Anda di halaman 1dari 4

Cara mencari tata nama senyawa organic

Apa Itu Tata Nama Senyawa?


Tata nama senyawa adalah proses penamaan senyawa kimia dengan nama yang berbeda sehingga
dapat dengan mudah diidentifikasi sebagai bahan kimia yang terpisah.
Awalnya, penamaan senyawa dalam kimia ini didasari pada warna senyawa, sifat fisiknya,
bahasa kuno, nama penemu, ataupun cara menemukannya. Namun, seiring dengan
perkembangan zaman, senyawa kimia yang ditemukan semakin banyak sehingga diterapkanlah
aturan tata nama senyawa, yaitu nama trivial dan IUPAC (International Union of Pure and
Applied Chemistry).
Nama trivial atau nama umum biasanya digunakan pada senyawa organik yang namanya belum
dibakukan oleh IUPAC. Nama trivial ini digunakan untuk memudahkan penyebutan zat secara
umum dan lebih mudah diingat.
Namun, penamaan senyawa kimia dengan nama trivial ini tidak efektif dan dan dapat
menimbulkan permasalahan. Hal inilah yang kemudian membuat para ahli kimia membuat
peraturan tata nama senyawa melalui perkumpulan IUPAC sehingga diperoleh tata nama
senyawa kimia IUPAC yang digunakan hingga saat ini.
Tata Nama Senyawa Kimia
Tata nama senyawa kimia ini dibagi menjadi dua, yaitu tata nama senyawa anorganik dan
organik. Berikut ulasan selengkapnya.
Tata Nama Senyawa Anorganik
Senyawa anorganik adalah golongan senyawa yang tersusun dari unsur-unsur yang tidak
mengandung atom karbon organik. Umumnya, senyawa anorganik lebih sederhana dibandingkan
senyawa organik dan dikelompokkan ke dalam senyawa biner dan senyawa poliatom.
1. Tata Nama Senyawa Biner
Senyawa biner adalah senyawa yang tersusun dari dua unsur kimia, seperti HCl, H2S, BaO, dan
Na2O. Penamaan senyawa biner dibedakan berdasarkan unsur pembentuknya, yaitu senyawa
biner yang terbentuk dari atom logam dan non logam (senyawa ionik), serta dua atom non logam
(senyawa kovalen).
 Tata nama senyawa biner dari atom logam dan non logam
Logam-logam yang berasal dari golongan IA, IIA, dan IIIA, umumnya hanya memiliki satu jenis
bilangan oksidasi sehingga penulisan tata nama senyawa yang terbentuk dari atom logam dan
non-logam adalah :
Contohnya, NaCl (natrium klorida) di mana natrium termasuk golongan IA, sementara klorin
termasuk atom non logam yang berwujud gas, lalu pada akhiran nama non logam ditambahkan –
ida sehingga senyawa NaCl disebut natrium klorida.
Dalam beberapa kasus, kamu mungkin akan menemukan logam-logam dengan bilangan oksidasi
lebih dari satu, seperti logam Fe pada Fe2O3 dan FeO3 yang memiliki bilangan oksidasi berbeda.
Pada senyawa Fe2O3, Fe memiliki bilangan oksidasi +3, sedangkan pada senyawa FeO3 bilangan
oksidasi Fe adalah +2. Untuk membedakan dua senyawa tersebut, maka bilangan oksidasi dari
logam ditulis menggunakan angka romawi setelah nama logamnya.
Contoh: FeCL2 = Besi (II) klorida, FeCL3 = Besi (III) klorida
Selain itu, senyawa biner dari logam dengan bilangan oksidasi lebih dari satu jenis juga bisa
dinamai dengan memberikan akhiran –o bila biloks logam tersebut lebih kecil dan diberi –i untuk
biloks yang lebih besar. Contohnya, CrCl2 disebut kromo klorida, sedangkan CrCl3 disebut kromi
klorida.
 Tata nama senyawa biner dari dua unsur non logam
Tata nama senyawa biner yang tersusun dari dua unsur non logam disebut senyawa kovalen.
Untuk menamai senyawa ini, awalan “mono” tidak digunakan pada atom non logam pertama.
Selain itu, awalan juga dapat menunjukkan jumlah atom non logam yang berikatan. Berikut
awalan yang digunakan dalam penulisan tata nama senyawa kovalen.
1 = mono
2 = di
3 = tri
4 = tetra
5 = penta
6 = heksa
7 = hepta
8 = okta
9 = nona
10 = deka
Dengan begitu, tata nama senyawa kovalen bisa dituliskan seperti berikut ini.
Contohnya, BCl3 disebut Boron triklorida karena unsur klorin terdiri dari tiga atom non logam
yang berikatan, atau N2O yang disebut Dinitrogen monoksida karena unsur nitrogen terdiri dari
dua atom non logam yang berikatan, dan unsur oksigen terdiri dari satu atom non logam yang
berikatan.
Perlu diketahui, ada beberapa senyawa yang sudah dikenal dengan nama umum, seperti
NH3 yang disebut amoniak bukan Nitrogen trihidrida dan H2O yang disebut air, bukan
dihidrogen monoksida.
2. Tata Nama Senyawa Poliatom
Senyawa poliatom adalah senyawa yang dibentuk oleh lebih dari dua unsur yang berbeda.
Umumnya, senyawa poliatom terbentuk dari ion kation (ion bermuatan positif) dan ion anion
(ion bermuatan negatif).
Adapun penulisan tata nama senyawa poliatom adalah:
Contoh:
NaClO = Natrium hipoklorit
Na2C2O4 = Natrium oksalat
(NH4)2SO4 = Amonium sulfat
3. Tata Nama Senyawa Asam dan Basa
Penulisan tata nama senyawa anorganik berikutnya adalah senyawa asam dan basa. Berikut
penulisan tata nama senyawanya.
 Senyawa asam
Arrhenius mendefinisikan senyawa asam sebagai senyawa yang apabila dilarutkan dalam air
akan menghasilkan ion H+. Penulisan tata nama senyawa ini dimulai dengan menuliskan unsur
asam terlebih dahulu, lalu diikuti dengan nama anion. Contohnya, H2SO4 disebut asam sulfat dan
HCl disebut asam klorida.
 Senyawa basa
Sementara senyawa basa, Arrhenius mendefinisikannya sebagai senyawa yang apabila dilarutkan
dalam air akan ion OH–. Penulisan tata nama senyawa ini dimulai dengan menuliskan nama
kation terlebih dahulu, lalu diikuti dengan hidroksida. Contohnya, KOH disebut kalium
hidroksida dan Al(OH)3 disebut alumunium hidroksida.
Tata Nama Senyawa Organik
Senyawa organik adalah senyawa yang mengandung atom karbon, kecuali CO, CO2, CN, dan ion
CO32- yang termasuk dalam senyawa anorganik.
1. Tata Nama Senyawa Hidrokarbon Sederhana
Senyawa hidrokarbon adalah senyawa yang hanya terdiri dari atom hidrogen dan karbon.
Berdasarkan ikatan kovalennya, senyawa hidrokarbon digolongkan ke dalam alkana, alkena, dan
alkuna.
 Alkana adalah senyawa hidrokarbon jenuh dengan ikatan tunggal. Alkana memiliki
rumus umum CnH2n+2, dengan n = 1, 2, 3, dan seterusnya.
Adapun penulisan tata nama senyawa alkana berdasarkan aturan IUPAC adalah dengan
menambahkan akhiran –ana. Contoh, C5H12 dinamakan pentana (penta = lima), C6H12 dinamakan
heksana (heksa = enam), dan seterusnya.
 Alkena adalah senyawa hidrokarbon tak jenuh dengan ikatan rangkap dua. Alkena
memiliki rumus umum CnH2n, dengan n = 1, 2, 3, dan seterusnya.
Penulisan tata nama senyawa alkena berdasarkan aturan IUPAC sama saja dengan tata nama
senyawa alkana. Hanya saja akhiran –ana diganti menjadi –ena. Contoh, C2H4 dinamakan etena,
C3H6 dinamakan propena.
 Alkuna adalah senyawa hidrokarbon tak jenuh dengan ikatan rangkap tiga. Alkena
memiliki rumus umum CnH2n-2 dengan n = 1, 2, 3, dan seterusnya.
Penulisan tata nama senyawa alkena berdasarkan aturan IUPAC adalah dengan menambahkan
akhiran –una. Contoh, C2H2 dinamakan etuna, C3H4 dinamakan propuna.
2. Tata Nama Senyawa Alkohol Sederhana
Tata nama senyawa alkohol hampir sama dengan tata nama senyawa hidrokarbon sederhana.
Caranya adalah dengan mengganti huruf akhir nama alkana, yaitu –a menjadi –ol. Contoh:
 CH3OH : metanol
 C2H5OH : etanol
 C3H7OH : propanol
 C4H9OH : butanol
3. Tata Nama Senyawa Asam Organik
Berdasarkan IUPAC, asam organik atau asam karboksilat dinamakan asam alkanoat dengan
rumum umumnya R-COOH. Adapun penulisan tata nama senyawa asam organik ini dimulai
dengan menuliskan asam, lalu ditambahkan nama alkana dari R dan ditambahkan akhiran –oat.
Contoh:
 HCOOH : asam metanoat
 CH3COOH : asam etanoat
 C2H5COOH : asam propanoat

Anda mungkin juga menyukai