ABSTRAK
Tujuan paper ini adalah mengetahui hubungan inflasi dengan tingkat suku bunga nominal negara-negara di
dunia. Pengujian efek Fisher yang menyatakan bahwa terdapat hubungan searah yang saling mempengaruhi
antara suku bunga nominal dan inflasi dapat menjelaskan perilaku data di titik-titik observasi tahun tertentu.
Lebih lanjut dalam paper ini juga dilihat perkembangan hubungan inflasi dan suku bunga nominal pada negara
maju, berkembang, dan miskin. Hasil penelitian menyebutkan bahwa terdapat beberapa titik tahun amatan
yang berlawanan dengan teori efek Fisher dan hasil pengujian regresi yang terus menunjukkan semakin
menurunnya efek Fisher dewasa ini.
Kata Kunci : Efek Fisher, Suku Bunga Nominal, Inflasi
ABSTRACT
The purpose of this paper is to determine the relationship between inflation and nominal interest rates in
countries in the world. The Fisher effect test which states that there is a unidirectional relationship that
influences each other between nominal interest rates and inflation can explain the behavior of the data at
certain observation points in a particular year. Furthermore, this paper also looks at the development of the
relationship between inflation and nominal interest rates in developed, developing, and poor countries. The
results of the study indicate that there are several points of observation that contradict the Fisher effect theory
and the results of regression testing continue to show that the Fisher effect is decreasing today.
Keywords: Fisher Effect, Nominal Interest Rate, Inflation
LATAR BELAKANG
Berkembangnya globalisasi saat ini sebanding dengan sistem perekonomian yang semakin
kompleks. Kebijakan bank sentral di setiap negara dalam rangka mengendalikan inflasi akan
menentukan tingkat suku bunga yang diciptakan baik suku bunga simpanan atau pinjaman. Ketika
suku bunga naik maka akan dipandang dari dua sisi, dari sisi investor maka akan mengurangi porsi
kreditnya, sedangkan bagi masyarakat akan meningkatkan tabungannya dengan demikian jumlah
uang beredar berkurang.
Kebijakan penentuan suku bunga dan karakteristik inflasi sangat beragam di tiap negara.
Hal ini dipengaruhi oleh tingkat porsi sektor perekonomian di negara tersebut. Oleh karenanya perlu
dipandang hubungan suku bunga dan inflasi ini berdasarkan klasifikasi pendapatan nasional
negaranya. World Bank telah mengklasifikasikan negara-negara di dunia menjadi negara maju (high
income), negara berkembang (middle income), dan negara miskin (low income).
Keterkaitan yang sejalan antara suku bunga dan inflasi menjadi perhatian Irving Fisher,
ekonom Amerika. Hipotesis yang menyebutkan hubungan antara suku bunga dan inflasi
menghasilkan suatu kesimpulan bahwa kedua hubungan tersebut positif. Asumsi hubungan positif
inflasi dan suku bunga nominal Fisher tersebut akan diuji kekonsistenan antar tahun dalam penelitian
ini pada negara-negara di dunia berdasarkan klasifikasi dari Word Bank.
LANDASAN TEORI
- Pengertian Suku Bunga
Menurut Hubbard (Didy Laksmono et al, 2001) menyebutkan bahwa bunga adalah biaya
yang harus dibayar peminjam atas pinjaman yang diterima dan imbalan bagi pihak yang meminjam.
Besaran suku bunga ditentukan dengan kalkulasi bank sentral tiap negara. Penentuan ini didasarkan
pada faktor eksternal (suku bunga luar negeri + perubahan nilai tukar valuta asing) dan internal
(pendapatan nasional, jumlah uang beredar, dan inflasi) (Edward dan Khan: 1985).
- Pengertian Inflasi
Inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian
(Sadono Sakirno, 2016:15). Ukuran inflasi dalam penelitian ini berdasarkan GDP Deflator yaitu
harga di tingkat produsen yakni meliputi seluruh barang dan jasa domestik negara.
GDP Nominal
GDP Deflator =
GDP Riil
- Efek Fisher
Efek Fisher menjelaskan hubungan antara tingkat bunga nominal dan inflasi. Persamaan
...1) merupakan Fisher Equation. Menurut persamaan Fisher, kenaikan 1% dalam tingkat inflasi
menyebabkan kenaikan 1% dalam tingkat bunga nominal. Hubungan satu-untuk-satu antara tingkat
inflasi dan tingkat bunga nominal disebut efek Fisher (Fisher Effect).
METODE
Metode Analisis
Sesuai tujuan penelitian, analisis dibagi menjadi dua, yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensial.
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk melihat trend perkembangan hubungan antara tingkat suku
bunga nominal dan inflasi di titik-titik waktu tertentu negara-negara di dunia. Sedangkan analisis
inferensial sebatas pada melihat hubungan di antara tingkat suku bunga nominal dan inflasi
menggunakan :
1. Koefisien korelasi pearson
Koefisien korelasi pearson merupakan ukuran yang digunakan untuk mengukur keeratan
(korelasi) secara linier antardua variabel kuantitatif. Nilai koefisien berkisar antara -1
sampai 1. Misalkan kedua variabel itu disimbolkan 𝑋𝑖 dan 𝑌𝑖 dengan i = unit observasi.
𝑛 ∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖 𝑌𝑖 − ∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖 ∑𝑛𝑖=1 𝑌𝑖
𝑟𝑄 =
√𝑛 ∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖2 − (∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖 ) 2 √𝑛 ∑𝑛𝑖=1 𝑌𝑖2 − (∑𝑛𝑖=1 𝑌𝑖 ) 2
HASIL
Hubungan antara tingkat suku bunga nominal dan inflasi negara maju dalam series tahunan
2011 – 2020 didominasi dengan korelasi positif. Sedangkan pada tahun 2015 dan 2020 justru
memiliki korelasi negatif.
Hubungan positif di antara tingkat inflasi dan suku bunga nominal negara-negara maju ini
sesuai dengan efek Fisher. Suku bunga nominal merupakan besaran yang ditetapkan bank sentral
sebagai kontrol atas uang beredar. Apabila terjadi inflasi maka jumlah uang beredar meningkat,
maka perlu peningkatan juga suku bunga nominal, dengan demikian masyarakat akan menabung
dan mengurangi jumlah uang beredar. Namun demikian, hasil pengujian signifikansi didapatkan
bahwa semua hubungan tersebut lemah dan tidak signifikan. Signifikan hubungan pada tahun 2011
dan 2015. Pola hubungan positif antara tingkat inflasi dan suku bunga nominal efek Fisher lebih
baik dapat dilihat pada negara dengan pendapatan rendah. Antara tahun 2011 – 2020 korelasi positif
Lebih lanjut efek Fisher juga terjadi di beberapa negara berkembang antara tahun 2000 – 2010.
Hubungan negatif hanya terjadi pada tahun 2006.
Tingkat laju inflasi ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang
mencerminkan perilaku masyarakat dalam kesatuan pasar. Dalam hasil penelitian diatas
menunjukkan bahwa keterkaitan hubungan antara tingkat suku bunga nominal dan tingkat inflasi
negara-negara di dunia cenderung berhubungan searah. Namun kecenderungan ini tidak sebanding
dengan tingkat kekuatan hubungan dan signifikansinya. Beberapa hubungan bahkan ada yang
negatif, hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Mankiw (2006) bahwa dalam data abad
keseimbilan belas dan abad kedua puluh, tingkat bunga nominal tinggi tidak berhubungan dengan
inflasi tinggi. Menurut Robert (1987) kecenderungan ketiadaan efek Fisher ini dikarenakan pada
efek Fisher mengaitkan tingkat bunga nominal dengan inflasi yang diharapkan (expected inflation).
Berdasarkan hasil regresi diatas maka hubungan antara suku bunga nominal dengan inflasi
2
konsisten positif. Namun seiring bertambahnya tahun, nilai 𝑅𝑎𝑑𝑗 semakin mengecil yang artinya
bahwa tingkat inflasi memiliki pengaruh yang menurun terhadap variasi suku bunga nominal dan
pengaruh variabel lain yang semakin besar ketika tahun observasinya naik.
KESIMPULAN
Negara maju, berkembang, dan miskin memiliki pola hubungan yang mendominasi searah
antara tingkat suku bunga nominal dan inflasi. Hal ini sesuai dengan hipotesis efek Fisher. Namun,
ada tahun observasi tertentu yang justru menunjukkan efek yang berlawanan. Selain itu regresi
menyimpulkan bahwa hubungan diantara keduanya semakin menurun dengan bertambahnya tahun,
dalam artian terdapat faktor lain diluar model yang memengaruhi.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, Robert. Dan Yuniarto, Budi. 2016. Analisis Regresi : Dasar dan Penerapannya
dengan R. Kencana : Jakarta.
Mankiw N, Gregory. 2006. Macroeconomics, 6th Edition. New York : Worth Publisher.
Mishkin, Frederic. S. (1992) “Is the Fisher Effect for Real? A Reexamination of the
Relationship Between in Infation and Interest Rates” .Working Paper No. 3632.
National Bureau of Economic Reseach.
Robert B. Barsky. “The Fisher Effect and the Forecastability and Persistence of Inflation”.
Journal of Monetary Economics 19 (Januari 1987).
Negara koefisien
Tahun p-value
Maju korelasi
Negara koefisien
Tahun p-value
Maju korelasi
2011 0.3 0.369
2012 0.092 0.788
2013 0.485 0.131
2014 0.612 0.045
2015 0.593 0.055
2016 0.114 0.738
2017 0.493 0.123
2018 0.428 0.189
2019 0.547 0.082
2020 0.311 0.353
Sumber : Minitab
3. Koefisien korelasi dan pengujian signifikansi tingkat suku bunga nominal dan inflasi negara
berkembang
Negara koefisien
Tahun p-value
Berkembang korelasi
2000 0.978 0.000
2001 0.881 0.000
2002 0.96 0.000
2003 0.904 0.000
2004 0.647 0.000
2005 0.638 0.000
2006 -0.083 0.642
2007 0.313 0.072
2008 0.23 0.19
2009 0.072 0.684
4. Persamaan Regresi
a. Tahun observasi 2000
Sumber : Excell
b. Tahun observasi 2010
Sumber : Excell
c. Tahun observasi 2020
Sumber : Excell