Sejarah Uranium dan Proses Pengambilan Uranium sebagai Bahan Bakar Nuklir
Uranium ditemukan pada tahun 1789 oleh Martin Klaproth, seorang ilmuwan Jerman.
Nama Uranium diambil dari nama planet Uranus yang ditemukan 8 tahun sebelumnya.
Uranium terbentuk bersamaan dengan terjadinya bumi. Karena itu uranium dapat
diketemukan di setiap batuan dan juga di air laut. Batuan yang mengandung uranium kadar
tinggi disebut batuan uranium atau ”uranium ore” atau ”pitch-blende”.
Peristiwa-peristiwa alam dan proses geologi telah membentuk uranium sebagai mineral.
Karena mineral tersebut bersifat radioaktif dan untuk mendapatkannya harus melalui proses
penggalian dalam tambang, maka uranium seringkali dikenal juga sebagai bahan galian
nuklir. Mineral uranium terdapat dalam kerak bumi pada hampir semua jenis batuan,
terutama batuan asam seperti granit, dengan kadar 3-4 gram dalam satu ton batuan. Di alam
dapat ditemukan lebih dari 100 jenis mineral uranium, antara lain yang terkenal adalah
uraninite, pitchblende, coffinite, brannerite, carnatite dan tyuyamunite.
Kandungan uranium dalam mineral, besarnya cadangan dan sifat cadangan sangat
menentukan nilai ekonomi mineral tersebut. Untuk selanjutnya perlu dibedakan antara
mineral dan bijih. Mineral adalah senyawa alamiah dalam kerak bumi, sedang bijih
merupakan mineral yang memberi nilai ekonomi apabila dieksploitasikan. Dahulu hanya
bijih dengan kadar di atas 0,1 persen yang menarik perhatian. Namun karena permintaan
uranium yang terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu, maka saat ini orang
mengambil bijih dengan kadar uranium kurang lebih 0,03 persen.
Kadar uranium dalam batuan granit relatif paling tinggi bila dibandingkan dengan
kadarnya di dalam batuan beku lainnya. Oleh sebab itu, batuan tersebut dapat dikatakan
sebagai pembawa uranium. Batuan granit dengan volume 1 km3 dapat membentuk cebakan
uranium sebanyak 2.500 ton. Pada umumnya uranium dalam batuan ini terdistribusi secara
merata dan dapat dijumpai dalam bentuk mineral uranit maupun oksida komplek euksinit
betafit. Uranit merupakan bahan di mana komponen utamanya dengan prosentase lebih dari
80 % berupa uranium, sedang euksinit betafit merupakan bahan dengan kandungan
uraniumnya cukup besar (lebih dari 20 %) tetapi uranium tersebut bukan merupakan
komponen utamanya.
Mineral uranium yang terdapat dalam batuan mudah dikenali karena sifat-sifat fisiknya
yang khas, antara lain :
Uranium beserta anak luruhnya bersifat radioaktif sehingga mampu memancarkan radiasi
pengion berupa sinar alpha, betha dan gamma . Oleh sebab itu keberadaannya dapat
dipantau dengan alat ukur radiasi. Sifat ini dapat membedakan uranium dari batuan lainnya.
Karena batuan lain tidak memancarkan radiasi, maka batuan tersebut tidak dapat
diidentifikasi dengan alat ukur radiasi.
Oksida alam dari uranium mempunyai warna hijau kekuning-kuningan dan coklat tua yang
mencolok sehingga mudah dikenali.Apabila disinari dengan cahaya ultra ungu, uranium
akan mengeluarkan cahaya fluoresensi yang sangat indah dan mudah dikenali
Ada tiga jenis isotop uranium alam yang diperoleh dari hasil penambangan, yaitu 235U
dengan kadar 0,715 %, 238U dengan kadar 99,825 % dan 234U dengan kadar yang sangat
kecil. Dari ketiga isotop uranium tersebut, hanya 235U yang dapat digunakan sebagai
bahan bakar fisi.
Eksplorasi bahan galian nuklir merupakan bagian awal dari daur bahan bakar yang
sekaligus dapat digunakan untuk menginventarisasi sumber daya bahan galian nuklir.
Kegiatan eksplorasi uranium pada umumnya dimulai dari penentuan suatu lokasi dimana
pada lokasi tersebut diharapkan dapat ditemukan bahan galian nuklir. Metode eksplorasi
yang dianut sampai sekarang adalah melalui penelitian konvensional, penelitian geologi,
pengukuran tingkat radiasi dan geokimia. Metode tersebut digunakan karena cukup murah
dengan hasil yang cukup bagus.
Cara penambangan uranium sangat mirip dengan cara penambangan bijih-bijih tambang
lainnya, yaitu melalui penambangan terbuka dan penambangan bawah tanah. Dari kegiatan
penambangan ini diperoleh bongkahan-bongkahan berupa batuan yang di dalamnya
terdapat mineral-mineral uranium. Batuan tersebut selanjutnya dikirim ke unit pengolahan
untuk menjalani proses lebih lanjut.
Secara alamiah bijih uranium mengadung anak luruh yang radioaktiv, sehingga sinar
radiasi dapat membantu pelaksanaan survai dan deteksi adanya uranium.
Eksplorasi Deposit Uranium
Secara garis besar, kegiatan eksplorasi ditahapkan sebagai berikut:
a) Pemetaan geologis
Pemetaan geologis tidak dimaksudkan untuk menemukan deposit, tapi menentukan metode
apa untuk eksplorasi nanti. Pemetaan dibuat untuk memberikan informasi tentang sejarah
geologis pembentukan lapisan batuan,struktur geologi dan juga dapat mengilhami
penemuan ditempat lain, karena faktor kemiripan data.
Kelemahan peta geologis :
1. Ongkos pembuatannya mahal, bila terpencil dan waktu lama
2. Tidak mampu memberikan praduga adanya deposit, lebih-lebih jauh dalam tanah.
Perkembangan teknologi pemetaan dengan bantuan foto udara dan foto satelit
b)Survey berdasarkan pada laju cacah total
Survay cacah total jalan kaki ,membawa survaimeter untuk cacah total di area yang
dikehendaki ( GM atau sintilator)
Kelemahan survey berdasarkan pada laju cacah total :
1. Hasil pengamatan cach total tidak bisa menentukan macam isotop; pencacahan
tidak bisa mencapai sumber tertutup tanah lebih besar dari 20 Cm;Areal luas perlu waktu
lama
2. Survai cacah total dengan mobil : Hampir sama dengan jalann kaki, bedanya lebih
cepat dan alat permanen dipasang dimobil
3. Survai cacah total dengan pesawat udara : dipakai ditektor gamma 9sintilator) lebih
sensitif, tapi terbang terbatas tingginya, pendugaan lebih tepat,harganya mahal,perawatan
sulit,perlu kalibrasi, waktu lama
c) Survey non konvensional
Alat ini banyak dipakai, dilengkapi dengan MCA baik kualitatif dan kuantitatif. Kelemahan
non konvensional : Harga mahal, perawatan sulit, perlu kalibrasi.
Penambangan Uranium
a) Cara penambangan U hampir tidak berbeda dengan cara yang lazim untuk deposit lain,
perbedaan hanyalah pada sifat radioaktifitas.
b) Cara penambangan ada 2 :
1) Penambangan terbuka (open pit mining )
Lapisan tanah yang menutup dibuka, kemudian deposit yang terkelupas ditambang
2) Penambangan dalam tanah (underground mining)
Adalah penambangan dibawah tanah dilakukan dengan membuat terowongan untuk
mencapai deposit. Untuk itu bergantung situasi medan. Terowongan dibuat 3 posisi
berbeda :
a) Terowongan dibuat horizontal
b) Terowongan dibuat vertikal
c) Terowongan dibuat menyudut
Sebagaian besar bijih dapat dikenai lindi asam, tapi bijih dengan konstituen basa, lebih
ekonomis dikenai lindi basa, karena kalau lindi asam, perlu banyak. Mengingat semua bijih
U dilindi dengan asam sulfat atau dengan karbonat, maka hasil lindiannya banyak
mengandung asam bebas, Fe, Al; F;Mn;Ca;Ti;Si dan U dalam konsentrasi kecil, oleh
karena itu diperlukan cara seekonomis mugkin. Jadi cara pengendapan langsung umumnya
tidak ekonomis dan layak secara teknis
Cara pertukaran ion ternyata sangat layak. Cara ini bekerja atas dasar kemampuan resin-
penukar anion dalam menyerap anion U secara selektif dari lautan asam / basa. Setelah U
terserap cukup banyak, maka dilakukan pengusiran U dari resin menggunakan garam
tetentu, supaya bisa dihasilkan U lebih pekat dan relatif lebih murni. Kemudian hasil
pemekatan ini bisa diendapkan dengan alkali menghasilkan Yellow Cakedengan kadar U
yang cukup tinggi.
Selain dengan cara pertukaran ion, pemurnian juga dapat dilakukan dengan proses ekstraksi
pelarut. Cara ini berdasar pada sifat pelarut organik tertentu yang tidak bercampur dengan
air ( eter; ester, amina dll)yang mencapai kesetimbangan dan punya kemampuan
membentuk komplek dengan garam U Kemudian kedua fase dibiarkan memisah, maka
senyawa logam akan terdistribusi dalam fase-fase tersebut
Cara ekstraksi memberikan keuntungan : karena dapat isolasi U / pemekatan U dan
penghilangan kontaminan atau impuritas. Dalam proses ekstraksi larutan mengandung U
dan pengotor, akan diekstraksi dengan menggunakan alat MIXER SETTLER. Alat untuk
ekstraksi(ekstraktor).
Gambar 3. Lokasi Reaktor Nuklir
Pemurnian UO2
1. Proses ekstraksi dalam pemurnian uranium memegang peranan penting, sebab
dengan cara ekstraksi ini uranium dapat dipisahkan dari pengotor, shg didapatkan
UO2 murni nuklir dan pengotor dalam skala ppm
2. Larutan U murni nuklir hasil proses ekstraksi pelarut perlu dilakukan proses lebih
lanjut yaitu tahap pengendapan.
3. Pengendapan dengan amonia ( NH4OH ) memberi hasil berupa Ammonium
diuranate (ADU)= (NH4)2U2O7
4. Reaksi :
5. 2UO2(NO3)2 + 6NH4OH (NH4)2U2O7+ 4NH4NO3 + 3 H2O
Selain pengandapan dengan ammonia, juga dapat dilakukan pengendapan dengan gas
NH3 dan CO2 membentuk Ammonium uranyl Carbonat(AUC) dengan reaksi sebagai
berikut :
1. UO2(NO3)2 + 3NH4(CO3) (NH4)4UO2(CO3)+ 2NH3
Faktor Yang berpengaruh : pH, suhu, konsentrasi U, amonia, carbonat
1. Hasil AUC lebih menguntungkan dari ADU
2. Endapan tidak bersifat koloidal,sehingga mudah disaring
3. Filtrat lebih sedikit,sehingga efisiensi lebih besar
4. Ukuran partikel lebih homogen bulat(ADU runcing)
5. Free flowing lebih baik
Dalam rangkaian pembuatan bahan bakar UO2, kalsinasi dilakukan sebelum proses
reduksi dan perlakuan panas dilakukan dalam atmosfer udara. Tujuan dari kalsinasi adalah
untuk menghilangkan semua zat yang tidak dibutuhkan (senyawa non uranil) yaitu bahan
volatil,H2O serta untuk membentuk U3O8.
Seperti halnya densitas, porositas merupakan salah satu karakteristik fisis yang diperlukan
terutama untuk mengkarakterisasi bahan padatan hasil proses maupun yang akan diproses
kembali. Sifat porositas bahan saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh besaran fisis
yang lain maupun sifat thermalnya, misalnya bahan yang porous akan mempunyai nilai
kerapatan yang rendah, luas permukaan yang lebih besar, konduktivitas panas yang rendah,
dan sebagainya.
1. ADU : (NH4)2U2O7 2UO3 + 10H2O + O2 (500oC)
2. AUC : (NH4)4UO2(CO3) UO3 +2H2O+4NH3+3CO2 (400oC)
Salah satu proses dalam pembuatan UO2 adalah proses reduksi, Reduksi merupakan proses
konversi oksida-oksida uranium meliputi UO3 dan U3O8menjadi UO 2 yang didahului
dengan pelepasan air dan dekomposisi senyawa organik . Reaksi reduksi U3O8 menjadi
UO2 adalah sebagai berikut:
U3O8 (s) + 2H2(g) à 3UO2(s) + 2H2O(g)
Reduksi terhadap l U3O8 dapat dilakukan dengan gas H2 dalam medium gas N2. Reduksi
berlangsung pada kondisi atmosfer, hal ini karena dengan kadar H2 yang kecil dapat
menghindari bahaya kebakaran bila terjadi kebocoran pada tungku reduksi. Suhu yang
terlampau tinggi memungkinkan terjadinya pelelehan sehingga dapat menutup pori-pori .
Prosesnya reduksi sangat dipengaruhi oleh suhu dan waktu reduksi, Suhu reduksi
merupakan faktor yang berpengaruh pada proses reduksi dan biasanya berkaitan dengan
waktu yang digunakan, semakin tinggi suhu reduksi semakin singkat waktu yang
digunakan. Suhu reduksi juga bergantung dari kereaktifan bahan yang hendak direduksi
dan sifat UO2yang dihasilkan. Perubahan fase selama proses reduksi U3O8 menjadi
UO2terjadi dalam dua tahapan, yaitu:
U3O8 à U4O9 à UO2
Pada konversi U3O8 menjadi U4O9 terjadi reaksi pada permukaan antara hidrogen dengan
oksigen, laju reaksi proses ini sebanding dengan konsentrasi hidrogen dan oksigen pada
permukaan oksida. Selama proses reduksi ukuran partikel butir kernel UO2 mengalami
penyusutan.
Mekanisme reaksi yang terjadi pada proses reduksi yaitu mula-mula terjadi difusi gas
hidrogen melalui film gas ke permukaan, kemudian gas hidrogen masuk ke dalam butiran
dan terjadi reaksi difusi, karena oksigen yang berada dibutiran U3O8 sangat reaktif, maka
hal ini merupakan suatu sebab terjadinya difusi dari permukaan butiran ke dalam butiran.
Suhu dan waktu dalam proses reduksi U3O8 akan memberikan pengaruh pada kualitas
UO2 yang dihasilkan, diantaranya terhadap densitas, rasio O/U dan luas muka spesifik,
volume pori total, rerata jari-jari pori. Kenaikan suhu reduksi akan menaikkan kualitas
kernel UO2 yang dihasilkan. Waktu reduksi yang lebih lama akan menghasilkan kernel
UO2 yang lebih baik, karena semakin sempurnanya reaksi yang terjadi.
Reduksi : UO3 dan U3O8 jadi UO2
1. UO3(p) + H2(g) UO2(p)+H2O
2. U3O8(p) +2 H2(g) 3 UO2(p)+2H2O
UO2 yang dihasilkan dipakai sebagai bahan bakar nuklir. Oleh karena itu dituntut
mempunyai sifat kimia, fisis maupun thermodinamika yang baik , shg memenuhi
spesifikasi bahan bakar. Pemakaian UO2 sebagai bahan bakar dalam pil(pellet) dan
disintering dengan densitas lebih besar 95 % x10,96 g/Cm3(TD).
Bahan bakar reaktor nuklir yang menggunakan keramik uranium diantaranya UO2, Struktur
kristal UO2 adalah face centered cubic tipe CaF2 dan memiliki densitas teoritis 10,96
gr/cm3.Keramik uranium sebagai bahan bakar memiliki beberapa keuntungan yaitu tahan
terhadap temperatur operasi reaktor yang tinggi dikarenakan memiliki titik leleh yang
tinggi, titik leleh dari UO2 yaitu sekitar 2760o C ). Selain memiliki titik leleh yang tinggi,
keramik uranium juga memiliki kestabilan terhadap irradiasi yang baik (dimensi, struktur,
volume) karena tidak adanya transformasi fase pada suhu rendah, dan ketahanan korosi
yang baik.