Anda di halaman 1dari 9

Uranium dan Proses Pengambilan Uranium sebagai Bahan Bakar Nuklir

Sejarah Uranium dan  Proses  Pengambilan Uranium sebagai Bahan Bakar Nuklir
Uranium ditemukan pada tahun 1789 oleh Martin Klaproth, seorang ilmuwan Jerman.
Nama Uranium diambil dari nama planet Uranus yang ditemukan 8 tahun sebelumnya.
Uranium terbentuk bersamaan dengan terjadinya bumi. Karena itu uranium dapat
diketemukan di setiap batuan dan juga di air laut. Batuan yang mengandung uranium kadar
tinggi disebut batuan uranium atau ”uranium ore” atau ”pitch-blende”.
Peristiwa-peristiwa alam dan proses geologi telah membentuk uranium sebagai mineral.
Karena mineral tersebut bersifat radioaktif dan untuk mendapatkannya harus melalui proses
penggalian dalam tambang, maka uranium  seringkali dikenal juga sebagai bahan galian
nuklir. Mineral uranium terdapat dalam kerak bumi pada hampir semua jenis batuan,
terutama batuan asam seperti granit, dengan kadar 3-4 gram dalam satu ton batuan. Di alam
dapat ditemukan lebih dari 100 jenis mineral uranium, antara lain yang terkenal adalah
uraninite, pitchblende, coffinite, brannerite, carnatite dan tyuyamunite.
Kandungan uranium dalam mineral, besarnya cadangan dan sifat cadangan sangat
menentukan nilai ekonomi mineral tersebut. Untuk selanjutnya perlu dibedakan antara
mineral dan bijih. Mineral adalah senyawa alamiah dalam kerak bumi, sedang bijih
merupakan mineral yang memberi nilai ekonomi apabila dieksploitasikan. Dahulu hanya
bijih dengan kadar di atas 0,1 persen yang menarik perhatian. Namun karena permintaan
uranium yang terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu, maka saat ini orang
mengambil bijih dengan kadar uranium kurang lebih 0,03 persen.
Kadar  uranium dalam batuan granit relatif paling tinggi bila dibandingkan dengan
kadarnya di dalam batuan beku lainnya. Oleh sebab itu, batuan tersebut dapat dikatakan
sebagai pembawa uranium. Batuan granit dengan volume 1 km3 dapat membentuk cebakan
uranium sebanyak 2.500 ton. Pada umumnya uranium dalam batuan ini terdistribusi secara
merata dan dapat dijumpai dalam bentuk mineral uranit maupun oksida komplek euksinit
betafit. Uranit merupakan bahan di mana komponen utamanya dengan prosentase lebih dari
80 % berupa uranium, sedang euksinit betafit merupakan bahan dengan kandungan
uraniumnya cukup besar (lebih dari 20 %) tetapi uranium tersebut bukan merupakan
komponen utamanya.
Mineral uranium yang terdapat dalam batuan mudah dikenali karena sifat-sifat fisiknya
yang khas, antara lain :
Uranium beserta anak luruhnya bersifat radioaktif sehingga mampu memancarkan radiasi
pengion berupa sinar alpha, betha dan gamma . Oleh sebab itu keberadaannya dapat
dipantau dengan alat ukur radiasi. Sifat ini dapat membedakan uranium dari batuan lainnya.
Karena batuan lain tidak memancarkan radiasi, maka batuan tersebut tidak dapat
diidentifikasi dengan alat ukur radiasi.
Oksida alam dari uranium mempunyai warna hijau kekuning-kuningan dan coklat tua yang
mencolok sehingga mudah dikenali.Apabila disinari dengan cahaya ultra ungu, uranium
akan mengeluarkan  cahaya fluoresensi yang sangat indah dan mudah dikenali
Ada tiga jenis isotop uranium alam yang diperoleh dari hasil penambangan, yaitu 235U
dengan kadar 0,715 %, 238U dengan kadar 99,825 % dan 234U dengan kadar yang sangat
kecil. Dari ketiga isotop uranium tersebut, hanya 235U yang dapat digunakan sebagai
bahan bakar fisi.
Eksplorasi bahan galian nuklir merupakan bagian awal dari daur bahan bakar yang
sekaligus dapat digunakan untuk menginventarisasi sumber daya bahan galian nuklir.
Kegiatan eksplorasi uranium pada umumnya dimulai dari penentuan suatu lokasi dimana
pada lokasi tersebut diharapkan dapat ditemukan bahan galian nuklir. Metode eksplorasi
yang dianut sampai sekarang adalah melalui penelitian konvensional, penelitian geologi,
pengukuran tingkat radiasi dan geokimia. Metode tersebut digunakan karena cukup murah
dengan hasil yang cukup bagus.
Cara penambangan uranium sangat mirip dengan cara penambangan bijih-bijih tambang
lainnya, yaitu melalui penambangan terbuka dan penambangan bawah tanah. Dari kegiatan
penambangan ini diperoleh bongkahan-bongkahan berupa batuan yang di dalamnya
terdapat mineral-mineral uranium. Batuan tersebut selanjutnya dikirim ke unit pengolahan
untuk menjalani proses lebih lanjut.
Secara alamiah bijih uranium mengadung anak luruh yang radioaktiv, sehingga sinar
radiasi dapat membantu pelaksanaan survai dan deteksi adanya uranium.
Eksplorasi Deposit Uranium
Secara garis besar, kegiatan eksplorasi ditahapkan sebagai berikut:
a) Pemetaan geologis 
Pemetaan geologis tidak dimaksudkan untuk menemukan deposit, tapi menentukan metode
apa untuk eksplorasi nanti. Pemetaan dibuat untuk memberikan informasi tentang sejarah
geologis pembentukan lapisan batuan,struktur geologi dan juga dapat mengilhami
penemuan ditempat lain, karena faktor kemiripan data.
Kelemahan  peta geologis :
1.  Ongkos pembuatannya mahal, bila terpencil    dan waktu lama
2. Tidak mampu memberikan praduga adanya deposit, lebih-lebih jauh dalam tanah.
Perkembangan teknologi pemetaan dengan bantuan foto udara dan foto satelit
b)Survey berdasarkan pada laju cacah total 
Survay cacah total jalan kaki ,membawa survaimeter untuk cacah total di area yang
dikehendaki ( GM atau sintilator)
Kelemahan survey berdasarkan pada laju cacah total :
1. Hasil pengamatan cach total tidak bisa menentukan macam isotop; pencacahan
tidak bisa mencapai sumber tertutup tanah lebih besar dari 20 Cm;Areal luas perlu waktu
lama
2. Survai cacah total dengan mobil : Hampir sama dengan jalann kaki, bedanya lebih
cepat dan alat permanen dipasang dimobil
3. Survai cacah total dengan pesawat udara : dipakai ditektor gamma 9sintilator) lebih
sensitif, tapi terbang terbatas tingginya, pendugaan lebih tepat,harganya mahal,perawatan
sulit,perlu kalibrasi, waktu lama
 c)   Survey non konvensional
Alat ini banyak dipakai, dilengkapi dengan MCA baik kualitatif dan kuantitatif. Kelemahan
non konvensional : Harga mahal, perawatan sulit, perlu kalibrasi.
Penambangan Uranium
a)    Cara penambangan U hampir tidak berbeda dengan cara yang lazim untuk deposit lain,
perbedaan hanyalah pada sifat radioaktifitas.
b)   Cara penambangan ada 2 :
1)   Penambangan terbuka (open pit mining )
Lapisan tanah yang menutup dibuka, kemudian deposit yang terkelupas ditambang
2)   Penambangan dalam tanah (underground    mining)
Adalah penambangan dibawah tanah dilakukan dengan membuat terowongan untuk
mencapai deposit. Untuk itu bergantung situasi medan. Terowongan dibuat 3 posisi
berbeda :
a) Terowongan dibuat  horizontal
b) Terowongan dibuat vertikal
c) Terowongan dibuat menyudut

 Gambar 1. Posisi Terowongan untuk mendapat Deposit


Dalam proses penambangan uranium ada beberapa teknik yang bisa dilakukan untuk
membuat terowongan penambangan uranium, yaitu  dengan penyangga gua tambang
disangga pilar, dibuat lori-lori, memakai pompa untuk mengambil air rembesan, dibuat
sistem ventilasi udara segar, menggunakan perlengkapan keselamatan pekerja seperti poket
dosimeter;  masker, alat  pemadam kebakaran.
Proses Pengolahan Uranium
Kadar uranium dalam bijih umumnya sangat rendah, yaitu berkisar antara 0,1 – 0,3 % atau
1-3 kg uranium tiap ton bijih. Untuk mempermudah dan menekan biaya transportasi, maka
uranium dalam bijih ini perlu diolah terlebih dahulu. Tujuan utama dari pengolahan adalah
untuk pemekatan dengan cara mengurangi sebanyak mungkin bahan lain yang ada dalam
bijih sehingga dapat menyederhanakan proses transportasi ke tempat pemrosesan
berikutnya. Pengolahan bijih uranium dapat dilakukan dengan cara penggerusan,
pelindihan maupun ekstraksi kimia dan pengendapan. Hasil akhir dari proses pengolahan
uranium ini adalah diperolehnya endapan kering berwarna kuning yang disebut pekatan
(konsentrat) yang  berkadar uranium sekitar 70 %. Karena berwarna kuning maka endapan
ini disebut juga yellowcake. Dari 1000 ton bijih rata-rata dapat dihasilkan 1,5 ton
yellowcake.
Pengolahan uranium terdiri dari : pemanggangan, penghancuran, pemekatan fisis, pelindian
asam/basa, dekantasi, pertukaran ion, presipitasi, filtrasi.
Pemanggangan
Proses pemanggangan  bertujuan untuk membuat senyawa Uranium dan Vanadium lebih
mudah dilindi, sehinnga Vanadium dapat diam bi l sebagai  hasil samping, karena proses
pemanggangan ada pengaruh terhadap pemungutan Uranium dan Vanadium.Pada suhu
350oC  U terambil dulu, tapi diatas 350 -500 oC % U terambil turun, diatas 500oC – 800oC
dengan NaCl  V mulai banyak terambil. Selain itu pemanggangan dapat merusak ikatan
organik, sehingga memudahkan pelindian dan memudahkan pengenapan/dekantasi.
Penghancuran
Proses ini bertujuan untuk mereduksi ukuran bijih agar lebih mudah terlindi (+10 Mesh )
Pemekatan fisis
Bertujuan : untuk mengurangi bahan pelindi, mengurangi bahan-bahan yang tidak
membawa U tinggi.
Pemekatan fisis bergantung pada tipe bijih,sehingga dapat dilakukan dengan cara yaitu :
a) Flotasi buih
b) Pengenapan grafitasi
c) Pemilahan dengan meja-alur-getar
d) Pemilahan radioaktif
e) Pemungutan bahan bijih lain yang bernilai ekonomis
Bijih yang telah melalui pemekatan fisis, sudah memiliki grade rata-rata lebih tinggi.
Pelindian
Pelindian yang dikenakan dapat berupa :
1. Pelindian basa / alkali, dengan Na2CO3
2.  Pelindian asam, umumnya dengan H2SO4 encer

Sebagaian besar bijih dapat dikenai lindi asam, tapi bijih dengan konstituen basa, lebih
ekonomis dikenai lindi basa, karena kalau lindi asam, perlu banyak. Mengingat semua bijih
U dilindi dengan asam sulfat atau dengan karbonat, maka hasil lindiannya banyak
mengandung asam  bebas, Fe, Al; F;Mn;Ca;Ti;Si dan U dalam konsentrasi kecil, oleh
karena itu diperlukan cara seekonomis mugkin. Jadi cara pengendapan langsung umumnya
tidak ekonomis dan layak secara teknis
Cara pertukaran ion ternyata sangat layak. Cara ini bekerja atas dasar kemampuan resin-
penukar anion dalam menyerap anion U secara selektif dari lautan asam / basa. Setelah U
terserap cukup banyak, maka dilakukan pengusiran U dari resin  menggunakan garam
tetentu, supaya bisa dihasilkan U  lebih pekat dan relatif lebih murni. Kemudian hasil
pemekatan ini bisa diendapkan dengan alkali menghasilkan Yellow Cakedengan kadar U
yang cukup tinggi.
Selain dengan cara pertukaran ion, pemurnian juga dapat dilakukan dengan proses ekstraksi
pelarut. Cara ini berdasar pada sifat pelarut organik tertentu yang tidak bercampur dengan
air ( eter; ester, amina dll)yang mencapai kesetimbangan  dan punya kemampuan
membentuk komplek dengan garam U Kemudian kedua fase dibiarkan memisah, maka
senyawa logam akan terdistribusi dalam fase-fase tersebut
Cara ekstraksi memberikan keuntungan : karena dapat isolasi U / pemekatan U dan
penghilangan kontaminan atau impuritas. Dalam proses  ekstraksi  larutan mengandung U
dan pengotor, akan diekstraksi dengan menggunakan alat MIXER SETTLER. Alat untuk 
ekstraksi(ekstraktor).

Gambar 2. Mixer Settler (Pesawat Pengaduk Pengenap) 1 Stage


Langkah terakhir adalah proses pengendapan, filtrasi dan pengeringan untuk memperoleh
U-Konsentrat, karena umumnya hasil ekstraksi maupun penukar ion berupa larutan encer.
Biasanya U mengendap bersama-sama bersama-sama dengan impuritas atau pengotor,
tanpa dimurnikan lagi.Tapi sering juga dilakukan pengendapan selektif dengan cara
pengaturan pH. Jadi tujuan utama proses pengendapan adalah untuk menghasilkan
konsentrat padat dari uranium dan terkenal dengan sebutan YELLOW CAKE.
Pemurnian Uranium
Proses pemurnian bertujuan untuk merubah yellowcake menjadi bahan dengan tingkat
kemurnian yang tinggi sehingga berderajad nuklir dan bebas dari unsur-unsur pengotor
lainnya. Senyawa kimia bahan bakar berderajad nuklir yang dihasilkan dapat berbeda
bergantung proses pemurnian yang digunakan. Dari proses pemurnian akan diperoleh
produk akhir berupa UO2, U3O8 atau U-logam yang siap untuk proses selanjutnya. Ketiga
macam produk akhir proses pemurnian itu disesuaikan dengan kebutuhan calon pemakai
bahan bakar nuklir.

Gambar 3. Lokasi Reaktor Nuklir

1. Konsentrat  uranium  Yellow Cake(YC) sebagai umpan pelarutan mengandung


uranium cukup tinggi(50-90 %) U3O8
2. Pengotor dalam konsentrat masih cukup banyak
3. Pengotor yang paling banyak justru dari bahan yang digunakan dalam pengendapan
( contoh penggunakan  NaOH dalam lar.carbonat) dan ion SO-4 terdapat dalam konsentrat
yang dihasilkan dari”Ion Exchange”
4. Selain itu terdapat Pengotor lainnya yang keberadaannya tidak diizinkan dalam
jumlah besar,  seperti cadmium, boron, dan logam tanah jarang yang mampu menyerap
neutron sehingga mengganggu ekonomi neutron dalam reaktor.
Pemurnian uranium tersebut dilakukan dengan cara ekstraksi pelarut menggunakan
peralatan Mixer settler  yang telah digambarakan sebelumnya. Mixer Settler terdiri dari dua
bagian yaitu bagian pencampur, yang merupakan bagian tempat terjadinya kontak antara
fase air dan fase organik. Dibagian ini terjadi perpindahan massa dari fase air ke fase
organik. Kemudian bagian lain Mixer Settler adalah bagian pengenapan, yaitu tempat
terjadinya pengenapan dan pemisahan antara fase organik dan fase air
Dalam proses ekstraksi pelarut  yang banyak digunakan  : Pelarut TBP dengan pengencer
Kerosen.
Beberapa sifat TBP :
1. Sifat TBP pada suhu kamar berupa cairan tak berbau dan tak berwarna, berwarna
kuning kecoklatan.
2. Densitas ( g/ml)                          0,973
3. Viskositas (millipoise)               33,2
4. Kelarutan dalam air(g/l)            0,39
5. Kelarutan air dalam TBP(g/l    64
Pemilihan TBP sebagai solven, karena pertimbangan keamanan. TBP stabil pada
konsentrasi asam nitrat tinggi, tidak eksplosif, modal rendah, biaya operasi rendah. TBP
dapat terhidrolisa menjadi DBP dan MBP walaupun kecil diperkirakan peruraian TBP
kurang dari 0,001 %. Persyaratan pengencer ( kerosen) adalah : tidak bercampur dengan
air, harus campur sempurna dengan TBP,viskositas rendah,harga murah

Pemurnian UO2
1. Proses ekstraksi dalam pemurnian uranium memegang peranan penting, sebab
dengan cara ekstraksi ini uranium dapat dipisahkan dari pengotor, shg didapatkan
UO2 murni nuklir dan pengotor dalam skala ppm
2. Larutan U murni nuklir hasil proses ekstraksi pelarut perlu dilakukan proses lebih
lanjut yaitu tahap pengendapan.
3. Pengendapan dengan amonia ( NH4OH ) memberi hasil berupa Ammonium
diuranate (ADU)= (NH4)2U2O7
4. Reaksi :
5. 2UO2(NO3)2 + 6NH4OH      (NH4)2U2O7+ 4NH4NO3 + 3 H2O
Selain pengandapan dengan ammonia, juga dapat dilakukan pengendapan dengan gas
NH3 dan CO2 membentuk Ammonium uranyl Carbonat(AUC) dengan reaksi sebagai
berikut :
1. UO2(NO3)2 + 3NH4(CO3)      (NH4)4UO2(CO3)+ 2NH3
 Faktor Yang berpengaruh : pH, suhu, konsentrasi U, amonia, carbonat
1. Hasil  AUC lebih menguntungkan  dari ADU
2. Endapan tidak bersifat koloidal,sehingga mudah disaring
3. Filtrat lebih sedikit,sehingga efisiensi lebih besar
4. Ukuran partikel lebih homogen bulat(ADU runcing)
5. Free flowing lebih baik
Dalam rangkaian pembuatan bahan bakar  UO2, kalsinasi dilakukan sebelum proses
reduksi dan perlakuan panas   dilakukan dalam atmosfer udara. Tujuan dari kalsinasi adalah
untuk menghilangkan semua zat yang tidak dibutuhkan  (senyawa non uranil) yaitu bahan
volatil,H2O serta untuk membentuk  U3O8.
Seperti halnya densitas, porositas merupakan salah satu karakteristik fisis yang diperlukan
terutama untuk mengkarakterisasi bahan padatan hasil proses maupun yang akan diproses
kembali. Sifat porositas bahan saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh besaran fisis
yang lain maupun sifat thermalnya, misalnya bahan yang porous akan mempunyai nilai
kerapatan yang rendah, luas permukaan yang lebih besar, konduktivitas panas yang rendah,
dan sebagainya.
1. ADU : (NH4)2U2O7  2UO3 + 10H2O + O2   (500oC)
2. AUC : (NH4)4UO2(CO3)  UO3 +2H2O+4NH3+3CO2     (400oC)
Salah satu proses dalam pembuatan  UO2 adalah proses reduksi, Reduksi merupakan proses
konversi oksida-oksida uranium meliputi UO3 dan U3O8menjadi UO 2 yang didahului
dengan pelepasan air dan dekomposisi senyawa organik . Reaksi reduksi U3O8 menjadi
UO2 adalah sebagai berikut:
U3O8 (s)  +  2H2(g) à 3UO2(s) + 2H2O(g)
Reduksi terhadap l U3O8 dapat dilakukan dengan  gas H2 dalam medium gas N2. Reduksi
berlangsung pada kondisi atmosfer, hal ini karena dengan kadar H2 yang kecil dapat
menghindari bahaya kebakaran bila terjadi kebocoran pada tungku reduksi. Suhu yang
terlampau tinggi memungkinkan terjadinya pelelehan sehingga dapat menutup pori-pori .
Prosesnya reduksi sangat dipengaruhi oleh suhu dan waktu reduksi, Suhu reduksi
merupakan faktor yang berpengaruh pada proses reduksi dan biasanya berkaitan dengan
waktu yang digunakan, semakin tinggi suhu reduksi semakin singkat waktu yang
digunakan. Suhu reduksi juga bergantung dari kereaktifan bahan yang hendak direduksi
dan sifat UO2yang dihasilkan. Perubahan fase selama proses reduksi U3O8 menjadi
UO2terjadi dalam dua tahapan, yaitu:
U3O8 à  U4O9 à  UO2
Pada konversi U3O8 menjadi U4O9 terjadi reaksi pada permukaan antara hidrogen dengan
oksigen, laju reaksi proses ini sebanding dengan konsentrasi hidrogen dan oksigen pada
permukaan oksida. Selama proses reduksi ukuran partikel butir kernel UO2 mengalami
penyusutan.
Mekanisme reaksi yang terjadi pada proses reduksi yaitu mula-mula terjadi difusi gas
hidrogen melalui film gas ke permukaan, kemudian gas hidrogen masuk ke dalam butiran
dan terjadi reaksi difusi, karena oksigen yang berada dibutiran U3O8 sangat reaktif, maka
hal ini merupakan suatu sebab terjadinya difusi dari permukaan butiran ke dalam butiran.
Suhu dan waktu  dalam proses reduksi  U3O8 akan memberikan pengaruh pada kualitas 
UO2 yang dihasilkan, diantaranya terhadap densitas, rasio O/U dan luas muka spesifik,
volume pori total, rerata jari-jari pori. Kenaikan suhu reduksi akan menaikkan kualitas
kernel UO2 yang dihasilkan. Waktu reduksi yang lebih lama akan menghasilkan kernel
UO2 yang lebih baik, karena semakin sempurnanya reaksi yang terjadi.
Reduksi : UO3 dan U3O8 jadi UO2
1. UO3(p) + H2(g)   UO2(p)+H2O
2. U3O8(p) +2 H2(g)  3 UO2(p)+2H2O
UO2 yang dihasilkan dipakai sebagai bahan bakar nuklir. Oleh karena itu dituntut
mempunyai sifat kimia, fisis maupun thermodinamika yang baik , shg memenuhi
spesifikasi bahan bakar. Pemakaian UO2 sebagai bahan bakar dalam pil(pellet) dan
disintering dengan densitas lebih besar 95 % x10,96 g/Cm3(TD).
Bahan bakar reaktor nuklir yang menggunakan keramik uranium diantaranya UO2, Struktur
kristal UO2 adalah face centered cubic tipe CaF2 dan memiliki densitas teoritis 10,96
gr/cm3.Keramik uranium sebagai bahan bakar memiliki beberapa keuntungan yaitu tahan
terhadap temperatur operasi reaktor yang tinggi dikarenakan memiliki titik leleh yang
tinggi, titik leleh dari UO2 yaitu sekitar 2760o C ). Selain memiliki titik leleh yang tinggi,
keramik uranium juga memiliki kestabilan terhadap irradiasi yang baik (dimensi, struktur,
volume) karena tidak adanya transformasi fase pada suhu rendah, dan ketahanan korosi
yang baik.

Persyaratan Bahan Bakar  UO2


1. Densitasnya harus tinggi mendekati densitas teoritis UO2 (10,96 gr/cm3), pada
kondisi ini UO2 memiliki konduktivitas panas, elastisitas dan perlakuan dimensional
(dimensional behavior) yang paling baik.
2. Permukaan bahan bakar haruslah halus dan tidak ada retakan atau serpihan.(Bahan
Bakar kernel untuk Reaktor Suhu Tinggi)
3. Bahan yang dipergunakan harus memiliki kemurnian yang tinggi.
4. Perbandingan stokiometris O/U harus sama atau mendekati 2,00 karena pada
kondisi UO2 memiliki konduktivitas panas yang paling tinggi.
5. Porositas butir bahan bakar harus merata dan berukuran antara 1-10 μm, karena
porositas berkaitan erat dengan densitas UO2 dan perilaku dimensional bahan bakar reaktor.
Pengayaan
Pengayaan dimaksudkan untuk meningkatkan kadar 235U dalam bahan bakar nuklir hasil
proses pemurnian. Perlu diketahui bahwa dalam uranium alam hasil penambangan terdapat
tiga jenis isotop uranium, yaitu 238U dengan kadar 99,285 %, 235U dengan kadar 0,715 %
dan 234U dengan kadar yang sangat kecil. Dalam reaktor nuklir yang dapat berperan
sebagai bahan bakar hanyalah 235U, sedang 238U dan 234U tidak dapat dijadikan bahan
bakar karena tidak dapat melakukan reaksi fisi. Dengan proses pengayaan maka kadar
235U menjadi tinggi sehingga bahan bakar dapat dipakai dalam waktu lama. Proses
pengayaan ini akan meningkatkan kadar 235U dalam bahan bakar menjadi 3-5 % seperti
lazimnya dibutuhkan oleh suatu reaktor nuklir. Proses pengayaan tidak selalu dilewati oleh
bahan bakar, karena ada jenis reaktor nuklir yang dapat memanfaatkan uranium alam.
Untuk memperkaya uranium terdapat beberapa proses pemisahan yang telah dikembangkan
dan terpakai dalam skala industri. Semua cara berprinsip pada pemisahan fase gas (UF6).
Proses pengkayaan  dilakukan dengan cara :
1.      Proses difusi gas
Prinsip proses difusi gas adalah gas UF6 dialirkan dari ruang tekanan tinggi ke ruang
tekanan ruang lebih rendah melalui sekat berpori. Pada kenyataannya bahwa UF 6 (U-235)
memiliki kecepatan difusi lebih besar dari pada UF6(U-238), sehingga diperoleh pengayaan
U-235 pada ruangan tekanan rendah. Untuk UF6, fraksi disisi tekanan rendah memiliki
kekayaan 1.0043 lipat lebih tinggi dari fraksi pada ruangan tekanan tinggi.
Pada difusi gas efek pisah tiap tingkat begitu kecil, sehingga untuk memperoleh
pengkayaan untuk bahan bakar LWR diperlukan ribuan tingkat dalam suatu kaskade .
Untuk pengaliran gas memerlukan kompresi untuk menembus barier difusi, maka proses
ini memerlukan energi sangat tinggi
2.      Proses sentrifugasi gas
Prinsip pemisahan pada dasarnya adalah apabila pesawat sentrifus diputar dengan
kecepatan rotasi amat tinggi, maka akan tercipta suatu medan gaya berat buatan yang dapat
dimanfaatkan untuk memisahkan isotop. Jadi apabila UF6 dalam wadah sentrifuse diputar
dengan kecepatan amat tinggi, maka isotop lebih berat cenderung bergerak mendekati
mantel sentrifus, sedangkan isotop yang lebih ringan cenderung bergerak mendekati rotor
pesawat. Cara sentrifugasi mempunyai efek pisah jauh lebih tinggi dari pada pemisahan 
difusi gas, dari segi konsumsi energi untuk menjalankan operasi pemisahan dengan
sentrifugasi membutuhkan jauh lebi kecil , kira- kira 0,1 lipat dari kebutuhan untuk proses
difusi gas untuk tugas yang sama.
Proses gas sentrifuse merupakan proses yang menggunakan silinder berputar dan tersusun
seara paralel. Rotasi pada silinder menciptakan gaya sentrifuse yang kuat yang
menyebabkan molekul gas yang lebih berat (U-238) bergerak keluar dari silinder.
Sedangkan molekul gas yang lebih ringan (U-235) akan berada didekat pusat silinder.
Setelah pengayaan, gas UF6 diperkaya diubah menjadi serbuk uranium dioksida (UO2)
yang kemudian difabrikasi menjadi pelet bahan bakar. Pelet-pelet selanjutnya diletakkan
dalam kelongsong logam dan dirakit menjadi perangkat bakar nuklir yang siap digunakan
di dalam teras reaktor.
Pabrikasi
Proses pabrikasi bertujuan untuk menyiapkan bahan bakar nuklir dalam bentuk fisik yang
sesuai dengan jenis yang dibutuhkan oleh reaktor nuklir calon pemakai bahan bakar
tersebut. Ada bermacam-macam bentuk bahan bakar bergantung pada jenis rancang bangun
reaktor. Perbedaan tersebut umumnya terletak pada bentuk dan ukuran bahan bakar yang
digunakannya. Dalam proses pabrikasi, sebagian besarnya merupakan proses fisis mekanis
ditambah sedikit proses kimia. Ada berbagai macam bentuk elemen bakar bergantung pada
rancang bangun yang dikaitkan dengan kinerja reaktor pemakainya. Misal ada jenis reaktor
yang memakai bahan bakar diperkaya dengan pengayaan 2-3 % berbentuk UO2 yang
diproses menjadi pelet dengan diameter ± 10 mm. Pelet kemudian dimasukkan ke dalam
tabung kelongsong paduan zirkonium dengan panjang 4-5 m. Pellet UO2 dapat difabrikasi
dengan mudah dengan cara “pressing dan Sintering”
Serbuk UO2 yang sudah berderajad keramik dilakukan pressing dengan langkah :
Serbuk UO2 dicampur dengan polyetilene glykol dan polyvynil alkohol (PVA), kemudian
ditambah air dan pelumas hingga seperti lumpur. Pengeringan pertama 70oC, campuran
diayak. Serbuk tergranulasi tersebut, kemudian dikompakkan dan diperoleh pellet hijau.
Selanjutnya sebagai(pengikat dan pelumas/zeng stearat/ asam stearat) pada pellet hijau
tersebut dihilangkan pada suhu dibawah suhu sintering,
Proses sintering adalah proses perlakuan panas pada suhu tinggi mendekati 0,5 – 0,7 titik
lelehnya.Proses sintering harus bebas O2 supaya tidak terjadi oksidasi dan dilakukan dalam
lingkungan gas inert yaitu Ar atau H2 . Tujuan sintering untuk menaikkan densitas
mendekati 95% densitas teoritis, mengatur mikro struktur, porositas. Diharapkan densitas
butir yang dihasilkan mendekati teoritis yaitu 10,5 – 10,96 g/ml
Tahapan proses sinter :
1. Ikatan mula antar partikel serbuk
Proses pengikatan diri meliputi difusi atom-atom. Ikatan ini terjadi pada kontak fisik antar
partikel yang berdekatan. Ikatan ini tidak menyebabkan perubahan demensi pada
pellet.Semakin besar bidang kontak permukaan pellet, maka semakin besar juga proses
pengikatan dalam proses sinter.
2. Pertumbuhan leher
Pertumbuhan leher terjadi setelah pengikatan mula antar partikel dan terjadi karena adanya
perpindahan massa pada proses sinter.Pertumbuhan ini tidak mempengaruhi jumlah
porositas dan tidak menyebabkan penyusutan pada pellet.
3. Pertumbuhan leher
Karena adanya pertumbuhan butir, maka menyebabkan terjadinya proses penutupan saluran
pori. Dapat juga disebabkan oleh penyusutan pori.
4. Penutupan saluran pori
Karena adanya pertumbuhan butir, maka menyebabkan terjadinya proses penutupan saluran
pori. Dapat juga disebabkan oleh penyusutan pori.
5. Pembulatan pori
Bila massa diangkut kedaerah leher dari permukaan pori, maka pori tersebut akan menuju
proses pembulatan pori.Proses ini berjalan sempurna, bila waktu dan suhu sinter cukup.
6. Penyusutan pori
Karena gas-gas yang terdapat dalam pori-pori keluar ke permukaan, maka terjadi
penurunan volume pellet, shg juga terjadi penurunan luas muka. Dengan kata lain dapat
dikatakan proses pemadatan, shg terjadi peningkatan berat jenis dan peningkatan kekuatan
7. Pengkasaran pori
Proses ini terjadi setelah kelima proses tersebut terjadi dan berjalan sempurna. Pengkasaran
terjadi karena adanya bersatunya lubang-lubang kecil dari pori sisa dan menjadi besar dan
kasar. Jumlah total pori tetap, tetapi luas permukaan pori bertambah besar
Pelet  tersinter masuk kelongsong, dan kedua ujung kelongsong ditutup dan dilas, yang
membentuk batang bahan bakar, kmd dirakit menjadi bundel batang sebagai elemen bahan
bakar.
Proses Pembakaran Uranium dalam Reaktor
Inti atom dari U-235 terdiri dari 92 proton dan 143 neutron (92+143=235). Saat sebuah inti
atom U-235 menangkap neutron, ia akan membelah menjadi dua inti atom baru dan
melepaskan sejumlah energi dalam bentuk panas, disertai pelepasan 2 atau 3 neutron baru.
Jika neutron yang dilepaskan tersebut dapat memicu reaksi yang sama pada atom U-235
lainnya, dan melepaskan neutron baru lain, reaksi fisi berantai dapat terjadi. Reaksi ini
dapat terjadi dan terjadi lagi, hingga berjuta-juta kali, maka energi panas dalam jumlah
sangat besar dapat dihasilkan dari sedikit Uranium. Secara kasar energi panas dari reaksi
inti 1 gram U-235 adalah sama dengan energi panas dari pembakaran 1 ton batubara.
Reaksi fisi uranium yang berlangsung di dalam reaktor nuklir
Proses membelah atau “membakar” uranium secara berantai dan terkendali adalah
sebagaimana yang terjadi di dalam reaktor nuklir. Panas yang dihasilkan digunakan untuk
membangkitkan uap air, dan selanjutnya uap air digunakan untuk memutar turbin dan
akhirnya menghasilkanlistrik.
Tabel berikut memberikan gambaran tentang bertapa besarnya kandungan energi dalam
bahan bakar uranium dibandingkan sumber energi lainnya.
Kandungan Energi dalam 1 ton berat   (GJ)
Kayu                                                       14
Batubara                                                29
Minyak                                                   42
Gas alam (cair)                          46
Uranium (bahan bakar PLTN – PWR)    630.000
Seperti unsur lainnya, uranium memiliki beberapa isotop. Uranium alami sebagaimana
yang terdapat dalam lapisan kerak bumi utamanya tersusun atascampuran isotop U-238
(99.3%) dan U-235 (0.7%).  Isotop adalah elemen atau unsur yang memiliki nomor atom
yang sama tetapi jumlah neutron atau berat atom-nya berbeda.
U-235 merupakan isotop uranium yang penting, sebab dalam kondisi tertentu inti ini dapat
dibelah yang diikuti dengan pelepasan energi dalam jumlah besar (sekitar 200 MeV per-
pembelahan). Reaksi pembelahan inti atom dikenal dengan ”fisi nuklir”, dan isotop U-235
disebut sebagai ”bahan fisil”.
Seperti isotop radioaktif lainnya, uranium juga mengalami peluruhan. U-238 meluruh
dalam jangka waktu yang panjang dengan waktu paro yang sama dengan umur bumi (4500
juta tahun). Ini dapat diartikan U-238 hampir tidak radioaktif jika dibandingkan dengan
isotop lain di lapisan batuan dan tanah. Namun demikian peluruhan U-238  menghasilkan
energi 0,1 watt/ton dalam bentuk panas. Energi peluruhan ini cukup untuk menghangatkan
inti bumi. Adapun U-235 meluruh dalam jangka waktu sedikit lebih cepat dibanding U-238
(sekitar 700 juta tahun).
Isotop uranium U-238 dan U-235 adalah pemancar radiasi alpha dengan energi cukup
rendah dan dapat ditahan oleh selembar kertas. Bahaya radiasi akan muncul apabila isotop
uranium masuk ke dalam tubuh karena akan merusak jaringan dan dapat  menimbulkan
penyakit kanker.
Di dalam sebuah reaktor nuklir, bahan bakar uranium dirakit dalam bentuk tertentu
sedemikian hingga reaksi fisi  berantai yang terkendali dapat dicapai. Panas yang
dihasilkan dari pembelahan U-235 kemudian digunakan untuk membangkitkan uap yang
akan memutar turbin dan menggerakkan generator untuk menghasilkan listrik.
Pada dasarnya PLTN dan PLT Fosil, dengan kapasitas yang sama, memiliki banyak
kemiripan. Keduanya sama-sama membutuhkan panas untuk menghasilkan uap guna
memutar turbin dan generator. Namun perbedaan pokok yang perlu digarisbawahi disini
bahwa PLTN memanfaatkan fisi atom uranium yang dapat menggantikan pembakaran
batubara atau gas.
Reaksi fisi berantai yang berlangsung di dalam teras reaktor nuklir dikendalikan oleh
batang kendali yang mempunyai sifat menyerap neutron dan dapat ditarik/didorong untuk
mengatur reaktor pada tingkat daya yang dibutuhkan.
Di dalam teras reaktor yang menerapkan konsep fisi thermal sebagaimana reaktor PLTN
komersial saat ini, bahan bakar uranium dikelilingi oleh materi yang disebut moderator.
Bahan ini berfungsi untuk memperlambat kecepatan neutron yang dihasilkan dari reaksi
reaksi fisi sehingga memungkinkan terjadinya reaksi berantai. Air, grafit dan air berat biasa
digunakan sebagai moderator dalam berbagai jenis reaktor.
Karena jenis bahan bakar yang digunakan (konsentrasi U-235 dalam bahan bakar uranium
hanya 3 – 5%), maka apabila terjadi malfungsi yang fatal dalam reaktor, bahan bakar dapat
saja menjadi terlalu panas dan meleleh, akan tetapi tidak dapat meledak seperti bom nuklir.
Ada banyak jenis reaktor nuklir yang digunakan dalam PLTN komersial saat ini, dan yang
masuk 3 besar dari 440 PLTN adalah PWR – Pressurized Water Reactor (48%), BWR –
Boilling Water Reactor (20,8%), dan PHWR – Pressurized Heavy Water Reactor (7,7%) .
Karena di dalam reaktor nuklir PLTN terdapat U-238 dalam jumlah besar (bahan bakar
reaktor PLTN hanya mengandung 3 – 5% U-235, dan sisanya adalah U-238), reaksi U-238
dengan neutron akan sangat sering terjadi. Faktanya sekitar 1/3 energi yang dihasilkan
bahan bakar dalam reaktor berasal dari pembelahan Pu-239.
Tapi terkadang Pu-239 dapat menangkap neutron tanpa membelah dan berubah menjadi
Pu-240. Karena Pu-239 secara progresif terbakar/membelah atau berubah menjadi Pu-240,
maka semakin lama bahan bakar berada di dalam reaktor akan semakin banyak Pu-240 di
dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai