id
Oleh :
Gama Noor Oktaningrum
H 0606083
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini, kami selaku Tim Pembimbing Skripsi mahasiswa program sarjana :
Nama : Gama Noor Oktaningrum
NIM : H 0606083
Jurusan : Teknologi Hasil Pertanian
Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian
Menyetujui naskah publikasi ilmiah atau naskah penelitian sarjana yang disusun
oleh yang bersangkutan dan dipublikasikan (dengan/ tanpa*) mencantumkan
nama tim pembimbing sebagai Main-Author.
Ketua Anggota I
Prof. Dr. Ir. Sri Handajani, MS, Ph.D Lia Umi Khasanah, ST. MT.
NIP. 19470729 197612 2 001 NIP. 19800731 200801 2 012
ii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Ketersediaan bahan bakar minyak bumi yang terbatas dan sifatnya tidak
terbarukan menyebabkan krisis energi. Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar
alternatif sebagai pengganti minyak solar. Bungkil wijen dapat digunakan sebagai
bahan baku pembuatan biodiesel karena masih mengandung minyak cukup tinggi
sekitar 19,6 - 28,82 %.
Telah dilakukan penelitian untuk menghasilkan biodiesel melalui proses
transesterifikasi in situ menggunakan katalis KOH (2%-b, 3%-b dan 4%-b) pada suhu
270C dan 60 0C. Biodiesel bungkil wijen dianalisa rendemen, massa jenis, viskositas
kinematik, angka asam, angka penyabunan, gliserol total dan kadar metil ester.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor yaitu konsentrasi katalis KOH dan suhu
reaksi. Masing-masing perlakuan dibuat dua sampel dan tiap sampel dilakukan dua
kali analisa.
Biodiesel bungkil wijen dengan variasi konsentrasi katalis KOH 3%-b
mempunyai rendemen, angka asam dan kadar metil ester paling baik yaitu 12,98%-b,
0,60 mg KOH/g biodiesel, dan 99,48%-b. Sedangkan massa jenis, viskositas
kinematik, angka penyabunan, dan gliserol total tidak lebih baik jika dibandingkan
dengan konsentrasi katalis KOH yang lain (2%-b dan 4%-b), meskipun nilainya
memenuhi syarat mutu biodiesel menurut SNI-04-7182-2006. Biodiesel bungkil
wijen dengan variasi suhu 27oC mempunyai rendemen, massa jenis, viskositas
kinematik, gliserol total dan kadar metil ester paling baik yaitu 12,84%-b, 886,92
kg/m3, 4,45 cSt, 0,04%-b, dan 98,90%-b. Sedangkan angka penyabunan tidak lebih
baik jika dibandingkan dengan suhu 60 oC, meskipun nilainya memenuhi syarat mutu
biodiesel menurut SNI-04-7182-2006. Tetapi angka asam pada kedua variasi suhu
(27oC dan 60oC) tidak memenuhi SNI-04-7182-2006. Biodiesel bungkil wijen dengan
variasi konsentrasi katalis KOH 3%-b pada suhu 27oC mempunyai rendemen dan
kadar metil ester paling baik yaitu 13,52%-b dan 99,52%-b. Sedangkan massa jenis,
viskositas kinematik, angka asam, angka penyabunan, dan gliserol total tidak lebih
baik jika dibandingkan dengan variasi konsentrasi katalis KOH (2%-b, 3%-b, 4%-b)
pada suhu (27oC dan 60oC) meskipun nilainya memenuhi syarat mutu biodiesel
menurut SNI-04-7182-2006. Semua parameter kualitas biodiesel memenuhi SNI-04-
7182-2006, kecuali massa jenis sampel K3T2, angka asam sampel K1T2, K3T1 dan
K3T2, dan kadar metil ester sampel K3T2 tidak memenuhi SNI-04-7182-2006.
Kata kunci : biodiesel, bungkil wijen, transesterifikasi in situ, katalis KOH dan suhu
iii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
iv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan bakar minyak bumi adalah salah satu sumber energi utama yang
banyak digunakan berbagai negara di dunia pada saat ini. Kebutuhan bahan
bakar ini selalu meningkat, seiring dengan penggunaannya di bidang industri
maupun transportasi. Ketersediaan bahan bakar minyak bumi terbatas dan
sifatnya tidak terbarukan, sehingga diprediksikan akan ada kelangkaan bahan
bakar minyak. Keadaan inilah yang menimbulkan adanya krisis energi, sebuah
topik yang banyak dikemukakan di dunia (Widyastuti, 2007). Oleh karena itu,
perlu dikembangkan bahan bakar alternatif yang bersifat terbarukan
(renewable) dan ramah lingkungan (Pasang, 2007).
Bahan bakar alternatif yang banyak dikembangkan saat ini adalah fatty
acid methyl ester (FAME) yang lebih dikenal dengan nama biodiesel.
Biodiesel merupakan bahan bakar mesin diesel yang terdiri dari ester-ester
metil asam-asam lemak. Biodiesel adalah senyawa mono alkil ester yang
diproduksi dari trigliserida berbagai tumbuhan dan hewan dengan rute
konversi reaksi alkoholisis atau transesterifikasi trigliserida dan esterifikasi
asam-asam lemak bebas dengan metanol atau etanol menghasilkan ester metil
dan gliserol. (Pasang, 2007).
Bungkil wijen yang diperoleh dari proses pengepresan masih
mengandung lemak cukup tinggi, yaitu sebesar 19,6 - 28,82 % sehingga
merupakan potensi yang besar untuk digunakan sebagai bahan baku
pembuatan biodiesel Handajani, Sri dkk (2006). Pemanfaatan bungkil wijen
selama ini sebagian besar untuk pakan ternak, dengan mengolahnya menjadi
biodiesel maka akan meningkatkan daya guna dari bungkil wijen dan dapat
menjadi sumber bahan bakar alternatif di daerah sentra wijen.
Pada umumnya biodiesel dibuat dengan mereaksikan minyak nabati
dengan metanol/ etanol dengan penambahan katalis. Pada penelitian ini katalis
yang digunakan adalah KOH. Katalis basa seperti KOH dan NaOH lebih
efisien dibanding dengan katalis asam pada reaksi transesterifikasi.
1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
Transmetilasi terjadi kira-kira 4000x lebih cepat dengan adanya katalis basa
dibanding katalis asam dengan jumlah yang sama. Transesterifikasi in situ
dapat dilakukan pada temperatur kamar maupun pada temperatur 65oC yang
merupakan titik didih metanol. Hasil penelitian yang telah ada, menunjukkan
bahwa transesterifikasi in situ merupakan salah satu proses yang efektif dan
ekonomis untuk memproduksi biodiesel (Pasang, 2007).
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi katalis KOH (2%-b, 3%-b, 4%-b)
terhadap rendemen dan kualitas biodiesel berbahan baku bungkil wijen
menurut SNI-04-7182-2006 meliputi : massa jenis, viskositas kinematik,
angka penyabunan, angka asam, gliserol total, dan kadar metil ester ?
2. Bagaimana pengaruh suhu reaksi (27°C dan 60°C) terhadap rendemen dan
kualitas biodiesel berbahan baku bungkil wijen menurut SNI-04-7182-
2006 meliputi : massa jenis, viskositas kinematik, angka penyabunan,
angka asam, gliserol total, dan kadar metil ester ?
3. Bagaimana interaksi konsentrasi katalis KOH (2%-b, 3%-b, 4%-b) dan
suhu reaksi (27°C dan 60°C) terhadap rendemen dan kualitas biodiesel
berbahan baku bungkil wijen menurut SNI-04-7182-2006 meliputi : massa
jenis, viskositas kinematik, angka penyabunan, angka asam, gliserol total,
dan kadar metil ester ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh konsentrasi katalis KOH (2%-b, 3%-b, 4%-b)
terhadap rendemen dan kualitas biodiesel berbahan baku bungkil wijen
menurut SNI-04-7182-2006 meliputi : massa jenis, viskositas kinematik,
angka penyabunan, angka asam, gliserol total, dan kadar metil ester.
2. Mengetahui pengaruh suhu reaksi (27°C dan 60°C) terhadap rendemen
dan kualitas biodiesel berbahan baku bungkil wijen menurut SNI-04-7182-
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
2. Alat
Alat yang digunakan untuk proses transesterifikasi in situ adalah
reactor. Untuk mengukur massa jenis menggunakan piknometer.
Viskositas menggunakan alat viskometer ostwald (Schott Gerate Typ 516
23/IIc). Alat untuk menentukan angka penyabunan yaitu erlenmeyer 250
ml, kondensor berpendingin, dan hot plate. Alat untuk menentukan angka
asam yaitu erlenmeyer 250 ml, buret mikro, dan neraca analitik. Alat
untuk menentukan gliserol total adalah kromatografi gas (GC HP 5890A
Series II).
C. Tahapan Penelitian
1. Penelitian pendahuluan
Penelitian pendahuluan ini dilakukan untuk menentukan perlakuan
terbaik pada bungkil wijen yang akan digunakan untuk pembuatan
biodiesel. Perlakuan yang digunakan yaitu bungkil wijen yang dikeringkan
dengan bantuan sinar matahari selama 2 jam dan bungkil wijen tanpa
pengeringan. Masing-masing perlakuan digunakan untuk pembuatan
biodiesel dengan menggunakan konsentrasi katalis KOH 3%-b pada
temperatur reaksi 27 oC selama 6 jam. Sebelum dilakukan proses
transesterifikasi in situ, bungkil wijen yang akan digunakan sebagai bahan
baku dalam penelitian utama dianalisa kadar minyaknya dengan soxhlet.
2. Pembuatan biodiesel dengan proses Transesterifikasi in situ
Untuk pembuatan biodiesel, langkah pertama yang dilakukan yaitu
menyiapkan reaktor dan kemudian diisi dengan bungkil wijen. Setelah itu
ditambahkan metanol hingga merendam keseluruhan bungkil wijen dan
ditambahkan kalium metoksida (katalis KOH 2%-b, 3%-b,dan 4%-b yang
dilarutkan dalam metanol sebanyak 10% dari berat bahan). Reaksi
dilakukan pada temperatur reaksi 27oC dan 60oC selama 6 jam. Setelah
6 jam reaksi dihentikan dan diperoleh hasil yang berupa larutan metil ester
(biodiesel) dan gliserol di dalam metanol. Asam fosfat sebanyak 2%-b,
3%-b, dan 4%-b ditambahkan ke dalam larutan metil ester dan gliserol
untuk mendeaktivasi katalis. Kemudian larutan tersebut disaring untuk
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
A. Penelitian Pendahuluan
Penelitian ini melalui 3 tahap, yaitu penelitian pendahuluan, pembuatan
biodiesel dari bungkil wijen, dan penghitungan rendemen serta analisa kualitas
biodiesel bungkil wijen. Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan
perlakuan yang sesuai terhadap bungkil wijen sebagai bahan baku pembuatan
biodiesel agar menghasilkan biodiesel dengan rendemen dan mutu yang baik.
Namun sebelumnya bungkil wijen dianalisa kadar minyak untuk mengetahui
kandungan minyak yang masih ada dalam bungkil wijen. Analisa kadar minyak
dilakukan dengan metode soxhlet dan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan
analisa sehingga diperoleh kadar minyak dalam bungkil wijen sebesar 24,31%.
Pada penelitian pendahuluan, bungkil wijen yang akan digunakan
sebagai bahan baku pembuatan biodiesel diberi perlakuan yang berbeda yaitu
bungkil wijen dikeringkan dengan bantuan sinar matahari selama 2 jam dan
bungkil wijen tanpa dikeringkan. Setelah melalui serangkaian proses maka
perlakuan terhadap bungkil wijen yang memberikan hasil rendemen biodiesel
yang lebih besar digunakan untuk penelitian utama. Data yang diperoleh dapat
dilihat pada Tabel 4.1.
6
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa rendemen tertinggi pada sampel
dengan penggunaan konsentrasi katalis KOH 3%-b dan suhu 27 oC yaitu
sebesar 13,52 %-b. Perolehan rendemen masing-masing konsentrasi pada
suhu 27 oC lebih besar daripada suhu 60 oC. Hasil analisa dengan SPSS 13
memperlihatkan bahwa rendemen biodiesel yang dihasilkan dari masing-
masing perlakuan adalah beda nyata, kecuali pada penggunaan konsentrasi
katalis 2% dan suhu 60 oC (K1T2) dan K3T1. Rendemen yang dihasilkan
pada sampel K1T2 tidak beda nyata dengan rendemen sampel K3T1 dan
K3T2. Sedangkan rendemen sampel K3T1 tidak berbeda nyata dengan
sampel K1T2 dan K2T2.
Menurut Peterson (2001), pada penggunaan katalis basa ada
kecenderungan terjadi reaksi penyabunan dengan logam alkali dari katalis
yang digunakan. Minyak atau lemak yang direaksikan dengan alkali
berlebih dalam alkohol maka alkali tersebut akan bereaksi dengan
trigliserida membentuk sabun. Jumlah katalis yang kurang akan
menyebabkan reaksi transesterifikasi tidak berjalan maksimal sehingga
hasil biodiesel yang diperoleh juga berkurang. Pada penelitian ini,
penggunaan konsentrasi katalis KOH yang sesuai yaitu 3%-b karena
menghasilkan rendemen tertinggi.
Menurut Pasang (2007), pada suhu tinggi (60oC) reaksi penyabunan
minyak akan meningkat sehingga akan mengurangi perolehan metil ester.
Sabun mempunyai karakter unik, yaitu dapat mengikat minyak dan air. Pada
proses pencucian metil ester akan terbentuk, sehingga metil ester sulit
diperoleh. Hal tersebut secara langsung akan mengurangi banyaknya metil
ester yang didapat karena sebagian besar terperangkap dalam emulsi. Dalam
penelitian ini, pembuatan biodiesel dari bungkil wijen yang menghasilkan
rendemen paling tinggi adalah dengan menggunakan konsentrasi katalis
KOH 3%-b dan suhu 27 oC.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
Dari Tabel 4.7 dapat dilihat massa jenis biodiesel dari masing-
masing perlakuan adalah berbeda nyata. Massa jenis biodiesel paling rendah
yaitu pada penggunaan konsentrasi katalis KOH 2%-b dengan suhu 27oC.
Hal ini mengindikasikan zat-zat pengotor dalam biodiesel tersebut paling
sedikit. Massa jenis biodiesel dari masing-masing perlakuan telah sesuai
dengan syarat kualitas biodiesel menurut SNI-04-7182-2006, yaitu antara
850-890 kg/m3. Kecuali pada penggunaan konsentrasi katalis 4%-b dan
suhu reaksi 60oC.
Menurut Peterson (2001), penggunaan katalis basa yang berlebih
akan menyebabkan reaksi penyabunan. Hal ini memungkinkan adanya zat
pengotor seperti sabun kalium dan gliserol hasil reksi penyabunan, asam-
asam lemak yang tidak terkonversi menjadi metil ester (biodiesel), air,
kalium hidroksida sisa, kalium metoksida sisa ataupun sisa metanol yang
menyebabkan massa jenis biodiesel menjadi lebih besar.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
5. Angka Penyabunan
Angka penyabunan adalah banyaknya milligram KOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram contoh biodiesel (Hambali, 2006).
Angka penyabunan dalam penelitian ini ditentukan dengan proses titrimetri.
Pengaruh konsentrasi katalis KOH terhadap angka penyabunan biodiesel
dapat dilihat pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14 Angka Penyabunan Biodiesel dengan Variasi Konsentrasi Katalis KOH
Konsentrasi KOH Angka Penyabunan Biodiesel (mg KOH/g biodiesel)
2%-b 166,23a
3%-b 168,61b
4%-b 172,49c
Ket : Angka dengan notasi yang sama berarti tidak beda nyata pada tingkat α = 0,05
menit. Dari waktu retensi tersebut dapat langsung dilihat luas areanya, yang
kemudian dipakai untuk menentukan kadar gliserol total biodiesel. Data
yang diperoleh kemudian diolah menggunakan SPSS 13. Tabel 4.17
menunjukkan pengaruh konsentrasi katalis KOH terhadap gliserol total
biodiesel.
Tabel 4.17 Gliserol Total Biodiesel dengan Variasi Konsentrasi Katalis KOH
Konsentrasi KOH Gliserol Total Biodiesel (%-b)
2%-b 0,05b
3%-b 0,06 c
4%-b 0,03 a
Ket : Angka dengan notasi yang sama berarti tidak beda nyata pada tingkat α = 0,05
Kadar gliserol total berbeda nyata pada penggunaan suhu reaksi yang
berbeda (Tabel 4.18). Pada suhu 27oC, nilai gliserol total yaitu 0,04 %-b
sedangkan pada suhu 60oC sebesar 0,06 %-b. Pada suhu 60 oC memudahkan
terjadinya reaksi penyabunan yang menghasilkan gliserol, sehingga kadar
gliserol totalnya lebih tinggi daripada suhu 27 oC. Gliserol total pada
masing-masing suhu telah memenuhi syarat mutu biodiesel menurut SNI-
04-7182-2006, yaitu kadar gliserol total biodiesel maksimal 0,24%-b.
sampel K1T1 tidak berbeda nyata dengan sampel K3T2. Sampel K2T1 tidak
berbeda nyata dengan sampel K1T1, K3T2, dan K1T2. Sampel K1T2 juga
tidak berbeda nyata dengan K2T1 dan K2T2. Kadar gliserol total dari
masing-masing sampel mengalami kenaikan pada konsentrasi 3%-b dan
penurunan saat konsentrasi 4%-b.
Tabel 4.19 Gliserol Total Biodiesel dengan Variasi Konsentrasi Katalis
KOH dan Suhu Reaksi
Konsentrasi Gliserol Total Biodiesel (%-b)
KOH Suhu 27 oC (T1) Suhu 60 oC (T2)
b
2 %-b (K1) 0,05 0,06 cd
3 %-b (K2) 0,05 bc 0,07d
a
4 %-b (K3) 0,02 0,04b
Ket : Angka dengan notasi yang sama berarti tidak beda nyata pada tingkat α = 0,05
tinggi pada saat menggunakan konsentrasi katalis 3%-b. Kadar metil ester
biodiesel pada masing-masing konsentrasi katalis KOH telah memenuhi
syarat mutu biodiesel menurut SNI-04-7182-2006, yaitu kadar metil ester
biodiesel minimal 96,5%-b.
Tabel 4.21 Kadar Metil Ester Biodiesel dengan Variasi Suhu Reaksi
Suhu Reaksi Kadar Metil Ester Biodiesel (%-b)
27oC 98,90b
60oC 97,50a
Ket : Angka dengan notasi yang sama berarti tidak beda nyata pada tingkat α = 0,05
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian Efektifitas Katalis
KOH pada Proses Transesterifikasi In Situ Bungkil Wijen (Sesame cake)
untuk Produksi Biodiesel adalah sebagai berikut :
24
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, penulis dapat
memberikan saran antara lain :
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai cara pencucian biodiesel
dari bungkil wijen agar rendemen yang dihasilkan lebih tinggi dan angka
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
3. Perlu dilakukan penelitian yang sama dengan variasi suhu reaksi lebih
banyak sehingga menghasilkan biodiesel bungkil wijen dengan rendemen
dan kadar metil ester tinggi (sesuai syarat mutu biodiesel menurut SNI-
04-7182-2006).
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Jaka Darmajaya, dan Rodiansono. 2010. Optimasi Jumlah Katalis KOH
dan NaOH pada Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit
Menggunakan Kopelarut [Skripsi]. Program Studi Kimia,FMIPA,
Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru Kalimantan Selatan.
Anonim. 2005-2008. Pembuatan biodiesel dari Biji Nyamplung (Calophyllum
inophyllum L.). Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan.
Anonim. 2007. Kajian Pengembangan Energi Alternatif Biodiesel dari Tanaman
Jarak di Kalimantan Timur. Bidang Ekonomi dan Pembangunan Badan
Penelitian dan Pengembangan Provinsi Kalimantan Timur.
Darmawan, Ilham. 2004. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jarak Menggunakan
Pereaksi Metanol dan Katalis KOH dan Penentuan Viskositasnya
[Skripsi]. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta.
Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Pertambangan
Dan Energi. 2006. Rancangan Standar Nasional Indonesia Standar Syarat
Mutu Biodiesel. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Jakarta.
Hambali, Erliza, Ani Suryani, Dadang, Hariyadi, Hasim Hanafie, Imam
Kartolaksono Reksowardojo, Mira Rivai, Muhamad Ihsanur, Prayoga
Suryadarma, Soekisman Tjitrosemitro, Tatang Hernas Soerawidjaja,
Theresia Prawitasari, Tirto Prakoso dan Wahyu Purnama. 2006. Jarak
Pagar Tanaman Penghasil Biodiesel. Penebar Swadaya. Jakarta.
Handajani, Sri. 2002. Studi Pendahuluan Karakteristik Produk Berbahan Baku
Wijen. Disampaikan dalam Seminar Nasional PATPI. 30-31 Juli 2002.
Malang.
26
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27