Anda di halaman 1dari 25

KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER BEN MBOI KUPANG


NOMOR: YM.02.02/D.XXXIV/3479/2023

Tentang

KEBIJAKAN PELAYANAN GIZI DI RSUP dr. BEN MBOI KUPANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER BEN MBOI KUPANG

Menimbang : a. Bahwa dalam menjamin mutu pelayanan rumah sakit


maka perlu adanya pedoman Pelayanan gizi di RSUP dr.
BEN MBOI KUPANG. Pelayanan gizi RSUP dr. BEN MBOI
KUPANG adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit
untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien rawat inap untuk
keperluan metabolism tubuh, peningkatan
kesehatan,maupun mengoreksi kelainan metabolisme,
dalam rangka upaya preventif, kuratif, rehabilitative, dan
promotif;
b. Bahwa pada Pelayanan gizi di RSUP dr. BEN MBOI
KUPANG membutuhkan kerjasama yang melibatkan
tenaga gizi dan tenaga kerja lainnya.;
c. Bahwa sehubungan dengan pertimbangan di atas, maka
dipandang perlu menetapkan Keputusan Direktur Utama
RSUP dr. Ben Mboi Kupang tentang Pelayanan Gizi RSUP
dr. Ben Mboi Kupang
2

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran;
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun
2015 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
69 Tahun 2014 tentang Kewajiban Rumah Sakit Dan
Kewajiban Pasien;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
14 Tahun 2018 tentang Hak Dan Kewajiban Pasien;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2020 Tentang Klasifikasi dan perizinan Rumah
Sakit.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
26 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan
Praktik Tenaga Gizi;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
78 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah
Sakit;

MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSUP dr. BEN MBOI
KUPANG TENTANG PELAYANAN GIZI DI RSUP dr. BEN MBOI
KUPANG.
3

KESATU : Penyusunan rencana layanan gizi tersebut


mempertimbangkan kebutuhan biologis, psikologis, sosial,
spriritual dan tata nilai budaya pasien dan layanan dilakukan
secara paripurna untuk mencapai hasil yang diinginkan oleh
tenaga kesehatan dan pasien/keluarga pasien.
KEDUA : Semua pasien baru rawat inap disediakan makanan sesuai
dengan diet dan jenis penyakit yang diderita.
KETIGA : Penentuan deskripsi/order diet awal pasien dilakukan oleh
DPJP. Dokter penanggungjawab pelayanan/dokter jaga
bertanggungjawab terhadap pemberian preskripsi diet pasien
di ruangan dan ahli gizi bertanggungjawab terhadap
ketepatan makanan sesuai dengan order diet. Order diet awal
dilakukan oleh dokter 1x24 jam sejak pasien masuk ke ruang
rawat inap. Apabila dokter hanya menentukan jenis diet,
maka ahli gizi dapat menentukan bentuk makanan sesuai
kemampuan makan pasien. Apabila dokter belum melakukan
peskripsi diet, maka order diet dilakukan oleh ahli gizi.
KEEMPAT : Untuk pasien dalam keadaan khusus dicantumkan jenis diet
seperti DM/RG/RP/RL/R.Purin/R.Kolestrol. Untuk bentuk
makanan Biasa/Lunak/Saring/Cair.
KELIMA : Apabila pasien mendapatkan perubahan diet dilakukan
setelah adanya koordinasi dokter dengan ahli gizi.
KEENAM : Semua pasien rawat inap akan dilakukan skrining gizi oleh
perawat untuk menentukan skor risiko gizi untuk kemudian
ditindak lanjuti oleh ahli gizi.
KETUJUH : Pasien yang berisiko gizi harus dilakukan hal sebagai berikut:

a. Pasien yang pada asesmen awal berisiko harus


mendapat terapi gizi
b. Untuk merencanakan, meberikan, dan memonitor
terapi gizi perlu ditetapkan dalam satu kerja sama tim
c. Mencatat dan mengevaluasi respon pasien terhadap
4

terapi gizi
5

KEDELAPAN : Semua pasien rawat inap mendapatkan asuhan gizi


terstandar meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi,
monitoring dan evaluasi gizi oleh ahli gizi ruangan serta
tercatat dalam rekam medik.
KESEMBILAN : Pasien yang membawa makanan dari luar harus
mendapatkan informasi gizi sesuai diet yang dijalani pasien.
Apabila ada keluhan tentang makanan yang diterima pasien
maka sesegera..
mungkin ahli gizi merespon dan melakukan tindakan untuk
mengatasi keluhan tersebut.
KESEPULUH : Persiapan dan distribusi makanan dilakukan sebagai berikut:

a. Memesan bahan makanan sesuai dengan jumlah


pasien, menu dan standar porsi yang telah ditetapkan.
Melakukan penerimaan bahan makanan sesuai dengan
standar prosedur yang telah ditetapkan
b. Menyimpan bahan makanan basah dan kering di
tempat yang sesuai standar
c. Melakukan pengolahan bahan makanan sesuai dengan
menu yang ditentukan
d. Melakukan pengawasan terhadap proses persiapan,
penyimpanan, pengolahan dan distribusi
e. Menyediakan berbagai jenis makanan produk enteral
sesuai kebutuhan pasien
f. Distribusi makanan dari instalasi gizi hingga ke pasien
harus tepat waktu
g. Setiap pendistribusian makanan harus dilengkapi
dengan etiket diet pasien.
h. Persiapan, pengolahan, pengemasan, dan
pendistribusian,makanan pasien harus tetap
mempertahankan mutu dengan menerapkan standar
hygiene dan sanitasi.
6

KESEBELAS : Pemantauan mutu layanan makan pasien dilakukan dengan


cara:

a. Pengendalian mutu kandungan gizi makanan


b. Penerapan syarat hygiene dan sanitasi penjamah
makanan
c. Pengendalian mutu kepuasan pasien terhadap cita
rasa makanan di ruang rawat inap.

KEDUABELAS : Kegiatan perencanaan, inovasi, dan pengembangan dilakukan


dalam periode sekali satu tahun oleh Ahli gizi dengan ..
mempertimbangkan capaian hasil kerja pelayanan gizi
setahun yang lalu.

Ditetapkan di Kupang
Pada Tanggal 7 November 2023
DIREKTUR UTAMA,

ANNAS AHMAD
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA
RSUP DR. BEN MBOI KUPANG
TENTANG PANDUAN KRITERIA RISIKO NUTRISI
RSUP dr. BEN MBOI KUPANG
NOMOR: YM.02.02.D.XXXIV/3507/2023

PANDUAN

KRITERIA RISIKO NUTRISIONAL

KUPANG

2023
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis haturkan kehadapan Tuhan Yang MahaEsa,


yang telah melimpahkan rahmat, serta energi yang positif, sehingga penyusun telah
dapat menyelesaikan buku panduan ini dengan baik. Salam tak
lupa penyusun sampaikan kepada setiap inspirasi dan motivasi yang selalu ada
menemani peneliti selama menyusun pedoman ini.
Buku ini berjudul “Panduan Risiko Nutrisional Pada Asuhan Gizi Pasien di
Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Ben Mboi Kupang”, diharapkan dapat menjadi
acuan dalam proses pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan pasien terutama
akses ke pelayanan dan kontinuitas pelayanan yang akan dilakukan terhadap
dirinya.
Selama penyusunan buku panduan ini penyusun
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moril, bimbingan,
pengarahan, pemikiran dan saran -
saran yang sangat berarti dan bermanfaat bagi penyusun.Untuk itulah, penyusun
ingin mengucapkan banyak terima kasih.Akhir kata penyusun berharap agar buku
panduan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak
khususnya bagi karyawan Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Ben Mboi Kupang,
sehingga dapat tercipta pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien dan
keluarga.
Atas perhatian dan kerja samanya diucapkan terimakasih.
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................- ii

DAFTAR ISI................................................................................................- iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................- 1

BAB II DEFINISI.........................................................................................- 3

BAB III RUANG LINGKUP...........................................................................- 6

BAB IV TATA LAKSANA..............................................................................- 8

BAB V DOKUMENTASI............................................................................... 15

BAB VI PENUTUP.......................................................................................-16
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan gizi dan dietetik adalah proses pelayanan gizi yang


dilakukan oleh tenaga gizi, terdiri dari pelayanan asuhan gizi dan dietetik
serta asuhan penyelenggaraan makanan sebagai upaya memperbaiki keadaan
gizi pasien yang secara khusus berdampak pada pencegahan, perlambatan
atau pengelolaan penyakit dan atau kondisi kesehatan.

Untuk merealisasikan pelayanan gizi yang berkualitas, pencegahan dan


perbaikan keadaan kurang gizi, maka dibutuhkan kerjasama multidisiplin
yang bukan sekedar dukungan tetapi menjadi bagian terapi pasien dalam
bentuk Tim Terapi Gizi.

Terapi gizi medis ini diselenggarakan oleh sekelompok tenaga


kesehatan di rumah sakit yang disebut dengan Tim Terapi Gizi (TTG). Terapi
gizi adalah pelayanan gizi klinik dan asuhan gizi yang merupakan bagian dari
pelayanan medis untuk penyembuhan pasien yang diselenggarakan secara
terpadu dengan upaya pelayanan gizi promotif, preventif, dan rehabilitatif.
Tim ini terdiri dari dokter spesialis gizi klinik, atau dokter yang berkompetensi
dan telah mendapat pelatihan gizi klinik, dietisien, perawat dan ahli farmasi
yang mempunyai komitmen terhadap pelayanan gizi klinik.

Masalah gizi di Rumah Sakit dinilai sesuai dengan kondisi perorangan


yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi proses
penyembuhan. Kecenderungan peningkatan kasus penyakit yang terkait gizi
(nutrition-related disease), pada semua kelompok rentan mulai dari ibu hamil,
bayi, anak remaja, hingga lanjut usia (Lansia), memerlukan penatalaksanaan
gizi secara khusus. Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan gizi yang bermutu
untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal dan
mempercepat penyembuhan pasien. Sejalan dengan hal ini, pelayanan gizi
2

dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanan dengan berbasis


keselamatan pasien dan mengacu pada kriteria risiko nutrisional yang selaras
dengan standar akreditasi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Terciptanya pelayanan gizi yang bermutu sebagai bagian dari pelayanan


kesehatan di rumah sakit dengan berbasis keselamatan pasien, dan
mengacu pada kriteria resiko nutrisional yang selaras dengan standar
akreditasi

2. Tujuan Khusus
a. Memberikan asupan zat gizi yang adekuat pada pasien untuk
mempertahankan atau mencapai status gizi yang optimal
b. Mempercepat proses penyembuhan pasien
3

BAB II
DEFINISI

A. Definisi Operasional

Pelayanan Gizi suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi,


makanan, dietetik masyarakat, kelompok, individu, atau klien yang
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan,
pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi,
makanan, dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal
dalam kondisi sehat atau sakit.

Terapi Gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada pasien


berdasarkan pengkajian gizi, yang meliputi terapi diet, konseling gizi, dan
atau pemberian makanan khusus dalam rangka penyembuhan penyakit
pasien.Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang
terorganisir/terstruktur yang memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan
gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Proses
Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik dalam
memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, melalui serangkaian
aktivitas yang terorganisir meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai
pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan gizi.

Dietetik adalah integrasi, aplikasi, dan komunikasi dari prinsip-prinsip


keilmuan makanan, gizi, sosial, bisnis, dan keilmuan dasar untuk mencapai
dan mempertahankan status gizi yang optimal secara individual, melalui
pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di
berbagai area/lingkungan/latar belakang praktek pelayanan. Gizi Klinik
adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara makanan dan
kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi dan bagaimana
dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan, dan dikeluarkan dari
tubuh. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses
4

komunikasi dua arah yang dilaksanakan oleh Ahli Gizi/Dietisien untuk


menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien
dalam mengnali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat
memutuskan apa yang akan dilakukannya.

Penyuluhan Gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan-


pesan gizi dan kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk
menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif
pasien/klien dan lingkungannya terhadap upaya peningkatan status gizi dan
kesehatan. Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan
masyarakat massal, dan target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku
aspek kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.

Rujukan Gizi adalah sistem pelayanan gizi rumah sakit yang


memberikan pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien dengan
masalah gizi, baik secara vertikal maupun horizontal. Profesi Gizi adalah
suatu pekerjaan di bidang gizi yang dilaksanakan berdasarkan suatu
keilmuan, memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang
berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat melayani masyarakat. Tenaga Gizi
adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan


wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan
teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan, dan dietetik, baik
dimasyarakat maupun rumah sakit dan unit pelaksana kesehatan lain.
Nutritionist Registered adalah Sarjana Gizi dan Sarjana Terapan Gizi yang
telah lulus dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Technical Registered Dietisien adalah seorang yang telah mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan DIII Gizi sesuai aturan yang berlaku atau Ahli
madya gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Tim Asuhan Gizi/ Tim Terapi Gizi adalah sekelompok tenaga profesi di
rumah sakit yang terkait dengan pelayanan gizi pasien beresiko tinggi
5

malnutrisi, terdiri dari dokter/dokter spesialis, ahli gizi/dietisien, perawat,


dan farmasis dari setiap unit pelayanan, bertugas bersama memberikan
pelayanan paripurna yang bermutu.

Preskripsi Diet adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara


individual mulai dari menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang
mencakup zat gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi
makan dan jadwal pemberian makanan. Preskripsi diet dirancang
berdasarkan pengkajian gizi, komponen diagnosa gizi, rujukan, rekomendasi,
kebijakan dan prosedur serta kesukaan dan nilai-nilai yang dianut oleh
pasien/klien. Mutu Pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria
keamanan pangan, kandungan gizi, dan standar terhadap bahan makanan
dan minuman. Sanitasi Pangan adalah upaya pencegahan terhadap
kemungkinan tumbuh dan berkembangnya jasad renik pembusuk dan
pathogen dalam makanan, minuman, peralatan dan bangunan yang dapat
merusak pangan dan membahayakan manusia.

B. Kebijakan
1. Undang Undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
2. Permenkes No 78 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah
Sakit
3. Permenkes No 26 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan
Praktik Tenaga Gizi
4. Kepmenpan No 23/KEP/M.PAN/4/2001 Tentang Jabatan Fungsional
Nutrisionis dan Angka Kreditnya
5. PP No 47 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan
6. Permenkes No 28 Tahun 2019 Tentang Angka Kecukupan Gizi yang
dianjurkan untuk masyarakat Indonesia
7. Permenkes No 2 Tahun 2020 Tentang Standar Antropometri Anak
8. Permenkes No 29 Tahun 2019 Tentang Penanggulangan Masalah Gizi
bagi Anak akibat Penyakit
9. Peraturan Presiden No 72 Tahun 2021 Tentang Percepatan Penurunan
Stunting
6

BAB III

RUANG LINGKUP

Dalam Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (Kemenkes RI, 2013)
sebagai acuan dasar pelayanan gizi, terdapat 4 Ruang lingkup pelayanan gizi
rumah sakit, meliputi:

1. Pelayanan / Asuhan Gizi Rawat Jalan

Pelayanan gizi rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi
yang berkesinambungan dimulai dari asesmen/pengkajian, pemberian
diagnosis, intervensi gizi, dan monitoring evaluasi kepada klien/pasien di
rawat jalan. Asuhan gizi rawat jalan pada umumnya disebut kegiatan
konseling gizi dan dietetik atau edukasi/penyuluhan gizi.

2. Pelayanan / Asuhan Gizi Rawat Inap

Pelayanan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang dimulai dari proses
pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi meliputi perencanaan,
penyediaan makanan, penyuluhan/edukasi, dan konseling gizi, serta
monitoing dan evaluasi gizi.

3. Penyelenggaraan Makanan

Penyelenggaraan makanan RS merupakan serangkaian kegiatan mulai dari


perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan
anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan
penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi dan pencatatan,
pelaporan dan evaluasi. Ruang lingkup penyelenggaraan makanan rumah
sakit meliputi produksi dan distribusi makanan.

4. Penelitian dan Pengembangan Gizi

Penelitian dan pengembangan gizi terapan dilakukan untuk meningkatkan


kemampuan guna menghadapi tantangan dan masalah gizi terapan yang
7

kompleks. Hasil penelitian dan pengembangan gizi terapan berguna sebagai


bahan masukan bagi perencanaan kegiatan, evaluasi, pengembangan teori,
tatalaksana atau standar pelayanan gizi rumah sakit. Ruang lingkup
penelitian dapat dikelompokkan berdasarkan aspek mandiri, kerjasama
dengan unit lain dan instansi terkait, baik di dalam maupun diluar unit
pelayanan gizi dan luar rumah sakit.
8

BAB IV

TATALAKSANA

A. Tata Laksana
1. Kordinasi Pelayanan

Sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan, Ahli gizi/dietisien


berkolaborasi dengan dokter, perawat, farmasi dan tenaga kesehatan
lainnya yang terkait penyelenggaraan kriteria resiko nutrisional dalam
memberikan pelayanan asuhan gizi. Berikut tugas masing- masing tenaga
kesehatan dalam memberikan pelayanan.

a. Dokter/Dokter Spesialis Penanggung Jawab Pelayanan


 Bertanggung jawab dalam aspek gizi yang terkait dengan keadaan
klinis pasien.
 Menentukan preskripsi diet awal
 Bersama dietisien menetapkan preskripsi diet definitive
 Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai
peranan terapi gizi.
 Merujuk klien/pasien yang membutuhkan asupan gizi atau konseling
gizi.
 Melakukan pemantauan dan evaluasi terkait masalah gizi secara
berkala bersama dietisien, perawat, dan tenaga kesehatan lain
selama klien/pasien dalam masa perawatan.
b. Perawat
 Melakukan skrining gizi pasien pada asesmen awal perawatan.
 Merujuk pasien yang berisiko maupun yang sudah terjadi malnutrisi
dan atau kondisi khusus ke dietisien
 Melakukan penimbangan berat badan, tinggi badan/panjang badan
secara berkala.
9

 Melakukan pemantauan, mencatat asupan makanan dan respon


klinis klien/pasien terhadap diet yang diberikan dan menyampaikan
informasi kepada dietisien bila terjadi perubahan kondisi pasien.
 Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga terkait pemberian
makanan melalui oral/enteral dan parenteral.
c. Ahli Gizi/ Dietisien
 Mengkaji hasil skrining gizi perawat dan order diet awal dari dokter.
 Melakukan asesmen/pengkajian gizi lanjut pada pasien yang
beresiko malnutrisi, malnutrisi atau kondisi khusus, meliputi
pengumpulan, analisa, dan interpretasi data riwayat gizi, riwayat
personal, pengukuran antropometri, hasil laboratorium terkait gizi
dan hasil pemeriksaan fisik terkait gizi.
 Mengidentifikasi masalah/diagnose gizi berdasarkan hasil asesmen
dan menetapkan prioritas diagnosis gizi.
 Merancang intervensi gizi dengan menetapkan tujuan dan preskripsi
diet yang lebih terperinci untuk penetapan diet definitive serta
merencanakan edukasi/konseling.
 Melakukan kordinasi dengan dokter, perawat, farmasi, dan tenaga
lain dalam pelaksanaan intervensi gizi.
 Melakukan kordinasi dengan dokter, perawat, farmasi, dan tenaga
lain dalam pelaksanaan intervensi gizi.
 Melakukan monitoring respon pasien terhadap intervensi gizi.
 Melakukan evaluasi proses maupun dampak asuhan gizi.
 Memberikan penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada
klien/pasien dan keluarganya.
 Mencatat dan melaporkan hasil asuhan gizi kepada dokter.
 Melakukan asesmen gizi ulang apabila tujuan belum tercapai.
 Berpartisipasi aktif dalam pertemuan atau diskusi dengan dokter,
perawat, anggota tim asuhan gizi lain, klien/pasien dan keluarganya
dalam rangka evaluasi keberhasilan pelayanan gizi.
10

d. Farmasi
 Mempersiapkan obat dan zat gizi terkait vitamin, mineral, elektrolit,
dan nutrisi parenteral.
 Menentukan kompabilitas zat gizi yang diberikan kepada pasien.
 Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat dan
cairan parenteral oleh klien/pasien bersama perawat.
 Berkolaborasi dengan dietisien dalam pemantauan interaksi obat dan
makanan.
 Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai
interaksi obat dan makanan.
 Tenaga kesehatan lain misalnya adalah tenaga terapi okupasi dan
terapi wicara berkaitan dalam perencanaan dan pelaksanaan
intervensi pada pasien dengan gangguan menelan yang berat
2. Skrining Gizi

Tahapan ini diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh perawat


ruangan dan penetapan diet awal oleh dokter. Skrining gizi bertujuan
untuk mengidentifikasi pasien yang beresiko, tidak beresiko malnutrisi
atau kondisi khusus. Kondisi khusus yang dimaksud adalah pasien
dengan kelainan metabolik, hemodialisis, anak, geriatri, kanker dengan
kemoterapi/radiasi, luka bakar, pasien dengan imunitas menurun, sakit
kritis, berat badan lahir rendah, stunting, dan sebagainya.

Idealnya skrinng awal dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah


pasien masuk rumah sakit. Metode skrining sebaiknya singkat, cepat dan
disesuaikan dengan kondisi rumah sakit. Contoh metode skrining antar
lain Malnutrition Universal Screening Tools (MUST), Malnutrition
Screening Tools (MST), Nutrition Risk Sreening (NRS) dan sebagainya. Di
RSUP dr.Ben Mboi Kupang ini menggunakan metode MST dan SGA
(Subjective Global Assessment).
11

Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien berisiko malnutrisi, maka


dilakukan pengkajian/assesmen gizi dan dilakukan dengan langkah -
langkah Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) oleh dietisien. Pasien
dengan status gizi baik atau tidak berisiko malnutrisi, dianjurkan
dilakukan skrining ulang setelah 1 minggu. Jika hasil skrining ulang
berisiko malnutrisi, maka dilakukan Proses Asuhan Gizi Terstandar.

Pasien sakit kritis atau kasus sulit yang beresiko gangguan gizi berat,
akan lebih baik bila ditangani secara tim. Bila rumah sakit mempunyai
Tim Asuhan Gizi/ Tim Terapi Gizi, maka berdasarkan pertimbangan
DPJP, pasien tersebut dirujuk kepada tim.

3. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)

Proses ini dilakukan pada pasien yang beresiko kurang gizi, sudah
mengalami kurang gizi, dan atau kondisi khusus berkaitan dengan
penyakit tertentu. Proses ini merupakan serangkaian kegiatan yang
berulang (siklus). Langkah PAGT terdiri dari:

a. Assesment/ Pengkajian Gizi

Pengkajian gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu:

1. Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanan


termasuk komposisi, pola makan, diet saat ini dan data lain yang
terkait. Selain itu diperlukan pula data kepedulian pasien terhadap
gizi dan kesehatan, aktifitas fisik dan olahraga dan ketersediaan
makanan di lingkungan klien. Gambaran asupan makakan dapat
digali melalui anamnesis kualitatif dan kuantitatif.

Anamnesis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran


kebiasaan makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi
penggunaan bahan makanan. Anamnesis kuantitatif dilakukan
untuk mendapat gambaran asupa zat gizi sehari melalui recall 24
jam dengan alat bantu food model. Kemudian analisis zat gizi
12

merujuk pada daftar makanan penukar, atau table komposisi


pangan Indonesia.

2. Data Biokimia meliputi pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan


yang berkaitan dengan status gizi, status metabolik dan gambaran
fungsi organ yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi.

Pengambilan kesimpulan dari data laboratorium terkait masalah


gizi harus selaras dengan data assesmen gizi lainnya seperti riwayat
gizi yang lengkap. Termasuk penggunaan suplemen, pemeriksaan
fisik dan sebagainya.

3. Pengukuran Antropometri merupakan pengukuran fisik individu


yang dilakukan dengan berbagai cara, antara lain pengukuran
Tinggi Badan (TB), pengukuran Berat Badan (BB). Pada kondisi
tinggi badan tidak dapat diukur, dapat digunakan Panjang Badan
(PB), Tinggi Lutut (TL), Rentang Lengan atau separuh rentang
lengan. Pengukuran lain seperti Lingkar Lengan Atas (LiLA), tebal
lipat kulit, lingkar kepala, dan lain sebagainya dapat dilakukan
sesuai kebutuhan. Penilaian status gizi dilakukan dengan
membandingkan beberapa ukuran tersebut misalnya Indeks Masa
tubuh (IMT) yaitu rasio BB terhadap TB. Parameter Antropometri
yang penting untuk melakukan evaluasi status gizi pada bayi, anak
dan remaja adalah pertumbuhan. Pertumbuhan ini dapat
digambarkan melalui pengukuran antropometri seperti BB, PB, TB,
Lingkar kepala dan beberapa pengukuran lainnya. BB pasien
sebaiknya dicatat saat pasien masuk dirawat dan dilakukan
pengukuran BB secara periodik selama pasien dirawat minimal
setiap 7 hari.
4. Pemeriksaan Fisik Klinis dilakukan untuk mengetahui adanya
kelainan kinis yang berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat
menimbulkan masalah gizi. Contoh beberapa data pemeriksaan
fisik terkait gizi antara lain edema, asites, kondisi gigi geligi, massa
otot yang hilang, lemak tubuh yang menumpuk.
13

5. Riwayat personal meliputi Riwayat obat-obatan yang digunakan dan


suplemen yang dikonsumsi; Sosial budaya, situasi rumah dan
hubungan sosial; Riwayat penyakit dulu dan sekarang, riwayat
penyakit keluarga, status kesehatan mental pasien; dan Data
umum pasien seperti, pekerjaan, dan tingkat pendidikan.
b. Diagnosis Gizi

Pada langkah ini dicari pola hubungan antara data yang


terkumpul dan kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilah
masalah gizi yang spesifik dan menyatakan masalah gizi secara
singkat dan jelas menggunakan terminologi yang ada. Penulisan
diagnose gizi terstuktur dengan konsep PES atau Problem, Etiologi dan
Signs/Symptoms. Diagnosis gizi dikelompokan menjadi tiga (3) domain,
yaitu :

1. Domain Asupan adalah masalah aktual yang berhubungan dengan


asupan energi, zat gizi, cairan, substansi bioaktif dari makanan
baik yang melalui oral maupun parenteral danenteral.
2. Domain Klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi
medis atau fisik/fungsi organ.
3. Domain Perilaku/Lingkungan adalah masalah gizi yang berkaitan
dengan pengetahuan, perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan
akses keamanan makanan.
c. Intervensi Gizi

Intervensi gizi dibuat dengan merujuk pada diagnosis gizi yang


ditegakkan. Tetapkan tujuan dan prioritas intervensi berdasarkan
masalah gizinya (Problem), rancang strategi intervensi berdasarkan
penyebab masalahnya (Etiologi) atau bila penyebab tidak dapat
diintervensi maka strategi intervensi ditujukan untuk mengurangi
gejala/tanda (Signs & Symptoms). Tentukan pula jadwal dan frekuensi
asuhan. Output dari intervensi ini adalah tujuan yang terukur,
preskripsi diet dan strategi pelaksanaan (implementasi).

d. Monitoring dan Evaluasi Gizi


14

Empat (4) langkah kegiatan monitoring dan evaluasi gizi yaitu :

1. Monitoring perkembangan, antar lain : mengecek pemahaman dan


ketaatan diet pasien, mengecek asupan makan, menetukan apakah
intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana, menentukan status
gizi pasien tetap/berubah, toleransi saluran cerna dan status
hemodinamik serta kondisi metabolik pasien, dan mengidentifikasi
hasil pemeriksaan lain.
2. Mengukur hasil asuhan gizi
3. Evaluasi hasil asuhan gizi
4. Pencatatan dan pelaporan
15

BAB V
DOKUMENTASI

A. Skrining Gizi

Seluruh pasien dilakukan skrining gizi untuk risiko nutrisional sebagai


bagian dari asesmen/pengkajian gizi awal. Dokumen yang berlaku di RSUP
dr.Ben Mboi Kupang terkair skrining gizi dapat dilihat di bagian lampiran.

B. Assesmen/ Pengkajian Gizi Awal

Bagi pasien yang mengalami kriteria risiko nutrisional yang telah


dilakukan skrining gizi maka dilanjutkan assesmen lanjutan oleh dietisien
dengan menggunakan assesmen awal gizi. Dokumen Assesmen / Pengkajian
Gizi ini yang berlaku di RSUP dr.Ben Mboi Kupang dapat dilihat di bagian
lampiran.

C. Pengkajian Gizi Lanjutan dan Intervensi Gizi

Bagi pasien yang telah diidentifikasi mengalami kriteria risiko nutrisional


maka dilanjutkan asesmen lanjut oleh dokter/dietisien yang selanjutnya
diberi asuhan dan didokumentasikan di dalam Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi. Dokumen Assesmen / Pengkajian Gizi ini yang berlaku di RSUP
dr.Ben Mboi Kupang dapat dilihat di bagian lampiran
16

BAB VI
PENUTUP

Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur


yang memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan
asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik


dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, melalui
serangkaian aktivitas yang terorganisir meliputi identifikasi kebutuhan gizi
sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan gizi.

Dengan diterbitkannya buku panduan tentang asuhan gizi dapat


diterapkan dengan efektif dan dapat meningkatan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien.

DIREKTUR UTAMA

ANNAS AHMAD

Anda mungkin juga menyukai