Anda di halaman 1dari 10

Kenapa kita harus membahas tentang LGBT?

1. Jumlah perilaku seks sejenis yang makin banyak, sekitar 1 juta pada tahun 2012 (yang
menampakkan dirinya). Di Indonesia sekarang, sekitar 3% populasi mereka yang berani
menampakkan identitasnya.
2. Lingkungan yang semakin permisif dengan perilaku penyimpangan seksual. Mereka
memasukkan ke segala sesuatu yang disukai anak muda. Anime, artis-artis, itu
menjadikan anak muda semakin permisif dengan perilaku tersebut.
3. Ada kekuatan ekonomi global untuk mendukung gerakan tersebut. Keuntungan mereka
banyak, contohnya dunia farmasi, kedokteran, dunia bisnis yang lain. Bisa dibayangkan
operasi untuk menjadikan laki-laki cantik di Thailand itu banyak sekali dalam satu hari.
Bahkan laki-laki yang berubah jadi perempuan bisa jadi jauh lebih cantik dari
perempuan yang asli. Intinya, tanpa kekuatan ekonomi, sebenarnya tidak akan semasif
sekarang.

A. Definisi Yang Berkaitan dengan Seksualitas

a. Orientasi Seksual
Ini artinya ketertarikan. Jadi ada orang yang tertarik dengan sesama jenis, ada orang
yang tertarik dengan lawan jenis. Tapi bukan berarti orang yang suka dengan lawan
jenis itu sama sekali menutup kemungkinan untuk suka dengan sejenis. Ada orang-
orang yang dorongannya tetap suka dengan sejenis. Di orientasi seksual ini, kita tidak
bisa menghukum mereka sebagai gay, tapi mereka punya dorongan. Dalam kasus
orientasi seksual ini, banyak orang yang dicoba dengan ini. Mereka memang lebih suka
dengan sejenis, tapi mereka menahan. Mereka menghindari, tidak melakukan
hubungan, dan sebagainya.
b. Perilaku Seksual
Ini berbeda dengan orientasi. Orientasi itu dorongan, yang belum tentu dilaksanakan.
Banyak yang orientasinya sejenis, tapi memilih tidak menikah. Perilaku seksual artinya
ekspresi dari orientasi. Sudah melakukan hubungan, awalnya memulai kontak. Sampai
akhirnya mereka melakukan hubungan seksual. Pada tahap kedua ini banyak yang
sudah berhubungan tapi masih merasa berdosa, masih merasa yang terjadi pada dirinya
itu nggak sesuai dengan fitrahnya. Hanya dorongan syahwatnya yang membuat mereka
akhirnya terjatuh di kondisi itu.
c. Identitas Seksual dan Sosial
Ini yang nanti akan menghadapi ancaman Allah. Bukan berarti yang kedua tidak
menghadapi. Tapi mereka tidak menjadikan cobaan ya ini menjadi sesuatu yang
menyenangkan bagi dia. Yang ketiga ini, merek betul-betul mengatakan bahwa homo
dan itu anugerah yang harus dilestarikan. Homo itu bukan sesuatu yang tidak
dibolehkan, bahkan sekarang mulai banyak kan kelompok-kelompok gay muslim.
Mencoba mengubah tafsir dari Al-Quran. Mereka mengatakan bahwa yang salah
memaknainya. Itu akan menjadi tantangan besar bagi kita untuk menghadapi mereka.

B. Faktor Penyebab
a. Pola asuh
1. Role model yang salah, misalnya anak laki-laki diantara kakak-kakaknya yang
perempuan.
2. Hilangnya peran bapak. Banyak studi baik di Indonesia maupun di luar negeri,
peran bapak sangat luar biasa. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa
bagaimana hangatnya hubungan dengan bapak berhubungan dengan seks bebas.
Anak-anak yang mereka hangat hubungannya dengan orang tua, mereka tidak
mudah melakukan hubungan seks bebas. Jika hilang peran bapak, laki-laki yang
hilang perannya sebagai laki-laki atau justru perempuan yang menjadi laki-laki.
Contohnya, ketika anak perempuan melihat ibunya di-KDRT bapak, dia tumbuh
berusaha melindungi ibunya. Dalam pikirannya, laki-laki itu tidak baik. Buktinya
dia melakukan KDRT. Di luar pun, dia berusaha melindungi perempuan-
perempuan lemah. Ketika itu berlanjut, dia bisa mengidentifikasi dirinya sebagai
laki-laki.
3. Keluarga tidak harmonis, ini sangat berisiko.
4. Ibu terlalu dominan
5. Rusaknya pola asuh generasi sekarang. Semakin ke sini, pola asuhnya semakin
kacau. Orang-orang tua sekarang itu nggak paham tujuan mereka punya anak,
wong tujuan menikah aja sering nggak paham kok. Bahkan mereka punya anak
pun, tidak bertujuan. Sehingga ketika ditanya, anaknya mau dididik seperti apa?
Jadi orang sukses, misalnya. Definisi sukses itu sendiri nggak tahu. Mereka sibuk
dengan dirinya. Bapak yang gayanya kerja untuk anak dsb, aslinya adalah mereka
kerja, mereka melakukan kegiatan, agar tidak harus mengasuh anak. Maka mereka
banyak perginya. Itu yang banyak terjadi dalam generasi kita. Yang penting mereka
tidak terganggu. Ibu pun sekarang juga demikian. Ketika sekarang dikatakan
Indonesia adalah negara fatherless country, saya khawatir Indonesia ini sudah
negara parentless country. Ini menjadi tantangan besar untuk kita.
6. Pola asuh ini termasuk pengabaian, dsb. Pengabaian lebih bahaya dibanding
dimarahin terus.

b. Lingkungan
1. Masyarakat yang semakin permisif. Sekarang kita semakin biasa melihat waria,
artis ciuman sesama jenis, sudah biasa dan semakin marak dimunculkan di media
sosial.
2. Kampanye LGBT. Ada kekuatan ekonomi global, sehingga perusahaan-
perusahaan besar masuk ke situ.
3. Aplikasi gay. Ada lebih dari 20 aplikasi dating gay. Aplikasi ini bahkan mereka
menggunakan geolokasi. Jadi ketika seseorang itu sudah menerima bahwa ini
bagian dari diri dia, ini sudah ngeri sekali karena mencarinya ternyata menjadi lebih
mudah.
4. Tokoh idola
5. Sekarang banyak kampanye LGBT disamarkan di film-film anak. Bahkan tas-tas
anak juga menjadi salah satu cara mereka berkampanye, berwarna pelangi, dsb.

c. Korban Pelecehan
1. mengalami pelecehan seksual waktu kecil. Ada yang mengalami pelecehan seksual
dan itu menjadi dendam. Masalahnya adalah ketika itu menjadi suatu dendam,
maka harus dilampiaskan. Nah ini tidak mungkin dilampiaskan ke pelaku.
Dorongan untuk melampiaskan dendamnya ini muncul terus, sehingga ketika
mendapatkan orang yang lebih lemah, dia melakukan hal yang sama dengan
pelaku. Karena dia mengidentifikasikan korban ini sebagai pelaku yang menyakiti
dia. Sehingga dia melakukan seperti itu. (namun tidak mesti korban pelecehan pasti
jadi pelaku)
2. Labeling. Anak yang sejak kecil kemayu, dia dilabel banci. Bahkan dia jadi banci
beneran.

d. Hormonal
1. kelebihan hormon/genetik. Ada orang-orang yang emang Allah ciptakan seperti
itu. Bukan sebagai kelebihan, tapi ujian. Ketika mereka mampu menghadapi ujian
itu, Insyaa Allah akan mendapatkan pahala yang jauh lebih besar dibanding orang-
orang yang normal.

C. Penanggulangan
a. Penanaman tauhid
Penanaman dalam keseharian. Bapak dan ibu kalau ada apa-apa, selalu hubungkan
dengan Allah. Misal dapat nilai baik, itu ditanamkan bahwa itu bukan sekadar
kepintaran, tapi karena Allah memberikan kemudahan.

b. Edukasi kepada orang tua tentang bahaya LGBT


Ini edukasi jangan yang standar. Edukasi di sini adalah bisa jadi anda, anak anda,
saudara anda, bisa jadi punya dorongan seperti itu. Itu akan bahaya kalau tidak kita
kontrol. Termasuk orang-orang seperti itu bagaimana penanganannya.

c. Perbaikan pola asuh utamanya meningkatkan peran ayah


Artinya orang tua betul-betul hadir. Satu hal yang perlu orang tua rubah mindsetnya
adalah, “orang tua itu yang paling tahu tentang anaknya”. Itu salah besar, apa yang
kita pikirkan itu sebenarnya keinginan kita terhadap anak kita bukan pengetahuan
kita tentang anak kita. Itu bisa diuji ketika anak kita sudah remaja, mereka masih
ngobrol santai dengan kita, tidak menyembunyikan. Tapi begitu remaja diajak
sudah susah, berarti kita salah waktu dia kecil dan harus kita perbaiki. Tidak ada
kata terlambat.

d. Perbaikan komunikasi dengan anak.


Ini dilakukan agar anak kita terhindar dari itu. Misal ada orang sejenis yang
mendekati dia, mereka cerita pada kita sehingga kita bisa mengajarkan bagaimana
cara menghadapi orang seperti itu, bagaimana membuat temannya yang mendekati
dia jadi sehat kembali.

e. Seks edukasi
Ini diajarkan di dalam Islam. Perintah memisahkan anak laki-laki dan perempuan
di usia 10 tahun, ini adalah seks edukasi. Larangan melihat aurat, larangan
memasuki kamar orang tua saat mereka tidur, itu adalah seks edukasi. Jadi bukan
mengajarkan kegiatan/perilaku seksual. Tapi mengajarkan tentang aurat, apa saja
yang boleh dipegang orang lain, siapa saja yang boleh memegang dirinya pada
organ-organ tertentu, tentang mimpi basah, dsb.

D. Tentang Pondok
Pondok merupakan salah satu tempat yang paling memungkinkan tumbuhnya LGBT
namun tidak membuat itu pasti terjadi. Kenapa? Karena dikumpulkan anak sesama
jenis, dengan dorongan seksual yang kuat, dan mereka tidak banyak diberi pendidikan
bagaimana cara menyalurkan hasrat seksualnya, dsb. Dan memang mereka belum boleh
menyalurkan itu. Tapi di dalam pondok ini, salah satu sisi baiknya adalah
pelakunya cepat ketahuan jika yang melakukan adalah santri dengan santri. Ini satu
hal yang bagus di pondok. Kecuali pelakunya adalah ustadznya. Ini akan susah, dan
menjadi susah diidentifikasi.
Jangan dikira pelaku seks menyimpang adalah orang-orang yang nggak paham agama
saja. Ada Hafidz Quran yang mengaku dia adalah pelaku seks sesama jenis. Dan dia
dari pondok yang hebat. Jadi dorongan ini bisa muncul kepada siapapun.
Lalu bagaimana menanggulangi ini kalau anak kita di pondok? Kuatkan komunikasi
kita, ajarkan pada anak kalau ada sesuatu yang tidak biasa segera ngomong ke kita,
sehingga secepatnya kita bisa mengajarkan pada mereka apa yang harus dilakukan.
Kemudian, ini butuh upaya besar karena pondok-pondok kita masih banyak yang belum
concern terhadap hal itu. Di pondok, konseling itu harusnya justru difokuskan kepada
komunikasi-komunikasi personal, bukan tentang kesalahan tapi juga perasaan dia,
hasrat dia. Apakah mereka tidak paham? Paham secara dalil, namun secara psikologis
masih perlu belajar lagi.
E. Yang Harus Kita Ketahui
Hasil riset jumlah orang yang memiliki kecenderungan suka sesama jenis adalah antara
5-10% dari populasi.
Bisa jadi orang yang kelihatan baik-baik, tapi ternyata penyuka sejenis. Yang paling
bahaya adalah ketika orang-orang seperti ini ketemunya orang-orang yang sama. Misal,
ketemu psikiater yang malah menyarankan cari suami sesama jenis.

F. Bagaimana Bila Aku Punya Kecenderungan Suka Sesama Jenis?


“Pertahankanlah bisikan yang berdetak agar tetap di hatimu, kalau tidak hal itu akan
berubah menjadi buah pikiran. Bila telah berubah, pertahankanlah semampumu agar ia
tetap berada dalam pikiranmu. Dan kalau tidak mampu, ia akan menjadi nafsu birahi.
Kendalikan nafsu agar ia tertundukkan dan jika tidak akan lahir rencana buruk dalam
bentuk kehendak. Jagalah kehendak itu karena kalau tidak dijaga niscaya akan menjadi
perbuatan maksiat. Kalau perbuatan maksiat itu tidak dicegah ia akan menjadi temanmu
sebagai suatu kebiasaan dan adalah sulit bagi manusia meninggalkan suatu kebiasaan.”
Ibnu Qayyim

G. Bila Mengenal Orang yang Punya Kecenderungan Gay


Terima dia sebagai manusia, apalagi kalau muslim, kemudian bantu mereka keluar dari
permasalahannya dengan mencarikan profesional yang bisa membantu, ikutkan
pendampingan untuk menghilangkan kecenderungannya. Namun bila dia menyukai
kondisi tersebut tugas kita adalah mencegah dia agar tidak melakukan kemungkaran
baik dengan tangan, lisan, maupun dengan hati.

LGBT ADALAH KEMUNGKARAN, HANYA DENGAN PERTOLONGAN ALLAH LAH KITA


BISA MENCEGAH, MENGHINDARI, DAN MENYEMBUHKAN
Sesi Tanya Jawab

1. Bagaimana tindakan pencegahan LGBT di pondok pesantren yang seluruh


muridnya laki-laki di usia remaja?
Pembahasan lengkap di point pondok pesantren dibawah.
Hanya ada beda perlakuan pada pondok pesantren modern dan tradisional, di
pesantren modern, jika bertemu kasus seperti itu kebanyakan langsung diusir
karena termasuk pelanggaran berat. Kalau di pesantren tradisional lebih
manusiawi. Uniknya, kalau di pesantren, setelah santri keluar, seringkali
kecenderungan itu hilang. Rata-rata yang terkena LGBT itu melihat pornografi,
korban pelecehan seksual, di kelas 4-6. Saya tidak mengerti kenapa kasus seperti
itu muncul di saat remaja. (Sharing dari audiens)

2. Bagaimana kita membedakan wanita ini sakit (lesbian) atau tidak?


Ini pertanyaan yang luar biasa susahnya, bahkan ketika ini ditanyakan kepada
mereka. Ketika pertanyaan sejenis ini ditanyakan kepada mantan gay,. mereka
sendiri mengatakan, nggak ada cirinya. Jangan dikira lelaki yang kemayu pasti gay.
Kalau lewat chat, mungkin. Tapi belum tentu. Harus dengan pemeriksaan yang
lebih detail. Ciri-cirinya nggak muncul. Tapi kalau sudah terlalu dekat sekali lebih
baik diarahkan untuk tidak mulai terlalu dekat.

3. Saya ibu rumah tangga dan juga guru BK di SMP otomotif yang 1500nya itu adalah
laki-laki. Peran orang tua seberapa besarlah untuk menanggulangi LGBT ini?
Karena saya pernah membuat studi kasus, ternyata orang tua itu juga ada pola
pembiaran. Contoh, mereka membiarkan anak scroll hp dari pulang sekolah sampai
jam 3 subuh. (Di jawab di pembahasan selanjutnya)

4. Kalau awalnya dia hanya sebagai korban, apakah hal tersebut bisa berubah
orientasinya?
Tidak semua jadi seperti itu, tapi disarankan korban pelecehan seksual lebih baik
sesegera mungkin dibawa ke psikolog untuk direkonstruksi kepribadiannya, agar
tidak menjadikan mimpi buruk bagi dia, dan menghilangkan dendamnya itu.
Karena dorongan dendam itulah yang membuat ia jadi pelaku.

5. Apakah dalam usaha menjaga anak remaja ini hp mereka kita sita tentang isi dan
grupnya? Apakah ini tingkatannya wajib ya?
Nggak harus disita, karena kita nggak mungkin memisahkan anak kita dengan
teknologi. Yang kita lakukan adalah membuat mereka dekat dengan kita. Kita tahu
apa yang mereka lakukan, apa yang mereka akses, kita mengajarkan kepada
mereka bahwa kalau mereka punya sesuatu yang tidak nyaman itu ngomong sama
kita. Tapi tetap dibatasi. Artinya mereka tetap harus banyak bicara. Tanya kepada
mereka, apa yang mereka sukai, dsb. Kita mulai belajar memulai pembicaraan dari
kesukaan mereka. Saya bahkan di pondok ketika ketemu dengan anak di forum,
yang tak tanya, sepak bola yang disukai siapa? Atau kalian biasanya game pakai
apa? Saya masuk dari situ. Di situ saya baru masuk untuk menjelaskan bagaimana
seharusnya mereka. Contohnya, mereka suka kalau ga Messi, Ronaldo. Kita masuk
dulu, kita minta mereka menjelaskan sisi baik mereka, langsung masuk ke apa yang
harus mereka lakukan. Ngasuh remaja itu kaya main layang-layang. Kadang
ditarik, kadang diulur. Bukan ditarik terus. Tugas kita adalah mengarahkan anak
remaja kita melakukan perilaku yang terbaik. Kalau remaja kita salah, itu jangan
dimarahin. Kita ajak ngomong, kenapa kamu melakukan seperti itu? Anak kita
kalau dihukum, ketika ditanya pelanggaran apa, biasanya Ustadznya yang
disalahin. Tapi beda jika kita ngajak diskusi. Kita jangan terlalu kaku untuk
menyikapi mereka, bukan berarti pelanggaran baik, Qadarullah anak kita melewati
itu, kita harus ajarkan dia melewati masa-masa sulitnya itu.

6. Apakah ada tes kepribadian yang bisa mengungkap kecenderungan seksual ini?
Sekarang udah ada tes kepribadian TKPI yang dikembangkan oleh senior saya, tes
kepribadian itu untuk SMP dan SMA. Itu memang tidak secara fokus akan
menunjukkan bahwa dia suka sesama jenis atau tidak, tapi di situ akan muncul
dorongan seksualnya. Jika kebutuhan seksualnya sangat tinggi, maka nanti di
pondok bahaya. Nggak ada lawan jenis, sesama jenis disikat juga nanti. Jadi ada,
namanya TKPI.

7. Bagaimana anak terhindar dari itu di pondok?


Yang pertama, bikin sistem di pondok yang membuat mereka bisa curhat ke orang-
orang tertentu bahkan dalam hal kecenderungan-kecenderungan seperti itu. Yang
kedua, anak-anak seusia itu diperbanyak kegiatan fisik. Puasa, untuk konteks
sekarang tidak terlalu bisa meredam syahwat itu. Lingkungan kita sudah terlalu
buruk.

8. Berkaitan tentang anak yang ngekos. Anak yang memilih ngekos walau tinggal
dalam satu kota, dan anaknya nggak aktif memberi kabar kalau orang tuanya tidak
bertanya terlebih dahulu.
Kasus seperti ini secara umum kebanyakan memang punya masalah komunikasi
dengan orang tua sejak awal. Konsep orang tua itu orang yang paling paham
tentang anak ini sering menjadi masalah. Jadi apakah anak itu dituruti terus? Nggak
juga, tugas kita itu mengarahkan. Ketika anak punya keinginan, ketika anak mulai
membuka komunikasi, kita terima dulu komunikasi itu. Kalau kita nggak setuju,
kita puter dulu baru nggak setuju. Ketika dia melakukan kesalahan, pelanggaran,
ditanya dulu, kenapa melakukan itu? Cobalah untuk menjalin komunikasi-
komunikasi ringan, coba cek pola komunikasi sebelumnya, sesering apa konflik
dalam komunikasi. Kalau memang nggak ada, coba konsul ke psikolog. Intinya,
kasus seperti itu kebanyakan pola komunikasi sudah buruk duluan.
9. Anak ingin masuk pondok, tapi nanti ingin jadi dokter. Mendengar penjelasan
ustadz jadi takut memasukkan anak ke pondok. Dan apakah TKPI bisa dilakukan
oleh anak SD? Seberapa akurat?
Jangan takut memasukkan anak ke pondok. Pondok memang berisiko seperti itu.
Kalau ibu khawatir, cari pondok yang santrinya nggak banyak dalam 1 kelas.
Semakin banyak yang harus diawasi, risiko lolos dari pengawasan semakin besar.
Di luar pondok, jauh lebih menakutkan lagi. Mereka halus sekali berusaha
masuknya. Ada yang tadinya normal, didekatin terus, sampai lanjut jadi seperti itu.
Sama-sama normal saja bisa masalah. Apalagi ketemu yang tidak normal. Kalau di
pondok itu lebih cepat ketahuan, di luar lebih sulit. Kalau saya tetap menyarankan
pondok itu yang terbaik. Kalau ibu khawatir, cari pondok yang santrinya nggak
banyak. Membatasi santrinya. Kalau di Solo banyak. Kemudian tes TKPI dimana?
Dijual di pondok-pondok. Kemudian untuk validitas reliabilitasnya itu sudah diuji
oleh berbagai pondok di Indonesia, salah satunya Al-Irsyad. Insyaa Allah valid.
Artinya dorongan seksualnya, apakah akan menjadi sama jenis atau lawan jenis
bahayanya tadi. Kalau tidak menyalurkan kemudian dia banyak ketemu yang
sesama jenis, bisa jadi menyimpangnya ke sesama jenis.

10. Apakah ada faktor psikologis yang membuat seseorang berubah orientasi
seksualnya?
Bisa saja karena luka atau trauma, pergaulan, memang asalnya suka sesama jenis
namun menurut saya angkanya kecil sekali. Paling banyak perubahan ketika dia
besar sehingga berubah orientasinya, termasuk karena berteman dengan mereka,
sehingga lama-lama enjoy. Jadi orientasi seksual secara umum ada 3: homoseksual,
heteroseksual, biseksual. Sekarang berkembang banyak, ada yang jatuh cinta
dengan anime, boneka, dsb. Karena itu tadi yang sakit banyak.

11. Adik ipar, usianya SMA kelas 2, di keluarga suami faktor-faktor penyebab LGBTQ
itu beberapa ada di adik ipar. Seperti kurangnya peran bapak, ibu yang terlalu
dominan, pola komunikasi yang dibangun dalam keluarga juga kurang. Orang tua
seringnya terlalu otoriter. Ini cukup mengkhawatirkan saya dan suami, dimana
untuk masuk ke anak ini cukup sulit. Kesukaan dia rata-rata yang kami hindari,
misal nonton bioskop, kesukaan remaja pada umumnya. Tiktokan, KPOP juga
yang tidak menjadi perhatian orang tua. Pola komunikasi kakak-kakaknya juga
kurang dekat dengan adiknya ini. Sang ibu pun ketika saya hadir, apa-apa ceritanya
ke saya. Sang adik juga ceritanya ke saya. Saya juga seperti habis energi meladeni
mereka. Kira-kira untuk pendekatan yang solutif bagaimana ya?
Yang pertama, butuh kesabaran kita untuk tidak tergesa-gesa merubah. Kita pakai
kaidah kalau tidak bias merubah keseluruhan, kita harus merubah sebagian,
sekalipun perubahan kecil. Jangan langsung minta perubahan besar. Kita bisa
belajar, sesekali kita tanya, perasaanmu gimana ketika tiktokan? Apa sih yang
menyenangkan dari tiktokan itu? Manfaatkan sesuatu yang dia sukai untuk kita
bisa masuk. Terima semua hal yang dia lakukan dulu, bukan membolehkan. Misal
setelah tiktokan lega, oh berarti menggunakan itu sebagai katarsis. Ketika ibu bisa
menerima tidak apa-apa tiktokan dulu, tapi waktunya sholat langsung sholat. Lalu
kalau besok-besok bisa masuk lagi apa. Mungkin satu tahun dua tahun, semua
butuh proses. Jangan mengharapkan perubahan secara cepat. Kita seringnya
merasa lebih tahu.

12. Bagaimana maksudnya jatuh cinta dengan anime?


Jatuh cinta itu bukan kecanduan. Ada orang-orang yang memang pengennya punya
pasangan itu anime. Jangan dikira orang-orang yang kecanduan itu jatuh cinta, itu
kecanduan. Jatuh cinta itu benar-benar menginginkan pasangannya itu anime. Tapi
kalau kecanduan baiknya langsung berobat, karena segala sesuatu yang berlebihan
itu nggak baik. Ibadah yang berlebihan juga nggak baik.

13. Saya sangat ingin anak-anak mondok di pesantren sunnah tapi qadarullah anak-
anak nggak mau sampai nangis-nangis. Usia sudah baligh, SMP kelas 7 dan kelas
8 bersama ibu tunggal. Apakah lebih baik memasukkan mereka ke pesantren tetapi
mereka nolak atau bisa kita melakukan di sekolah biasa tapi melakukan
pengawasan yang seadanya, mengingat ibu tunggal ini harus mencari nafkah juga?
Ajak dulu main-main ke pesantren. Lalu tanya juga apa yang dikhawatirkan ketika
masuk ke pesantren? Jadi kita tahu kenapa dia menolak. Siapkan 2-3 tahun
sebelumnya, jangan kelas 6 sebelum ujian langsung dibilang masuk pesantren.
Yang utama ditanya, kenapa tidak mau ke pondok? Tanya di situasi normal. Jangan
saat udah nangis-nangis terus dibilang “kenapa nggak mau? Kan itu demi
kebaikanmu”. Ini salah satu mantra yang sering diucapkan orang tua demi
memuluskan niatnya. Karena belum tentu itu dianggap kebaikan oleh anak. Baru
setelah dia menyampaikan, kita sampaikan ke mereka, gini loh sebenarnya. Kenapa
ibu mau memasukkanmu ke pesantren, dsb. Bukan gembira memasukkanmu ke
pesantren. Kalau sudah terlanjur, pakai kaidah tadi, kalau tidak bisa merubah
keseluruhan, lakukan walaupun hanya sedikit perbaikan.

14. Bagaimana cara seseorang yang masih single mengetahui calon pasangannya
terindikasi LGBT atau tidak? Adakah list pertanyaan khusus yang perlu ditanyakan
saat proses taaruf agar kita mengetahui bahwa calon kita normal?
Menurut saya, kalau sekarang perlu ditanyakan namun tidak langsung. Ditanya ke
orang lain atau melalui media lain. Banyak sekali kasus yang mereka masuk
melalui taaruf, karena mereka nggak bisa pacaran. Kalau melihat ciri-ciri susah,
sehingga bisa dicari tahu melalui media lain.

15. Ketika anak kita didekati oleh penyuka sesama jenis, kita sudah melapor ke
stakeholder, yang perlu kita lakukan adalah mengajarkan dia bagaimana cara
membuat dia terlepas dari hal tersebut. Contohnya adalah ajarkan dia untuk selalu
berkomunikasi dengan orang tuanya, kalau perlu ajak anak ini datang dan kita bisa
bertanya langsung pada dia sebenarnya apa yang dia inginkan dsb, kemudian kita
ajak dia untuk mendapat penanganan yang pas. Intinya bentengi anak kita, nggak
perlu fokus ke orang lain karena kita hanya bisa melindungi anak kita sendiri. Ini
adalah sesuatu yang harus kita hadapi. Bukan mengembangkan ketakutan, tapi kita
tahu musuh kita. Kemudian ingat bahwa dengan pertolongan Allah, kita bisa
menyembuhkan itu, keluar dari hal-hal tersebut, maka sekarang yang kita lakukan
secara manusiawi, perkuat komunikasi kita dengan anak-anak, ajarkan pada anak
kita kalau mereka punya permasalahan-permasalahan dsb, termasuk ajarkan
kepada mereka bahkan sesuatu yang sensitif. Caranya adalah dengan menerima
apapun kesalahan mereka dulu. Ketika anak kita cerita, nggak perlu langsung
dimarahin. Sehingga mereka merasa diterima, tidak dihakimi, setelah itu baru kita
masukkan nasihat. Dengan harapan, anak-anak kita bisa menjadikan kita patner
diskusi sehingga bisa menjauhkan mereka dari hal-hal yang terlarang. Dan jangan
lupa berdoa.

Anda mungkin juga menyukai