Anda di halaman 1dari 4

MONASIT

A. GOLONGAN

Monasit adalah mineral langka berupa fosfat dari tanah jarang yang sering digunakan sebagai
sumber dari elemen langka dan thorium. Monasit terbentuk dari proses geologi yang kompleks dan
memerlukan kondisi yang khusus untuk terbentuk.

Monasit termasuk dalam golongan bahan galian A karena mengandung unsur-unsur langka seperti
cerium, lantanum, neodimium, praseodimium, samarium, dan europium, yang memiliki sifat-sifat
seperti tidak larut dalam air dan mudah terbakar. Selain itu, monasit juga mengandung unsur thorium
yang digunakan sebagai bahan bakar nuklir.

Monasit terbentuk dari proses geologi yang kompleks yang melibatkan mineral-mineral yang
lebih reaktif dalam batuan dan endapan. Proses ini memerlukan kondisi yang khusus, seperti suhu dan
tekanan yang tepat, serta lingkungan kimia yang sesuai.

Karena monasit memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan terbatas dalam jumlahnya, maka
pengambilan dan pemanfaatannya harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan aturan yang
berlaku. Oleh karena itu, monasit termasuk dalam jenis bahan galian golongan A.

B. GANESA

Bijih monasit terbentuk melalui proses geologi yang kompleks dan memerlukan kondisi yang
khusus. Monasit terbentuk di batuan beku atau endapan sedimen di dalam kerak bumi.

Proses pembentukan bijih monasit dimulai dari deposit awal mineral-mineral langka yang
terkandung dalam batuan dan endapan sedimen. Mineral-mineral langka ini termasuk dalam
kelompok fosfat dan terdiri dari monasit, xenotim, dan fosfat lainnya.

Kemudian, karena aktivitas geologi seperti magma yang menembus batuan atau erosi yang terjadi,
mineral-mineral langka tersebut terlepas dari batuan asalnya dan terkumpul dalam suatu area tertentu.
Terjadilah konsentrasi mineral-mineral tersebut dalam jumlah yang signifikan dan membentuk deposit
bijih monasit.

Proses selanjutnya adalah pengendapan dan pemekatan deposit bijih monasit. Hal ini dapat terjadi
akibat adanya perubahan lingkungan, seperti perubahan suhu, tekanan, pH, atau ketersediaan zat-zat
tertentu yang memicu terjadinya pengendapan dan pemekatan bijih monasit.

Selain itu, proses pengendapan dan pemekatan ini juga dapat dipengaruhi oleh aktivitas
organisme hidup seperti bakteri dan alga yang membentuk cangkang atau fosil. Fosil-fosil ini dapat
mengendap bersama bijih monasit dan membantu mempercepat terjadinya pengendapan dan
pemekatan.
Dalam rangka pengambilan bijih monasit, perlu dilakukan ekstraksi yang hati-hati untuk
menghindari kerusakan lingkungan dan merusak habitat organisme hidup yang ada di sekitar lokasi
ekstraksi. Oleh karena itu, pengambilan bijih monasit harus dilakukan dengan memperhatikan aturan
dan regulasi yang berlaku untuk menjaga kelestarian lingkungan.

C. KANDUNGAN MINERAL

Bijih monasit mengandung beberapa mineral fosfat dan unsur langka yang memiliki sifat-sifat
unik dan penting bagi berbagai industri modern. Berikut ini beberapa mineral yang terkandung dalam
bijih monasit:

1. Monasit: Merupakan mineral fosfat yang paling banyak terkandung dalam bijih monasit.
Mineral ini mengandung unsur-unsur langka seperti cerium, lantanum, neodimium,
praseodimium, samarium, europium, dan thorium.
2. Xenotim: Mineral fosfat yang mengandung unsur-unsur langka seperti yttrium, erbium, dan
gadolinium. Mineral ini dapat membentuk kristal yang besar dan sering digunakan sebagai
sumber logam langka.
3. Gadolinit: Mineral fosfat yang mengandung unsur-unsur langka seperti yttrium, cerium, dan
terbium. Mineral ini juga mengandung besi, silikon, dan oksigen.
4. Allanit: Mineral fosfat yang mengandung unsur-unsur langka seperti cerium, lantanum, dan
neodimium. Mineral ini juga mengandung besi, kalsium, dan titanium.
5. Bastnasit: Mineral karbonat yang mengandung unsur-unsur langka seperti cerium,
lanathanum, dan yttrium.

Kandungan mineral dalam bijih monasit dapat berbeda-beda tergantung pada lokasi penambangan
dan kondisi geologi di daerah tersebut. Oleh karena itu, untuk pengambilan bijih monasit, perlu
dilakukan analisis dan pengujian untuk mengetahui kandungan mineral yang tepat dan
memperhitungkan faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi proses pengambilan bijih
tersebut.

D. BENTUK ENDAPAN DAN METODE PENAMBANGAN NYA

Bijih monasit dapat ditemukan dalam berbagai bentuk endapan, yaitu:

1. Endapan aluvial: Endapan bijih monasit yang terletak di atas permukaan tanah, terbawa oleh
arus air dari daerah asalnya dan mengendap di dasar sungai atau danau. Metode penambangan
yang digunakan untuk endapan aluvial adalah dengan cara pencucian gravitasi dan pemisahan
magnetik.
2. Endapan lateritik: Endapan bijih monasit yang terbentuk di atas tanah merah laterit, terutama
di daerah tropis yang basah. Metode penambangan yang digunakan untuk endapan lateritik
adalah dengan cara penggalian dan pengolahan kimiawi.
3. Endapan karbonatitik: Endapan bijih monasit yang terbentuk di dalam batuan karbonatit, yang
merupakan batuan vulkanik yang langka dan terbentuk dari magma yang kaya akan karbonat
dan mineral-mineral fosfat. Metode penambangan yang digunakan untuk endapan
karbonatitik adalah dengan cara penggalian dan pengolahan kimiawi.
4. Endapan pegmatitik: Endapan bijih monasit yang terbentuk di dalam batuan pegmatit, yaitu
batuan beku yang terbentuk dari magma yang mendingin sangat lambat sehingga dapat
membentuk kristal yang besar dan beragam. Metode penambangan yang digunakan untuk
endapan pegmatitik adalah dengan cara penggalian dan pemecahan batuan.

Metode penambangan bijih monasit yang digunakan tergantung pada bentuk endapan dan lokasi
penambangan. Pada endapan aluvial, metode penambangan yang umum digunakan adalah dengan
cara pencucian gravitasi atau pemisahan magnetik. Pada endapan lateritik, metode penambangan yang
umum digunakan adalah dengan cara penggalian dan pengolahan kimiawi. Pada endapan karbonatitik
dan pegmatitik, metode penambangan yang umum digunakan adalah dengan cara penggalian dan
pemecahan batuan atau pengolahan kimiawi.

Perlu diperhatikan bahwa pengambilan bijih monasit harus dilakukan dengan memperhatikan
aturan dan regulasi yang berlaku untuk menjaga kelestarian lingkungan dan meminimalkan dampak
negatif terhadap lingkungan.

E. PROSES PENGOLAHAN

Proses pengolahan bijih monasit melibatkan beberapa tahapan yang meliputi penghancuran bijih,
pemisahan mineral, dan pemurnian unsur langka dari bijih. Berikut adalah tahapan-tahapan umum
dalam pengolahan bijih monasit:

1. Penghancuran: Bijih monasit harus dihancurkan menjadi ukuran yang lebih kecil agar dapat
dipisahkan menjadi mineral-mineral yang berbeda. Proses penghancuran dilakukan dengan
menggunakan alat-alat penghancur seperti jaw crusher, cone crusher, atau impact crusher.
2. Pemisahan: Bijih monasit mengandung beberapa mineral fosfat dan unsur langka yang harus
dipisahkan satu sama lain. Proses pemisahan dapat dilakukan dengan menggunakan teknik
pemisahan magnetik, pengapungan, atau elektrostatik.
3. Pemurnian: Setelah bijih dipisahkan menjadi mineral-mineral yang berbeda, langkah
selanjutnya adalah melakukan pemurnian unsur langka dari mineral fosfat tersebut.
Pemurnian dapat dilakukan dengan menggunakan teknik seperti proses pemisahan ion, proses
pelarutan, atau proses elektrolisis.
4. Pengolahan akhir: Setelah proses pemurnian, unsur langka tersebut dapat digunakan untuk
berbagai aplikasi industri. Namun, sebelum digunakan, unsur langka tersebut masih perlu
diolah lebih lanjut untuk memenuhi standar kualitas yang dibutuhkan oleh aplikasi industri
tertentu.

Proses pengolahan bijih monasit merupakan proses yang rumit dan membutuhkan keahlian dan
teknologi yang canggih. Selain itu, proses pengolahan bijih monasit juga memiliki dampak
lingkungan yang besar karena membutuhkan penggunaan bahan kimia dan sumber energi yang besar.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawasan dan regulasi yang ketat untuk memastikan proses
pengolahan bijih monasit dilakukan secara aman dan berkelanjutan.

F. NILAI EKONOMIS

Bijih monasit memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena mengandung unsur langka yang sangat
penting dalam industri modern. Berikut adalah beberapa unsur langka yang terkandung dalam bijih
monasit dan kegunaannya di industri:

1. Cerium (Ce): Digunakan dalam pembuatan katalis, lampu neon, dan baterai.
2. Lanthanum (La): Digunakan dalam pembuatan baterai, lampu neon, katalis, dan lensa kamera.
3. Neodymium (Nd): Digunakan dalam pembuatan magnet permanen, baterai, dan katalis.
4. Praseodymium (Pr): Digunakan dalam pembuatan katalis, baterai, dan lensa kamera.
5. Samarium (Sm): Digunakan dalam pembuatan magnet permanen, baterai, dan katalis.
6. Europium (Eu): Digunakan dalam pembuatan lampu neon dan katalis.
7. Gadolinium (Gd): Digunakan dalam pembuatan baterai dan filter nuklir.
8. Terbium (Tb): Digunakan dalam pembuatan lampu neon, baterai, dan katalis.
9. Yttrium (Y): Digunakan dalam pembuatan katalis, baterai, dan lensa kamera.

Unsur-unsur langka tersebut memiliki sifat-sifat yang sangat penting dalam berbagai aplikasi
industri modern. Oleh karena itu, bijih monasit memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena menjadi
sumber utama unsur-unsur tersebut.

Selain itu, bijih monasit juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena menjadi sumber
fosfat, yang merupakan bahan baku penting dalam pembuatan pupuk dan makanan ternak. Fosfat juga
digunakan dalam pembuatan deterjen, pestisida, dan bahan kimia lainnya.

Dalam industri pertahanan, unsur-unsur langka yang terkandung dalam bijih monasit juga
memiliki peran penting dalam pembuatan senjata dan sistem pertahanan lainnya. Dengan demikian,
bijih monasit memiliki nilai ekonomis yang sangat penting dan menjadi sumber utama unsur langka
dan fosfat yang dibutuhkan oleh industri modern.

Anda mungkin juga menyukai