Proposal Kutu Kebul
Proposal Kutu Kebul
tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan, serta uraian TKT penelitian yang
diusulkan.
RINGKASAN
Produksi cabai rawit segar dengan tangkai tahun 2014 di Prov. Gorontalo sebesar 117.719
Kwintal. Dibandingkan tahun 2013, terjadi penurunan produksi sebesar 10.105 Kwintal (-7,91
persen). Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya produktivitasnya sebesar 3,54 Kwintal per
hektar (-6,36 persen) dan juga berkurangnya luas panen sebesar 38 hektar (-1,66 persen)
dibandingkan tahun 2013. Selain luas panen yang rendah, adanya beberapa kendala, terutama
serangan hama dan penyakit yang selalu menjadi permasalahan utama dalam terjadinya gagal
panen. Hama yang menyerang tanaman cabai rawit yaitu kutu kebul (Bemisia tabacci). Sehingga,
yang perlu dilakukan dalam menanggulangi hama kutu kebul. Penelitian diawali dengan survei
utama meliputi pengumpulan data dan informasi, pengkajian dan pengamatan dilapangan
mengenai serangan hama kutu kebul pada pertanaman cabai rawit, pengambilan sampel hama
kutu kebul dan diamati morfospesies. Semua data kuantitatif diinput kedalam Sistem Informasi
Geografis (SIG) sebagai data atribut dalam SIG. Pencarian dan pengaksesan informasi
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi melalui media yang punya mobilitas tinggi
seperti smartphone. Smartphone yang berkembang dimasa sekarang ialah smartphone bersistem
operasi android. Smartphone android disamping punya mobilitas tinggi, juga memiliki fitur-fitur
yang sangat berguna seperti google maps dan GPS. Fitur Google maps dan GPS dapat
dikolaborasikan dalam sebuah pembuatan program aplikasi android. Pembuatan program aplikasi
dirancang menggunakan Bahasa pemrograman android dan php yang dikolaborasikan dengan
database MySQL sebagai media penampung data. Penelitian bertujuan untuk Membuat sistem
informasi geografis yang dapat membantu petani cabai maupun praktisi pertanian agar mampu
mendeteksi lebih awal lokasi penyebaran kutu kebul (B. tabaci) sebelum terjadi penurunan
produksi dan pertumbuhan tanaman cabai. Penelitian ini juga bertujuan untuk Menganalisis dan
menentukan zonasi sebaran hama kutu kebul pada pertanaman cabai rawit dengan menggunakan
Sistem Informasi Geografis.
Latar belakang penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang dan permasalahan
yang akan diteliti, tujuan khusus, dan urgensi penelitian. Pada bagian ini perlu dijelaskan
uraian tentang spesifikasi khusus terkait dengan skema.
LATAR BELAKANG
Cabai rawit merupakan salah satu tanaman hortikultura yang memiliki nilai gizi yang
lengkap antara lain terdiri dari lemak, protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1,
B2, C dan senyawa alkaloid seperti capcaisin, oleoresin, flavanoid, dan minyak esensial (Ikpeme
et al., 2014).
Cabai rawit Malita FM sedang dikembangkan sebagai produk unggul di Gorontalo sejak
tahun 2008. Produksi cabai rawit segar dengan tangkai tahun 2014 sebesar 117.719 Kwintal.
Dibandingkan tahun 2013, terjadi penurunan produksi sebesar 10.105 Kwintal (-7,91 persen).
Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya produktivitasnya sebesar 3,54 Kwintal per hektar (-
6,36 persen) dan juga berkurangnya luas panen sebesar 38 hektar (-1,66 persen) dibandingkan
tahun 2013 (BPS Gorontalo, 2019)
Selain luas panen yang rendah, harga cabai rawit dipasaran seringkali lebih tinggi
daripada harga cabai jenis lainnya. Sehingga memicu terjadinya gagal panen yang diakibatkan
karena adanya beberapa kendala, terutama penggunaan varietas lokal, tingkat kesuburan tanah,
dan serangan hama dan penyakit (Rukmana, 2002). Hama dan penyakit yang menyerang
tanaman cabai rawit yaitu kutu kebul (Bemisia tabacci) dan tercatat 60 jenis virus yang
ditularkan oleh kutu kebul antara lain Geminivirus, Closterovirus, Nepovirus, Carlavirus,
Potyvirus, Rod-shape DNA Virus (virus yang dibawa oleh kutu kebul sebagai vektor patogen).
Gejala serangan pada daun berupa bercak nekrotik, disebabkan oleh rusaknya sel-sel dan
jaringan daun.
Solusi dalam pengendalian hama kutu kebul yaitu dengan melakukan pengendalian hama
secara terpadu (PHT). Hal mendasar yang perlu dilakukan dalam mengendalikan hama secara
terpadu yaitu dengan melakukan pemantauan atau monitoring hama. Penelitian diawali dengan
survei pendahuluan (identifikasi lokasi, dan pengumpulan data/informasi dasar berupa peta rupa
bumi, peta penggunaan lahan, peta administrasi, peta citra), survei utama meliputi pengumpulan
data dan informasi, pengkajian dan pengamatan dilapangan mengenai serangan hama kutu kebul
pada pertanaman cabai rawit, pengambilan sampel hama kutu kebul dan diamati morfospesies.
Semua data kuantitatif diinput kedalam Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai data atribut
dalam SIG. Pemetaan data iklim dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS
software.
Untuk itu peneliti berencana melakukan penelitian dan mengangkat judul : “Sistem
Informasi Geografis Penyebaran Kutu Kebul pada tanaman cabai berbasis android di
Provinsi Gorontalo” yang kemudian dibuatkan aplikasi untuk penerapannya.
I.1 Rumusan masalah
Produksi cabai rawit segar dengan tangkai tahun 2014 di Prov. Gorontalo sebesar
117.719 Kwintal. Dibandingkan tahun 2013, terjadi penurunan produksi sebesar 10.105 Kwintal
(-7,91 persen). Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya produktivitasnya sebesar 3,54
Kwintal per hektar (-6,36 persen) dan juga berkurangnya luas panen sebesar 38 hektar (-1,66
persen) dibandingkan tahun 2013. Selain luas panen yang rendah, adanya beberapa kendala,
terutama serangan hama dan penyakit yang selalu menjadi permasalahan utama dalam terjadinya
gagal panen. Hama yang menyerang tanaman cabai rawit yaitu kutu kebul (Bemisia tabacci).
Sehingga, yang perlu dilakukan dalam menanggulangi hama kutu kebul. Penelitian diawali
dengan survei utama meliputi pengumpulan data dan informasi, pengkajian dan pengamatan
dilapangan mengenai serangan hama kutu kebul pada pertanaman cabai rawit, pengambilan
sampel hama kutu kebul dan diamati morfospesies. Semua data kuantitatif diinput kedalam
Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai data atribut dalam SIG.
I.2 Tujuan penelitian
Membuat sistem informasi geografis yang dapat membantu petani cabai maupun
praktisi pertanian agar mampu mendeteksi lebih awal lokasi penyebaran kutu kebul
(B. tabaci) sebelum terjadi penurunan produksi dan pertumbuhan tanaman cabai.
Menganalisis dan menentukan zonasi sebaran hama kutu kebul pada pertanaman
cabai rawit dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis.
Memberikan data dan informasi berupa peta yang menggamabrakan penyebaran
hama kutu kebul pada tanaman cabai.
Menyusun strategi pengendalian hama kutu kebul secara spasial.
Tinjauan pustaka tidak lebih dari 1000 kata dengan mengemukakan state of the art dalam
bidang yang diteliti. Bagan dapat dibuat dalam bentuk JPG/PNG yang kemudian disisipkan
dalam isian ini. Sumber pustaka/referensi primer yang relevan dan dengan mengutamakan hasil
penelitian pada jurnal ilmiah dan/atau paten yang terkini. Disarankan penggunaan sumber
pustaka 10 tahun terakhir.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terkait
1. Penelitian oleh Rizki Putra Agrarian, Andri Suprayogi, Bambang Darmo Yuwono, 2015.
Dengan judul Pembuatan Aplikasi Mobile Gis Berbasis Android Untuk Informasi Pariwisata
Di Kabupaten Gunungkidul : Penelitian ini memanfaatkan data koordinat dan deskripsi dari
masing-masing objek wisata yang dilakukan dengan survey langsung ke lapangan dengan
menggunakan GPS handheld. Langkah selanjutnya adalah membangun sebuah aplikasi
berbasis Android dengan menggunakan software MIT App Inventor Pada tahap akhir
dilakukan pembandingan kecepatan koneksi saat menggunakaan aplikasi pada jaringan
WLAN, 2G dan 3G. Penelitian tugas akhir ini menghasilkan sebuah aplikasi mobile GIS
tentang pariwisata di Kabupaten Gunungkidul yang diharap dapat membantu wisatawan lokal
maupun asing dalam berpariwisata di Kabupaten Gunungkidul. Fitur aplikasi antara lain
penunjuk arah ke lokasi yang dituju, jarak ke lokasi dan informasi umum seperti trayek
angkutan umum dan daftar hotel. Aplikasi Gunungkidul dirancang dan dikembangkan
dengan menggunakan software App Inventor.
2. Penelitian oleh Kartika Imam Santoso, Muhamad Nur Rais, 2015. Denga judul Implementasi
Sistem Informasi Geografis Daerah Pariwisata Kabupaten Temanggung Berbasis Android
dengan Global Positioning System (GPS). Hasilnya berupa aplikasi Wisata Temanggung
berbasis Android yang membantu memudahkan wisatawan dalam memperoleh informasi
tentang obyek wisata alam, buatan, budaya, kuliner, hotel dan rute dari lokasi sekarang ke
lokasi obyek wisata yang diinginkan di Kabupaten Temanggung dengan bantuan Global
Positioning System (GPS).
2.2 Pengertian Industri Kecil Menengah
Sebelum memasuki definisi industri kecil, lebih dahulu mengetahui definisi industri.
Secara umum industri dapat didefinisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan
mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk
mendapatkan keuntungan. Hasil dari industri tidak hanya berupa barang melainkan juga ada
dalam bentuk jasa. Industri kecil memiliki banyak definisi, sehingga topik industri kecil selalu
menarik untuk dibicarakan. Berbagai badan pemerintah serta berbagai macam instansi
menggunakan definisi industri kecil yang berbeda-beda. Berbagai macam definisi industri kecil
tersebut antara lain :
1. Menurut Depepenrindag (Depertemen Perindustrian dan Perdagangan) tahun 1999, industri
kecil merupakan kegiatan usaha industri yang memiliki investasi sampai Rp. 200.000.000,-
tidak termasuk bangunan dan tanah tempat usaha.
2. Menurut Biro pusat Statistik (1998), mendefinisikan industri kecil dengan batasan jumlah
karyawan atau tenaga kerja dalam mengklasifikasi skala industri yang dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok, sebagai berikut :
Perusahaan atau industri rumah tangga jika memperkerjakan kurang dari 3 orang. 15
Perusahaan atau industri pengolahan termasuk jasa industri pengolahan yang mempunyai
pekerja 1 samapai 19 orang termasuk pengusaha, baik perusahaan atau usaha yang
berbadan hukum atau tidak.
Perusahaan atau industri kecil jika memperkerjakan antara 5 sampai 19 orang.
Perusahaan atau industri sedang memperkerjakan antara 20 sampai 99 orang. Perusahaan
atau industri besar jika memperkerjakan antara 100 atau lebih.
3. Menurut Bank Indonesia, industri kecil yakni industri yang asset (tidak termasuk tanah dan
bangunan), bernilai kurang dari Rp. 600.000.000,-.
4. Menurut Biro Pusat Statistik (2003), mendefinisikan industri kecil adalah usaha rumah
tangga yang melakukan kegiatan mengolah barang dasar menjadi barang belum jadi atau
setengah jadi, barang setengah jadi menjadi barang jadi, atau yang kurang nilainya menjadi
barang yang lebih tinggi nilainya dengan maksud untuk dijual, dengan jumlah pekerja paling
sedikit 5 orang dan yang paling banyak 19 orang termasuk pengusaha.
Membangun/
Mendengarkan
memperbaiki
Pelanggan
Mock-Up
Menguji
Mock-Up
1. Mendengarkan pelanggan: Dalam hal ini peneliti pengumpulan data dari pelanggan atau
user dan mencari informasi yang dibutuhkan dalam proses pengembangan prototipe.
2. Membangun/memperbaiki Mock-up. Mengembangkan prototipe berdasarkan informasi
yang didapatkan.
3. Menguji Mock-up. Melakukan pengujian terhadap prototipe untuk mencari kekurangan
yang ada pada prototipe. Mock-up merupakan suatu yang digunakan sebagai model
desain yang digunakan untuk demontrasi, mengajar, evaluasi desain, promosi atau
keperluan lain.
Berikut ini adalah gambara use case diagram model yang diusulkan :
Input informasi
informasi Kutu
Kutu Kebul
Kebul
adminisrator user
Input informasi
penanggulangan
Kutu Putih
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Penyusunan proposal
2. Survei lokasi
3. Validasi data
4. Analisis data
5. Pembuatan / Perancangan Sistem
6. Pengujian Sistem
7. Implementasi
8. Pembuatan laporan
Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.
Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikpeme CE, Henry P, Okiri OA. 2014. Comparative evaluation of the nutritional,
phytochemical and microbiological quality of three pepper varieties. J Food Nutr Sci. 2 (3):
74-80.Aini, A. 2012. Sistem Informasi Geografis. Yogyakarta: STIMIK AMIKOM
Yogyakarta.
2. BPS (Badan Pusat Statistik Gorontalo). 2019. Produksi Cabai Rawit Gorontalo Sebesar
117719 Kwintal. di unduh pada https://gorontalo.bps.go.id/pressre
lease/2015/08/03/387/produksi-cabai-rawit-gorontalo-2014-sebesar-117-719-kwintal.html.
3. Rukmana RH. 2002. Usaha Tani Cabai Rawit. Kanisius, Yogyakarta. Elian. 2012. Layanan
informasi Google maps. Semarang.
4. Safaat. (2012). Pemrograman Aplikasi Mobile Smartphone dan Tablet PC. Bandung:
Informatika Bandung.
5. Kasiman, P. 2006. Aplikasi Web dengan PHP dan MySQL,. Yogyakarta: Andi Offset.
6. Rosa, A., & Shalahuddin, M. 2013. Rekayasa Perangkat Lunak. Bandung: Informatika
Bandung
7. Pressman, R. 2012. Software Engineering: A Practitioner's Approach Seventh Edition. New
York: McGraw Hill
8. Sadeli, Muhammad, 2014. Toko Buku Online dengan Android. Palembang, Indonesia:
Maxikom
9. Santoso, K. Imam, Rais, M. Nur, 2015. Implementasi Sistem Informasi Geografis Daerah
Pariwisata Kabupaten Temanggung Berbasis Android dengan Global Positioning.