Anda di halaman 1dari 4

URANIUM

A. GOLONGAN

Uranium termasuk dalam jenis bahan galian golongan A karena memiliki kandungan unsur logam
golongan A yang lebih tinggi dari batuan atau mineral lainnya. Golongan A sendiri terdiri dari unsur
logam alkali dan logam alkali tanah yang ditemukan di alam sebagai senyawa mineral yang berbeda-
beda.

Uranium adalah logam radioaktif yang digunakan sebagai bahan bakar dalam reaktor nuklir untuk
menghasilkan energi listrik. Uranium ditemukan dalam bijih uranium yang umumnya berupa uraninit,
yang merupakan oksida uranium hitam berat yang mengandung sekitar 50-80% uranium. Bijih
uranium biasanya terbentuk melalui proses geologi yang kompleks dan ditemukan di bawah
permukaan bumi dalam jumlah yang terbatas.

Karena sifatnya yang radioaktif dan penggunaannya yang kontroversial dalam produksi energi nuklir,
pengambilan, pengolahan, dan penggunaan uranium harus diatur dan diawasi dengan ketat oleh
otoritas pemerintah dan lembaga internasional seperti International Atomic Energy Agency (IAEA).

B. GANESA

Bijih uranium terbentuk melalui proses geologi yang kompleks, yang melibatkan beberapa tahapan
yang panjang dan kompleks. Proses terbentuknya bijih uranium dimulai dari keberadaan uranium di
dalam batuan induk atau bijih primer, yang kemudian akan melalui beberapa tahapan proses geologi
hingga terbentuk bijih uranium.

Berikut adalah tahapan proses terbentuknya bijih uranium secara umum:

1. Pelapukan batuan induk: Uranium awalnya terkandung dalam batuan induk, yang terdiri dari
batuan granit, metamorfik, atau basaltik. Proses pelapukan batuan induk secara alami akan
menghasilkan mineral lepas yang membawa uranium, seperti uraninit dan coffinite.
2. Transportasi mineral: Mineral yang mengandung uranium dapat diangkut oleh air hujan atau
arus sungai dan kemudian diendapkan pada tempat lain.
3. Pengendapan: Mineral yang mengandung uranium dapat diendapkan pada lingkungan geologi
yang cocok, seperti di sepanjang garis pantai, danau atau delta sungai. Endapan uranium juga
dapat terbentuk dalam pegunungan yang baru terbentuk, di mana adanya aktivitas magma dan
fluida hidrotermal yang kaya mineral.
4. Pembentukan bijih uranium: Jika lingkungan geologi dan kondisi yang cocok berlangsung
dalam waktu yang cukup lama, endapan uranium dapat menjadi lebih kaya dan lebih
terkonsentrasi dalam suatu daerah. Jika endapan ini memiliki kadar uranium yang cukup
tinggi dan secara ekonomis layak untuk diekstraksi, maka dapat dianggap sebagai bijih
uranium.

Setelah terbentuk, bijih uranium biasanya ditambang dan diproses untuk mengambil uranium dari
mineral yang mengandungnya. Proses pengolahan uranium meliputi beberapa tahap, seperti
pengeboran, penghancuran, pengolahan bijih, dan pemurnian uranium.
C. KANDUNGAN MINERAL

Bijih uranium mengandung beberapa mineral yang mengandung unsur uranium, yang tergantung pada
jenis bijih dan lingkungan geologi tempat bijih uranium tersebut terbentuk. Di bawah ini adalah
beberapa mineral yang umumnya terkandung dalam bijih uranium:

1. Uraninit: Uraninit adalah mineral yang paling umum ditemukan dalam bijih uranium. Mineral
ini memiliki rumus kimia UO2 dan mengandung sekitar 50-80% uranium. Uraninit berwarna
hitam kecoklatan, berat jenis tinggi, dan bersifat radioaktif.
2. Coffinite: Coffinite adalah mineral uranium yang memiliki rumus kimia USiO4 dan
mengandung sekitar 10-15% uranium. Mineral ini berwarna hitam kecoklatan dan memiliki
berat jenis yang lebih rendah dari uraninit.
3. Brannerit: Brannerit adalah mineral uranium dan tungsten yang memiliki rumus kimia (U,
Th)4(W, Nb)4Ta2O17. Mineral ini biasanya ditemukan dalam bijih uraninit dan memiliki
kadar uranium yang lebih rendah dari uraninit.
4. Kasolit: Kasolit adalah mineral uranium oksida hidrat yang memiliki rumus kimia
K2(UO2)2(Si5O13)3•3H2O. Mineral ini memiliki warna kuning hingga oranye dan bersifat
radioaktif.
5. Autunite: Autunite adalah mineral fosfat uranium hidrat yang memiliki rumus kimia
Ca(UO2)2(PO4)2•10-12H2O. Mineral ini umumnya ditemukan dalam bijih uranium sekunder
yang terbentuk melalui proses pelapukan dan mengandung sekitar 48% uranium.

Kandungan mineral dalam bijih uranium berbeda-beda tergantung pada jenis bijih dan lingkungan
geologi tempat bijih uranium tersebut terbentuk. Kandungan mineral dalam bijih uranium juga dapat
memengaruhi tingkat kesulitan dan biaya pengolahan bijih uranium menjadi uranium yang dapat
digunakan.

D. BENTUK ENDAPAN DAN METODE PENAMBANGAN

Bentuk endapan uranium dapat bervariasi, tergantung pada kondisi geologi tempat endapan tersebut
terbentuk. Berikut adalah beberapa bentuk endapan uranium yang umum dijumpai:

1. Endapan uraninit: Endapan uraninit merupakan endapan uranium yang paling umum.
Endapan ini terbentuk dari pembentukan mineral uraninit yang terkonsentrasi di dalam batuan
beku, batuan sedimen, atau pelapukan batuan. Endapan ini biasanya memiliki kandungan
uranium yang tinggi dan sering kali bersifat radioaktif.
2. Endapan autunite: Endapan autunite terbentuk dari mineral autunite yang terkonsentrasi di
dalam batuan beku, batuan sedimen, atau pelapukan batuan. Endapan ini biasanya terdapat di
dekat permukaan tanah dan memiliki kandungan uranium yang lebih rendah dibandingkan
endapan uraninit.
3. Endapan vanadat: Endapan vanadat merupakan endapan uranium yang terbentuk dari
pembentukan mineral vanadat yang terkonsentrasi di dalam batuan beku, batuan sedimen,
atau pelapukan batuan. Endapan ini memiliki kandungan uranium yang rendah dan umumnya
digunakan sebagai sumber vanadium.
4. Endapan sandstone: Endapan bijih uranium tipe sandstone terbentuk dari proses akumulasi
mineral-mineral yang mengandung uranium pada batuan pasir atau batu pasir. Endapan ini
terbentuk dari proses pengendapan di dasar laut, dan umumnya memiliki kandungan uranium
yang rendah.
5. Endapan vein: Endapan bijih uranium tipe vein terbentuk dari proses pengendapan mineral
yang mengandung uranium pada patahan atau rekahan batuan. Endapan ini biasanya terletak
di daerah-daerah pegunungan yang mengalami proses tektonik, dan umumnya memiliki
kandungan uranium yang lebih tinggi dibandingkan endapan sandstone.
6. Endapan unconformity: Endapan bijih uranium tipe unconformity terbentuk pada zona batas
antara lapisan batuan yang berbeda usia. Endapan ini biasanya terletak pada zona kontak
antara batuan beku dan batuan sedimen, dan umumnya memiliki kandungan uranium yang
tinggi.
7. Endapan roll-front: Endapan bijih uranium tipe roll-front terbentuk dari proses akumulasi
mineral-mineral yang mengandung uranium pada zona pergerakan air di dalam batuan.
Endapan ini terbentuk dari proses oksidasi dan pergerakan air yang mengandung uranium,
dan umumnya memiliki kandungan uranium yang tinggi.

Metode penambangan uranium bervariasi tergantung pada bentuk endapan dan kondisi geologi tempat
endapan tersebut terbentuk. Berikut adalah beberapa metode penambangan uranium yang umum
dilakukan:

1. Open-pit mining: Metode ini dilakukan untuk endapan uranium yang terletak di dekat
permukaan tanah. Penambangan dilakukan dengan cara menggali dan memindahkan tanah,
batuan, dan mineral yang mengandung uranium ke permukaan untuk diproses.
2. Underground mining: Metode ini dilakukan untuk endapan uranium yang terletak di bawah
permukaan tanah. Penambangan dilakukan dengan cara membuat terowongan atau lubang di
dalam tanah untuk mencapai endapan uranium.
3. In situ leaching: Metode ini dilakukan untuk endapan uranium yang tidak dapat dikeruk atau
ditembus dengan metode konvensional. Penambangan dilakukan dengan cara menyuntikkan
larutan kimia ke dalam endapan uranium dan mengekstrak uranium dari larutan yang
dihasilkan.
4. Heap leaching: Metode ini dilakukan untuk endapan uranium yang terkandung dalam batuan
yang memiliki kandungan uranium yang rendah. Penambangan dilakukan dengan cara
menumpuk batuan yang mengandung uranium dan menyiramkannya dengan larutan kimia
untuk mengekstrak uranium dari batuan tersebut.

Setiap metode penambangan uranium memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan pilihan
metode penambangan yang tepat tergantung pada kondisi geologi dan ekonomi tempat endapan
uranium terdapat. Namun, penambangan uranium harus dilakukan dengan hati-hati dan
memperhatikan dampak lingkungan dan kesehatan manusia, karena uranium memiliki sifat radioaktif
yang dapat berbahaya jika tidak diolah dan disimpan dengan benar.

E. PENGOLAHAN

Proses pengolahan bijih uranium tergantung pada jenis bijih yang ditemukan dan metode
penambangannya. Ada dua jenis bijih uranium utama: bijih yang terbuka dan bijih bawah tanah.

Untuk bijih terbuka, proses pengolahan dimulai dengan menghancurkan dan menggiling batuan untuk
memisahkan bijih uranium dari material yang tidak diinginkan. Kemudian, bijih uranium diekstraksi
dari batuan menggunakan proses kimia atau fisika, tergantung pada konsentrasi uranium dalam bijih.
Proses kimia dapat melibatkan pelarutan bijih dalam larutan kimia yang cocok, sedangkan proses
fisika dapat melibatkan penggunaan teknologi pemisahan magnetik atau elektrostatik.

Untuk bijih bawah tanah, proses pengolahan dimulai dengan mengangkut bijih uranium ke permukaan
menggunakan truk atau konveyor. Bijih kemudian dihancurkan dan digiling untuk memisahkan bijih
uranium dari batuan dan mineral lainnya. Bijih uranium kemudian diekstraksi menggunakan metode
yang sama seperti bijih terbuka.

Setelah bijih uranium diekstraksi, uranium dikonversi menjadi bentuk yang cocok untuk penggunaan
sebagai bahan bakar nuklir. Proses ini melibatkan pengolahan uranium dari bentuk yang larut dalam
air (uranium oksida) menjadi bentuk yang tidak larut dalam air (uranium dioksida atau uranium
metalik). Uranium dioksida atau uranium metalik kemudian dibentuk menjadi bahan bakar nuklir
seperti tablet atau bola kecil, yang kemudian digunakan dalam reaktor nuklir.

Namun, penting untuk diingat bahwa proses pengolahan bijih uranium juga dapat menghasilkan
limbah radioaktif yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh karena itu,
pengolahan bijih uranium harus dilakukan dengan hati-hati dan diatur ketat oleh badan-badan
pengatur dan lingkungan.

F. NILAI EKONOMIS

Bijih uranium memiliki nilai ekonomis yang signifikan karena digunakan sebagai bahan baku dalam
produksi energi nuklir. Uranium adalah bahan bakar yang digunakan dalam reaktor nuklir untuk
menghasilkan listrik. Reaktor nuklir memanfaatkan reaksi nuklir fisi, di mana atom-atom uranium
dipecah menjadi atom-atom yang lebih kecil dan melepaskan energi. Energi ini kemudian digunakan
untuk menghasilkan uap, yang menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik.

Permintaan energi nuklir meningkat secara global karena dianggap sebagai sumber energi yang
bersih, aman, dan dapat diandalkan. Oleh karena itu, bijih uranium memiliki nilai ekonomis yang
tinggi sebagai bahan baku dalam produksi energi nuklir. Namun, produksi bijih uranium masih relatif
kecil dibandingkan dengan sumber energi lain seperti minyak, gas, dan batu bara.

Selain sebagai bahan baku energi nuklir, bijih uranium juga memiliki nilai ekonomis sebagai bahan
baku dalam produksi senjata nuklir. Namun, penggunaan uranium dalam produksi senjata nuklir
sangat diatur dan diawasi oleh badan-badan internasional seperti Badan Energi Atom Internasional
(IAEA) untuk mencegah penyebaran senjata nuklir yang tidak diinginkan.

Karena pentingnya peran bijih uranium dalam produksi energi nuklir dan pengaturan ketat terhadap
penggunaannya, bijih uranium juga memiliki nilai ekonomis yang berkaitan dengan faktor politik dan
keamanan. Harga bijih uranium juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pasokan dan
permintaan, tingkat produksi, dan fluktuasi nilai tukar mata uang.

Anda mungkin juga menyukai