PENGKAJIAN PASIEN
PADA POPULASI KHUSUS
2
MEMUTUSKAN
Pasal 1
a. Pengkajian pasien adalah suatu proses yang berkelanjutan dan
dinamis yang berlangsung dalam pelayanan rumah sakit, dan
bertujuan untuk menentukan perawatan, pengobatan dan pelayanan
yang akan memenuhi kebutuhan awal dan kebutuhan berkelanjutan
pasien
Pasal 2
Yang digolongkan dalam populasi khusus adalah:
a. Pasien neonatus;
b. Pasien anak dan remaja;
c. Pasien obstetri/maternitas;
d. Pasien geriatri;
e. Pasien dengan sakit terminal/menghadapi kematian, dan
f. Pasien dengan nyeri kronik atau nyeri intens;
Pasal 3
Pengkajian awal medis dan keperawatan pada pasien dengan populasi
khusus minimal harus mencakup data mengenai:
a. Keluhan saat ini;
b. Status fisik;
c. Status psiko-sosio-spiritual;
d. Status ekonomi;
e. Riwayat kesehatan pasien;
f. Riwayat alergi;
g. Riwayat penggunaan obat;
h. Pengkajian nyeri;
i. Risiko jatuh;
j. Status fungsional;
k. Risiko nutrisional;
l. Kebutuhan edukasi, dan
3
m. Perencanaan pemulangan pasien/discharge planning.
Pasal 4
Selain dari isi minimal pengkajian seperti yang disebutkan dalam pasal 3,
dilakukan identifikasi kebutuhan khusus populasi sesuai dengan form
pengkajian khusus populasi tertentu.
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 6
4
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RSU SANTO YOSEPH
LABUAN BAJO
NOMOR : 44.002/RSSY/PER-DIR/V/2021
TANGGAL : 12 Mei 2021
TENTANG :PANDUAN PENGKAJIAN PASIEN
PADA POPULASI KHUSUS
BAB I
PENGERTIAN
5
d. Pasien neonatus adalah pasien yang saat dilakukan pengkajian berusia 0-28
hari.
e. Pasien anak adalah pasien yang saat dilakukan pengkajian berusia 1 bulan
sampai 18 tahun. Yang termasuk dalam kelompok pasien remaja adalah pasien
berusia 10-18 tahun.
f. Pasien obstetri/maternitas adalah pasien dengan kebutuhan medis terkait
kehamilan, persalinan dan nifas.
g. Pasien dengan kondisi terminal adalah pasien dengan kondisi penyakit/sakit
yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh yang diakibatkan kegagalan
organ, atau multiorgan sehingga sangat dekat dengan proses kematian.
h. Pasien dengan nyeri kronis atau intens adalah pasien yang karena kondisi
penyakit mengalami gejala nyeri dengan intensitas sedang-berat atau
berkepanjangan.
6
BAB II
RUANG LINGKUP
Pengkajian pasien populasi khusus mencakup pengkajian awal dan pengkajian ulang.
Pengkajian awal medis dan keperawatan pada pasien dengan populasi khusus minimal harus
mencakup data mengenai:
b. Status fisik;
c. Status psiko-sosio-spiritual;
d. Status ekonomi;
f. Riwayat alergi;
h. Pengkajian nyeri;
i. Risiko jatuh;
j. Status fungsional;
k. Risiko nutrisional;
Selain itu, dilakukan identifikasi kebutuhan medis khusus yang spesifik terhadap populasi
tertentu. Pengkajian ulang pada pasien populasi khusus dilakukan sama seperti pada pasien
yang lain.
7
BAB III
TATA LAKSANA
8
3.2 PENGKAJIAN PASIEN ANAK DAN REMAJA
a. Anamnesis saat pengkajian awal medis maupun keperawatan dapat dilakukan
secara autoanamnesis (anamnesis secara langsung pada pasien) maupun
aloanamensis (anamnesis pada orangtua atau pengasuh/caregiver).
b. Isi minimal pengkajian awal medis dan keperawatan pada pasien anak dan
remaja, meliputi: keluhan saat ini, status fisik, status psiko-sosio-spiritual, status
ekonomi, riwayat kesehatan pasien, riwayat alergi, riwayat penggunaan obat,
pengkajian nyeri, risiko jatuh, status fungsional, risiko nutrisional, kebutuhan
edukasi dan discharge planning.
c. Selain dari isi minlmal tersebut, pada pasien anak dan remaja perlu dikaji
mengenai riwayat kehamilan dan persalinan ibu (saat ibu mengandung pasien),
riwayat imunisasi, serta riwayat tumbuh-kembang sesuai usia.
d. Pada pasien remaja (kelompok anak usia 10-18 tahun) perlu dikaji mengenai
riwayat sosial, serta riwayat kesehatan reproduksi.
e. Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi.
h. Hasil pengkajian awal medis menghasilkan diagnosa medis, serta rencana
asuhan sesuai dengan kebutuhan medis yang teridentifikasi saat pengkajian.
i. Hasil pengkajian awal keperawatan menghasilkan diagnosa keperawatan, serta
rencana asuhan keperawatan atau intervensi yang dibutuhkan sesuai dengan
kebutuhan medis yang teridentifikasi saat pengkajian.
j. Hasil temuan pada pengkajian awal, dicatat dalam form pengkajian pasien anak
dan remaja, dan harus dibubuhi nama pasien , tanggal lahir pasien,no rekam
medic, jenis kelamin, alamat pasien, waktu dilakukan pengkajian, tanda tangan
serta nama lengkap profesional pemberi asuhan.
9
(MMSE).
g. Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi.
h. Hasil pengkajian awal medis menghasilkan diagnosa medis, serta rencana
asuhan sesuai dengan kebutuhan medis yang teridentifikasi saat pengkajian.
i. Hasil pengkajian awal keperawatan menghasilkan diagnosa keperawatan,
serta rencana asuhan keperawatan atau intervensi yang dibutuhkan sesuai
dengan kebutuhan medis yang teridentifikasi saat pengkajian.
j. Hasil temuan pada pengkajian awal, dicatat dalam form pengkajian pasien
anak dan remaja, dan harus dibubuhi nama pasien , tanggal lahir pasien,no
rekam medic, jenis kelamin, alamat pasien waktu dilakukan pengkajian, tanda
tangan serta nama lengkap profesional pemberi asuhan.
10
c. Metode penyampain berita buruk yang paling sesuai untuk pasien. Dokter
berunding dengan keluarga terlebih dahulu mengenai bagaimana dan kapan
waktu yang sesuai untuk menyampaikan berita buruk.
d. Setelah pasien mengetahui kondisinya, perlu ditawarkan suatu bentuk
pendampingan psikologis/psikiatrik yang mungkin diperlukan untuk melalui fase
denial, fase anger, hingga fase acceptance. Hal ini dapat dilakukan baik di
rawat inap atau rawat jalan.
e. Hal-hal seputar pilihan yang dimiliki pasien seperti ingin meninggal di mana,
serta berbagai kehendak pasien terkait dengan akhir hidupnya yang berkaitan
dengan penanganan pasien.
f. Kadang pasien tidak dalam kondisi sadar/mampu berkomunikasi, maka
Langkah di atas dapat dikomunikasikan dengan keluarga pasien.
g. Kebutuhan akan layanan spiritual, yang disediakan oleh rumah sakit dapat
ditawarkan kepada pasien atau keluarga pasien, namun pasien/keluarga juga
pada memilih untuk mengundang penasihat spiritual pilihannya sendiri dengan
menginformasikan kepada perawat ruangan (untuk pasien rawat inap).
h. Kelonggaran dalam berdoa dan jumlah pengunjung diberikan melihat kondisi
ruang perawatan dan diberikan oleh penanggung jawab ruang perawatan bagi
pasien terminal dengan catatan tidak mengganggu pasien lain.
i. Kecukupan dari obat-obatan paliatif yang diberikan (terutama obat nyeri), serta
pengkajian nyeri dan gejala lain yang mungkin timbul pada pasien terminal.
j. Pasien terminal yang terpasang alat medis dan merencanakan akan dirawat di
rumah dengan alat medis tersebut, perlu dikaji mengenai siapa yang akan
melakukan pengawasan terhadap pengoperasian alat medis tersebut. Edukasi
dan pelatihan terhadap pasien atau yang merawat selanjutnya perlu dilakukan
hingga dipastikan bahwa mereka mampu mengoperasikan alat medis tersebut
dengan benar.
11
Analog Scale (VAS
iii. Pengkajian nyeri yang tidak dapat mengambarkan nyeri dengan
intensitas angka pada pasien dewasa dan anak lebih dari 3 tahun
menggunakan Wong Baker Pain Rating Scale
iv. Pengkajian nyeri pada usia anak kurang dari 3 tahun dengan gangguan
kognitif yang tidak dapat dinilai dengan skala lain dapat digunakan
FLACC Behavioral Tool ( Face, Legs, Activity, Cry and Consolability)
f. Hasil pengkajian awal medis terkait nyeri menghasilkan diagnosa medis, serta
rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan medis yang teridentifikasi saat
pengkajian.
g. Hasil pengkajian keperawatan ternkait nyeri menghasilkan diagnosa
keperawatan, intervensi dan implementasi keperawatan yang dibutuhkan
sesuai dengan kebutuhan medis yang teridentifikasi saat pengkajian.
h. Hasil temuan pada pengkajian awal, dan pengkajian ulang dicatat dalam form
pengkajian Nyeri, dan harus dibubuhi nama pasien , tanggal lahir pasien,no
rekam medic, jenis kelamin, alamat pasien waktu dilakukan pengkajian, dan di
masukkan dalam berkas rekam medis pasien tersebut
i.
12
BAB IV
DOKUMENTASI
Semua temuan hasil pengkajian baik yang dilakukan oleh dokter, perawat,
maupun profesional pemberi asuhan lainnya, wajib didokumentasikan di dalam rekam
medis pasien sesuai dengan yang sudah diatur dalam panduan ini. Setelah dilakukan
pengkajian, profesional pemberi asuhan wajib menuliskan rencana tindak lanjut atau
intervensi sesuai dengan kebutuhan pasien yang teridentifikasi saat pengkajian, dan
menuliskannya dalam rekam medis pasien.
13