Anda di halaman 1dari 8

Analisis Implementasi Program Buruan Sae Berbasis Urban Farming dalam

Mendukung Ketahanan Pangan di Kota Bandung untuk Mencapai Target SDGS’s


Nomor 2: Tanpa Kelaparan

Mata Kuliah Kebijakan Publik

Kelas B

Disusun oleh:

Paskalis Kevin Prayogo

NPM:

6072201002

Dosen:

Susana Ani Berliyanti, Dra., M.Si.

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

Bandung

2023
PENDAHULUAN

Latar belakang

Sustainable Development Goals yang disingkat sebagai SDGs atau dalam bahasa
Indonesia dikenal dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan merupakan serangkaian
perjanjian global yang dibuat oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) sebagai acuan bagi
seluruh negara di dunia untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Tujuan dari SDGs
adalah pembangunan yang menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara
berkesinambungan, pembangunan yang menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat,
pembangunan yang menjaga kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang menjamin
keadilan dan terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas hidup dari
satu generasi ke generasi berikutnya.1 Terdapat 17 tujuan serta 169 target yang ditetapkan
dalam SDGs yang diharapkan pada tahun 2030 tujuan serta target yang ditetapkan tersebut
dapat tercapai. Salah satu tujuan yang ditetapkan SDGs berkaitan dengan pembangunan
sosial adalah zero hunger (tanpa kelaparan). Tujuan dari SDGs nomor 2 ini yaitu untuk
mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, memperbaiki nutrisi dan
mempromosikan pertanian yang berkelanjutan. Tujuan ini selaras dengan prioritas
pembangunan Indonesia yang termasuk ke dalam prioritas ketahanan pangan dan
penciptaan lapangan kerja.

Kebutuhan akan pangan merupakan kebutuhan utama yang permintaannya besar


karena masyarakat perlu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun, kondisi
ketahanan pangan akhir-akhir ini cukup urgensi di Indonesia khususnya di daerah perkotaan.
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif
secara berkelanjutan.2 FAO (Food and Agriculture Organization) menyebut bahwa indikator
kondisi ketahan pangan yang baik perlu untuk memenuhi 4 (empat) aspek yang terdiri dari: 1)
Ketersediaan bahan pangan yang memadai, 2) Ketersediaan bahan pangan yang stabil tanpa
fluktuasi, 3) Mudahnya akses untuk menjangkau pangan, dan 4) kualitas bahan pangan yang
digunakan harus terjamin.

Kota Bandung merupakan salah satu kota dengan kebutuhan pangan yang cukup
besar. Kota yang memiliki penduduk sebanyak 2,4 juta jiwa ini menghadapi tantangan dalam
keterbatasan lahan pertanian sehingga untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Kota
Bandung pemerintah bergantung pada pasokan dari luar Kota Bandung. 3 Berdasarkan data
yang diterima dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung hampir
sekitar 96% kebutuhan pangan di Kota Bandung berasal dari desa (luar daerah) sehingga

1
Sekilas SDGs, di akses dari https://sdgs.bappenas.go.id/sekilas-sdgs/ pada 29 Juni 2023 pukul 19.00 WIB
2
PP No. 17 Tahun 2015 tentang ketahanan pangan dan gizi diakses, dari
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/5581/pp-no-17-tahun-2015 pada 2 Juli 2023 pukul 15.00 WIB
3
Jumlah Penduduk Hasil Proyeksi Interim Menurut Jenis Kelamin di Kota Bandung (Jiwa), 2021-2023 diakses
dari https://bandungkota.bps.go.id/indicator/12/1620/1/jumlah-penduduk-hasil-proyeksi-interim-menurut-
jenis-kelamin-di-kota-bandung.html pada 2 Juli 2023 pukul 23.11 WIB
menyebabkan ketergantungan pangan. Ketergantungan pangan dari desa dapat membuat
masyarakat kota rentan terkena permasalahan pangan. Apabila terjadi penurunan produksi
pangan di desa maka akan mempengaruhi ketahanan pangan di Kota Bandung. Sehingga
penting untuk membangun ketahanan pangan di Kota Bandung agar tidak lagi bergantung
pada pasokan dari luar. Permasalahan ketimpangan pangan yang tidak segera diatasi dapat
berdampak terhadap potensi terjadinya inflasi dan kenaikan harga pangan, rawannya
ketersediaan pangan, dan sulitnya menemukan kualitas pangan yang baik. Maka dari itu perlu
adanya sebuah kebijakan/program yang mampu menangani terjadinya ketimpangan pangan
ini.

Salah satu solusi yang dapat dilakukan masyarakat di wilayah perkotaan untuk
mengatasi masalah ketahanan pangan ini adalah dengan cara melakukan konsep penanaman
urban farming atau urban agriculture. Urban farming atau urban agriculture adalah kegiatan
budidaya tanaman di wilayah perkotaan. Tujuan dari konsep urban farming itu sendiri adalah
dengan menciptakan lahan terbuka hijau di daerah perkotaan. Salah satu penerapan konsep
urban farming sendiri dapat berupa sistem penanaman hidroponik, dimana masyarakat dapat
memanfaatkan lahan di atap rumah sebagai tempat untuk berkebun atau menggunakan pipa
sebagai media tanam. Apabila terus dikembangkan, maka sistem urban farming dapat
menjadi alternatif solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan dan memperkuat ketahanan
pangan di wilayah perkotaan. Pemerintah kota akan memainkan peran kunci dalam
menetapkan peraturan khusus dalam mendukung praktik pertanian perkotaan, termasuk
masalah kebijakan penggunaan lahan.
PEMBAHASAN

Salah satu program yang dicanangkan pemerintah Kota Bandung melalui Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung untuk mengatasi permasalahan
ketimpangan adalah program Buruan Sae. Buruan Sae adalah sebuah program urban farming
terintegrasi yang ditujukan untuk menanggulangi ketimpangan permasalahan pangan yang
ada di Kota Bandung melalui pemanfaatan pekarangan atau lahan yang ada dengan berkebun
untuk memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri.4 Dengan memanfaatkan lahan di
perkotaan dan pekarangan rumah program Buruan Sae dinilai efektif dalam membantu
mengatasi masalah di Kota Bandung. Program ini melibatkan partisipasi keluarga sebagai
unit terkecil masyarakat untuk menciptakan kemandirian pangan. Lahan-lahan di daerah
perkotaan seperti halaman teras rumah dimanfaatkan sebagai lahan berkebun atau bercocok
tanam yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarga secara mandiri.

Pada praktiknya program Buruan Sae merupakan implementasi dari konsep urban
farming dan merupakan bagian dari upaya pemerintah Kota Bandung dalam memperkuat
ketahanan pangan keluarga. Konsep urban farming diatur dalam Surat Edaran Nomor
520/SE.086-DISPANGTAN yang dikeluarkan oleh Wali Kota Bandung serta tercantum
dalam Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung tahun 2019-2023.
Program ini merupakan singkatan dari Sehat, Alami, dan Ekonomis (SAE) melalui program
ini pemerintah Kota Bandung ingin masyarakat belaja untuk menghasillkan makanan mereka
sendiri, sehingga makanan yang dikonsumsi menjadi lebih sehat, alami, dan ekonomis.
Konsep Sehat berarti masyarakat mengelola bahan pangan secara langsung, menjaga
prosesnya dan menghindari penggunaan bahan kimia yang berbahaya. Konsep Alami berarti
produk berasal langsung dari alam dan menggunakan pupuk alami. Konsep Ekonomis artinya
masyarakat dapat menghasillkan bahan pangan untuk konsumsi sendiri atau di jual dalam
skala kecil.

(Gambar 2) (Gambar 1)
4
Sistem berkebun rooftop gardening Sistem berkebun dengan hidroponik
Buruan Sae diakses dari https://buruansae.bandung.go.id/ pada 30 Juni 2023, pukul 14.45 WIB.
Sumber: https://buruansae.bandung.go.id/ Sumber: https://buruansae.bandung.go.id/
Namun terdapat hambatan dalam pelaksanaan program Buruan Sae, menurut data
yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung terdapat 1.500
kelompok yang terbentuk oleh masyarakat dalam program Buruan Sae tetapi di lapangan
hanya terdiri sekitar 60 kelompok yang berasal dari beberapa kelurahan di Kota Bandung dan
yang layak serta mendapatkan rekomendasi dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota
Bandung hanya 6 kelompok. Berdasarkan data jumlah kelompok tersebut dapat dilihat bahwa
program Buruan Sae belum terlaksana secara maksimal. Beberapa faktor yang menyebabkan
pelaksanaan program Buruan Sae kurang berjalan maksimal adalah kurangnya partisipasi
masyarakat untuk bergabung dalam kelompok Buruan Sae, hal ini dikarenakan pemerintah
kurang dalam melakukan sosialisasi kepada setiap wilayah di masyarakat sehingga
masyarakat kurang concern terhadap masalah ketahanan pangan.

Untuk menganalisis faktor-faktor penyebab pelaksanaan program Buruan Sae yang


kurang maksimal. Konsep atau pendekatan yang dinilai relevan dalam menganalisis
permasalahan adalah pendekatan voluntary. Pendekatan voluntary merupakan pendekatan
yang berfokus pada partisipasi sukarela dari berbagai pihak yang bersentuhan langsung dalam
pelaksanaan kebijakan. Prinsip dari pendekatan ini ialah pada pemberdayaan masyarakat,
kolaborasi pemerintah dengan masyarakat serta pihak swasta, dan partisipasi langsung oleh
masyarakat.

Dalam Program Buruan SAE, partisipasi sukarela dari masyarakat menjadi peran
kunci dalam pelaksanaan program. Masyarakat Kota Bandung akan mengadopsi praktik-
praktik berkelanjutan seperti berkebun hidroponik dan pengelolaan sumber daya alam yang
baik tanpa ada paksaan. Selain itu petani dan pelaku agribisnis lainnya ikut serta dalam
program ini dan berfungsi untuk mengarahkan masyarakat dalam melakukan praktik
berkebun. Pemerintah dapat memberlakukan skema insentif sukarela dimana insentif tersebut
dapat berupa bantuan keuangan, pembebasan pajak, subsidi input pertanian, akses ke pasar
yang lebih baik, atau pelatihan dan pendidikan tambahan.

Pemerintah serta masyarakat juga dapat berkolaborasi dengan berbagai stake holder
(pemangku kepentingan) yang merupakan aspek penting dalam program SAE yang berkaitan
dengan ketahanan pangan. Petani, kelompok masyarakat lokal, lembaga penelitian, industri
pangan, dan organisasi non-pemerintah dapat bekerjasama dalam membantu memenuhi
kebutuhan pangan. Kolaborasi ini akan memungkinkan pemanfaatan pengetahuan dan sumber
daya yang beragam guna mencapai tujuan yang sama, yaitu meningkatkan ketahanan pangan.
Peningkatan kesadaran dan pendidikan juga menjadi fokus penting dalam implementasi
kebijakan ketahanan pangan. Masyarakat dapat dilibatkan dalam pelatihan, penyuluhan, atau
kegiatan edukasi terkait praktik berkebun yang baik oleh DISPANGTAN Kota Bandung ke
setiap wilayah Kota Bandung sehingga informasi terkait pentingnya menjaga ketahanan
pangan dapat diperoleh oleh semua masyarakat. Sehingga masyarakat Kota Bandung dapat
tersulut akan pentingnya ketahanan pangan.

Kesimpulan

Program Buruan Sae merupakan inisiatif dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
Pemerintah Kota Bandung untuk mengatasi ketimpangan pangan di kota dengan menerapkan
konsep pertanian perkotaan. Program ini melibatkan peran serta keluarga dalam pemeliharaan
pekarangan rumah guna memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri. Tujuan utama dari
program ini adalah untuk menciptakan masyarakat yang lebih sehat, lebih alami, dan
berkelanjutan dengan memproduksi makanan kita sendiri. Namun, masih terdapat beberapa
kendala dalam pelaksanaan program Buruan Sae, alasan mengapa hanya ada 60 kelompok
yang berjalan adalah karena masyarakat masih kurang berpartisipasi dalam program ini,
masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya program ini dan kurangnya campur
tangan pemerintah dalam masalah ketahanan pangan.

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program ini menggunakan


pendekatan voluntary dengan mengutamakan partisipasi kerelawanan masyarakat dan
kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan swasta. Insentif relawan dan kerjasama dengan
berbagai pemangku kepentingan juga dapat meningkatkan efektivitas program Buruan Sae.
Selain itu, pendidikan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya keamanan pangan juga
berperan penting dalam implementasi kebijakan ini. Sehingga masyarakat Kota Bandung
dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarganya secara mandiri.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, faktor yang menyebabkan gagalnya implementasi


program Buruan Sae adalah sinkronisasi antara program Buruan Sae dengan kelompok
Buruan Sae dan sinkronisasi antara apa yang telah dicanangkan Dinas Ketahanan dan
Pertanian Kota Bandung dengan kelompok Buruan Sae yang masih belum optimal. Maka hal
yang harus dibenahi adalah sebagai berikut :
1. Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian perlu menata ulang program SAE Buruan ini
dengan mengubah tujuan yang ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Seperti diketahui, program ini dirasa tidak sejalan dengan kebutuhan masyarakat saat
ini, sehingga masyarakat sendiri kurang antusias dalam pelaksanaan program tersebut
karena dianggap tidak dapat memberikan manfaat bagi mereka. Meskipun manfaatnya
dirasakan, namun hanya mereka yang telah mengikuti program Buruan Sae yang
menerima benefit dari program ini, karena hasil yang didapat hanya cukup untuk
anggota kelompoknya saja. Dengan demikian, tujuan dapat diubah sesuai dengan
kebutuhan masyarakat saat ini, dan dapat dijadikan acuan bagi masyarakat dalam
pelaksanaan program.
2. Koordinasi dan komunikasi yang intensif: Penting untuk memperkuat komunikasi dan
koordinasi antara Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bandung dengan
Kelompok Buruan Sae. Pemerintah harus memastikan saluran komunikasi yang
terbuka dan aktif dengan kelompok Buruan Sae dengan menjadwalkan pertemuan
rutin, mengatur sesi diskusi atau membuat grup komunikasi online. Hal ini akan
membantu memperjelas tujuan program, memahami kebutuhan dan tantangan
kelompok Buruan Sae dan mengatasi kesenjangan atau perbedaan.
3. Pelatihan dan pendidikan yang lebih baik: Untuk meningkatkan sinkronisasi, penting
untuk memberikan pelatihan kepada anggota kelompok Buruan Sae. Dinas Pertanian
dan Ketahanan Kota Bandung dapat menyelenggarakan seminar, pelatihan teknis atau
memberikan bahan referensi yang relevan. Pelatihan ini harus mencakup aspek praktis
dan teoritis yang diperlukan untuk pelaksanaan program Buruan Sae secara efektif. Ini
membantu membangun pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
mengimplementasikan program dengan benar.
4. Mendorong partisipasi aktif: Kelompok Buruan Sae harus merasa terlibat aktif dalam
perencanaan dan pelaksanaan program. Dinas Ketahanan dan Pertanian Kota Bandung
dapat menyelenggarakan rapat partisipasi dimana anggota kelompok Buruan Sae
diundang untuk menyampaikan sumbangsih, saran dan gagasannya. Ini memberi
mereka rasa memiliki program dan meningkatkan motivasi dan komitmen mereka
untuk implementasi yang sukses.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kota Bandung. (n.d.). Jumlah Penduduk Hasil Proyeksi Interm
Menurut Jenis Kelamin di Kota Bandung (jiwa), 2021-2023. Retrieved Juli 2, 2023,
from bandungkota.bps.go.id:
https://bandungkota.bps.go.id/indicator/12/1620/1/jumlah-penduduk-hasil-proyeksi-
interim-menurut-jenis-kelamin-di-kota-bandung.html

bappenas. (n.d.). Sekilas SDGs. Retrieved Juni 29, 2023, from sdgs.bappenas.go.id:
https://sdgs.bappenas.go.id/sekilas-sdgs

BPK RI. (n.d.). Peraturan Pemerintah (PP) No.17 Tahun 2015 Ketahanan Pangan dan Gizi.
Retrieved Juli 2, 2023, from peraturan.bpk.go.id:
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/5581/pp-no-17-tahun-2015

Dewi Aprilia, D. M. (2018). PENGEMBANGAN INDEKS KETAHANAN PANGAN DAN


GIZI TINGKAT KABUPATEN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT. Jurnal
Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 2, 63-75. Retrieved from
https://jepa.ub.ac.id/index.php/jepa/article/view/29

DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN Kota Bandung. (n.d.). Buruan Sae.
Retrieved Juni 30, 2023, from buruansae.bandung.go.id:
https://buruansae.bandung.go.id/

Anda mungkin juga menyukai