Anda di halaman 1dari 6

Seminar on Application and Research in Industrial Technology, SMART

in conjuction with Seminar Teknologi Simulasi, TEKNOSIM

PERANCANGAN DAN EVALUASI KELAYAKAN PABRIK PENGOLAHAN


KOPI DI PENGALENGAN BANDUNG

CEICALIA TESAVRITA*1, BAGUS ARTHAYA2, MEITY MARTALEO3, TRIANA4


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Parahyangan
Ciumbuleuit No.94, Bandung 40141
E-mail : ceicalia@unpar.ac.id

Abstrak. Pangalengan merupakan salah satu penghasil kopi yang besar di Jawa Barat.
Hasil kopi dari perkebunan ini biasanya dijual dalam bentuk kopi mentah kepada
perusahaan pengolah Kopi yang berada di Surabaya. Saat ini koperasi petani kopi di daerah
tersebut berencana untuk membuat pabrik pengolahan kopi mentah menjadi kopi setengah
jadi dengan tujuan untuk meningkatkan harga jual kopi. Hal ini sesuai dengan program
Pemerintah Daerah yang ingin meningkatkan UMKM di Jawa Barat, dan juga program
Perhutani Jawa Barat yang ingin meningkatkan hasil tanam kopi di daerah tersebut.
Penelitian ini mencoba merancang pabrik pengolahan kopi yang sesuai dengan kapasistas
tanam daerah tersebut. Dari hasil rancangan pabrik tersebut dapat diketahui jumlah
kebutuhan investasi yang dibutuhkan untuk pembelian mesin dan aset pabrik. Pabrik
tersebut rencananya akan dikelola oleh koperasi para petani desa tersebut dan bekerja
sama dengan Pemerintah Daerah Jawa Barat. Sistem kerjasama ini tentu saja akan
mempengaruhi bentuk pengelolaan pabrik pengolahan kopi tersebut. Dari hasil rancangan
sistem pabrik pengolahan kopi, dilakukan analisis kelayakan dari aspek pasar, operasional,
legalitas, dan juga finansial. Dari hasil analisis kelayalakan tersebut, pabrik pengolahan kopi
dinyatakan layak untuk dibuat dan dapat segera direalisasikan

Kata kunci: perancangan pabrik, evaluasi kelayakan, UMKM Kopi

Pendahuluan

Kopi merupakan salah satu komoditi pertanian yang menjadi prioritas


pengembangan oleh pemerintah Indonesia. Hasil produksi kopi di Indonesia saat
ini berada dalam peringkat ke 4 dunia dan dari sisi kualitasnya, Indonesia
memiliki varietas-varietas yang unik dan hanya ada di Indonesia. Data yang
didapatkan dari Direktorat Jenderal Perkebunan Indonesia (Ditjenbun, 2011)
jumlah lahan yang digunakan sebagai area kebun kopi dan hasil produksi kopi
terus meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini ada 4 kawasan yang menjadi
sentra produksi kopi di Indonesia, yaitu: NAD, Sumatera Utara, Jawa Timur, dan
Sulawesi Selatan [1]. Jawa barat, khususnya Kabupaten Bandung memang tidak
termasuk kedalam 4 kawasan besar yang menjadi sentra kopi Indonesia, namun
Kabupaten Bandung juga memiliki hasil produksi kopi yang cukup besar. Dalam
1 tahun, Kabupaten Bandung dapat menghasilkan 900 ton bijih kopi. Bijih kopi
hasil panen harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat
dijual. Proses pengolahan biji kopi dari biji kopi mentah menjadi biji kopi olah
dapat dilihat pada Gambar 1.
Jika melihat aspek finansial, hasil yang didapat dari menjual biji kopi olah
akan lebih besar dari hasil menjual biji kopi mentah. Berdasarkan hasil

Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM


ISBN XXX-XXX-XXXXX-X-X
Seminar on Application and Research in Industrial Technology, SMART
in conjuction with Seminar Teknologi Simulasi, TEKNOSIM

wawancara awal dilapangan, didapatkan bahwa petani hanya mendapat Rp


12.000,- s.d. Rp. 17.000,- untuk satu kg biji kopi mentah. Sedangkan jika petani
bisa mengolah biji kopi mentah menjadi biji kopi olah, maha harga jualnya akan
naik menjadi Rp 55.000,- s.d 70.000,- per kg. Namun, untuk dapat mengolah biji
kopi mentah menjadi biji kopi olah, diperlukan suatu sistem produksi pengolahan
kopi yang tentunya akan membutuhkan biaya investasi yang besar. Suatu usaha
yang membutuhkan modal yang besar, perlu dilakukan analisis kelayakannya
dari berbagai aspek sehingga resiko dapat diminimalkan
Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan permasalah pada penelitian ini
adalah:
a. Bagaimana rancangan pabrik yang tepat dalam pengolahan biji kopi
mentah menjadi biji kopi olahan?
b. Bagaimana kelayakan rancangan pabrik tersebut berdasarkan aspek
teknis, dan keuangan?

Panen buah Pengupasan


Sortasi buah Perambangan
masak kulit buah

Pembersihan
Pengeringan Pencucian Fermentasi
kulit /kotoran

Pengupasan
Penyimpanan Sortasi Pengemasan
kulit

Pengiriman

Gambar 1. Proses pengolahan biji kopi mentah menjadi biji kopi olah [2]

Tengkulak

Petani Perusahaan Eksportir atau


Mitra pasar

Koperasi

Gambar 2. Jalur pemasaran kopi di Kabupaten Bandung

Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM


ISBN XXX-XXX-XXXXX-X-X
Seminar on Application and Research in Industrial Technology, SMART
in conjuction with Seminar Teknologi Simulasi, TEKNOSIM

Metodologi Penelitian

Petani-petani kopi yang terdapat di daerah Pangalengan Jawa Barat,


tergabung dalam suatu lembaga yang disebut LMDH. Beberapa dari petani
tersebut kemudian memutuskan untuk membentuk sebuah koperasi. Pihak
koperasi Pangalengan menginginkan untuk membuat satu pabrik pengolahan
kopi yang dapat menampung hasil panen buah kopi dari petani anggota koperasi
maupun petani rakyat lain yang masih berada di wilayah sekitar Pangalengan
maupun daerah Jawa Barat lainnya yang memungkinkan. Setiap tahunnya
koperasi dapat menerima sekitar 600-700 ton buah kopi. Namun saat ini pihak
Perhutani Jawa Barat bekerja sama dengan Koperasi Petani Pangalengan
sedang menjalankan program perapatan pohon yang diestimasi dapat
meningkatkan hasil produksi sebesar 60%. Berdasarkan data tersebut, pihak
koperasi optimis untuk mendapatkan hasil buah kopi sebesar 900 ton setiap
tahunnya.
Untuk proses pengolahan biji kopi mentah (green beans) menjadi kopi
setengah jadi, dibutuhkan 4 jenis mesin yaitu: Pulping, Washing, Hulling, dan
Grading. Untuk masing-masing mesin, terdapat beberapa alternative tipe mesin
yang dibedakan berdasarkan kapasitas. Dengan besarnya input yang ditentukan
sebesar 900 ton pertahun, dan diasumsikan terbagi sama rata setiap bulannya,
maka input produksi per bulannya adalah sebesar 75 ton per bulan. Berdasarkan
data tersebut, maka dibuat beberapa skenario yang akan dievaluasi dan dapat
dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan kebutuhan mesin untuk masing-masing
skenario, tahap selanjutnya adalah penentuan jumlah kebutuhan luas pabrik dan
juga kebutuhan jumlah operator yang dapat memenuhi kebutuhan pabrik secara
efisien [3]. Data ini selanjutnya akan digunakan untuk menentukan kebutuhan
biaya investasi pabrik.
Selain menghitung jumlah mesin – mesin yang dibutuhkan, diperhitungkan
juga kebutuhan untuk proses lainnya. Proses tersebut adalah fermentasi,
pengeringan I dan II , sortasi, dan pengepakan atau penggudangan. Berikut
adalah hal-hal yang digunakan dalam proses-proses tersebut beserta
kapasitasnya masing-masing :
a. Fermentasi: karung dengan kapasitas 1 ton.
b. Pengeringan I dan II: alas dari terpal berukuran 5x2 meter kapasitas
2 ton.
c. Sortasi: pekerja dengan kemampuan sortasi 10kg perhari.
d. Penggudangan: karung dengan kapasitas 1 ton.
Pada tahap analisis kelayakan finansial ini pertama-tama dilakukan adalah
menentukan komponen-komponen biaya apa saja yang dibutuhkan untuk
pendirian pabrik ini. Komponen biaya tersebut mencakup kebutuhan biaya dari
tahap awal investasi sampai pabrik telah beroperasi. Contoh komponen biaya
untuk alternative 1 dapat dilihat pada Tabel 2. Setelah komponen biaya
ditentukan, maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis finansial
kelayakan pabrik dengan menggunakan metode payback period, IRR dan net
present value

Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM


ISBN XXX-XXX-XXXXX-X-X
Seminar on Application and Research in Industrial Technology, SMART
in conjuction with Seminar Teknologi Simulasi, TEKNOSIM

Tabel 1. Skenario Kebutuhan Mesin


Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3
a 8 unit Mesin pulping a. 2 unit Mesin pulping a. 2 unit Mesin pulping
kapasitas 50kg/jam kapasitas 200kg/jam kapasitas 200kg/jam
b 1 unit Mesin washer b. 1 unit Mesin washer b. 1 unit Mesin washer
kapasitas 500kg/jam kapasitas 500kg/jam kapasitas 500kg/jam
c 2 unit Mesin hulling c. 2 unit Mesin hulling c. 1 unit Mesin hulling
kapasitas 100kg/jam kapasitas 100kg/jam kapasitas 200kg/jam
d 1 unit Mesin grading d. 1 unit Mesin grading d. 1 unit Mesin grading
kapasitas 400kg/jam kapasitas 400kg/jam kapasitas 400kg/jam

Tabel 2. Komponen biaya investasi untuk scenario 1


Biaya Mesin dan Peralatan
No Nama Mesin Jumlah Harga Mesin Total Harga
1 Mesin Pulping 8 Rp9,000,000 Rp72,000,000
2 Mesin Pencuci 1 Rp32,500,000 Rp32,500,000
3 Mesin Hulling 2 Rp17,000,000 Rp34,000,000
4 Mesin Grading 1 Rp20,000,000 Rp20,000,000
5 Mesin Pengering Mekanis 1 Rp34,250,000 Rp34,250,000
6 Handlift Trucks 1 Rp3,500,000 Rp3,500,000
7 Terpal Pengeringan 5 Rp90,000 Rp450,000
8 Karung Fermentasi 6 Rp15,000 Rp90,000
9 Karung Cadangan 20 Rp15,000 Rp300,000
10 Alas Kayu 30 Rp100,000 Rp3,000,000
11 Wadah Penampungan Kopi 20 Rp100,000 Rp2,000,000
12 Selang Air 20m Rp10,000 Rp200,000
13 Wadah Air 5 Rp100,000 Rp500,000
14 Mobil Operational 1 Rp92,500,000 Rp92,500,000
15 Lampu 10 Rp42,500 Rp425,000
Total Biaya Rp99,040,000
Biaya Instalasi
Biaya Instalasi Air Rp12,000,000
Biaya Instalasi Listrik Rp8,000,000
Biaya Genset Rp88,000,000
Total Biaya Rp108,000,000
Biaya Konstruksi dan Izin
Total Biaya Pembangunan Rp1,122,000,000
No Nama Jumlah Harga Total
1 Komputer 1 Rp1,100,000 Rp1,100,000
2 Alat Tulis 1 Rp500,000 Rp500,000
3 Lampu 2 Rp33,000 Rp66,000
4 Meja Kursi Kantor 3 Rp1,050,000 Rp4,950,000
Biaya Fasilitas Tambahan Rp10,000,000
Biaya Izin Pendirian Usaha (SIUP) Rp7,500,000
Total Biaya Rp1,146,116,000
Total Biaya Investasi Awal Rp1,353,156,000

Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM


ISBN XXX-XXX-XXXXX-X-X
Seminar on Application and Research in Industrial Technology, SMART
in conjuction with Seminar Teknologi Simulasi, TEKNOSIM

Sebelum membuat kelayakan finansial menggunakan tiga metode tersebut,


yang pertama kali harus dilakukan adalah membuat cashflow. Komponen utama
dari cashflow tersebut adalah penjualan yang berasal dari jumlah unit yang dijual
pertahun dikalikan dengan harga kopi perkilonya yaitu Rp.30.000 dan HPP yang
berisi komponen biaya-biaya produksi. Cashflow inilah yang kemudian menjadi
dasar evaluasi kelayakan finansial berdasarkan ketiga metode yaitu IRR,
Payback Period dan Net present value [4] dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel
3 dan 4.

Analisis Hasil dan Pembahasan

Pada table 3 tersebut terlihat bahwa ketiga skenario memiliki NPV dan IRR
lebih besar dari nol yang berarti ketiga investasi tersebut layak untuk dilakukan,
prioritas yang paling utama adalah skenario 3 yang memiliki waktu pengembalian
investasi paling singkat, yaitu 2,64 tahun, artinya, modal yang dikeluarkan untuk
investasi ini akan kembali dalam waktu hanya sekitar 2 tahun 6 bulan saja. Nilai
NPV dan IRR skenario 3 juga memiliki nilai yang paling besar juga yaitu Rp
Rp3.609.837.190dan IRR 40%.

Tabel 3. Perhitungan aliran kas alternative 1 (2 tahun pertama)


Tahun
No Komponen Biaya
0 1 2
1 Penjualan Rp 4,092,270,000 Rp 4,092,270,000
2 HPP Rp 3,514,173,643 Rp 3,514,173,643
Laba/Rugi Kotor Rp 578,096,357 Rp 578,096,357
Biaya Operasional
3 Biaya Marketing Rp 12,000,000 Rp 12,000,000
4 Biaya Administrasi Rp 12,000,000 Rp 12,000,000
5 Depresiasi Peralatan Kantor & Komputer Rp 1,052,125 Rp 1,052,125
EBIT Rp 25,052,125 Rp 25,052,125
9 Bunga Pinjaman Rp 227,330,208 Rp 214,069,279
EBT Rp 252,382,333 Rp 239,121,404
10 Perkiraan Pajak Pendapatan Rp 325,714,024 Rp 338,974,953
Rp 97,714,207 Rp 101,692,486
LABA SETELAH PAJAK (NIAT) Rp 227,999,817 Rp 237,282,467
11 Depresiasi Mesin Rp 79,956,875 Rp 79,956,875
12 Depresiasi Peralatan Rp 1,052,125 Rp 1,052,125
Cashflow Rp (1,353,156,000) Rp 309,008,817 Rp 318,291,467

Tabel 3 Rekapitulasi Analisis Investasi


Payback
Period NPV IRR
Skenario 1 4,20 Rp2.607.126.701 24%
Skenario 2 2,75 Rp3.560.777.221 38%
Skenario 3 2,64 Rp3.609.837.190 40%

Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM


ISBN XXX-XXX-XXXXX-X-X
Seminar on Application and Research in Industrial Technology, SMART
in conjuction with Seminar Teknologi Simulasi, TEKNOSIM

Dengan tersedianya pabrik pengolahan biji kopi yang dapat digunakan oleh
para petani, sekarang petani dapat menjual hasil taninya dalam bentuk biji kopi
olahan yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Biji kopi olahan tersebut dapat
dijual pada perusahaan mitra yang akan mengolahnya menjadi kopi bubuk siap
jual. Diagram alir saat ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Petani (Koperasi) Perusahaan Mitra Konsumen / Eksportir

Gambar 3. Jalur pemasaran kopi yang diusulkan

Kesimpulan
Berdasarkan hasil perancangan pabrik dan evaluasi kelayakan, maka koperasi
petani kopi di Pangalengan Jawa Barat disarankan untuk membangun pabrik
pengolahan kopi dengan mengambil scenario 3. Dari scenario ini, maka koperasi
akan membutuhkan dana investasi awal sebesar 1,2 M dan akan balik modal
setelah pertengahan tahun ke 3.

Daftar Pustaka

[1] www.aeki-aice.org
[2] Soemarno, Djoko., Mawardi, Surip., Maspur, 2009, Peningkatan Nilai Tambah
Pengolahan Kopi Arabika Metode Basah Menggunakan Model Kemitraan
Bermediasi (Motramed) Pada Unit Pengolahan Hasil di Kabupaten Ngada –
NTT, Pelita Perkebunan, Vol 25, hal 38 – 55.
[3] Tompkins, et.al. 2003. Facilities Planning, 3rd ed. John Wiley & Sons.
[4] Newnan, D., 1998, Engineering Economic Analysis Third Edition, Engineering
Press,Inc, California

Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM


ISBN XXX-XXX-XXXXX-X-X

Anda mungkin juga menyukai