Anda di halaman 1dari 20

“ ANALISIS JENIS BAHAN PEMBUATAN BAGIAK OLEH-OLEH KHAS

BANYUWANGI PADA MATA PELAJARAN IPA DI SMP “


Rafiatul Hasanah, S.Pd., M.Pd.1 , Dwi Rochmatus Sholehah2, Titis Kusumaningrum3
rafiatul.hasanah@gmail.com1, dwiirochmatus@gmail.com2
Program studi Tadris IPA, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Khan Jember
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis bahan yang digunakan dalam
pembuatan Bagiak, sebuah oleh-oleh khas Banyuwangi, dalam konteks mata pelajaran IPA di
tingkat SMP. Melalui penelitian ini, kami berharap dapat memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan Bagiak serta
dampaknya terhadap hasil akhirnya. Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah
observasi dan analisis. Data dikumpulkan melalui pengamatan langsung terhadap proses
pembuatan Bagiak di beberapa lokasi di Banyuwangi. Selanjutnya, kami menganalisis jenis-jenis
bahan yang digunakan berdasarkan informasi yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bahan utama yang digunakan dalam pembuatan Bagiak adalah tepung ketan, gula kelapa,
dan parutan kelapa. Tepung tapioka berfungsi sebagai bahan utama untuk adonan Bagiak,
sedangkan gula kelapa digunakan sebagai pemanis alami. Parutan kelapa digunakan untuk
memberikan tekstur dan rasa khas Bagiak. Dalam konteks mata pelajaran IPA, penelitian ini
memberikan pemahaman tentang sifat-sifat bahan dan pengaruhnya terhadap produk akhir.
Selain itu, penelitian ini juga mengajarkan konsep-konsep seperti perubahan fisik dan kimia yang
terjadi selama proses pembuatan Bagiak. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber
informasi yang berharga bagi siswa SMP dan guru, membantu dalam mempelajari sifat-sifat
bahan dan proses pembuatan produk dalam mata pelajaran IPA. Penelitian lanjutan dapat
dilakukan untuk menganalisis pengaruh variasi bahan terhadap kualitas dan karakteristik Bagiak
yang dihasilkan.
Kata kunci : IPA, Bagiak oleh – oleh khas banyuwangi, Perubahan, Observasi
Abstract
This research aims to analyze the ingredients used in making Bagiak, a unique local
snack from Banyuwangi, within the context of the Science subject at the junior high school level.
Through this study, we aim to gain a deeper understanding of the materials used in the
production of Bagiak and their impact on the process and final outcome. The research
methodology employed in this study involves observation and analysis. Data was collected
through direct observation of the Bagiak-making process at various locations in Banyuwangi.
Subsequently, we analyzed the types of ingredients used based on the information obtained. The
findings of the research indicate that the main ingredients used in making Bagiak are glutinous
rice flour, coconut sugar, and grated coconut. Tapioca flour serves as the primary ingredient for
the Bagiak dough, while coconut sugar is used as a natural sweetener. Grated coconut is utilized
to provide the distinctive texture and flavor of Bagiak. In the context of the Science subject, this
research provides an understanding of the properties of materials and their influence on the final
product. Furthermore, it teaches concepts such as physical and chemical changes that occur
during the Bagiak-making process. It is expected that the results of this research will serve as a
valuable source of information for junior high school students and teachers, aiding in the study of
material properties and the process of product manufacturing in the Science subject. Further
research can be conducted to analyze the influence of ingredient variations on the quality and
characteristics of the resulting bagiak.
Keywords: Natural Science, Distribution of souvenirs typical of Banyuwangi, Change,
Observation

PENDAHULUAN

Tradisi adalah representasi dari budaya suatu masyarakat yang diajarkan dan diwariskan kepada
generasi berikutnya. Kearifan lokal memiliki hubungan erat dengan budaya tradisional di suatu
tempat. Makanan tradisional menjadi fenomena kebudayaan yang semakin menarik perhatian
dan minat untuk diketahui lebih lanjut. Kebudayaan dapat mengidentifikasi makanan sebagai
makanan khas suatu daerah. Oleh karena itu, makanan tidak hanya berfungsi untuk
mempertahankan kehidupan, tetapi juga untuk mempertahankan kebudayaan (Dewi, 2011).
Setiap masyarakat atau suku bangsa memiliki makanan tradisional yang diwariskan secara turun-
temurun dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
tubuh. Selain itu, makanan tradisional mencerminkan ciri kedaerahan, kekhasan, dan berbagai
variasi yang mencerminkan potensi alam di setiap daerah. Makanan tidak hanya berfungsi
sebagai sarana pemenuhan nutrisi, tetapi juga berperan dalam menjaga hubungan antara manusia,
menjadi simbol identitas masyarakat tertentu, serta dapat dijual dan mendukung pariwisata yang
dapat meningkatkan pendapatan daerah (Endang, dkk, 2013).
Di Indonesia, berbagai daerah memiliki beragam masakan, jajanan, dan minuman tradisional
yang telah berkembang secara khas di setiap daerah (Rosyidi, 2011). Salah satu contohnya
adalah Banyuwangi, yang memiliki Bagiak sebagai salah satu produk makanan lokal khas.
Bagiak adalah jenis kue kering yang terbuat dari campuran tepung sagu, kelapa garut, dan bahan
lainnya. Kue ini memiliki rasa manis, gurih, dan renyah dengan aroma kayu manis. Keunikan
Bagiak juga terlihat dari teksturnya, di mana jika tekstur kue tersebut baik, maka akan terlihat
retak atau pecah (Sari et al., 2012). Bagiak menjadi salah satu kuliner khas yang memperkaya
budaya kuliner Banyuwangi dan sekitarnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 26 april 2023. Lokasi penelitian kecamatan Banyuwangi,
kecamatan Kalipuro, Kecamatan Sempu daerah tersebut dipilih karena merupakan tempat pelaku
usaha, merupakan pusat oleh oleh makanan khas banyuwangi

Peta Kabupaten Banyuwamgi, Sumber Gambar :


https://id.wikipedia.org/wiki/
Berkas:Locator_Kecamatan_Banyuwangi_ing_Kabupaten_Banyuwangi.png

Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk
mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menyajikan data guna memecahkan suatu masalah
atau menguji hipotesis dengan tujuan mengembangkan prinsip-prinsip umum (Kamus Besar
Bahasa Indonesia). Narbuko dan Achmadi (2007:1) menjelaskan bahwa penelitian melibatkan
kegiatan mencari, mencatat, merumuskan, dan menganalisis hingga menyusun laporan. Metode
dalam penelitian diperlukan untuk memahami dan menganalisis suatu permasalahan dengan hasil
yang objektif dan ilmiah. Dalam konteks ini, penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode penelitian kualitatif melibatkan pengamatan,
wawancara, atau penelaahan dokumen (Moleong, 2016:4). Penelitian kualitatif bertujuan untuk
memahami fenomena secara holistik, seperti perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan, dengan
menggambarkannya dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada konteks alamiah tertentu,
menggunakan berbagai metode alamiah (Moleong, 2016:6).
Dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka.
Laporan penelitian akan mencakup kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran yang
jelas. Sumber data tersebut dapat berasal dari wawancara, catatan lapangan, foto, rekaman video,
dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya (Moleong, 2016:11). Studi
kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan topik atau masalah
penelitian dari buku ilmiah, laporan penelitian, karangan ilmiah, tesis dan disertasi, ensiklopedia,
dan sumber tertulis lainnya (M. Nazir, 2003:27).
Lokasi penelitian merujuk pada tempat di mana penelitian dilakukan. Lokasi penelitian
ditentukan berdasarkan keberadaan pelaku, tempat, dan kegiatan yang dapat diamati (Nasution,
2003:43). Pada penelitian ini, lokasi penelitian berada di kecamatan Banyuwangi, Kecamatan
Kalipuro, dan Kecamatan Sempu, di mana pelaku usaha pembuatan makanan khas Banyuwangi
"Bagiak" beroperasi. Sebelum memulai penelitian, langkah awal yang dilakukan adalah
observasi pendahuluan. Observasi ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang akan
digunakan dalam menulis latar belakang penelitian, merumuskan masalah, dan menentukan
tujuan penelitian. Selain itu, observasi pendahuluan juga memberikan gambaran dasar tentang
lokasi penelitian. Metode observasi pendahuluan melibatkan kunjungan ke lokasi penelitian dan
melakukan wawancara dengan pemilik dan pengelola perusahaan untuk mendapatkan informasi
awal tentang kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan masalah penelitian, seperti jenis-jenis
bahan yang digunakan dalam pembuatan Bagiak, makanan khas Banyuwangi. Menurut Moleong
(2016:132), informan adalah individu yang memiliki pengetahuan mendalam tentang latar
belakang penelitian. Informan digunakan oleh peneliti untuk memberikan informasi tentang
situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Informan harus memiliki pengalaman yang relevan
dengan latar belakang penelitian. Menurut Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2016:132),
informan membantu peneliti dalam memahami konteks penelitian secara lebih cepat dan teliti.
Selain itu, informan juga memungkinkan peneliti untuk memperoleh banyak informasi dalam
waktu singkat karena informan dapat berbicara, berdiskusi, atau membandingkan kejadian
dengan subjek lainnya (Bogdan dan Biklen, dalam Moleong, 2016:132). Peneliti menentukan
informan awal menggunakan metode purposive berdasarkan kriteria tertentu. Informan awal
dipilih karena mereka memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang objek penelitian,
sehingga peneliti menganggap mereka kredibel dan mampu menjawab pertanyaan penelitian.
Selanjutnya, informan tambahan ditentukan menggunakan metode snowball, di mana informan
direkomendasikan berdasarkan hasil dari informan sebelumnya
Hasil dan Pembahasan

A. Deskripsi Bagiak Oleh Oleh Khas Banyuwangi


Bagiak Oleh Oleh Khas Banyuwangi merupakan salah satu makanan tradisional yang terkenal
di Banyuwangi, Jawa Timur. Bagiak memiliki tekstur renyah dan rasa manis yang khas.
Makanan ini umumnya dibuat dengan menggunakan bahan-bahan alami yang mudah
ditemukan di sekitar daerah Banyuwangi. Untuk memberikan deskripsi yang lebih
komprehensif tentang Bagiak Oleh Oleh Khas Banyuwangi, penelitian ini melibatkan
pengumpulan data melalui observasi langsung, wawancara dengan pembuat Bagiak, untuk
mendapatkan informasi tentang cita rasa, aroma, tekstur, dan penampilan Bagiak. Hasil
deskripsi ini akan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang aspek-aspek penting dari
Bagiak Oleh Oleh Khas Banyuwangi.

B. Jenis Bahan Pembuatan Bagiak


Pada saat pembuatan bagiak memerlukan bahan – bahan diantaranya meliputi :
1. Tapioka Tapioka adalah salah satu jenis olahan yang menggunakan singkong sebagai
bahan bakunya. Proses pembuatan tapioka meliputi pencucian, pengupasan, pemarutan,
ekstraksi, penyaringan halus, pemurnian, pembasahan, dan pengeringan. Komposisi
nutrisi dalam tapioka lebih baik dibandingkan dengan tepung jagung, kentang, dan
gandum atau gandum. Selain itu, tapioka juga dapat digunakan sebagai bahan pengganti
pewarna putih (Tri dan Agusto, 1990).
2. Gula Penggunaan gula dalam adonan memiliki beberapa peran, seperti memberikan
nutrisi bagi ragi selama proses pendinginan, memberikan rasa dan aroma, memberikan
kemampuan bagi adonan untuk mengembang, membuat kulit roti menjadi bagus, dan
mengontrol waktu pengembangan adonan (Faridah, 2008). Gula juga memiliki peran
penting dalam pembuatan kue bagiak untuk memberikan cita rasa manis.
3. Garam Garam digunakan sebagai bumbu penting dalam makanan, bahan baku untuk
produksi logam natrium dan natrium hidroksida (yang digunakan dalam pembuatan
keramik, kaca, dan pupuk), serta sebagai bahan pengawet. Dalam pembuatan kue,
memiliki fungsi garam sebagai penambah rasa gurih, memperkuat rasa bahan lainnya,
dan mengontrol waktu penyelesaian adonan. Selain itu, garam juga memiliki efek
penyusut yang membuat pori-pori pada kue lebih kecil (Mulyono, 2009). Dalam
pembuatan kue bagiak, garam juga berperan dalam memberikan cita rasa gurih.
4. Kuning Telur Bebek Kuning telur bebek juga berfungsi sebagai pengawet alami. Semakin
banyak kuning telur yang digunakan, kue akan memiliki tekstur yang lebih padat dan
kaya. Sebaliknya, jika lebih banyak telur putih yang digunakan, kue akan lebih lembut
dan melekat di langit-langit mulut (Tarwotjo, 1998).
5. Telur Ayam Telur memiliki banyak keunggulan sebagai bahan makanan, termasuk
kandungan gizinya yang tinggi dan harganya yang lebih terjangkau dibandingkan dengan
sumber protein lainnya (Idayanti dkk., 2009). Penggunaan telur ayam dalam adonan
bagiak memberikan rasa yang lezat. Lemak dan protein dalam telur memberikan cita rasa
yang kaya dan tekstur yang lembut.
6. Margarin Fungsi margarin dalam pembuatan kue adalah untuk memperpanjang masa
simpan kue, meningkatkan nilai gizi, memberikan aroma pada kue, membuat kue terasa
lembut, dan memberikan rasa yang enak. Margarin juga membantu menjaga kelembaban
dalam kue yang sudah matang (Iriyanti, 2012).
7. Baking soda Baking soda adalah bahan pengembang yang terbuat dari campuran asam
dengan natrium bikarbonat yang ditambahkan air. Reaksi ini menghasilkan CO2 yang
terdispersi dalam air. Selama proses pemanggangan, CO2 bersama-sama dengan udara
dan uap air yang terperangkap dalam adonan akan membuat adonan mengembang,
menghasilkan tekstur kue yang berpori-pori (Winarno, 2008).
8. Susu Penggunaan susu bubuk lebih disukai daripada susu cair dalam pembuatan kue
kering. Susu dapat memperbaiki warna dan aroma kue, serta mengurangi penyerapan air.
Selain itu, susu juga berfungsi sebagai bahan pengisi untuk meningkatkan nilai gizi kue
yang dihasilkan (Labib, 1997).
C. Varian Rasa Pada Bagiak
Bagiak memiliki beberapa jenis varian rasa diantaranya ada keningar, coklat, wijen, susu,
susujahe, kacang, dan jahe.

Rasa Penjelasan

Keningar Kayu manis memiliki nama ilmiah Cinnamomum


burmanii Blume. Menurut Wijayanti (2011), kulit
batang kayu manis mengandung beberapa zat aktif
seperti eugenol, kalsium oksalat, safrol, saponin,
minyak atsiri, isoflavon, sinamaldehid, dan tanin yang
berperan dalam respon imun. Kulit kayu manis dapat
disajikan dalam bentuk bubuk, minyak atsiri cassia
vera, dan oleoresin (minyak damar). Menurut Suwarto
et al. (2014), bubuk kayu manis memiliki sifat yang
serupa dengan kulit kayu manis karena merupakan
produk lanjutan dari kulit kayu tersebut. Bubuk ini
mengandung minyak atsiri, memiliki rasa pedas, dan
mengandung bahan mineral serta senyawa organik
seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Bubuk kayu
manis diperoleh dengan menggiling kayu manis kering.
Kayu manis yang memiliki kadar air yang sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) dihaluskan
menjadi serbuk atau bubuk menggunakan alat chopper.
Kayu manis bubuk (keningar) memberikan aroma pada
pembuatan kue bagiak, tetapi sebaiknya ditambahkan
dalam proporsi yang sedikit. Jika terlalu banyak kayu
manis bubuk yang ditambahkan, rasa kue bagiak akan
menjadi pahit. Rasa pahit ini disebabkan oleh
kandungan senyawa polifenol dalam minyak atsiri
(Dian et al., 2015). Selama proses pembuatan Bagiak,
berbagai macam bahan Keningar digunakan oleh Pakar
Banyuwangi. Komponen utama yang memberikan
Bagiak individualitasnya yang unik adalah substansi di
dahinya. Untuk menciptakan tekstur dan rasa yang pas,
bahan-bahan ini dipilih dengan cermat. Misalnya, kayu
manis adalah bahan umum di dahi. Mayoritas produsen
bakak memilih kayu manis murni tanpa bahan lain
sebagai komponen keningar. Kayu manis dihancurkan
dan kemudian digiling hingga kehalusan yang sesuai.
Kayu manis akan digiling dan kemudian digunakan
sebagai topping untuk komponen tersebut. Melalui
perbincangan dengan pembuat Bagiak, dikumpulkan
informasi tentang jenis-jenis bahan yang digunakan
untuk membuat alis dalam penelitian ini. Detail tentang
fitur, aksesibilitas, dan penggunaan.
Coklat
Terbuat dari kakao, cokelat merupakan produk

makanan yang dapat dipadukan dengan bahan lain.

Pasta, bubuk, dan/atau mentega yang terbuat dari kakao

merupakan bahan baku yang dibutuhkan untuk

pembuatan cokelat (BPOM, 2017). Jenis coklat ada

bermacam-macam, seperti coklat susu, coklat putih,


dan coklat hitam menurut Rizza (2000). Cokelat hitam

dibuat menggunakan mentega atau pasta kakao, sedikit

gula, dan mungkin susu bubuk. Cokelat putih dibuat

dengan menggabungkan cocoa butter dengan susu

bubuk dan/atau sedikit gula. Sementara itu, cokelat

susu dibuat dengan menggabungkan pasta kakao,

mentega kakao, bubuk kakao, gula, dan susu bubuk

dalam jumlah yang cukup banyak. Menggunakan

sejenis dark chocolate bernama "dark chocolate",

Bagiak Oleh Khas Banyuwangi pun tercipta. cokelat

hitam

Wijen Wijen (Sesamun indicum) adalah tanaman herba


dengan batang lunak, memiliki tinggi sekitar 1-1,5
meter, dan bersifat musiman. Tanaman wijen berasal
dari Afrika dan dapat tumbuh di daerah tropis dan
subtropis. Wijen memiliki berbagai penggunaan yang
luas, seperti sebagai bahan baku minyak, rempah-
rempah, insektisida, obat-obatan, makanan, sabun, dan
lain sebagainya (Astawan, 2009). Biasanya biji wijen
digunakan dalam bentuk utuh, serbuk, pasta, atau
minyak. Wijen kaya akan kandungan minyak sehingga
dapat diekstraksi dengan cara "pressing" pada suhu
rendah atau tinggi. Biji wijen merupakan sumber
protein dan lemak yang baik, sehingga cocok untuk
diolah menjadi tepung dan minyak. Protein wijen
mengandung berbagai asam amino esensial dan non-
esensial. Asam amino yang dominan termasuk leusin,
valin, arginin, asam aspartat, asam glutamat, dan glisin.
Kandungan tinggi asam aspartat dan asam glutamat
berperan dalam menciptakan rasa gurih pada wijen,
terutama setelah disangrai (Astawan, 2009).
Dalam pembuatan Bagiak Oleh Oleh Khas
Banyuwangi, biji wijen disangrai. Setelah disangrai
atau dipanggang, rasa dan aroma wijen menjadi lebih
kuat dan menyerupai almond (Putri dan Kiki, 2018).
Terdapat beragam jenis susu dan produk susu, seperti
susu sapi, susu bubuk full cream, susu bubuk skim,
susu kultur, susu kental bergula (condensed milk), susu
kental tak bergula (evaporated milk), keju, kepala susu
(cream), dan yoghurt (Hutagalung dkk., 2007). Susu
bubuk dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu
susu bubuk berlemak (full cream milk powder), susu
bubuk rendah lemak (partly skim milk powder), dan
susu bubuk tanpa lemak (skim milk powder) (Astawan,
2005).
Susu Dalam pembuatan Bagiak Oleh Oleh Khas
Banyuwangi, digunakan jenis susu bubuk berlemak
(full cream milk powder) karena memberikan rasa yang
tidak pahit pada bagiak dan menambahkan cita rasa
creamy. Susu bubuk full cream mengandung 513 kalori
dan 3,5 g air. Kandungan lemak dalam susu bubuk full
cream adalah 30 g, sedangkan kandungan kalsiumnya
adalah 895 mg. Susu bubuk skim memiliki 359 kalori
dan kandungan air sebanyak 35 g. Susu ini
mengandung 0,1 g lemak dan 52 g karbohidrat.
Kandungan kalsium dalam susu bubuk skim adalah
yang tertinggi, yaitu 1300 mg (Hutagalung dkk., 2007).
Kacang Kacang tanah memiliki nama ilmiah Arachis hypogea
L. Buah kacang tanah memiliki bentuk polong dan
bijinya memiliki berbagai warna, seperti putih, merah,
ungu, dan kesumba. Berbagai jenis kacang-kacangan
dengan variasi warna, varietas, dan bentuknya memiliki
potensi besar untuk memberikan variasi dan zat gizi
dalam berbagai produk patiseri. Salah satu contoh
kacang-kacangan tersebut adalah kacang tanah. Kacang
tanah termasuk dalam kelompok tanaman palawija
yang tergolong dalam famili Fabaceae dan marga
Arachis (Sulistiono dan Purwanto, 2012). Tanaman ini
memiliki nilai ekonomi yang tinggi dalam agrobisnis,
dan di Indonesia, kacang tanah merupakan tanaman
pangan kedua yang paling penting setelah kedelai
(Sodakh dan Joroh, 2012).
Kacang tanah merupakan salah satu jenis kacang-
kacangan yang populer dikonsumsi oleh masyarakat.
Kacang tanah dapat diolah menjadi berbagai macam
produk, seperti kacang goreng, kacang bawang,
ampyang, enting-enting, dan rempeyek (Fachruddin,
2000:42). Meskipun demikian, pengolahan dan kreasi
kacang tanah dalam produk makanan, terutama dalam
bakery, masih terbatas. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang beragam
variasi produk bakery yang dapat dihasilkan dari
kacang tanah.
Pada pembuatan bagiak, kacang tanah juga digunakan
karena memberikan rasa manis dan aroma khas yang
berasal dari kacang tanah itu sendiri, serta
menghasilkan tekstur yang renyah. Selain itu, kacang
tanah juga memiliki manfaat yang baik bagi kesehatan
tubuh manusia karena mengandung berbagai zat gizi.
Kacang tanah merupakan sumber protein nabati, energi,
lemak, karbohidrat, kalsium, zat besi, dan vitamin B1
(Fachruddin, 2000:14).
Jahe Tanaman jahe berasal dari wilayah Indo-Malaya dan
tersebar di daerah Mediterania. Jahe digunakan sebagai
rempah, tanaman obat, dan suplemen makanan.
Tanaman ini termasuk dalam keluarga Zingiberaceae.
Rimpang jahe mengandung senyawa aktif seperti
gingerol dan shogaol, yang merupakan senyawa fenolik
(Artasya dan Parapasan, 2020). Jahe memiliki sifat
antimikroba yang berguna dalam menjaga kualitas
bahan makanan. Rimpang jahe mengandung berbagai
zat seperti minyak atsiri, zingiberon, zingiberin,
zingibetol, barneol, kamfer, folandren, sineol, gingerol,
serta vitamin (A, B, C), karbohidrat, damar, dan asam
organik seperti malat dan oksalat (Kawiji et al., 2011).
Di Indonesia, terdapat tiga jenis jahe yang sering
dibudidayakan, yaitu jahe putih kecil, jahe gajah, dan
jahe merah atau sunti. Dalam pembuatan bagiak khas
Banyuwangi, digunakan jahe merah. Jahe merah
merupakan salah satu jenis jahe yang digunakan dalam
pembuatan obat maupun sebagai penambah rasa
masakan (Kumalasari, 2018). Rimpang jahe merah
memiliki aroma tajam dan rasa yang sangat pedas. Hal
ini disebabkan oleh kandungan senyawa keton, seperti
zingeron. Jahe merah juga memiliki kandungan minyak
atsiri yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jahe
lainnya (Mariza dan Sunarsih, 2019).

D. Materi Keterkaitan IPA Terpadu


1. Zat aditif dan adiktif (K.D 3.6 4.6 kelas VIII)
Berbagai bahan tambahan yang digunakan dalam produksi makanan dan minuman,
termasuk bahan tambahan dan zat adiktif yang dapat mempengaruhi mutu dan keamanan
pangan diajarkan di sekolah menengah pertama dengan tujuan mencerdaskan siswa (F.
Fadhillah et al., 2016). Karena dapat berdampak pada kesehatan konsumen, penggunaan
bahan kimia dan zat adiktif dalam produksi Bagiak menjadi perhatian lain. Sementara
senyawa adiktif digunakan untuk menghasilkan efek adiktif, aditif digunakan untuk
meningkatkan rasa, warna, dan aroma makanan. Penggunaan bahan kimia dan zat adiktif
yang berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti masalah pencernaan,
alergi, dan bahkan peningkatan risiko kanker. Oleh karena itu, penyelidikan ini
dilakukan.
2. Klasifikasi Tumbuhan (K.D 3.2 4.2 kelas VII)
a. Kayu Manis/Cinnamomum burmanni (Bahan varian rasa Keningar)
Klasifikasi dari tanaman kayu manis menurut Agroteknologi, 2015 dalam Qomar
(2017) sebagai berikut:
1 Kingdom : Plantae
2 Divisi : Magnoliophyta
3 Class : Magnoliopsida
4 Ordo : Laurales
5 Famili : Lauraceae
6 Genus : Cinnamomum
7 Spesies : Cinnamomum burmanni

Kelompok tumbuhan rempah yang banyak dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional


antara lain kayu manis. Terdapat 12 spesies tanaman kayu manis (Cinnamomum sp.) di
Indonesia, dibandingkan dengan 54 spesies di seluruh dunia. Cinnamomum burmanni
(cassia vera) dari Indonesia, Cinnamomum zeylanicum dari Sri Lanka dan Seychelles,
dan Cinnamomum cassia dari China adalah tiga spesies paling terkenal yang tersedia di
seluruh dunia. Di Sumatera Barat, Jambi, dan Sumatera Utara, Indonesia, Cinnamomum
burmanni merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan. Kayu manis Cinnamomum
burmanni yang mendominasi pasar global terutama diproduksi di Indonesia (Aprianto,
2011). Jika dibandingkan dengan tanaman kayu manis lainnya di seluruh dunia, kayu
manis Indonesia memiliki kayu yang lebih tebal, yang merupakan keuntungan
(Rismunandar dan Paimin, 2001).
b. Taksonomi kakao (bahan varian rasa Cokelat)
Kakao merupakan satu-satunya di antara 22 jenis marga Theobroma, suku Sterculiaceae
yang diusahakan secara komersial. Menurut Tjitrosoepomo (1988) sistematika tanaman
ini sebagai berikut :
1 Kingdom : Plantae
2 Division : Spermatophyta
3 Sub-division : Angiospermae
4 Class : Dicotyledoneae
5 Sub-class : Dialypetalae
6 Order : Malvales
7 Family : Sterculiaceae
8 Genus : Theobroma
9 Species : Theobroma cacao L.

Menurut Wood & Lass (1975), ada tiga jenis kakao utama: criollo, forastero, dan
beberapa karakteristik criollo telah ditonjolkan. Ciri-ciri lain termasuk pertumbuhan yang
kurang kuat, hasil yang lebih sedikit daripada forastero, dan kerentanan relatif terhadap
hama dan penyakit. Kulit buah criollo kasar, bergelombang, dan memiliki lekukan yang
jelas. Kulit ini halus namun tebal, membuatnya mudah pecah. Dibandingkan dengan
forastero, kandungan lemak bijinya lebih rendah, tetapi lebih besar, lebih bulat, dan
memiliki rasa yang lebih khas. Dibandingkan dengan jenis forastero, masa fermentasi
benih lebih singkat. Kakao Criollo diklasifikasikan dalam kategori kakao rasa halus
sistem perdagangan, sedangkan kakao forastero diklasifikasikan dalam kategori kakao
curah.
c. Kacang tanah/Arachis hypogaea (bahan varian rasa Kacang)
Berasal dari lembah sungai Paraguay dan Panama di Amerika Selatan. Menurut
Suprapto (1998), di dalam dunia tumbuh-tumbuhan, kacang tanah diklasifikasikan
sebagai berikut :
1 Kingdom : Plantae
2 Divisi : Spermatophyte
3 Sub divisi : Anglospermae
4 Kelas : Dicotyleoneae
5 Ordo : Leguminales
6 Family : Papilonaceae
7 Genus : Arachis
8 Spesies dan jenis : Arachis hypogaea Linn.

Menurut Wood & Lass (1975), kakao dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu
criollo, forastero, dan beberapa sifat criollo telah disebutkan sebelumnya. Criollo
memiliki pertumbuhan yang kurang kuat, hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan
forastero, rentan terhadap hama dan penyakit, serta kulit buah criollo kasar, berbenjol-
benjol, dan memiliki alur-alur yang jelas. Kulitnya tebal tetapi lembut sehingga mudah
pecah. Kandungan lemak dalam biji criollo lebih rendah daripada forastero, namun
ukurannya besar, bulat, dan memberikan rasa yang khas. Proses fermentasi biji criollo
juga lebih singkat dibandingkan dengan tipe forastero. Dalam perdagangan kakao,
criollo termasuk dalam kelompok kakao mulia (fine flavoured), sedangkan forastero
termasuk dalam kelompok kakao biasa (bulk). Sedangkan kelompok kakao trinitario
merupakan hibrida antara criollo dan forastero. Morfologi dan fisiologi trinitario sangat
beragam, begitu pula dengan daya dan kualitas hasilnya. Dalam perdagangan,
kelompok trinitario dapat masuk ke dalam kategori kakao mulia atau biasa, tergantung
pada kualitas bijinya.
Biji kacang tanah memiliki bentuk yang agak bulat hingga lonjong dan dilapisi oleh
kulit biji yang tipis, yang bisa berwarna putih, merah, atau ungu. Di dalam biji terdapat
inti biji yang terdiri dari lembaga (embrio) dan putih telur (albumen). Biji kacang tanah
yang memiliki dua keping (dikotil) juga berfungsi sebagai alat reproduksi tanaman dan
sebagai bahan makanan. Biji kacang tanah hanya mengandung sedikit vitamin A dan
vitamin B, sedangkan vitamin lainnya tidak terdapat dalam biji kacang. Umumnya, biji
kacang tanah memiliki kandungan vitamin yang rendah, namun mengandung sekitar
27% protein dan 45% lemak (Rahmat, 1998).
d. Jahe/Zingiber officinale (bahan varian rasa Jahe merah)
Klasifikasi tanaman jahe (Zingiber officinale) menurut Harmono dan Handoko (2005)
adalah sebagai berikut :
1. Kingdom : Plantae
2. Divisi : Spermatophyta
3. Supdivisi : Angiospermae
4. Kelas : Monococtyledoneae
5. Ordo : Zingiberales
6. Famili : Zingiberaceae
7. Genus : Zingiber
8. Spesies : Zingiber officinale

Jahe merah (Zingiber officinale var rubrum) memiliki asal-usul dari wilayah Asia
Pasifik, mulai dari India hingga China. Kedua negara ini dianggap sebagai yang
pertama kali memanfaatkan jahe, terutama sebagai bahan minuman, bumbu masakan,
dan obat tradisional (Setiawan, 2015). Jahe merah, juga dikenal sebagai jahe sunti
(Zingiber officinale var rubrum), memiliki rimpang dengan bobot sekitar 0,5 - 0,7 kg
per rumpun. Struktur rimpang jahe merah terdiri dari lapisan-lapisan kecil dan daging
rimpangnya berwarna kuning kemerahan, dengan ukuran lebih kecil daripada jahe
kecil. Rimpang ini memiliki serat kasar dan memberikan rasa pedas serta aroma yang
sangat tajam. Diameter rimpangnya berkisar antara 4,2 - 4,3 cm dan tingginya sekitar
5,2 - 10,40 cm, dengan panjang rimpang mencapai 12,39 cm. Seperti halnya jahe kecil,
jahe merah juga dipanen setelah mencapai kematangan, dan memiliki kandungan
minyak atsiri yang lebih tinggi daripada jahe kecil, menjadikannya cocok untuk
penggunaan dalam ramuan obat tradisional (Setiawan, 2015). Tanaman jahe merah
(Zingiber officinale var rubrum) saat ini menyebar hingga ke wilayah tropis dan
subtropis, termasuk Indonesia. Jahe merah juga dikenal dengan sebutan jahe sunti.
Selain itu, terdapat berbagai nama lain untuk jahe dalam bahasa daerah di Indonesia,
seperti halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau),
jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa dan Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo),
geraka (Ternate), dan lain sebagainya (Setiawan, 2015).
e. Suhu dan Kalor (K.D 3.4 4.4 kelas VII)
Pada proses memasak dengan menggunakan oven, terjadi perpindahan panas atau kalor
melalui konduksi. Kalor merupakan energi panas yang dimiliki oleh suatu zat.
Umumnya, suhu sebuah benda digunakan sebagai indikator untuk mengukur jumlah
kalor yang terkandung dalam benda tersebut. Jika suhu tinggi, maka jumlah kalor
dalam benda tersebut juga besar, begitu pula sebaliknya jika suhu rendah maka jumlah
kalor yang terkandung dalam benda sedikit (Rohmah, 2015). Perpindahan kalor (heat
transfer) adalah bidang ilmu yang membahas tentang perpindahan energi akibat
perbedaan suhu antara benda atau material. Dalam termodinamika, energi yang
berpindah ini disebut dengan kalor (heat). Ilmu perpindahan kalor tidak hanya
menjelaskan bagaimana energi kalor berpindah dari satu benda ke benda lain, tetapi
juga dapat menghitung laju perpindahan yang terjadi dalam kondisi tertentu (M.
Firdaus, 2016). Panas atau kalor adalah bentuk energi yang berpindah karena adanya
perbedaan suhu. Panas atau kalor akan mengalir dari suhu tinggi ke suhu yang lebih
rendah. Proses perpindahan panas akan berhenti ketika kedua tempat tersebut mencapai
suhu yang sama (M. Firdaus, 2016). Perpindahan panas secara konduksi terjadi ketika
panas mengalir dari tempat dengan suhu tinggi ke tempat dengan suhu yang lebih
rendah, namun media perpindahan panas tetap sama. Proses perpindahan panas secara
konduksi tidak hanya terjadi pada benda padat, tetapi juga pada cairan dan gas.
Meskipun demikian, konduktivitas termasuk yang tertinggi terdapat pada benda padat.
Jika perpindahan panas konduksi terjadi pada gas, maka molekul-molekul gas dengan
suhu tinggi akan bergerak dengan kecepatan lebih tinggi daripada molekul gas dengan
suhu lebih rendah (Luqman Buchori, 2004).

Kesimpulan
Kue tradisional adalah kue yang berasal dari suatu daerah atau budaya tertentu
dan diwariskan dari generasi ke generasi. Kue tradisional juga seringkali menjadi bagian
penting dari identitas suatu masyarakat atau budaya dan dapat memperlihatkan adat
istiadat, nilai-nilai, serta kebiasaan masyarakat tersebut. Kue tradisional biasanya terbuat
dari bahan-bahan yang tersedia di daerah setempat dan diolah dengan resep dan teknik
tradisional yang telah diwariskan dari nenek moyang. Beberapa kue tradisional dapat
digunakan sebagai hidangan dalam acara adat atau upacara tertentu seperti saat perayaan
hari besar keagamaan atau pernikahan. Kue tradisional seringkali memiliki cita rasa yang
unik dan berbeda dengan kue-kue modern, sehingga dapat menjadi daya tarik wisata
kuliner bagi para wisatawan yang tertarik dengan kekayaan budaya dan kuliner suatu
daerah.
Salah satu produk makanan lokal khas Banyuwangi berbahan baku sagu yaitu
Bagiak. Kue Bagiak merupakan salah satu kue kering yang bersifat khas daerah di
Indonesia dan disukai berbagai kalangan, sehingga berpotensi mendukung sektor
pariwasata dalam bidang kuliner. Bagiak terbuat dari campuran tepung ketan, tepung
tapioka, margarin, koya, santan, gula, telur, dan bahan pengembang. Bagiak memiliki
beberapa jenis varian rasa diantaranya ada keningar, coklat, wijen, susu, susujahe,
kacang, dan jahe.

Daftar Pustaka
Deva Juniarti, 2021. Kearifan Lokal Makanan Tradisional: Tinjauan Etnis Dan Fungsinya
Dalam Masyarkat Suku Pasmah. Jurnal. Padang. Jurnal Bakaba, Volume 9,
Nomor 2, Desember, 2021: 44-53.
Dewi, Trisna K.S., (2011) “kearifan lokal ‘makanan tradisional’. Rekronstruksi naskah
ajwa dan fungsinya dalam masyarakat”, dalam jurnal manassa, vol. 1, No. 1.
Idayanti., S. Darmawati, U. Nurullita. 2009. Perbedaan Variasi Lama Simpan Telur
Ayam pada Penyimpanan Suhu Almari Es dengan Suhu Kamar terhadap Total
Mikroba. Jurnal Kesehatan 1(2): 19-26.
Marliyanti SA, Hastuti D, Sinaga T. 2013. Eco-Culinary Tourism in Indonesia. Di dalam:
Teguh F. Avenzora R, editor. Ecotourism and Sustainable Development in
Indonesia: The Potentials, Lessons and Best Practices. Jakarta (ID): Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Hlm. 251-301. Republik Indonesia.
Moleong, J. Lexy. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Narbuko, Drs. Cholid dan Drs. H. Abu Achmadi. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta:
PT Bumi Aksara
Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pambudi, S. dan S. B. Widjanarko. 2015. Pengaruh Proporsi Natrium Bikarbonat dan
Ammonium Bikarbonat Sebagai Bahan Pengembang Terhadap Karakteristik Kue
Bagiak. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3 (4): 1596- 1607.
Suhargo, M. C. N., A. Adib, A. W. Suhartono. 2014. Perancangan Redesain Kemasan
dan Promosi Bagiak Pelangi Sari Sebagai Buah Tangan Khas Banyuwangi. Jurnal
DKV Adiwarna, Universitas Kristen Petra. 1 (4): 1-12.

Anda mungkin juga menyukai