Lot Sizing Safety stock (persediaan pengaman)
Dinamis yang lebih tepat dipergunakan. atau sering pula disebut sebagai
Beberapa teknik penerapan ukuran lot persediaan besi (iron stock) adalah suatu
untuk satu tingkat dengan asumsi persediaan yang dicadangkan sebagai
kapasitas tak terbatas yang banyak dipakai pengaman dari kelangsungan proses
secara meluas pada industri mekanis dan produksi perusahaan. Dengan adanya
elektronis secara berturut-turut, adalah: persediaan pengaman ini diharapkan
1. Economic Order Quantity (EOQ) proses produksi tidak terganggu oleh
2. Economic Production Quantity adanya ketidakpastian bahan.
(EPQ) Sedangkan reorder point (ROP)
3. Least Unit Cost (LUC) merupakan titik di mana harus diadakan
4. Silver Meal pesanan lagi sedemikian rupa sehingga
Disini penulis menggunakan metode kedatangan atau penerimaan material yang
Silver Meal. dipesan itu adaah tepat pada waktu
Metode Silver Meal Salah satu dimana persediaan di atas safety stock
dari metode heuristik adalah Silver Meal, sama dengan nol. ROP model terjadi
yang merupakan metode dengan apabila jumlah persediaan yang terdapat di
pendekatan yang mudah digunakan, dan dalam stok berkurang terus. Persediaan
dari pengulangan pengerjaan akan didapat pengaman atau safety stock berfungsi
hasil yang baik apabila dibandingkan untuk meminimasi resiko kehabisan
dengan heuristik lainnya. Pengerjaan persediaan. Semakin besar tingkat safety
metode Silver Meal ini mempunyai stock, maka kemungkinan kekurangan
persamaan dengan perhitungan Economic persediaan (stock out) akan semakin kecil.
Order Quantity (EOQ), yaitu digunakan Perhitungan safety stock
sebagai permintaan sebagai dasar untuk persediaan lateks dilakukan dengan rumus
pengulangan variabel pada periode- sebagai berikut
periode selanjutnya, kemudian total
permintaan diatas batas perencanaan. …………………..(2.16)
Metode ini mencoba mencari biaya rata- Dimana :
rata minimal pada tiap periode untuk SS = Safety Stock
sejumlah periode yang telah direncanakan. Z = Derjat Signifikan (Service Level)
Rumusan umum yang dapat digunakan LT = Lead Time
adalah sebagai berikut : σd = Standar Deviasi
Hitung K(m), m = 1,2,3,…,m, dan
Perhitungan waktu pemesanan
hentikan hitungan jika K(m+1) >
kembali atau reorder point dilakukan
K(m). untuk menentukan di level berapa
pemesanan ulang dilakukan berdasarkan
persediaan yang ada. Rumus perhitungan memakai bobot (c) = c1 = 0,4 ; c2
reorder point ini adalah:
= 0,6, untuk periode 3 bulan
ROP = D LT + SS….................(2.17)
Dimana : menggunakan c1 = 0,2 ; c2 = 0,3 ;
ROP = Reorder Point c3 = 0,5 dan untuk periode 5
D = Rata-Rata Demand bulan menggunakan c1 = 0,1 ; c2
LT = Lead Time = 0,1 ; c3 = 0,2 ; c4 = 0,2 ; c5 =
SS = Safety Stock 0,4. Dimana penentuan jumlah
periode dan bobot yang digunakan
3. METODELOGI PENELITIAN
ditentukan secara subjektif.
Penelitian ini dilakukan di PT.
Surya Pratista Hutama Manufactory di 2) Menetapkan metode peramalan yang
Jalan Raya Suko, Sidoarjo pada Bulan digunakan dengan memilih peramalan
Maret sampai April 2014. Penelitian ini dengan deviasi terkecil.
merupakan penelitian deskriptif, yaitu 3) Menghitung safety stock (pengaman).
penelitian yang menuturkan dan 4) Menghitung ukuran pemesanan
menafsirkan data yang berkenaan dengan (ukuran lot), Dalam penelitian ini,
fakta, keadaan, variabel, dan fenomena
yang terjadi saat penelitian berlangsung untuk menentukan ukuran lot
dan menyajikannya apa adanya. Objek digunakan metode Silver Meal.
penelitian ini adalah PT. Suprama dan Rumusan umum yang dapat digunakan
produk yang akan dianalisis adalah produk adalah sebagai berikut:
yang memiliki jumlah permintaan paling K(m)=1/m+〖hD〗_2+〖2hD〗_3+...
banyak berdasar data permintaan. +(m-1)〖hD〗_m)......................(6)
Penelitian ini dilakukan untuk
Hitung K(m), m = 1,2,3,…,m, dan
menganalisis penerapan metode Silver
Meal (SM). yang diawali dengan hentikan hitungan jika K(m+1) > K(m)
menganalisis jadwal induk produksi, Keterangan :
struktur produk dan daftar kebutuhan Dm= Permintaan pada periode ke- m
bahan, serta dengan menganalisis (D1, D2, D3,…, Dm)
besarnya jumlah pesanan optimal untuk K(m)= Rata- rata biaya persediaan per
setiap bahan baku, dan penentuan prioritas unit waktu
supplier.
m = Periode
Dalam pengolahan data-data yang
A = Biaya order
telah ada akan menggunakan tahap- tahap,
h = Biaya simpan tiap unit /periode
yaitu :
5) Menghitung waktu pemesanan kembali
1) Metode peramalan Menghitung
(reorder point).
ramalan permintaan bahan baku untuk
6) Merencanakan kebutuhan persediaan
1 tahun ke depan dengan
bahan baku periode 2014.
membandingkan 2 metode peramalan
Untuk mempermudah agar proses
yaitu :
penelitian tidak meluas di luar
a. Metode Single Exponential pembahasan, maka dibuat diagram alir
Smoothing untuk α = 0,1, α = 0,5, penelitian seperti pada gambar.
α = 0,9. dimana α merupakan
suatu nilai (0<α<1) yang
ditentukan secara subjektif.
b. Metode Weighted Moving
Average untuk periode 2 bulan
bidang produksi makanan ringan, dimana
perusahaan memproduksi Indomie,
Supermi, Sarimi, dan Sakura. Adapun
bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan produk-produk itu memiliki
banyak kesamaan, seperti tepung terigu,
tepung tapioka, dan food additive. Data
yang diperoleh penulis dari pihak PT.
Suprama ditunjukkan pada tabel:
Tabel 4.1 Data Permintaan Bahan Baku
Mie Burung Dara (2013- 2014)

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian


4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.2. Pengolahan Data
4.1. Data Permintaan Bahan Baku Mie 4.2.1Peramalan Kebutuhan Bahan
Kering Periode 2013-2014 Baku
Data ini digunakan sebagai dasar Berdasarkan data permintaan
dalam melakukan proses peramalan bahan baku periode 2013-2014, terlihat
permintaan untuk periode Januari 2013- bahwa terjadi fluktuasi permintaan bahan
Desember 2014. Data-data tersebut baku setiap bulan. Sehingga dalam
berasal dari laporan pemakaian bahan penelitian ini menggunakan dua metode
peramalan, yaitu metode Weighted
baku PT. SUPRAMA. Dalam data
Moving Average dan metode Exponential
permintaan bahan baku mie kering ini, smoothing. Sedangkan untuk memilih
dikelompokkan menjadi 3 macam bahan metode peramalan terbaik dari kedua
baku yaitu kelompok jenis tepung terigu, metode peramalan tersebut dapat diukur
Kelompok jenis tepung tapioka, dan kesalahan antara permintaan aktual 2013-
Kelompok jenis food additive. 2014 dengan hasil peramalannya dengan
PT. Surya Pratista Hutama adalah menggunakan Mean Absolute Deviation
suatu perusahaan yang bergerak dalam (MAD) dan Mean Forecast Error (MFE).
Metode perhitungan tersebut Tabel 4.6 Hasil Peramalan Permintaan
dibandingkan pada masing-masing metode Bahan Baku (Januari 2015-
peramalan dan dicari yang nilai MAD atau Desember 2015)
MFE-nya paling kecil (paling mendekati
nol) dengan menggunakan Microsoft
Excel maka dapat dilihat perbandingan
nilai MAD dan MFE pada masing-masing
metode peramalan yang digunakan.
Seperti dilihat pada tabel.
Tabel 4.5 Perbandingan MAD dan MFE

4.2.2. Perhitungan Safety Stock


Perhitungan Safety Stock
persediaan bahan baku tepung terigu
dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
SS=z √LT (σd)
Keterangan :
SS : safety stock
Z : derjad signifikan (service level)
LT : lead time
σd : standar deviasi
Perusahaan juga menetapkan
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa: risiko kehabisan persediaan untuk seluruh
metode peramalan yang terpilih jenis bahan baku tidak lebih dari 1%.
yaitu Exponential Smoothing karena jadi perhitungan safety stock persediaan
memberikan nilai yang lebih kecil tepung terigu untuk tahun 2015 yaitu:
dibandingkan metode Weighted Moving Lead time= 7 hari
Average, dan bila kita melihat nilai MFE = 0,25 bulan (1 bulan = 28 hari)
yang terkecil maka akan diketahui Service level (z) = 100 % - z
peramalan dengan deviasi terkecil yaitu = 100 % - 99 %
Exponential Smoothing dengan α = 0,5 = 2,33 (lihat tabel z)
karena memberikan nilai MFE yang Standar deviasi = 1189,63
paling kecil (nilainya paling mendekati maka safety stock adalah :
nol). SS=z √LT (σd)
Maka data permintaan bahan baku = 2,33 x √(0.25 )x 1189,63
untuk 12 periode atau satu tahun ke depan = 1385,92 kg
dapat dilihat pada tabel:
Tabel 4.7 perhitungan safety stock tepung Rata-rata Demand = 9708 kg
terigu ROP = (9708 kg x 0,25) + 1393 kg
= 3820 kg
Maka perusahaan dapat melakukan
pemesanan kembali ketika jumlah stok
persediaan sebanyak 3820 kg.
b) Jenis bahan baku tepung tapioka
Diketahui :
Lead Time = 7 hari (0,25 bulan)
Safety Stock = 733 kg
Rata-rata Demand = 4830 kg
ROP = (4830 kg x 0,25) + 733 kg
= 1940 kg
Maka perusahaan dapat melakukan
pemesanan kembali ketika jumlah stok
persediaan sebanyak 1940 kg.
c) Jenis bahan baku food additive
Berikut ini adalah penjabaran Diketahui :
safety stock dari 3 bahan baku. Untuk Lead Time = 7 hari (0,25 bulan)
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel: Safety Stock = 16 kg
Rata-rata Demand = 116 kg
ROP = (116 kg x 0,25) + 16 kg
= 45 kg
Maka perusahaan dapat melakukan
pemesanan kembali ketika jumlah stok
4.3. Perhitungan Waktu Pemesanan persediaan sebanyak 45 kg.
Kembali (Reorder Point) Tabel 4.12. Hasil Perhitungan
Dalam penelitian ini digunakan Reorder Point
model Reorder Point dimana tingkat
permintaan bersifat variabel dan Lead
Time bersifat konstan. Lead time untuk
semua jenis bahan baku adalah 7 hari,
Rumus perhitungan reorder point adalah :
ROP = ¯D LT + SS
4.4. Analisa Data
Dimana : 4.4.1Peramalan Kebutuhan Bahan
ROP = Reorder Point Baku
¯D = Rata-rata Setelah diketahui pola dari data
Demand LT = Lead hasil penelitian kemudian dilakukan
Time peramalan permintaan. Peramalan yang
SS = Safety Stock digunakan adalah peramalan dengan
analisa deret waktu, yaitu weighted
a) Jenis bahan baku tepung terigu.
moving average dan exponential
Diketahui : smoothing karena pola data yang bersifat
Lead Time = 7 hari (0,25 bulan) stasioner. Suatu data deret waktu yang
Safety Stock = 1393 kg bersifat stasioner, merupakan suatu serial
data yang nilai rata-ratanya tidak banyak
berubah sepanjang waktu. Dari hasil
perhitungan peramalan permintaan
menggunakan kriteria pemilihan metode
berdasarkan nilai MAD dan MFE, maka
peramalan terbaik untuk ketiga jenis
bahan baku ini adalah dengan metode 4.4.4 Waktu Pemesanan Kembali
Exponential Smoothing karena memiliki (Reorder Point)
nilai MFE yang paling mendekati nol. Fungsi menentukan reorder point
4.4.2. Persediaan Pengaman (Safety (ROP) yaitu untuk mengetahui berapa
Stock) Bahan Baku banyak batas minimal tingkat persediaan
Berdasarkan hasil perhitungan, yang harus dipertimbangkan sehingga
untuk ketiga jenis bahan baku didapatkan tidak terjadi kekurangan persediaan.
safety stock-nya yaitu dapat dilihat pada Jumlah yang diharapkan tersebut dihitung
tabel. selama masa tenggang. Dalam penelitian
ini, ROP ditambahkan dengan safety stock
yang mengacu kepada probabilitas atau
kemungkinan terjadinya kekurangan stock
selama masa tenggang. Berdasarkan
keadaan yang dialami perusahaan maka
diketahui bahwa waktu tenggang
4.4.3. Persediaan Pengaman (Safety pemesanan bahan baku untuk setiap jenis
Stock) Bahan Baku. bahan baku yaitu 7 hari. Sedangkan rata-
Teknik lot sizing merupakan teknik rata permintaan untuk jenis bahan baku
untuk menentukan jumlah pemesanan tepung terigu 9708 kg , tepung tapioka
yang optimal serta menentukan kapan 4830 kg , food additive 116 kg . Dengan
waktu yang tepat untuk melakukan demikian dengan diketahuinya lead time
pemesanan. dan permintaan rata-rata maka digunakan
Berdasarkan perhitungan dengan model pencarian reorder point untuk
menggunakan metode Silver Meal ukuran jumlah lead time konstan dan permintaan
pemesanan untuk periode 2015 untuk besifat variabel. Berdasarkan hasil
bahan baku tepung terigu yaitu sebanyak wawancara, diketahui bahwa perusahaan
11 kali pemesanan yaitu pada periode menetapkan risiko kehabisan persediaan
Januari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, untuk seluruh jenis bahan baku tidak lebih
Agustus, September, Oktober, November, dari 1%. Setelah dilakukan perhitungan
dan Desember dengan biaya pemesanan diperoleh hasil reorder point untuk tepung
yaitu sebesar 11 x Rp. 2.565.000 = Rp. terigu sebanyak 3820 kg , tepung tapioka
28.215.000, sedangkan untuk bahan baku 1940 kg , food additive 45 kg.
tepung tapioka dengan 6 kali pemesanan
yaitu pada periode Januari, Maret, Mei, 5. PENUTUP
Juli, September, dan November dengan 5.1. Kesimpulan
biaya pemesanan yaitu sebesar 6 x Rp. Kesimpulan yang diperoleh dari
2.565.000 = Rp.15.390.000 adapun untuk analisa pengendalian persediaan bahan
bahan baku food additive yaitu sebanyak 1 baku adalah :
kali pemesanan yaitu periode Januari, 1. Safety Stock ketiga jenis bahan baku
dengan biaya pemesanan yaitu sebesar 1 x yaitu kelompok jenis tepung terigu
Rp. 2.565.000 = Rp.2.565.000, untuk sebanyak 1.386 kg, kelompok jenis
lebih jelasnya biaya pemesanan tahun tepung tapioka sebanyak 733 kg dan
2015 untuk setiap bahan baku dapat kelompok jenis food additive
dilihat pada tabel. sebanyak 17 kg, Sedangkan total
biaya pemesanan bahan baku per kajian dan pendekatan dengan
tahun untuk kelompok jenis tepung metode lot sizing lain yang bersifat
terigu yaitu sebanyak Rp. 28.215.000 dinamik pada persediaan bahan baku
untuk kelompok jenis tepung tapioka di PT. Surya Pratista Hutama.
Rp. 15.390.000 adapun untuk a. Dalam menyusun perencanaan
kelompok jenis food additive dengan
yang efisien dan efektif
biaya pemesanan sebesar Rp.
2.565.000. hendaknya terlebih dahulu
2. Ukuran pemesanan (Lot size) bahan dilakukan peramalan mengenai
baku: Untuk jenis tepung terigu 11 keadaan yang berhubungan
kali pemesanan, untuk jenis tepung dengan rencana yang hendak
tapioka 6 kali pemesanan, dan untuk dibuat.
jenis food additive 1 kali pemesanan. b. Tugas utama manajer material
Sedangkan waktu pemesanan
dibutuhkan perusahaan untuk
kembali bahan baku (Reorder Point)
untuk jenis tepung terigu sebanyak memproduksi barang jadi yang
3820 kg, tepung tapioka 1940 kg, siap dipasarkan. Dengan lebih
food additive 45 kg. memberdayakan bagian
perencanaan produksi dan
5.2. Saran pengendalian stok atau yang lazim
Saran yang diberikan berdasarkan dikenal sebagai PPIC (Production
penelitian yang sudah dilakukan adalah :
plan & inventory control) untuk
1. Penelitian ini bisa dikembangkan
dengan menggunakan metode lain secara proaktif mengelola angka
yang sesuai sehingga bisa permintaan bagian penjualan atau
dibandingkan untuk memperoleh pemasaran sehingga kebutuhan
hasil yang lebih baik. terhadap material yang harus
2. Untuk penelitian selanjutnya dibeli oleh bagian pembelian
sebaiknya mempertimbangkan dapat memenuhi jumlah produksi
jumlah supplier bahan baku karena
peran supplier dapat mempengaruhi yang optimal serta biaya yang
ketersediaan bahan. Adanya suatu ekonomis.
Daftar Pustaka

Assauri Sofjan, 2008. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi/Sofjan


Assauri,- Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Kusuma, H. 2002. Manajemen Produksi : Perencanaan dan Pengendalian Produksi.


Andi. Yogyakarta.

Meilani.D.,and Saputra.R.E, 2013, “Pengendalian Persediaan Bahan Baku Vulkanisir


Ban”, Jurnal Optimasi Sistem Industri, vol. 12, no. 1,hal 326-334.

Rahmayanti.D.,and Fauzan.A, 2013, “ Optimalisasi Sistem Persediaan Bahan Baku


Karet Mentah ( Lateks ) dengan Metode Lot Sizing, Jurnal Optimasi Sistem
Industri, vol 12, no 1, hal 317-325.

Wohos.I.P., Mandagi.R.J.M.,and Walangitan.D.R.O, 2014, “ Pengendalian Material


Proyek Dengan Metode Material Requirement Planning Pada Pembangunan
Star Square Manado, Jurnal Tekno Sipil, vol. 12, no. 61, hal 25-34.

Anda mungkin juga menyukai