Anda di halaman 1dari 29

Exclusive Kulwapp

ISLAMIC SEX EDUCATION -


PENGARUH SEKS EDUKASI ANAK
SAMPAI DEWASA

Oleh : Ikhsanun Kamil Pratama, S.Ked &


Foezi Citra Cuaca Elmart, Am.Keb

Originally created by
@canunkamil & @fufuelmart
Bismillāhirraḥmānirraḥīm
Assalāmu’alaikum waraḥmatullāhi
wabarakātuh

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah, kita


bisa dikumpulkan di grup WA ini dan semoga
perjumpaan ini bermanfaat, ya, Ayah-Bunda
sekalian. :)

Mungkin ada di antara Anda yang sudah


mengikuti bersama perjumpaan kita di
webinar Zoom Sabtu lalu ketika kita ngobrol
tentang "Sex Education", yang ternyata sex
education itu tidak sedangkal membicarakan
tentang alat kelamin, perubahannya ketika
balig, dan/atau hubungan seksualnya. Bukan
sedangkal itu. Namun, ada sesuatu yang perlu
lebih kita perhatikan. Maka, secara sekilas,
nanti kita akan bahas ulang agar sekalian bisa
jadi bacaan untuk kita semua, ya. :)
Dan bisa jadi juga, ada sebagian di antara
Anda yang mungkin ini baru menjadi
pertemuan kita yang pertama. Maka, mohon
izin untuk kenalan dulu, ya. Saya
@canunkamil, saat ini Allah amanahkan
sebagai CEO dari penerbit Sakeena, yang
tujuan utama dari Sakeena adalah:

membantu anak-anak
untuk tumbuh rasa cinta
dan kagum kepada Allah.

Kenapa ini penting?


Karena banyak orang tua yang kesulitan untuk
menyuruh anak beribadah. Misalnya, ketika
sudah azan sekalipun, anak tetap saja
takpeduli. Tidak sedikit yang disuruh-suruh
terlebih dahulu, bahkan sering kali
menggunakan kekerasan dan ancaman.

Kenapa seperti itu?

Karena hal itu sama sekali tidak membuat anak


tergerak untuk berangkat beribadah. Kalaupun
bergerak shalat, hal itu pun dilakukannya
dengan terpaksa. Karena hal ini terjadi sebab
kebanyakan orang tua hanya menggunakan
instruksi, instruksi, dan instruksi saja kepada
anak untuk beribadah sehingga tidak terbentuk
inisiatif untuk beribadah dan beramal baik.
Sedangkan, bayangkan kalau kita bantu anak
untuk menumbuhkan rasa cinta dan kagum di
hati anak tentang Allah. Kalau seorang manusia
sudah jatuh cinta, tentu dia akan berkorban
apa pun demi sesuatu yang dicintainya, kan?

Nah, di sinilah hubungannya.


Di sinilah benang merah edukasi seks Islami
dengan kecintaan kepada Allah.
Jika sudah cinta, maka dia akan berinisiatif
untuk shalat.
Jika sudah cinta, maka dia akan melatih diri
untuk mengendalikan nafsunya, termasuk nafsu
libido.
Jika sudah cinta, maka dia hanya akan
menyalurkan nafsu hanya di jalan yang diridhai
sama Allah.
Jika sudah cinta, maka dia takkan sembarang
ketika sedang sendirian.

Maka edukasi seks tentu penting sekali untuk


dimulai dari kecintaan kepada Allah.

Dan edukasi seks bukan hanya tentang sekedar


membahas penis, vagina, _sexual intercourse_,
dan perubahan fisiologis ketika balig. Bukan
sekedar tentang itu.
Namun, berbicara tentang

responsibility.
Bagaimana dia ditanamkan dengan rasa malu?
Bagaimana dia bersikap ketika menjadi balig
karena dia yang akan menanggung seorang diri
amalan-amalannya? Sebab dosa mulai dihitung,
jariyah mulai ada.
Maka, bagaimana dia bisa _responsible_, tidak
mudah menyalahkan orang-orang yang ada di
sekitarnya adalah sebuah hal yang sangat
penting.
Lihat apa yang terjadi jika seseorang menjadi
balig, tetapi tidak ada _sense of
responsibility_.

Akan seenaknya saja dia menonton film porno


ketika sendiri atau mungkin bersama teman-
temannya.
Akan seenaknya saja dia untuk melakukan
masturbasi ketika ada panggilan syahwat itu
muncul.
Akan seenaknya saja dia untuk
mempertontonkan auratnya, hanya demi
segepok uang atau pencetan _like_ dan komen.

Atau bahkan akan ada kemungkinan dia akan


melakukan aktivitas-aktivitas yang mendekati
zina, melakukan tindakan yang jauh dari rasa
tanggung jawab, dan hanya sekadar mengejar
kenikmatan saja. Silakan saja Ayah-Bunda
_googling_ tentang angka kehamilan di luar
nikah atau angka aborsi yang dilakukan akibat
sebuah ‘kecelakaan’.
Jangan lupakan bahwa saat ini kita tinggal di
masa hal-hal yang tidak bertanggung jawab
seperti itu bisa sangat mudah diakses dari
ujung jari kita, bahkan tidak jarang konten
seperti itu muncul secara tiba-tiba, niatnya
sama sekali tidak membuka, tiba-tiba jadi ada
‘pancingan’.

Sooo, betapa bahayanya, kan, zaman ini kalau


kita menjalani peran kita sebagai orang tua
tanpa didasari dengan ilmu?

Kita bisa menarik kesimpulan bahwa tujuan dari


edukasi seks Islami adalah membentuk anak
yang bisa bertindak di jalan yang Allah ridhai
terkait kehidupan seksualitasnya, sekaligus
dijalani dengan penuh tanggung jawab
sehingga kehidupan seksualitas anak kita itu
sehat dan berkah, jauh dari berbagai
penyimpangan.
Maka, sebagai orang tua yang saat ini memiliki
anak balita, apa yang perlu kita lakukan secara
rutin dan berkesinambungan setiap harinya?

1. Memberikan kelayakan berpakaian.


2. Memberikan kelayakan bersikap.
3. Lulus _toilet training_.
4. Mandiri menjaga tubuh.
5. Memberikan kelayakan Informasi.
6. Pemisahan tempat tidur.

Mari kita bahas satu-satu.


1. Memberikan kelayakan
berpakaian.
Artinya kita menghargai dan mendidik anak kita
menjadi seutuh-utuhnya manusia. Yang
membedakan manusia dari hewan adalah budi yang
luhur dan ini disimbolisasikan dengan pakaian.
Karena Islam adalah agama yang menjamin
kemuliaan bagi penganutnya yang taat, maka Allah
memberikan bimbingan bagi hamba-Nya tentang
batasan aurat. Ternyata, satu-satunya pihak yang
kita sama sekali tidak ada batasan aurat itu
hanyalah pasangan halal kita saja. Berarti, kita dan
anak kita pun aslinya ada batasan aurat.

Konsekuensinya?
Mandi bareng anak sejatinya tidak lagi dilakukan.
Mandi bareng sama pasangan aja, ya. Hehehe.

Memandikan anak bersama-sama dengan tujuan


lebih praktis, yuk, mulai kita tinggalkan.
Sekalipun lebih repot, semoga repot-repotnya
bernilai ibadah.
Repot yang tidak merugikan, toh?
Berpakaian yang seksi-seksi? Cukup sama pasangan
saja, bahkan tanpa ada seutas benang pun tiada
masalah.
Bahkan sekalipun anak masih kecil, jangan sampai
kita memberikan tontonan siaran langsung kepada
anak kita tentang bagaimana proses hubungan
suami istri itu.
Jadikan saja privasi kedua orang tua, ya. :)

Dan kita pun, yuk, perhatikan bagaimana pemberian


pakaian untuk anak-anak kita.
Meski mungkin ada rasa, “Lucu juga, ya, anak pakai
rok mini.”, tetapi kalau ini kontraproduktif dengan
pengenalan aurat, maka kita berikan saja pakaian
yang proper, yang menutup aurat seperti apa.

Dan dari kelayakan berpakaian ini, utamanya kita


mengenalkan tentang sikap _hayya_ atau rasa malu
Bukankah, rasa malu adalah sebagian dari iman?

Bukan kata kami, tapi kata Rasulullah.


Ada haditsnya, _googling_ deh.
Dan saat ini, apakah _society_ kita cenderung
menjadikan rasa malu sebagai salah satu yang
penting nggak dalam kehidupan?
Silakan dinilai sendiri dari cara berpakaian, cara
nge-posting, cara komen seperti “rahim anget liat
dia.”

Jadi, ngenalin kelayakan berpakaian dan aurat itu


adalah bagian dari pendidikan keimanan, ya.

Siapin juga buku _Belajar Adab Mengenal Aurat_


dari Sakeena untuk keimanan anak-anak kita ya.
Order-nya bisa ke teman yang memberikan info
kulwapp ini ya.
Kesimpulan dari poin pertama tentang kelayakan
berpakaian adalah dengan kelayakan berpakaian,
anak jadi mengenal aurat dan tahu apa saja yang
perlu dilindungi dari dirinya. Sehingga dia bisa
menghormati auratnya dan aurat orang lain. Maka,
mari kita bantu dengan menjadi teladan terkait
kelayakan berpakaian ini.

Baru poin pertama yang kita bahas ini, sudah mulai


tergambar, kan, bahwa edukasi seks Islami itu tidak
sekadar mempresentasikan alat kelamin dan sekitar-
sekitarnya? Yuk, mari kita lanjut!
2. Kelayakan bersikap.
Artinya kita kenalkan maskulinitas kepada pria dan
feminim kepada perempuan. Jangan bercandai anak
lelaki Anda seperti perempuan, begitu juga sebaliknya.
Jangan sikapi anak perempuan seolah anak lelaki, begitu
juga sebaliknya.

Apakah berarti anak perempuan tidak boleh mandiri?


Ooh, jangan salah.
Mandiri itu penting untuk lelaki dan perempuan, tetapi
tidak sama dengan menjadikan tomboy, ya.
Mengajarkan kesantunan dan kelembutan bersikap itu
penting buat lelaki, tetapi bukan jadi bersikap seperti
melambai-lambai, ya.
Santun dan bersikap lembut itu berbeda dengan
melambai. Dan bukan berarti anak lelaki tidak boleh
menangis, ya. Bukan itu.

Tapi mengajarkan maskulinitas itu mengajarkan


bagaimana seorang lelaki perlu berjuang dan
bertanggung jawab. Karena yang perlu kita ingat,
sebetulnya dalam Islam, anak lelaki itu jika sudah balig,
maka bukanlah lagi kewajiban orang tuanya untuk
membiayai kehidupannya. Kalaupun masih diberikan,
sifatnya bukan lagi kewajiban, tetapi sedekah.
Dan saat ini, kita bisa lihat betapa banyak anak
lelaki balig yang sedemikian kurang ajarnya
menggunakan uang sedekah dari orang tuanya
sekadar untuk bersenang-senang, dan bahkan
menggunakan uangnya itu untuk aktivitas-aktivitas
mendekati zina, ataupun bahkan mungkin zinanya
itu sendiri.
Kebangetan nggak, sih?

Karenanya, anak laki-laki itu perlu pelan-pelan


dibimbing tentang kelelakiannya, karena lelaki itu
pemimpin bagi wanita. Nanti hal ini akan coba kita
paparkan secara panjang lebar di buku "Suami
Imam Keluarga", ya, bagaimana meningkatkan
kapasitas kepemimpinan sebagai suami.
Order-nya boleh ke teman yang share info kulwapp
ini ya.
Nah, anak perempuan pun, menurut buku _Female
Brain_ karya Louann Brizendine, dia memiliki naluri
keperempuannya. Otak lelaki dan perempuan berbeda
karena gennya jelas berbeda. Gen itu yang nanti juga
memunculkan jenis dan jumlah hormon berbeda antara
lelaki dan perempuan. Perbedaan hormonal itu yang
juga menyebabkan naluri antara lelaki dan perempuan
itu berbeda. Karena itu, perempuan ada naluri
keibuan yang perlu untuk dijaga seperti naluri untuk
merawat sesuatu. Dan ketika perempuan balig,
perempuan tetap dalam tanggungan kedua orang
tuanya, terutama ayahnya. Itu kenapa, akad nikah itu
bermakna penyerahan tanggung jawab dari ayahnya
ke suaminya.

Namun, karena saat ini kita hidup di zaman yang


melihat produktivitas dan nilai hidup hanya dinilai
sesempit uang.
Tidur siang, meski itu sunnah nabi, tetapi tidak
dianggap produktivitas.
Cuti untuk membahagiakan orang tua, cenderung
tidak dipandang sebagai produktivitas.
Perempuan sekolah tinggi-tinggi, tetapi ketika memilih
menjadi ibu rumah tangga, dia akan dipandang
sebelah mata dan banyak yang bilang, “Sayang
banget ilmu nggak kepake”.
Sehingga, ketika standar masyarakat hanya sebatas
uang, hal ini memicu bahwa perempuan pun perlu sama
seperti laki-laki, perlu bisa menghasilkan uang, perlu
bisa berkompetisi dengan lelaki di ranah ranah
profesional. Yang entah kenapa, hidup itu seolah hanya
sebatas berlomba-lomba mengumpulkan pundi-pundi
uang dan status sosial saja. Lupa bahwa Allah bilang
lelaki dan perempuan itu adalah sepasang, yang
bermakna saling melengkapi. _Complete each other, not
compete each other._

Karena untuk _complete each other_, itu kenapa Allah


memberikan peran-peran antara lelaki dan perempuan
agar bisa saling memahami dan saling bekerja sama
dalam kebaikan.

Itulah kenapa menjaga naluri keibuan di anak


perempuan itu penting. Naluri untuk merawat, menjaga,
dan lainnya. Ini yang menjadi salah satu hikmah kenapa
Allah ciptakan penis pada lelaki, dan rahim pada
perempuan. Karena lelaki dan perempuan memang
beda, dan maka sebagai orang tua, kita perlu
memberikan kelayakan sikap kepada anak-anak kita.
Kira-kira ini, ya, poin kedua.
3. Kita perlu mengajarkan anak kita
lulus TOILET TRAINING.
Saya rasa hal ini jelas banget, ya. Karena berhubungan
dengan daerah-daerah sensitif anak dan anak perlu bisa
mandiri menjaganya. Mari kita renungi. Akan ada masa
kita tidak bisa lagi menemani anak-anak kita seperti
maut yang mendatangi kita tanpa bisa kita nego,
sedangkan anak kita masih belum bisa mandiri
dikarenakan kita tidak melatih toilet training. Itu
bagaimana?

Bahkan, saking pentingnya _Islamic Sex Education_, kita


perlu memberikan ‘kesan’ seperti;
“Nak, aurat dijaga, ya. Bahkan Ayah dan Bunda nggak
boleh lihat sembarangan.”

Nah, nuansanya sampai sepenting ini, gitu.

Kalo Ayah-Bundanya saja nggak boleh sembarangan


melihat, kecuali kalau lagi darurat, apalagi orang lain,
kan?
Yuk, kita latih anak-anak kita.

Itu demi kebaikan mereka, demi kepentingan mereka.


Karena memandirikan anak berarti menyiapkan anak
lepas dan bisa hidup tidak tergantung kedua orang
tuanya.

Kenalin lewat buku terbaru Sakeena, Seri Anak Mandiri:

Kenapa Aku Perlu Pipis Sendiri


Kenapa Aku Perlu Pup Sendiri
Kenapa Aku Perlu Mandi Sendiri
Kenapa Aku Perlu Gosok Gigi
Kenapa Aku Perlu Tidur Sendiri

Silakan ikut PO-nya ke teman yang membagikan info


kulwapp ini ya.
4. Mandiri
menjaga tubuh

Hal ini berhubungan dengan interaksi anak kita


dengan pihak lain. Kita perlu mengenalkan
bahwa *nggak boleh sembarang orang*
menyentuh tubuh kita, terutama bagian sensitif.

Termasuk, tentang mandi sendiri.

Kalau Anda terus mengikuti kulwap ini sampai


sini, kami rasa kita sudah berada dalam
kesimpulan yang sama *bahwa* mandi bareng
anak itu jangan lagi dilakukan.

Karena saking sedemikian vitalnya pendidikan


seks Islami untuk anak-anak kita.
Kalau anak belum bisa mandi sendiri, nggak papa
mandiin aja. Tapi aurat kita yang mandiin tetep
dijaga ya. Karena sekali lagi, satu-satunya pihak
yang kita nggak ada batasan aurat itu hanya
ANAK MERTUA saja.

Nah, Anda bisa banget menggunakan buku dari


Sakeena yang berjudul "Kenapa Aku Perlu Mandi
Sendiri". Silakan hubungi teman yang
membagikan info kulwapp ini, ya :)
5. Memberikan kelayakan informasi
kepada anak-anak kita

Maksudnya apa? Di era sekarang yang segala jenis


informasi bertebaran di mana-mana, tentu ada
informasi yang sebetulnya sangat tidak layak untuk
dikonsumsi anak-anak kita. Bahkan kalau saat ini
Anda mengkhawatirkan LGBT, info-info melenceng
ini sekarang kan sudah dikenalkan bahkan melalui
buku anak.

Menurut Teh Novi Amelia, rangers Sakeena yang


saat ini sedang berada di Jepang, bahkan LGBT pun
dikenalkan di buku pelajaran. Maka, memberikan
kelayakan informasi ini, kurang lebih sama dengan
mempersilakan penggunaan _gadget_ ke anak
dengan pengawasan yang sesuai, penggunaannya
proporsional.
Bahkan bukan sekadar LGBT, ya, pornografi pun perlu
menjadi perhatian. Karena tidak sedikit anak
mendapatkan info tentang pornografi justru dari
_gadget_ orang tuanya. Ada sebagian orang tua yang
niatnya adalah agar hubungan suami istri semakin
mesra, justru menggunakan media _blue film_ agar
sama-sama panas. Hal ini tentu bukan sesuatu yang
bijak karena artinya kita melihat aurat seseorang yang
itu bukan hak kita sama sekali. Maka, memberantas
pornografi bagi anak-anak kita dimulai dari
memberantas pornografi dari _gadget_ yang kita
miliki.

Ingat selalu, ya, Ayah-bunda bahwa bagaimana


penggunaan _gadget_ kita, itu tentu akan diminta
pertanggungjawaban kelak. :)

Maka, demi keselamatan dunia akhirat anak-anak kita,


tentulah kita perlu memperkenalkan ke anak kita,
bagaimana penggunaan _gadget_ yang berkah itu.

Jangan sampai penggunaan _gadget_ malah semakin


bikin lupa dari Allah.
Jangan sampai penggunaan _gadget_ malah menjadi
distraksi dari persiapan kita bertemu Allah.
Bukankah dunia adalah tempat mengumpulkan banyak
ladang pahala?
Sejatinya penggunaan _gadget_ itu sebagai alat untuk
mempermudah pengumpulan ladang pahala itu, kan?
Bukan sebagai distraksi, bikin anak kecanduan nonton,
kecanduan nge-_game_, kecanduan hiburan yang
nggak ada ujungnya?

Bantu yuk anak kita jadi generasi pengguna _gadget_


yang barokah, pake buku Seri Gadget Sakeena ya,
insyaAllah membawa kebaikan.
*Pesan di Sakeena Rangers, Army dan Seller yang
membagikan info kulwapp ini ya.
6. Pemisahan tempat tidur

Hal ini bisa dilakukan berbarengan


dengan proses menyapih. Ketika
menyapih, tandanya anak sudah
tidak ada urusan lagi untuk tidur
sekamar dengan kedua orang
tuanya. Maka, dengan dilakukan
secara bertahap, pemisahan tempat
tidur sudah perlu dilakukan.

Apalagi kamar orang tua adalah


tempat orang tua mengekspresikan
privasinya, ya. Dan hal ini didukung
sama Al-Qur’an surat An nuur ayat
58-59, silakan dicek, deh.
Secara umum, pemisahannya itu bisa seperti ini;

Jika kakak adik berjenis kelamin sama, boleh satu


kamar, tetapi beda kasur.
Dengan catatan, disampaikan bagaimana
penggunaan kamar dan penjagaan aurat,
terutama ketika habis mandi atau ingin ganti baju.

Jika kakak adik berjenis kelamin beda, maka


pisahkan kamarnya.

Mari kita bantu, aurat anak-anak kita dan


termasuk diri kita dan pasangan betul-
betul terjaga dengan baik.

Dan mari kita bantu secara bertahap agar


anak kita tidur sendiri di kamarnya, yaaa
...
Wow, MasyaAllah hamdallah. Segini dulu,
ya, Ayah Bunda sekalian, semoga
membawa banyak manfaat dan kebaikan
untuk rumah tangga Anda.

Jika Anda ingin mengajukan pertanyaan,


silakan tulis pertanyaannya di link berikut
ini:
http://bit.ly/SakeenaKulwappAsk

Anda mungkin juga menyukai