Anda di halaman 1dari 4

Ada Jomblo di Tengah Kita

Edisi 216/Tahun ke-5 (11 Oktober 2004)

Semua itu mimpi o...o u o u o


Hanyalah bualan o...o u o u o
Semua itu bohong o...o u o u o
Aku tetap saja o... tetap sendiri

Kamu pasti udah hapal ama lirik lagu yang dilantunkan Armand Maulana sang vokalis GIGI di
atas. Apalagi kalo ditanya judul lagunya? Hmm…pasti deh pada ngacung. Tapi please…, yang
belon pake Rexona jangan ikutan ngacung ya (eh, ini iklan ya?). Bukan apa-apa. Takut disangka
sumber polusi udara. Hehehe…. keep smile ya.

Selain easy listening , tuh lagu turut mempopulerkan istilah jomblo di kalangan anak muda.
Liriknya seolah mengungkap kegelisahan hati seseorang yang belon punya gandengan. Soalnya,
truk aja bisa punya gandengan masa' doi nggak. Betul? Betuul…! Tapi ngomong-ngomong,
jomblo itu apa sih? Ih… tulalit deh!

Gini, secara etimologi seperti tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia , jomblo itu
artinya perempuan tua yang nggak laku-laku alias perawan tua. Tapi seiring berjalannya waktu,
terjadi perluasan makna pada kata jomblo. Kini, jomblo dimaknai sebagai julukan ‘trendi' buat
mereka (baik cowok maupun cewek) yang masih sendiri, belum punya pacar, dan belum punya
gandengan (emangnya truk?). Pokoknya masih suka sendiri aja (atau memang belum ada yang
ngajak barengan). Gitchu. Ehm, apakah kamu termasuk di dalamnya? Hehehe

Pro-kontra seputar jomblo

Dalam pergaulan remaja, perdebatan tentang status jomblo nggak kalah serunya dengan debat
capres kemaren-kemaren. Banyak yang pro, tapi nggak sedikit juga yang kontra.

Bagi yang pro, mereka enjoy bilang “ its oke to be jomblo ”. Predikat itu bukan masalah bagi
mereka. Justru mereka menikmati hidup tanpa pasangan. Sebagai wujud rasa syukur mereka,
ada di antaranya yang bikin perkumpulan dengan nama Jojoba alias Jomblo-jomblo Bahagia .
Malah ada juga yang tergabung dalam komunitas Kelompok Jomblo Ceria yang disingkat Kejora.
Ehm, Ijo Lumut ( Ikatan Jomblo Lucu dan Imut ) boleh juga tuh. Ada yang mau gabung? Pilih
yang oke visi, misi, dan programnya (duileee). Wis, sundut terus!

Mereka ngerasa keberadaan pasangan malah bikin ribet. Kayak memasung kebebasan bin
kreativitasnya gitu lho. Deket dikit aja ama temen lawan jenis, dicemburuin. Nggak mau
ngikutin kemauan ‘yayang', dibilang nggak cinta. Nggak balas SMS atau missed call aja disangka
selingkuh. Punya pendapat berbeda malah dicemberutin. Kalo udah gini, tentu being jomblo
lebih asyik. Nggak terikat atau mengikat orang lain. Punya otoritas penuh nentuin langkah
kakinya sendiri mau belok kiri, kanan, atau lurus tanpa intervensi dan pengawasan dari pihak
lain. Mereka juga ngerasa nggak membebani orang lain untuk memenuhi keinginan-
keinginannya. Nggak heran kalo para jomblo itu begitu bahagia dan ceria menikmati
kesendiriannya. Huhuy!

Sementara yang kontra, mereka juga punya alasan yang nggak kalah dahsyatnya. Bagi mereka,
menyandang status jomblo seperti kutukan (wuiih syerem bener..). Soalnya hidup tanpa
curahan kasih sayang dari lawan jenis ibarat sayur tanpa garam. Garing bin kering kerontang.
Apalagi di kalangan remaja yang menobatkan pacaran sebagai simbol pergaulannya. Alamat
bakal tersisih dari pergaulan dan memanen kata-kata sindiran yang pelan tapi dalem dan bikin
kuping panas. Seperti yang dialami tiga cewek jomblo Gwen, Keke, dan Olin dalam film 30 Hari
Mencari Cinta yang dituding lesbian cuma karena nggak punya gacoan. Gimana nggak gondok?
Nggak ku..ku.. deh!

Makanya bagi kaum antijomblo, nggak punya pasangan bisa bikin depresi. Gejala yang ringan
sih mungkin cuma uring-uringan, mimik mupeng ngeliat temennya yang pacaran, atau krisis
percaya diri karena tak kunjung laku (emangnya jualan?). Tapi bagi yang sudah akut, gejalanya
bisa parah. Karena nggak kuat lagi menahan rasa malu, gunjingan atawa sindiran, orang bisa
menarik diri dari pergaulan sosial atawa malah terdampar di Rumah Sakit Jiwa. Bukannya kita
nakut-nakutin ya, cuma bikin kamu parno (paranoid) aja. Yee...sama aja atuh!

Kaum yang kontra ini, ada yang sampe mendeklarasikan berdirinya PJI alias Partai Jomblo
Indonesia. Mereka memperjuangkan persamaan hak dalam mendapatkan jodoh. Mengingat ada
di antara mereka yang terkena dampak buruk dari rolek alias risiko orang jelek. Loyalitas
mereka dalam perjuangannya terukir dalam semboyannya yang menggugah semangat. “Jomblo
itu pedih, Jendral...!” Walah!

Mending jomblo daripada maksiat

Sobat muda muslim, kian hari opini media yang memojokkan para jomblo kian tak terkendali.
Remaja makin diarahkan untuk berani mengekspresikan rasa suka kepada lawan jenis dengan
berpacaran. Tayangan-tayangan ghibahtaintment yang berseliweran tiap hari di layar kaca,
bikin permasalahan cinta menjadi masalah utama dalam hidup manusia. Kedekatan seorang
selebritis dengan lawan jenis dikupas habis dengan bumbu sana-sini biar layak jual. Aksi
“penembakan” yang dilakukan remaja diabadikan dalam “Katakan Cinta”. Perselingkuhan di
antara mereka pun sampe melibatkan detektif H2C atau dengan pembuktian Playboy Kabel .

Parahnya, remaja mengkonsumsi semua tayangan di atas setiap minggu. Cinta... cinta....dan
cinta..... Tiada hari tanpa obrolan cinta. Otomatis secara psikologi ada beban tersendiri dalam
perkembangan jiwa mereka. Malu bin nggak pede dalam kesendiriannya. Merasa terasingkan
ketika kebanyakan temen-temennya udah punya gebetan meski usia baru belasan. Pengaruh
media membuat murid-murid SMP pun udah Saatnya Mencari Pacar . Berabe euy!

Maaf, bukannya kita mau melestarikan status jomblo. Bukannya mau ngelarang temen-temen
jomblo untuk nyari pasangan. Bukan juga mengajak para jomblo untuk tabbatul (membujang).
Tapi kalo upaya pelepasan predikat jomblo selalu berujung pada aktivitas pacaran, mendingan
tetep istiqomah menyandang status jomblo. Seperti pepatah bilang, biar jomblo asal selamat
dari aktivitas maksiat. Setuju?

High Quality Jomblo= JI

Sobat muda muslim, istiqomah dengan predikat jomblo bukanlah sebuah aib yang kudu disesali.
Karena derajat manusia di hadapan Allah tidak dinilai berdasarkan predikat ini. Itu berarti
kaum jomblo punya peluang yang sama besar dengan para alumninya yang udah merit untuk
dapetin pahala Allah yang berlimpah. Jadilah High Quality Jomblo (HQJ) di hadapan Allah.
Caranya?

Pertama , HQJ nggak semata dinilai dari penampilan fisik seperti yang disyaratkan dalam
“Katakan Cinta”. Tapi dinilai dari keterikatannya dengan aturan Allah. Ini berlaku untuk setiap
perbuatan dia. Dari bangun tidur sampe tidur lagi. Sehingga melahirkan sikap akhlakul kariimah
. Dengan tetangga sebelah rumah akur. Nggak sungkan ngasih pertolongan sesuai
kemampuannya. Anti sikap individualis bin egois. Santun dalam bertutur kata dan
menyampaikan pendapat. Bersikap tegas tanpa harus bertindak keras. Atau terbuka untuk
menerima perbedaan pendapat.
Kedua , seorang HQJ nggak dosa punya tampang menawan hati. Itu kan anugerah dari Allah, ya
kudu disyukuri. Tapi bakal dosa kalo anugerah itu dipake tebar pesona sana-sini. Apalagi
sampai diobral. Emangnya produk sisa ekspor? Nggak lha yauw!

Ketiga , seorang HQJ juga pandai memanfaatkan masa kesendiriannya. Waktu, pikiran, tenaga,
dan isi dompetnya nggak dihabisin buat ngurusin cinta yang nggak sehat. Tapi dioptimalisasi
untuk mengekspresikan cinta kepada Allah dan RasulNya. Kegigihannya dalam menuntut ilmu
semata-mata demi kemaslahatan umat. Ngasih porsi yang lebih besar dari waktu yang
dimilikinya untuk terjun ke dunia dakwah.

Itu sebabnya, doi aktif ngaji, getol dakwah, sopan, dan taat syariat. Malah ada juga lho di
antara mereka yang prestasi akademisnya berbanding lurus dengan kecintaannya terhadap
perjuangan menegakkan Islam. Karena doi yakin Allah akan memberikan yang terbaik untuknya
(ajal. jodoh, rejeki, kebaikan dsb). Rasul saw. bersabda: “Tidak layak seseorang, ketika
menyaksikan suatu tempat di dalamnya ada kebenaran, kecuali dia akan mengatakannya.
Sesungguhnya sekali-kali hal itu tidak akan pernah memajukan ajalnya dan tidak akan
mencegah apa yang telah menjadi rezeki baginya” ( HR al-Baihaqi )

Nah sobat, tiap orang pantas dan pasti menjadi HQJ seperti di atas (kecuali yang udah merit
kali ya). Jangan minder meski tampang kita pas-pasan. Kuncinya cuma satu, ridho ngikutin
aturan Allah yang original dalam keseharian kita. Bukan aturan bajakan yang doyan kompromi
ama sekulerisme dan anak cucunya. Sebab cuma buat yang original Allah bakal ngasih garansi.
Nggak cuma seumur hidup, tapi dunia akhirat. Di akhirat kita selamat, di dunia kita bisa jadi
anggota JI.

Hah?! JI?! Sst…jangan bilang-bilang polisi ya. Entar didatengin pasukan antiteror 88 lagi. JI di
sini artinya Jomblo Idaman yang bisa menjelma jadi CIA (Cowok Incaran Akhwat) atau FBI
(Female Bidikan Ikhwan). Masa' nggak kepengen sih?

Mengakhiri masa jomblo

Sobat muda muslim, meski telah menjadi anggota JI, semoga kamu nggak puas dengan predikat
itu. Apalagi sampe mengikrarkan diri untuk menjadi jomblo abadi binti sejati. Jangan deh.
Gimanapun juga, Rasul mensunnahkan kita yang sudah mampu untuk mengakhiri masa jomblo.
Dengan menikah, kita turut menambah barisan perjuangan Islam dan kaum Muslimin. Bagi
ikhwan, jangan lewatkan peluang menjadi suami dan seorang ayah. Betapa nikmatnya memikul
tanggung jawab. Terlahir suatu kekuatan yang mampu menggali potensi untuk menafkahi
keluarga. Dan bagi akhwat, rasakan asyiknya menjadi seorang ibu dan pengatur rumah tangga,
menjadi madrasah buat jundullah tercinta, atau mendampingi suami meraih ridho ilahi. Bener
lho!

Makanya kudu tetep semangat. Meski usia sudah masuk kepala tiga atau masih berstatus
mahasiswa. Percaya deh, Allah pasti akan menunjukkan jalan bagi hambaNya yang hendak
menikah demi menjaga kehormatannya. Kuncinya sabar dan tawakkal.

Sabar tatkala kendala menghadang di tengah perjalanan kita. Misalnya calon mertua belon bisa
menerima kita. Itu cuma butuh introspeksi dan usaha gigih untuk melumerkan diding esnya.
Sama halnya dengan kesiapan materi yang selalu menjadi momok di kalangan ikhwan sebelum
naik ke pelaminan. Yang perlu dilakukan hanya menentukan batas waktu yang jelas untuk
memotivasi usaha persiapan materi. Bisa usia, tanggal, bulan, atau tahun. Jangan
menggantungkan kesiapan diri kita pada materi. Karena materi nggak akan pernah membuat
kita siap. Betul?
Sobat muda muslim, perlu dicatet ya, kalo perlu pake stabilo merah menyala, kita di sini tidak
bermaksud manas-manasin para jomblo untuk segera melepaskan statusnya. Kita cuma
ngomporin doang kok. Hehehe…nggak ding, kita cuma mau ngasih informasi yang lengkap
seputar pro kontra status jomblo dalam kacamata Islam. Ehm, moga paham.

Kita udah cukup dewasa untuk menentukan pilihan. Kalo masih betah dengan status jomblo,
jadilah High Quality Jomblo . Kalo nggak tahan ama sundutan untuk merit, ikhlaskan niat untuk
meraih pernikahan berkah. Intinya, mari kita sama-sama berusaha agar keseharian kita tak
lepas dari keterikatan dengan aturan Allah. Jomblo atau mantan jomblo, ya nggak masalah.
Betul? Betuuuul! [hafidz]

Anda mungkin juga menyukai