Anda di halaman 1dari 16

KAJIAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KEGAGALAN BANGUNAN

DALAM PEKERJAAN KONSTRUKSI

Oleh:
Agustina 1)
Sagita Purnomo 2)
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan 1,2)
E-mail:
sagitapurnomo@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to discuss in depth the factors that cause disputes in construction work and
comprehensively examine the mechanisms for resolving construction disputes caused by
building failures. This type of research is normative in nature with a descriptive-analytical
approach, exploring existing legal symptoms and problems and testing them based on
statutory regulations and legal norms. The results of this study indicate that the emergence of
disputes in construction work is due to conflicts of interest of the parties, errors in translating
work contracts and late payments. Construction dispute settlement mechanisms can be
carried out through consensus agreement, litigation (court) and non-litigation in accordance
with applicable laws and regulations.
Keyword : Building Failture, Construction Service, Construction Work, Disputes

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membahas secara mendalam faktor penyebab terjadinya
sengketa dalam pekerjaan konstruksi dan mengkaji secara komperhensif mekanisme
penyelesaian sengketa konstruksi yang diakibatkan oleh kegagalan bangunan. Jenis penelitian
bersifat normatif law dengan pendekatan deskritif-analitis, membasa gejala dan permasalahan
hukum yang ada serta mengujinya bersadarkan peraturan perundang-undangan maupun
norma norma hukum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sengketa dalam pekerjaan
konstruksi dikarenakan adanya konflik kepentingan para pihak, kesalahan dalam
menerjemahkan kontrak kerja dan keterlambatan pembayaran. Mekanisme penyelesaian
sengketa konstruksi dapat dilakukan melalui musyawarah mufakat, litigasi (pengadilan) dan
non-litigasi sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Kata Kunci: Jasa Konstruksi, Kegagalan Bangunan, Pekerjaan Konstruksi, Sengketa

1. PENDAHULUAN penyedia jasa atau pun pihak ketiga dalam


Pesatnya perkembangan pembangunan menafsirkan kontrak (instruksi kerja),
di Indonesia menjadikan usaha jasa kesengajaan atau kealfaan ataupun hal-hal
konstruksi tumbuh menjadi industri diluar kendali (forcemaor) (Sidarto Mulyo,
komersil yang memerlukan kejalasan 2008). Undang-Undang Nomor : 18 Tahun
tentang pengaturan hukum guna 1999 sebagimana telah diubah menjadi
memberikan kepastian kepada pihak-pihak Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
di dalamnya. Aktivitas jasa konstruksi tentang Jasa Konstruksi sebagai salah satu
tidak pernah luput dari persoalan hukum payung hukum pelaksanaan pembangunan
atau sengketa yang berasal dari pengguna, nasional harus mampu memberikan

40 KAJIAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KEGAGALAN BANGUNAN DALAM


PEKERJAAN KONSTRUKSI
Agustina 1), Sagita Purnomo 2)
kepastian hukum dan mengakomodir satunya adalah ancaman sanksi pidana atas
berbagai kepentingan. kegagalan kegagalan bangunan.
Kondusivitas iklim usaha jasa Pasal 45 Undang-Undang Nomor : 18
konstruksi dan penguatan sumber daya Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi
manusia sangat dibutuhkan dalam menyebutkan:
menghadapi persaingan global yang 1) Barang siapa melakukan
semakin kompetitif, karena itu dibutuhkan perencaanaan pekerjaan konstruksi
penguatan regulasi (Sidarto Mulyo, 2008). tidak memenuhi ketentuan
Standar penyelenggaraan jasa konstruksi keteknikan dan mengakibatkan
harus tertuang dalam klausul kontrak yang kegagalan pekerjaan konstruksi atau
berpedoman pada peraturan standar kegagalan bangunan dikenai pidana
bangunan yang berlaku di Negara paling lama 5 tahun penjara atau
Indonesia. Kontrak sebagai pedomana dikenakan denda paling banyak 10
dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi persen dari nilai kontrak;
harus memuat aspek-aspek penting seperti 2) Barang siapa yang melakukan
aspek teknis, hukum, administrasi, pelaksanaan pekerjaan konstruksi
keuangan, perpajakan, serta sosial yang bertentangan atau tidak sesuai
ekonomi, termasuk opsi penyelesaian dengan ketentuan keteknikan yang
sengketa jika terjadi konflik kepentingan telah ditetapkan dan mengakibatkan
antar pihak. Sayangnya kebanyakan para kegagalan pekerjaan konstruksi atau
pihak dalam jasa konstruksi lebih kegagalan bangunan dikenakan
mementingkan aspek ekonomi dan pidana paling lama 5 tahun penjara
mengabaikan aspek lainnya terutama aspek atau dikenakan denda paling banyak
hukum. Aspek hukum baru mendapat 5 persen dari nilai kontrak;
perhatian saat terjadi sengketa (Yeremia 3) Barang siap yang melakukan
Ginting, 2019). pengawasan pelaksanaan pekeraan
Sebelum lahirnya Undang-Undang konstruksi dengan sengaja memberi
Nomor : 2 Tahun 2017, dasar hukum kesempatan kepada orang yang
konstruksi diatur dalam Undang-Undang melakukan pekerjaan konstuksi
Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa melakukan penyimpangan terhadap
Konstruksi. Undang-Undang Jasa ketentuan keteknikan yang
Konstruksi Nomor : 18 Tahun 1999, mengakibakan timbulnya kegagalan
memiliki lingkup regulasi yang lebih ketat pekerjaan konstruksi atau kegagalan
bagi pelaku usaha konstruksi, salah bangunan dikenakan pidana paling

JURNAL RECTUM, Vol. 5, No. 2, (2023) Juli : 40 - 55 41


lama 5 tahun penjara atau dikenakan mufakat tidak membuahkan hasil, maka
denda paling banyak 10 persen dari para pihak dapat menempuh opsi lain
nilai kontrak. (penyelesaian melalui litigasi dan non
Bahwa ketentuan pidana ini dianggap litiigasi) yang harus termuat jelas dalam
sebagai penghambat perkembangan usaha kontrak kerja konstruksi, sehingga para
dan pekerjaan konstruksi karena banyak pihak memiliki opsi mengenai tata cara
pelaku usaha konstruksi merasa penyelesaian sengketa dengan dasar
“dikriminalisasi” akan sanksi pidana jika kesepakatan kedua belah pihak dan sesuai
pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai, dengan mekanisme hukum yang berlaku
tidak tepat waktu atau mengalami (Yuliawati Harahap, 2020).
kegagalan bangunan. Namun di sisi lain,
adanya sanksi pidana justru memberi 2. TINJAUAN PUSTAKA
kepastian hukum dan jaminan bagi a. Jasa Konstruksi
pengguna jasa dan atau konsumen, atas Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang
kualitas produk jasa konstruksi. Nomor : 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Undang-Undang Nomor : 2 Tahun Konstruksi menyebutkan bahwa
2017 tentang Jasa Konstruksi tidak Jasa Konstruksi adalah layanan jasa
mengatur bentuk pertanggungjawaban konsultansi konstruksi dan/atau
hukum (pidana) apabila terjadi kegagalan pekerjaan konstruksi.
bangunan (Yushar, 2019). Penghapusan b. Kegagalan Bangunan
sanksi pidana dalam Undang-Undang Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang
Nomor : 2 Tahun 2017 tentang Jasa Nomor : 2 Tahun 2017 Tentang Jasa
Konstruksi secara tidak langsung telah Konstruksi menyebutkan Kegagalan
memicu maraknya persoalan hukum Bangunan adalah suatu keadaan
(terutama yang terkait dengan kegagalan keruntuhan bangunan dan/atau tidak
bangunan) dalam kegiatan jasa konstruksi. berfungsinya bangunan setelah
Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi penyerahan akhir hasil Jasa
sangat mungkin terjadi perselisihan atau Konstruksi
sengketa (disputes) (Suntana Djatnika, c. Pekerjaan Konstruksi
2018). Karena itu, Pasal 88 Undang- Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang
Undang Nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa Nomor : 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi, mengatur perihal penyelesain Konstruksi menyebutkan bahwa
sengketa diantaranya melalui upaya Pekerjaan Konstruksi adalah
musyawarah mufakat. Jika musyawarah keseluruhan atau sebagaian kegiatan

42 KAJIAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KEGAGALAN BANGUNAN DALAM


PEKERJAAN KONSTRUKSI
Agustina 1), Sagita Purnomo 2)
yang meliputi pembangunan, penelaahan bahan kepustakaan atau data
pengoprasian, pemeliharaan, sekunder yang meliputi bahan hukum
pembongkaran dan peembangunan primer, bahan hukum sekunder yang dapat
kembali suatu bangunan. Bahwa berupa peraturan perundang-undangan,
dalam pekerjaan konstruksi, pemilik buku-buku dan karya ilmiah lainnya
dan pengguna jasa konstruksi harus maupun bahan hukum tersier yaitu berupa
memperhatikan aspek standar kamus, majalah, surat kabar dan jurnal
keamanan, keselamatan, kesehatan ilmiah (Hanitijo Soemitro, 1990).
dan keberlanjutan.
d. Sengketa 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Adalah perselisihan atau perkara di A. Faktor-Faktor Penyebab Sengketa
pengadilan atau di luar pengadilan dalam Pekerjaan Konstruksi
yang terjadi akibat perselisihan Berdasarkan data investigasi Komite
antara pihak yang merasa dirugikan Keselamatan Konstruksi Kementerian
oleh pihak yang dianggap sebagai Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
penyebab kerugian. (PUPR) Republik Indonesia, selama tahun
2017 hingga bulan Agustus tahun 2021,
3. METODE PENELITIAN telah terjadi sebanyak 39 kasus kecelakaan
Sesuai dengan pokok permasalahan, konstruksi dan banyak mengalami
jenis penelitian hukum yang dilakukan kegagalan bangunan. Tentu jumlah
adalah penelitian yuridis normatif atau kejadian kecelakaan konstruksi di
penelitian yang menganalisis hukum lapangan lebih banyak dari catatan
tertulis, yurisprudensi dan norma-norma tersebut. Kecelakaan konstruksi dan
yang hidup dalam masyarakat. kegagalan bangunan ini menimbulkan
Pendekatannya bersifat deskriptif analitis kerugian moril dan material yang sangat
yang bertujuan untuk mengambil data besar sebagai akibat dari rendahnya
secara sistematis, faktual dan akurat kualitas dan keandalan proses
terhadap suatu permasalahan berdasarkan penyelenggaraan konstruksi, merupakan
pada peraturan perundang-undangan tantangan yang harus dihadapi dan
maupun norma-norma hukum yang dirumuskan strategi penanganannya
berlaku. Teknik pengumpulan data (Kementerian PUPR, 2021).
dilakuak dengan cara studi kepustakaan Kegagalan pekerjaan konstruksi
(library research) yaitu untuk merupakan keadaan hasil pekerjaan
mendapatkan data dengan melakukan konstruksi yang tidak sesuai dengan

JURNAL RECTUM, Vol. 5, No. 2, (2023) Juli : 40 - 55 43


spesifikasi pekerjaan sebagaimana lemahnya pengawasan, tidak lengkapnya
disepakati dalam kontrak kerja konstruksi perancangan, dan perencanaan konstruksi.
baik sebagian maupun keseluruhan sebagai Kegagalan bangunan dapat terjadi
akibat kesalahan pengguna jasa atau karena faktor teknis dan non-teknis. Faktor
penyedia jasa. Perencana konstruksi, teknis terjadi karena adanya penyimpangan
pelaksana konstruksi maupun pengawas pada spesifikasi yang tidak sesuai seperti
konstruksi bebas dari kewajiban untuk kesepekatan pada kontrak, sedangkan pada
mengganti atau memperbaiki kegagalan faktor non-teknis dapat terjadi karena
pekerjaan konstruksi yang tidak proses pra kontrak, tidak kompetennya
disebabkan kesalahan sendiri badan usaha dan/atau tenaga kerja, serta
(Kementerian PUPR, 2017). tidak profesionalnya tata kelola manajerial
Secara umum kecelakaan kerja di antara para pihak yang terlibat dalam
konstruksi berawal dari incident, yaitu konstruksi. Bahwa potensi penyebab
tidak berlangsungnya penyelenggaraan permasalahan kegagalan bangunan
konstruksi sesuai dengan yang meliputi :
direncanakan, kemudian berkembang 1) Kesalahan perencanaan atau
menjadi accident akibat kelalaian pekerja kegagalan perancangan, hal ini
yang menimbulkan gangguan atau terjadi tidak hanya karena kesalahan
hambatan pada pelaksanaan dan kerugian. pada desain, namun terjadinya
Perumusan konsepsi tersebut disertai kesalahan perhitungan, sebagai
asumsi bahwa sistem penyelenggaraan contoh belum terhitungnya beban
konstruksi dalam seluruh tahapan asset life yang akan ditanggung suatu struktur,
cycle telah disiapkan dan dilaksanakan pemilihan bahan atau material yang
dengan baik (Kementerian PUPR, 2021). tidak tepat, kolom yang terlalu jauh
Data kecelakaan konstruksi diatas dan sebagainya;
menunjukkan adanya kemungkinan 2) Kesalahan pelaksanaan konstruksi
ketidaktertiban penyelenggaraan jasa berakibat pada kegagalan struktural,
konstruksi pada tahap pelaksanaan dan misalnya struktur tulangan yang
atau tahap asset life cycle seperti tidak bonding dan pengelasan tidak
rendahnya kompetensi pekerja konstruksi, sempurna dan lain sebagainya;
tidak standarnya komponen dan material 3) Kegagalan pondasi, misalnya akibat
konstruksi, tidak berfungsinya peralatan, pondasi yang dibuat kurang sesuai
gagalnya elemen konstruksi berfungsi, dengan jenis tanahnya;
tidak disiapkannya metoda kerja,

44 KAJIAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KEGAGALAN BANGUNAN DALAM


PEKERJAAN KONSTRUKSI
Agustina 1), Sagita Purnomo 2)
4) Belum disusunnya suatu panduan keputusan dalam terjadinya kegagalan
operasional dan pemeliharaan oleh bangunan (forensic engineering),
konsultan perancang, yang dapat sebagaimana diatur dalam Pasal 60
memberikan kemudahan dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
berkeselamatan. Panduan ini tentang Jasa Konstruksi.
seharusnya disusun oleh konsultan Undang-Undang Nomor : 2 Tahun
perancang dan disesuaikan oleh 2017 Tentang Jasa Konstruksi memuat
kontraktor berdasar design and kewajiban bagi penyedia jasa atas
buildnya; kegagalan bangunan terbatas dalam jangka
5) Kelalaian pemanfaatan misal dengan waktu yang ditentukan dalam rencana
tidak memperhatikannya kapasitas umur konstruksi yang harus dinyatakan
beban hidup dalam gedung, lalai dalam kontrak kerja konstruksi. Dalam hal
dalam pemanfaatan ruas jalan; rencana umur konstruksi lebih dari 10
6) Kelalaian pemeliharaan bangunan (sepuluh) tahun, penyedia jasa wajib
seperti tidak tersedia fire hydrant, bertanggung jawab atas kegagalan
maintenance perpipaan, maintenance bangunan dalam jangka waktu paling lama
mekanikal elektrikal pada gedung, 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal
atau preservasi pada jalan. penyerahan akhir layanan jasa konstruksi.
Potensi penyebab terjadinya kegagalan Lewat dari 10 tahun, maka tanggung jawab
bangunan dapat dimulai dari tahap beralih kepada pengguna jasa konstruksi
perencanaan, perancangan, pelaksanaan (Sarwono Hardjomuljadi, 2014).
konstruksi hingga tahapan pengoperasian Bahwa dalam usaha jasa konstruksi
dan pemeliharaan. Kegagalan bangunan yang kompetitif, pengendalian biaya
dapat terjadi berdasarkan kriteria yang merupakan hal yang sangat menentukan
mencakup aspek struktural dan aspek keberhasilan kontraktor dalam kesuksesan
fungsional. Untuk itu, guna menentukan proyek yang ditangani. Dalam pelaksanaan
tingkat keruntuhan atau tidak berfungsinya pekerjaan konstruksi banyak dijumpai
suatu bangunan, maka dibutuhkan peran proyek yang mengalami pembengkakan
penilai ahli yang akan melakukan biaya (cost overrun) maupun
penilaian kegagalan bangunan tersebut. keterlambatan waktu. Pembengkakan
Bahwa untuk mengetahui siapakah yang biaya pada tahap pelaksanaan proyek
bertanggungjawab atas kegagalan konstruksi sangat tergantung pada
bangunan tersebut maka diperlukan Penilai perencanaan, koordinasi dan pengendalian
Ahli yang dapat membantu dan mengambil serta perhitungan biaya dari kontraktor.

JURNAL RECTUM, Vol. 5, No. 2, (2023) Juli : 40 - 55 45


Permasalahan yang dihadapi dalam proses Fluktuasi pembiayaan suatu
penyelenggaraan konstruksi secara garis konstruksi bangunan juga tidak
besar dapat digolongkan menjadi dua yaitu terlepas dari pengaruh situasi
(Diphohusodo, 1996): ekonomi umum. Indonesia yang
a) Kelompok masalah yang merupakan negara sedang
berhubungan biaya, mutu dan waktu berkembang, dimana pembangunan
seperti pekerjaan terlambat sehingga dari segi fisik sedang giat-giatnya
biaya tidak hemat, mutu pekerjaan dikerjakan, sangat merasakan
tidak memenuhi standar yang pengaruhnya di bidang jasa
direncanakan. Penyelenggaraan konstruksi.
konstruksi selalu ditujukan untuk Permasalahan dalam jasa konstruksi
menghasilkan suatu bangunan yang terjadi apabila salah satu pihak tidak
bermutu dengan pembiayaan yang memenuhi kewajiban yang tercantum
tidak boros, dan semuanya harus dalam kontrak yang telah disepakati.
dapat diwujudkan dalam rentang Sengketa konstruksi lazim terjadi terutama
waktu yang terbatas. mengingat praktik dalam jasa konstruksi
b) Masalah yang berhubungan dengan yang sarat dengan risiko dan berbagai
kegiatan koordinasi dan kepentingan. Pelaksanaan proyek
pengendalian untuk seluruh fungsi konstruksi diawali dengan kontrak
manajemen. Sesuai dengan keadaan konstruksi yang telah menjabarkan
alamiahnya, mekanisme proses kondisi-kondisi apabila terjadi sengketa
konstruksi melibatkan banyak unsur konstruksi dan prosedur penanganannya.
pelaksana konstruksi, sejak pemberi Sengketa konstruksi cenderung timbul
tugas atau pemilik sebagai apabila salah satu pihak menganggap
pemrakarsa, para konsultan, bahwa pihak lainnya telah melakukan
kontraktor sebagai pembangun, pelanggaran terhadap kewajiban dan
pemasok material, sampai para tanggung jawabnya. Menurut Halerad,
pekerja bangunan. Dalam sengketa konstruksi dapat dibagi ke dalam
penyelenggaraan konstruksi, faktor 4 (empat) kategori, yang dapat dijabarkan
biaya merupakan bahan sebagai berikut:
pertimbangan utama karena biasanya 1) Sengketa berkaitan dengan waktu
menyangkut jumlah yang besar dan (keterlambatan progress);
rentan terhadap resiko kegagalan. 2) Sengketa berkaitan dengan finansial
(klaim dan pembayaran);

46 KAJIAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KEGAGALAN BANGUNAN DALAM


PEKERJAAN KONSTRUKSI
Agustina 1), Sagita Purnomo 2)
3) Sengketa berkaitan dengan standar k) Keterlambatan-ingkar bayar
pekerjaan (desain dan hasil (lateness-non payment).
pekerjaan); (Kementerian PUPR, 2017)
4) Konflik kepentingan dalam industri Bahwa sebagai upaya menghindari
konstruksi (Seng Hansen, 2015). persoalan hukum, maka pemenuhan aspek
Priatna Abdulrrasyid dalam bukunya formal harus diperhatikan oleh para pihak,
yang berjudul Arbitrase dan Alternatif termasuk dalam hal ini adalah pihak yang
Penyelesaian Sengketa, menyebutkan menerima pekerjaan. Dalam hal ini perlu
sengketa konstruksi disebabkan oleh : dipastikan bahwa pihak yang menerima
a) Informasi desain yang tidak tepat pekerjaan sebelum menandatangani
(delayed design information); perjanjian konstruksi mendapat penawaran
b) Informasi desain yang tidak sesuai prosedur yang benar dan tidak
sempurna (inadequate dengan cara yang melanggar hukum
designinformation); (dengan gratifikasi), sebab jika terjadi hal
c) Investigasi lokasi yang tidak tersebut maka penerima pekerjaan akan
sempurna (inadequate site dianggap tidak beriktikad baik.
investigation); Yurisprudensi Mahkamah Agung Repulik
d) Reaksi klien yang lambat (slow Indonesia Nomor 384/K/Pid.Sus/2000,
client response); terkait kontrak konstruksi menyebutkan
e) Komunikasi yang buruk (poor bahwa tidak adanya iktikad baik dalam
communication); perdata dapat dipersamakan dengan
f) Sasaran waktu yang tidak realistis adanya niat jahat dalam pidana, terlebih
(unrealistic time targets); jika kontrak konstruksi tersebut telah
g) Administrasi kontrak yang tidak terlaksana maka sama artinya dengan niat
sempurna (inadequate contract jahat tersebut telah selesai dilaksanakan.
administration); Sebagaimana dijelaskan oleh Murtir
h) Kejadian ekstern yang tidak Jedawi bahwa aspek penyimpangan aspek
terkendali (uncontrollable external formal dalam penyelenggaraan urusan
events); pemerintahan merupakan penyalahgunaan
i) Informasi tender yang tidak lengkap kewenangan yang mengandung unsur
(incomplete tender information); pidana (Murtir Jedawi, 2012).
j) Alokasi resiko yang tidak jelas Bahwa dalam hal pihak yang membuat
(unclear risk allocation); kontrak konstruksi khususnya pada proyek
pemerintah harus memastikan

JURNAL RECTUM, Vol. 5, No. 2, (2023) Juli : 40 - 55 47


terpenuhinya aspek formal. Persoalan selain memiliki konsekuensi perdata,
pidana dalam hal proyek pemerintah seperti tuntutan ganti rugi maupun upaya
adalah dimulai dari cacat prosedur, dalam perdata lainnya, juga berpotensi memiliki
hal ini jika penyelidik atau penyidik konsekuensi secara pidana.
berhasil membuktikan adanya kesengajaan Menghindari adanya cacat material
pada prosedur tersebut maka unsur tindak maka penyusunan term and condition serta
pidana telah terpenuhi dan peristiwa itu lampiran kontrak konstruksi utamanya
akan mengesampingkan semua yang menyangkut spesifikasi pekerjaan,
kesepakatan perdata yang disepakati dalam bahan/maerial, waktu, maupun spesifikasi
kontrak konstruksi (Marcus Gunarto, lainnya haruslah ditentukan secara jelas
2015). Menghindari cacat prosedur, maka dan rinci. Joni Emerzon menyatakan
para pihak harus memastikan aspek formal bahwa dalam pembuatan kontrak
dan prosedur pemberian pekerjaan telah konstruksi harus dihindari kekosongan
memenuhi peraturan perundang-undangan. hukum maupun ruang tafsir karena hal
Kelalaian dalam pemenuhan prosedur itu tersebut akan berpengaruh pada objek
dianggap sebagai tindak pidana, meskipun perjanjian yakni pemenuhan pekerjaan
hanya sebatas kelalaian. Solusinya para konstruksi (Joni Emirzon, 1999). Delik
pihak harus memiliki standar kepatuhan pidana dapat terjadi jika ada kesengajaan
(compliance) yang dituangkan dalam terkait cacat mateill, misalnya upaya mark
bentuk form pemenuhan prosedur sebelum down (membuat kualifikasi yang lebih
kontrak konstruksi ditandatangani (Marcus rendah dari kesepakatan) atau mark up
Gunarto, 2015). terkait volume bahan yang digunakan.
Selanjutnya adalah terkait persoalan Cacat tersembunyi yang mengakibatkan
substansi kontrak konstruksi, timbulnya cacat material dipandang sebagai
persoalan pada substansi kontrak selain perwujudan dari niat jahat dalam ranah
dapat terjadi pada proyek pemerintah dapat hukum pidana, sehingga hal tersebut
juga terjadi pada proyek swasta. Persoalan menggugurkan segala bentuk kesepakatan
terkait substansi dari kontrak konstruksi perdata yang ada. Sebaliknya jika bukan
bersumber dari cacat materil pada merupakan cacat tersembunyi yang
pelaksanaan kontrak. Persoalan pada fase disengaja maupun tidak ada unsur tipu
ini terjadi karena ada cacat pada daya maka segala bentuk perselisihan yang
pemenuhan perjanjian itu, artinya terjadi merupakan bentuk sengketa privat
persoalan bersumber pada objek perjanjian (perdata).
konstruksi. Cacat material dalam hal ini

48 KAJIAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KEGAGALAN BANGUNAN DALAM


PEKERJAAN KONSTRUKSI
Agustina 1), Sagita Purnomo 2)
Potensi sengketa perdata atau pidana diselesaikan secara patut sesuai dengan
yang bersumber dari substansi kontrak, apa yang telah diperjanjikan (Tabriz
dalam hal ini tahap penyusunan kontrak Sulthanah, 2021). Prestasi merupakan
konstruksi (contract drafting) menjadi suatu hal yang harus dipenuhi dalam suatu
bagian yang sangat penting. James karena dengan dipenuhinya prestasi bisa
Doherty menguraikan dalam penyusunan dikatakan sebagai hakikat dari perikatan.
kontrak konstruksi akan lebih ideal jika Pasal 1234 KUHPerdata membagi prestasi
didahului pertemuan para pihak, pada fase ke dalam tiga bentuk, yaitu :
ini para pihak menguraikan secara detail 1) Prestasi untuk menyerahkan sesuatu;
kondisi penawaran (offering) dan kondisi 2) Prestasi untuk melakukan atau
penerimaannya (acceptance). Tahap ini berbuat sesuatu;
seringkali disebut tahap pra-kontraktual, 3) Prestasi untuk tidak melakukan atau
tahap ini penting ketika terjadi perbedaan tidak berbuat sesuatu (Anita Sinaga,
tafsir atau pemahaman maka berita acara 2017).
rapat (minute of meeting) dapat menjadi Asas keseimbangan dalam kontrak
penting untuk membantu para pihak kerja konstruksi merupakan bagian
menghindari sengketa. terpenting yang harus diperhatikan agar
B. Kepastian Hukum Dalam tidak ada yang merasa dirugikan dalam
Penyelesaian Sengketa Pekerjaan pelaksanaannya. Menerapkan asas
Konstruksi Akibat Kegagalan keseimbangan secara optimal terutama
Bangunan dengan kemampuan penyedia jasa dengan
Bahwa dalam memilih penyedia jasa beban kerjanya dapat mencapai
sangat perlu untuk mempertimbangkan keberhasilan pekerjaan konstruksi dan
kesesuaian bidang, yaitu keseimbangan melaksanakan ketertiban penyelenggaraan
antara kemampuan, beban kerja dan jasa konstruksi. Pasal 65 Undang-Undang
kinerja dari penyedia jasa. Asas Nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa
Keseimbangan dapat merujuk pada alasan Konstruksi, membahas tentang
pembenaran bagi keberadaan kontrak perlindungan yang diberikan kepada
dapat dijadikan sebagai alasan menggugat pengguna jasa atas kegagalan bangunan
keabsahan suatu kontrak serta sebagai termasuk membahas mengenai masa
syarat atas berlakunya suatu perjanjian. retensi atau masa pemeliharaan.
Pihak penyedia jasa yang telah dipilih oleh Perlindungan hukum terhadap pengguna
pengguna jasa maupun pengguna jasa itu jasa konstruksi atas kegagalan bangunan
sendiri memiliki suatu prestasi yang harus juga diberikan dengan adanya sanksi

JURNAL RECTUM, Vol. 5, No. 2, (2023) Juli : 40 - 55 49


administatif terhadap penyedia jasa yang yang diatur dalam kontrak kerja konstruksi
tidak melaksanakan kewajibannya. sebagai bentuk tanggung jawab penyedia
Sanksi administratif diatur dalam Pasal jasa konstruksi atau pelaksana jasa
89-102 Undang-Undang Nomor 2 tahun konstruksi (konraktor) yakni dengan
2017 tentang Jasa Konstruksi dalam menjalankan setiap hak dan kewajiban
bentuk peringatan tertulis, denda sesuai dengan yang telah diatur dan
administratif, penghentian sementara disepakati kedua belah pihak (Suharnoko,
kegiatan layanan jasa konstruksi, 2004)
pencantuman dalam daftar hitam, Pasal 67 Ayat (1) Undang-Undang
pembekuan izin dan/atau pencabutan izin. Nomor : 2 Tahun 2017 Tentang Jasa
Sanksi administratif yang diberikan kepada Konstruksi menyebutkan bahwa Penyedia
penyedia jasa bertujuan agar penyedia jasa Jasa atau Pengguna Jasa wajib
tersebut menjalankan hak dan kewajiban memberikan ganti kerugian dalam hal
sesuai dengan yang telah ditentukan. terjadi kegagalan bangunan sebagimana
Sanksi administratif juga menjadi salah dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1), ayat (2)
satu bentuk perlindungan hukum yang dan ayat (3). Tanggung jawab atas
diberikan kepada pengguna jasa agar kegagalan bangunan maksudnya pelaksana
penyedia jasa yang akan menjalankan pekerjaan konstruksi wajib memberikan
suatu proyek telah memenuhi standar ganti rugi dan memperbaiki bangunan
penyelenggaraan jasa konstruksi. yang gagal itu.. Tanggung jawab atas
Akibat hukum dari kegagalan kegagalan bangunan menimbulkan
bangunan menimbulkan kewajiban pihak beberapa kerugian salah satunya yakni
yang membuat kesalahan bertanggung terbuangnya biaya pembangunan yang
jawab terhadap kerugian yang timbul dan gagal, maka jika terjadinya kegagalan
dapat dikenakan sanksi. Bentuk tanggung bangunan pihak pelaksana jasa konstruksi
jawab dari pelaksana jasa konstruksi wajib mengganti biaya pembangunan
dengan cara mengganti kerugian yang ulang atau biaya perbaikan berupa biaya
timbul dari kegagalan bangunan dan atau pembelian bahan-bahan konstruksi yang
kegagalan pekerjaan konstruksi itu. akan digunakan dan juga bertanggung
Tanggung jawab pelaksana konstuksi jawab untuk memperbaiki atau membuat
dalam pelaksanaan penyelenggaraan jasa ulang bangunan yang telah gagal tersebut.
konstruksi adalah menjalankan hal dan Pemilihan cara penyelesaian sengketa
kewajiban yang sudah dicantumkan di merupakan bagian dari risiko yang
pasal-pasal dalam kontrak kerja. Hal-hal dihadapi oleh para pihak yang bersengketa.

50 KAJIAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KEGAGALAN BANGUNAN DALAM


PEKERJAAN KONSTRUKSI
Agustina 1), Sagita Purnomo 2)
Sengketa hukum dalam suatu kontrak kerja 2) Laporan pidana jika dalam
konstruksi dapat diselesaikan melalui persoalan pekerjaan konstruksi
beberapa pilihan yang disepakati oleh para terdapat unsur-unsur tindak
pihak, yaitu melalui alternatif penyelesaian pidana, misalnya penipuan
sengketa berupa konsultasi, negosiasi, penggelapan, suap/KKN dan lain
mediasi, konsiliasi dan penilai akhli, badan sebagainya.
peradilan atau arbitrase baik lembaga atau Contoh penyelesaian sengketa
ad hoc. Pilihan penyelesaian sengketa konstruksi melalui gugatan perdata di
harus secara tegas dicantumkan dalam pengadilan (litigasi) pada Putusan
kontrak kerja konstruksi. Dalam Pasal 88 Pengadilan Negeri Medan Nomor
Undang-Undang Nomor : 2 Tahun 2017 408/Pdt.G/2014/PN. Medan, antara Andre
tentang Jasa Konstruksi. Roland Bastiaanas (Penggugat, melawan
Penyelesaian sengketa konstruksi dapat Developer Vista Estate (Tergugat I) dan
ditempuh melalui pengadilan maupun luar PT. Bank CIMB Niaga (Tergugat II)
pengadilan berdasarkan pilihan secara sebagai pemberi fasilitas kredit rumah
sukarela para pihak yang bersengketa. aquo. Bahwa Penggugat membeli sebuah
Sengketa yang terjadi dalam kontrak kerja rumah dari Tergugat I yang tertuang dalam
konstruksi diselesaikan dengan prinsip PPJB, namun hingga batas waktu yang
dasar musyawarah untuk mencapai telah ditentukan Tergugat I belum
kemufakatan. Dalam hal musyawarah para menyelesaikan pembangunan dan
pihak tidak dapat mencapai suatu menyerahkan rumah yang diperjanjikan
kemufakatan, para pihak menempuh kepada Penggugat, sementara kewajiban
tahapan upaya penyelesaian sengketa yang Penggugat untuk membayar angsuran
tercantum dalam kontrak kerja konstruksi. kredit kepada Tergugat II terus berjalan.
Perselisihan atau sengketa akibat klaim Pengadilan Negeri Medan
konstruksi merupakan suatu tuntutan menjatuhkan putusan yang amarnya
maupun permohonan atas suatu keadaan. berbunyi : menyatakan Tergugat I telah
Secara umum penyelesaian melakukan Perbuatan Melawan Hukum
perselisihan/sengketa konstruksi adalah : terhadap Penggugat, menghukum
a) Penyelesaian sengketa melalui Penggugat untuk membayar ganti rugi
pengadilan (litigasi) kepada Penggugat sebesar Rp.
1) Mengajukan gugatan gantirugi 232.557.295 (Dua Ratus Tiga Puluh Dua
secara keperdataan; Juta Lima Ratus Lima Puluh Tuju Ribu
Dua Ratus Sempilan puluh Dua Rupiah)

JURNAL RECTUM, Vol. 5, No. 2, (2023) Juli : 40 - 55 51


dan menyatakan demi hukum semua Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
kewajiban Penggugat berupa Sengketa yaitu :
cicilan/angsuran yang belum dibayar sejak 1) Negosiasi.
November 2010, kepada Tergugat II Dapat dilakukan secara langsung
berdasarkan Perjanjian Kredit Nomor : diantara kedua belah pihak yang
032/PK/02/2/07/09, tertanggal 8 Juli 2009 bersengketa. Terkadang diperlukan
dan berikut bunga-bunganya untuk pihak ketiga sebagai ahli yang
dihapus seluruhnya. independent dalam menilai
Contoh lainnya pada putusan pennasalahan. Hasil penilaiannya
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor pihak ketiga akan dijadikan dasar
102/Pdt.Sus.PKPU/2019/PN.Jkt.Pst, antara negosiasi kedua belah pihak yang
PT. Binakarya Bangun Propertindo bersengketa dalarn menyelesaikan
terhadap konsumennya Ng Hui-Hui dalam perselisihan.
jual beli Apartemen Pluit Sea View, yang 2) Mediasi
tidak dapat menyelesaikan bangunan dan Didampingi masing-masing ahlinya
gagal melakukan penyerahan fisik dan masuk dalam proses negosiasi
bangunan sebagaimana yang diperjanjikan yang melibatkan masing-masing
PPJB. Bahwa akibat gagal bangun Mediator selaku katalisator dalam
bangunan oleh PT. Binakarya Bangun menyelesaikan sengketa. Semua
Propertindo tersebut, Ng Hui-Hui keraguan yang dipertentangkan akan
mengambil tindakan hukum mengajukan dibeberkan dan dicarikan jalan
Gugatan PKPU ke Pengadilan Negeri keluamya.
Jakarta Pusat. Bahwa adapun putusan 3) Konsiliasi (Mini Trial)
tersebut menyatakan Termohon PT. Konsiliasi menunjukan adanya
Binakarya Bangun Propertindo dalam semangat kebersamaan untuk
keadaan Penundaan Kewajiban menyelesaikan suatu sengketa.
pembayaran Utang Sementara. Langkah ini merupakan kelanjutan.
b) Penyelesaian di luar pengadilan dari proses Mediasi bila belum
(non-litigasi) diperoleh kesepakatan dengan
Bahwa penyelesaian sengketa memasukan Neutral Advisor
pekerjaan jasa konstruksi dapat dilakukan (Konsiliator).
dengan mengacu pada ketentuan Undang- 4) Arbitrase
Undang Nomor : 30 Tahun 1999 Tentang Merupakan sistem pengadilan swasta
dalam perkara secara perdata yang

52 KAJIAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KEGAGALAN BANGUNAN DALAM


PEKERJAAN KONSTRUKSI
Agustina 1), Sagita Purnomo 2)
berarti para pihaklah, dan bukan karena ketidak jelasan atau kurangnya
negara, yang mengawasi pemahaman pihak penyedia asa konstruksi
kewenangan dan kewajiban para dalam menerjemahkan serta memahami
pihak. Arbitrase merupakan metode kontrak. Penyelesaian sengketa dalam
kontraktual untuk penyelesaian kontrak jasa konstruksi berdasarkan Pasal
sengketa dimana pihak-pihak terkait 88 Undang-Undang Nomor : 2 Tahun
menciptakan suatu forum, memilih 2017 Tentang Jasa Konstruksi dapat
sendiri hakim-hakim swasta yang dilakukan melalui beberapa cara, yaitu
dirasa berkualitas, melepaskan hak pertama melalui musyawarah untuk
untuk menyelidiki maupun mufakat. Bahwa jika musyawarah mufakat
menuntut, mengenyampingkan tidak membuahkan hasil, maka para pihak
kejadian dan membiarkan berbagai dapat melakukan upaya penyelesaian
isu ditentukan oleh pertimbangan sengketa secara sukarela baik melalui
keadilan serta kesamaan derajat melalui pengadilan (litigasi) muapun di
sehingga diperoleh keputusan oleh luar pengadilan (mediasi, negosiasi,
Arbiter. Keputusan oleh Badan ini konsiliasi dan arbitrase).
bersifat final & binding, mengakhiri Bahwa para phak menjunjung tinggi
persengketaan para pihak dan menerapkan asas itikad baik dalam
berdasarkan persetujuan para pihak perjanjian. Kontrak jasa konstruksi harus
(Mochamad Yusuf, 2008). dibuat dengan terperinci (memuat
spesifikasi, batas waktu, alternatf
5. SIMPULAN penyelesaian sengketa dan lain
Konflik atau sengketa dalam kontrak sebagainya) dan mudah diterjemahkan dan
jasa konstruksi disebabkan oleh beberapa dipahami oleh masing-masing pihak.
faktor, diantaranya : informasi desain yang Dalam kontrak jasa konstruksi, para pihak
tidak tepat dan tidak lengkap, reaksi klien harus berkomitmen untuk melaksanakan
yang lambat, komunikasi yang buruk, hak dan kewajibannya dengan baik dan
sasaran waktu yang tidak realistis, proporsional, dengan demikian potensi
administrasi kontrak yang tidak sempurna, untuk timbulnya sengketa konstruksi dapat
kejadian ekstern yang tidak terkendali, diantisipasi; Penyelesaian sengketa
informasi tender yang tidak lengkap serta konstruksi melalui litigasi, pengadilan
alokasi resiko yang tidak jelas, harus mampu mengimplementasian asas
keterlambatan-ingkar bayar. Selain itu, peradilan cepat dan biaya ringan, sehingga
kegagalan bangunan juga dapat terjadi proses penyelesaian sengketa menjadi

JURNAL RECTUM, Vol. 5, No. 2, (2023) Juli : 40 - 55 53


lebih evisien dan efektif guna memnhui Swastika Nusa Persada)”. Fakultas
rasa keadilan dan kepastian hukum bagi Hukum Universitas
para pihak yang bersengketa. Muhammadiyah Sumatera Utara
Medan.
6. DAFTAR PUSTAKA Hardjomuljadi, Sarwono. “Peran Penilai
Diphohusodo,(1996). “Manajemen Proyek Ahli dalam Penanganan Kegagalan
Konstruksi”. Yogyakarta : Bangunan dan Kegagalan
Kanisius. Konstruksi (Menurut UU Nomor
Djatnika, Suntana. (2018) “Kontrak Kerja 18 Tahun 1999 Jo PP 29 Tahun
Konstruksi (Tata Cara Berkontrak 2000)”. Jurnal Konstruksia. Vol 6.
Konstruksi dan Penyelesaian No 1 Desember 2014.
Sengketa)”. Institut Arbiter Jedawi, Murtir. (2012). “Hukum
Indonesia (IARBI. Administrasi Negara”. Jakarta:
Emirzon, Joni. (1999). “Aspek Hukum Total Media.
Perusahaan Jasa Penilai”. Jakarta: Kementerian Pekeraan Umum dan
Gramedia Pustaka Utama. Perumahan Rakyat Republik
Ginting, Yeremia, Reansa. (2019). Indonesia. (2021). “Era Baru
“Perlindungan Hukum Bagi Para Konstruksi Berkarya Menuju
Pihak Dalam Kontrak Kerja Indonesia Maju (Buku I)”. Jakarta
Konstruksi Akibat Terjadinya Mulyo, Sulistijo, Sidarto. (2018). “Proyek
Keadaan Kahar”. Fakultas Hukum Infrastruktur Dan Sengketa
Universitas Atma Jaya. Konstruksi”. Jakarta :
Yogyakarta. Prenadamedia Grup.
Gunarto, Marcus. “Aspek Pidana Pada Pelatihan Penyelesaian Sengketa Kontrak
Proyek Konstruksi Pemerintah”. Konstruksi. “Substansi Kontrak
Jurnal Mimbar Hukum Universitas Konstruksi Pelatihan Penyelesaian
Gadjah Mada Vol. 45, No. 1. 2015. Sengketa Kontrak Konstruksi”.
Hansen, Seng. (2015). “Manajemen Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kontrak Konstruksi”. Jakarta: PT Sumber Daya Air dan Konstruksi
Gramedia Pustaka Utama. Badan Pengembangan Sumberdaya
Harahap, Yuliawati. (2020). “Tanggung Manusia Kementerian Pekerjaan
Jawab Hukum Penyedia Jasa Umum dan Perumahan Rakyat
Konstruksi Atas Kegagalan Bandung, 2017.
Bangunan (Studi Pada PT.

54 KAJIAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KEGAGALAN BANGUNAN DALAM


PEKERJAAN KONSTRUKSI
Agustina 1), Sagita Purnomo 2)
Sinaga, Niru, Anita. “Peranan Asas
Keseimbangan dalam Mewujudkan
Tujuan Perjanjian”, Jurnal Ilmiah
Hukum Dirgantara Vol.8, No.1.
2017.
Soemitro, Ronny, Hanitijo. (1990).
“Metodologi Penelitian Hukum dan
Juritmetri”. Jakarta : Galamania
Indonesia.
Suharnoko. (2004). “Hukum Perjanjian
(Teori Dan Analisa Kasus)”.
Jakarta: Prenada Media Grup.
Sulthanah, Lubna, Tabriz. “Analisis
Penyelesaian Wanprestasi Kontrak
Kerja Konstruksi Ditinjau dari
Asas Keseimbangan”. Jurnal
Kertha Semaya, Vol. 9, No. 3.
2021.
Yushar. “Tanggung Gugat Kontraktor
dalam Kegagalan Bangunan”.
Media Iuris Vol. 2, No. 3 Oktober
2019.
Yusuf, Mochamad. (2008). “Penyelesaian
Sengketa Akibat Kegagalan
Bangunan dalam Perjanjian Kerja
Konstruksi”. Program Pascasarjana
Fakultas Hukum Unlversltas Islam
Indonesia.

JURNAL RECTUM, Vol. 5, No. 2, (2023) Juli : 40 - 55 55

Anda mungkin juga menyukai