Abstrak. Pangalengan merupakan salah satu penghasil kopi yang besar di Jawa Barat.
Hasil kopi dari perkebunan ini biasanya dijual dalam bentuk kopi mentah kepada
perusahaan pengolah Kopi yang berada di Surabaya. Saat ini koperasi petani kopi di daerah
tersebut berencana untuk membuat pabrik pengolahan kopi mentah menjadi kopi setengah
jadi dengan tujuan untuk meningkatkan harga jual kopi. Hal ini sesuai dengan program
Pemerintah Daerah yang ingin meningkatkan UMKM di Jawa Barat, dan juga program
Perhutani Jawa Barat yang ingin meningkatkan hasil tanam kopi di daerah tersebut.
Penelitian ini mencoba merancang pabrik pengolahan kopi yang sesuai dengan kapasistas
tanam daerah tersebut. Dari hasil rancangan pabrik tersebut dapat diketahui jumlah
kebutuhan investasi yang dibutuhkan untuk pembelian mesin dan aset pabrik. Pabrik
tersebut rencananya akan dikelola oleh koperasi para petani desa tersebut dan bekerja
sama dengan Pemerintah Daerah Jawa Barat. Sistem kerjasama ini tentu saja akan
mempengaruhi bentuk pengelolaan pabrik pengolahan kopi tersebut. Dari hasil rancangan
sistem pabrik pengolahan kopi, dilakukan analisis kelayakan dari aspek pasar, operasional,
legalitas, dan juga finansial. Dari hasil analisis kelayalakan tersebut, pabrik pengolahan kopi
dinyatakan layak untuk dibuat dan dapat segera direalisasikan
Pendahuluan
Pembersihan
Pengeringan Pencucian Fermentasi
kulit /kotoran
Pengupasan
Penyimpanan Sortasi Pengemasan
kulit
Pengiriman
Gambar 1. Proses pengolahan biji kopi mentah menjadi biji kopi olah [2]
Tengkulak
Koperasi
Metodologi Penelitian
Pada table 3 tersebut terlihat bahwa ketiga skenario memiliki NPV dan IRR
lebih besar dari nol yang berarti ketiga investasi tersebut layak untuk dilakukan,
prioritas yang paling utama adalah skenario 3 yang memiliki waktu pengembalian
investasi paling singkat, yaitu 2,64 tahun, artinya, modal yang dikeluarkan untuk
investasi ini akan kembali dalam waktu hanya sekitar 2 tahun 6 bulan saja. Nilai
NPV dan IRR skenario 3 juga memiliki nilai yang paling besar juga yaitu Rp
Rp3.609.837.190dan IRR 40%.
Dengan tersedianya pabrik pengolahan biji kopi yang dapat digunakan oleh
para petani, sekarang petani dapat menjual hasil taninya dalam bentuk biji kopi
olahan yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Biji kopi olahan tersebut dapat
dijual pada perusahaan mitra yang akan mengolahnya menjadi kopi bubuk siap
jual. Diagram alir saat ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil perancangan pabrik dan evaluasi kelayakan, maka koperasi
petani kopi di Pangalengan Jawa Barat disarankan untuk membangun pabrik
pengolahan kopi dengan mengambil scenario 3. Dari scenario ini, maka koperasi
akan membutuhkan dana investasi awal sebesar 1,2 M dan akan balik modal
setelah pertengahan tahun ke 3.
Daftar Pustaka
[1] www.aeki-aice.org
[2] Soemarno, Djoko., Mawardi, Surip., Maspur, 2009, Peningkatan Nilai Tambah
Pengolahan Kopi Arabika Metode Basah Menggunakan Model Kemitraan
Bermediasi (Motramed) Pada Unit Pengolahan Hasil di Kabupaten Ngada –
NTT, Pelita Perkebunan, Vol 25, hal 38 – 55.
[3] Tompkins, et.al. 2003. Facilities Planning, 3rd ed. John Wiley & Sons.
[4] Newnan, D., 1998, Engineering Economic Analysis Third Edition, Engineering
Press,Inc, California