Anda di halaman 1dari 18

Kecimpring dan Rengginang: Kelezatan dan Keragaman Camilan

Tradisional Indonesia

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu :

H. Ustad Adil, SS., SHI., MH.

Disusun oleh :

Nurul Rahmi

NPM 230231030

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS WIDYATAMA

BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat karunia dan petunjuk-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul "Rengginang dan Kecimpring:
Kelezatan dan Keragaman Camilan Tradisional Indonesia” dengan waktu yang diprogramkan.

Dalam penyusunan makalah ini, saya ingin berterima kasih kepada banyak pihak yang
telah memberikan kontribusi mereka. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu saya yang telah memberikan panduan dan saran dalam pengembangan makalah ini.

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
pada program Sarjana Manajemen Universitas Widyatama. Selain itu sebagai bentuk
penjelajahan dua camilan tradisional Indonesia yang kaya akan sejarah dan budaya, yaitu
rengginang dan kecimpring. Saya berusaha untuk memberikan pemahaman yang komprehensif
tentang asal usul, bahan, proses pembuatan, variasi rasa, serta peran penting kedua camilan ini
dalam budaya kuliner Indonesia.

Saya berharap bahwa makalah ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat kepada
pembaca tentang kekayaan kuliner Indonesia dan merangsang minat untuk lebih mengenal,
menghargai, dan melestarikan tradisi makanan kita. Saya juga berharap bahwa makalah ini
dapat menjadi sumber referensi yang berguna bagi mereka yang ingin mendalami lebih lanjut
tentang rengginang dan kecimpring.

Saya sangat menyadari kelemahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan untuk perbaikan di masa
mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berdampak positif bagi peningkatan
kecintaan warisan tanah air juga dalam mempromosikan warisan kuliner Indonesia yang kaya
dan unik.

Bandung, 10 Oktober 2023

Penyusun
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang rengginang dan kecimpring,
dua camilan tradisional Indonesia yang memiliki nilai budaya dan kuliner yang signifikan.
Penelitian ini juga mengungkap asal usul, bahan, dan proses pembuatan rengginang dan
kecimpring yang unik. Saya juga menganalisis variasi rasa dan peran penting kedua camilan
ini dalam budaya kuliner Indonesia. Hasil penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih
dalam tentang kekayaan kuliner Indonesia dan potensinya dalam mempromosikan warisan
budaya dan ekonomi lokal.

Kesimpulannya, rengginang dan kecimpring bukan hanya camilan, tetapi juga cerminan
dari warisan budaya yang perlu dilestarikan. Penelitian ini memberikan wawasan yang
berharga tentang peran penting kedua camilan ini dalam budaya kuliner Indonesia, serta
menginspirasi untuk lebih menghargai dan menjaga keanekaragaman kuliner kita.

Kata Kunci: Rengginang dan kecimpring, asal usul, proses pembuatan.

Abstract

This research aims to delve deeper into rengginang and kecimpring, two traditional
Indonesian snacks with significant cultural and culinary value. The study also uncovers the
origins, ingredients, and unique production processes of rengginang and kecimpring.
Additionally, I analyze the flavor variations and the crucial roles these two snacks play in
Indonesian culinary culture. The results of this research provide a deeper understanding of
Indonesia's culinary richness and its potential in promoting cultural heritage and local
economies.

In conclusion, rengginang and kecimpring are not just snacks but also reflections of
cultural heritage that need preservation. This research offers valuable insights into the vital
roles of these two snacks in Indonesian culinary culture, inspiring a greater appreciation and
preservation of our culinary diversity.

Keywords: Rengginang and kecimpring, origin, manufacturing process


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2


ABSTRAK ............................................................................................................................................. 3
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 4
BAB I ...................................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 5
I.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 5
I.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 6
I.3 Tujuan dan Manfaat ............................................................................................................. 7
I.3.1 Tujuan Penelitian .............................................................................................................. 7
I.3.2 Manfaat Penelitian ............................................................................................................ 7
I.4 Prosedur Penelitian dan Analisis Data................................................................................ 8
I.4.1 Metode Penelitian.............................................................................................................. 8
I.4.2 Teknik Pengumpulan Data .............................................................................................. 8
I.4.3 Sumber Data ...................................................................................................................... 9
I.4.4 Sistematika Penulisan ....................................................................................................... 9
BAB II .................................................................................................................................................... 9
II.1 Teori Pelestarian Budaya ..................................................................................................... 9
BAB III................................................................................................................................................. 10
III.1 Sejarah dan Filosofi Rengginang ....................................................................................... 10
III.2 Sejarah dan Filosofi Kicimpring ....................................................................................... 11
III.3 Pengolahan dan Proses Pembuatan................................................................................... 12
III.4 Temuan Karakteristik Rengginang dan Kecimpring ...................................................... 14
III.5 Peran Rengginang dan Kecimpring .................................................................................. 16
BAB IV ................................................................................................................................................. 17
IV.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 17
IV.2 Saran .................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 18
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Dalam upaya pelestarian tidak akan lepas dari makanan yang merupakan komponen
budaya. Makanan tidak hanya sekedar untuk dikonsumsi tetapi menjadi media dalam menjalin
hubungan antara manusia dengan Tuhan, atau roh leluhur, atau hubungan manusia dengan
alam. Menurut (Syarifuddin dkk., 2017).

Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia.
Kebudayaan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Salah satu kebudayaan yang
dipertahankan adalah makanan tradisional. Menurut 4 Rosmayanti dkk (2019).

Rengginang dan kecimpring adalah dua camilan tradisional Indonesia yang telah lama
menjadi bagian integral dari budaya kuliner Indonesia. Kedua camilan ini memiliki sejarah
panjang dalam dunia kuliner Indonesia dan terus dinikmati oleh masyarakat sebagai camilan
yang lezat dan gurih. Meskipun keduanya merupakan camilan yang digoreng dan memiliki
bahan dasar beras, rengginang dan kecimpring memiliki ciri khas masing-masing dalam hal
bahan, rasa, dan cara pembuatannya.

Rengginang, yang sering disebut juga sebagai keripik beras, biasanya terbuat dari beras
ketan atau beras biasa yang dicampur dengan bumbu seperti garam, lada, dan bawang putih.
Adonan beras ini kemudian dibentuk menjadi bulatan tipis dan digoreng dalam minyak panas
hingga mengembang dan menjadi renyah. Rengginang memiliki variasi rasa yang beragam,
seperti rengginang pedas, rengginang manis, dan rengginang bawang, yang membuatnya cocok
untuk berbagai selera dan preferensi makanan.

Sementara itu, kecimpring adalah camilan yang lebih berfokus pada cita rasa asin dan
gurih. Kecimpring terbuat dari singkong yang diolah dengan gula, garam, cabe dan minyak
kelapa,. Adonan kecimpring kemudian dicetak menjadi bulat dan pipih sebelum digoreng
hingga garing. Camilan ini memiliki rasa yang khas, menggabungkan manis, pedas dan gurih,
sehingga cocok untuk camilan ringan atau sebagai cemilan saat bersantai.

Kedua camilan ini telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari masyarakat
Indonesia. Mereka tidak hanya tersedia di pasar tradisional, tetapi juga dijual di toko-toko
makanan khas dan warung-warung di seluruh negeri. Rengginang dan kecimpring juga sering
hadir dalam berbagai acara khusus, seperti perayaan dan festival, sebagai bagian dari tradisi
kuliner Indonesia yang kaya.

Dalam makalah ini, saya akan menjelajahi lebih lanjut tentang asal usul, proses
pembuatan, variasi rasa, serta peran penting rengginang dan kecimpring dalam budaya kuliner
Indonesia yang beragam dan kaya akan cita rasa.

I.2 Rumusan Masalah


Rengginang dan kecimpring adalah dua camilan tradisional Indonesia yang terbuat dari
beras dan digoreng hingga kering. Kerupuk rengginang adalah kerupuk yang dibuat dari bahan
dasar beras ketan (putih ataupun hitam) kerupuk rengginang dikonsumsi sebagai makanan kecil
teman minum teh atau kopi. Kerupuk rengginang biasanya berbentuk bundar, tebal, memiliki
cita rasa gurih, bertekstur renyah serta butiran-butiran beras ketannya masih nampak. (Rudy
Wahyono, 2003).

Di sisi lain, kecimpring adalah camilan yang terbuat dari singkong yang diolah dengan
bumbu seperti gula, garam, cabe dan minyak kelapa, kemudian dicetak menjadi bentuk bulat
dan pipih. Kecimpring sering memiliki rasa manis, pedas dan gurih yang khas. Kedua camilan
ini sering dijual di pasar tradisional, toko makanan khas, dan warung-warung di Indonesia,
serta menjadi bagian penting dari budaya kuliner Indonesia. Meskipun memiliki perbedaan
dalam bahan dan rasa, rengginang dan kecimpring adalah camilan yang sangat disukai dan
dihargai dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.

Adapun perumusan masalah tersebut dapat dilihat dibawah ini:

1. Bagaimana sejarah dan asal usul rengginang dan kecimpring sebagai camilan
tradisional Indonesia?
2. Apa saja bahan-bahan utama yang digunakan dalam pembuatan rengginang dan
kecimpring, dan bagaimana proses pembuatannya?
3. Apa perbedaan mendasar dalam bahan, rasa, dan karakteristik antara rengginang dan
kecimpring?
4. Bagaimana peran rengginang dan kecimpring dalam budaya kuliner Indonesia, dan
bagaimana kedua camilan ini menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari
masyarakat?
I.3 Tujuan dan Manfaat
I.3.1 Tujuan Penelitian
1. Mendokumentasikan Sejarah dan Budaya: Tujuan utama adalah untuk
mendokumentasikan sejarah, asal usul, dan budaya rengginang dan kecimpring
sebagai camilan tradisional Indonesia. Ini akan membantu melestarikan pengetahuan
tentang makanan tradisional yang mungkin terancam punah.
2. Pemahaman Mendalam: Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang
mendalam tentang bahan, proses pembuatan, variasi rasa, dan peran rengginang dan
kecimpring dalam budaya kuliner Indonesia.
3. Pembandingan dan Analisis: Melalui pembandingan antara rengginang dan
kecimpring, makalah ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan dan persamaan
antara kedua camilan ini, serta bagaimana mereka memenuhi berbagai preferensi
rasa.
4. Penghormatan terhadap Budaya Lokal: Makalah ini juga bertujuan untuk
menghormati dan mempromosikan budaya lokal Indonesia dengan menjelaskan
peran penting rengginang dan kecimpring dalam masyarakat Indonesia.
5. Pendidikan dan Apresiasi Publik: Tujuan lain adalah untuk memberikan
pengetahuan kepada pembaca, baik di dalam maupun di luar Indonesia, sehingga
mereka dapat lebih memahami dan menghargai kekayaan kuliner Indonesia.
6. Dengan demikian, makalah ini memiliki tujuan yang sangat penting dalam
melestarikan, mempromosikan, dan menghormati warisan kuliner Indonesia dalam
memahami potensinya pada pasar makanan global.

I.3.2 Manfaat Penelitian


a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan hasanah
keilmuan terkait Pendidikan Pancasila yakni kesadaran masyarakat tentang
keanekaragaman budaya Indonesia, terutama dalam konteks kuliner dan
memperkaya pemahaman tentang budaya lokal. Membantu dalam pelestarian
dan dokumentasi warisan kuliner Indonesia, sehingga tradisi dan resep-resep
tradisional tidak hilang dari generasi ke generasi.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar sebagai sumber daya
pendidikan yang berguna baik di tingkat sekolah maupun di institusi
pendidikan tinggi dalam membantu memahami lebih baik tentang kuliner
tradisional. Memberikan pengetahuan yang berguna bagi individu untuk
memasak dan menikmati rengginang dan kecimpring dengan lebih baik di
rumah.

I.4 Prosedur Penelitian dan Analisis Data


I.4.1 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan berdasarkan studi sejarah, dokumen online, wawancara
dan survey melalui sosial media pembuatan renginang dan kecimpring yang
terdapat di daerah kota Bandung. Dengan demikian metode studi kasus yaitu
memilih satu kasus yang terjadi berdasarkan penelitian online, mencari kontekstual
tentang kasus tersebut, mengumpulkan material yang banyak dan sumber – sumber
informasi yang banyak untuk mendapatkan gambaran kasus yang detail.

I.4.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Observasi
Menurut Riyanto (2010 : 96) observasi merupakan metode pengumpulan data
yang menggunakan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung.
b. Studi Pustaka
Secara teknis Studi Pustaka adalah proses pendalaman, penelaahan, dan
pengidentifikasian pengetahuan yang ada dalam kepustakaan (sumber bacaan,
buku – buku referensi atau hasil penelitian lainnya) yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti (Suryana dan Priatna, 2008).
c. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2005 : 82) dokumentasi berbentuk tulisan, gambar, dan karya.
Bentuk tulisan, seperti catatan harian, life histories, cerita, biografi, peraturan,
kebijakan dan lainnya. Bentuk gambar seperti foto, gambar hidup, sketsa dan
lainnya. Bentuk karya seperti karya seni berupa gambar, patung, film dan lainnya.
d. Wawancara
Menurut Moleong (2012, 186) wawancara adalah kegiatan melakukan
percakapan dengan maksud tertentu.
I.4.3 Sumber Data
Data merupakan hal yang esensial untuk menguak suatu permasalahan dan
diperlukan untuk menjawab masalah penelitian atau mengisi hipotesis yang sudah
dirumuskan. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Data Sekunder, data sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Data ini
dapat ditemukan dengan cepat (Sugiyono, 2017 : 225).
Sumber daring (online) saat ini makin berkembang, hingga literature yang dipakai
sebagai sumber data dalam bentuk format elektronik, seperti: e-paper, e-jurnal, e-
book, e-magazine, e-mail, e-interview, e-article dan e-library (Mulyawan, 2020 : 227).

I.4.4 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan berisi penjelasan mengenai isi setiap bab yang ditulis dan
dijelaskan oleh penulis di dalam penelitian.
Bab I Pendahuluan. Membahas mengenai gambaran umum penelitian yang berisi latar
belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan dan atau manfaat penelitian,
prosedur penelitian dan analisis data serta sistematika penulisan.
Bab II Kajian Pustaka terdiri dari : Landasan Teori. Bab ini menjelaskan informasi
mengenai teori-teori yang dipakai dalam penyusunan makalah.
Bab III Temuan dan Pembahasan.
Bab IV Kesimpulan dan saran.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

II.1 Teori Pelestarian Budaya


A.W. Widjaja (1986) mengartikan pelestarian sebagai kegiatan atau yang dilakukan
secara terus menerus, terarah dan terpadu guna mewujudkan tujuan tertentu yang
mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan abadi, bersifat dinamis, luwes, dan selektif
(Jacobus, 2006:115). Menurut Undang – undang Nomor 5 Tahun 2017 Pasal 4 tentang
pelestarian kebudayaan yaitu : Pemajuan kebudayaan memiliki tujuan untuk mengembangkan
nilai-nilai luhur budaya bangsa dan memperkaya keberagaman budaya.
Menurut Syarifuddin et al., (2017) makanan merupakan sebuah tradisi yang memiliki
peran acara ritual maupun upacara adat dan diolah dengan resep yang turun temurun dari
generasi kegenerasi. Makanan tradisional juga mencerminkan potensi daerah masing-masing
yang memiliki ciri kedaerahan, spesifik, dan beraneka raga (Arsyalizi & Paryoto,2020).
Pelestarian makanan tradisional merupakan suatu upaya untuk membuat suatu produk agar
tidak berubah dan dapat didefinisikan sebagai upaya untuk mempertahankan produk tersebut
(Reny Triwardani, 2019).
Pada kasus disini salah satu makanan tradisional di Indonesia yang masih dilestarikan
sebagai warisan budaya adalah rengginang dan sudah banyak dilestarikan dengan berbagai
pengolahan dan cita rasa yang lebih berinovasi agar tetap disukai dan digandrungi oleh
masyarakat.
II.2 Teori Sosiologi Kuliner

Makanan atau kebiasaan makan merupakan suatu produk budaya yang berhubungan
dengan sistim tingkah laku dan tindakan yang terpola (sistim sosial) dari suatu komunitas
masyarakat tertentu. Sedangkan makanan yang merupakan produk pangan sangat tergantung
dari faktor pertanian di daerah tersebut dan merupakan produk dari budaya juga. Dengan
demikian pengaruh budaya terhadap pangan atau makanan sangat tergantung kepada sistim
sosial kemasyarakatan dan merupakan hak asasi yang paling dasar (Khairunnisa : 2021).

Kedua produk makanan disini merupakan makanan yang paling sering dikonsumsi oleh
masyarakat daerah Jawa Barat dikarenakan sumber bahan baku utama pembuatannya
merupakan hasil pertanian yang subur di daerah Jawa Barat yaitu singkong dan beras ketan.

Teori sosiologi kuliner pun mengakui bahwa makanan yang kita konsumsi tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa dan gizi, tetapi juga oleh faktor sosial seperti budaya,
norma, nilai, dan identitas. Masyarakat memilih makanan berdasarkan pengaruh sosial yang
mereka rasakan.

BAB III
TEMUAN dan PEMBAHASAN

III.1 Sejarah dan Filosofi Rengginang


Gambar I.1

Diceritakan bahwa zaman dahulu ada masyarakat yang sebelumnya berniat untuk
membuat tape ketan, namun karena ragi sebagai bahan utama habis, akhirnya mereka
memutuskan untuk membentuk adonan beras ketan yang telah direbus menjadi bulat dan rata,
menjemurnya sampai kering, lalu digoreng.

Sejak itulah, istilah ranginang berubah menjadi rengginang dan mulai dikenal luas oleh
masyarakat Indonesia. Saat ini, rengginang hampir dapat ditemukan di setiap daerah.
Rengginang sebetulnya berasal dari tanah Sunda, yaitu Jawa Barat dan Banten. Setelahnya
barulah rengginang mulai dikembangkan pula oleh masyarakat Betawi, seluruh Jawa, dan
daerah lainnya di Indonesia.

Dikenal sebagai simbol persatuan dan kemakmuran, rengginang memang selalu


mencuri perhatian. Karena terbuat dari beras ketan yang lengket satu sama lain dan tak mudah
terpisahkan maka munculan filosofi bahwa rengginang adalah simbol persatuan. Selanjutnya,
simbol kemakmuran ada pada rengginang karena baik beras maupun ketan sama-sama
membawa kemakmuran bagi manusia sebagai sumber utama kehidupan, terutama di Indonesia.

III.2 Sejarah dan Filosofi Kicimpring

Gambar I.2
Kicimpring atau sering disebut sebagai kecimpring adalah olahan makanan yang terbuat
dari olahan singkong, yang mana memiliki variasi rasa yang beragam, dari mulai rasa gurih,
asin, manis, pedas, dan merambah ke rasa rasa yang lainnya (Wikipedia, 2023).
Kecimpring adalah makanan kudapan berupa keripik yang sangat tipis dan dibuat
darisingkong (Tjahjadi 1989). Asal usul nama kicimpring berasal dari nama bahasa Sunda
“cempring” yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti pipih tipis atau pipih.
III.3 Pengolahan dan Proses Pembuatan
Kecimpring Rengginang
Bahan: Bahan :
• 500 gram singkong , di kupas, diparut
• 250 gram beras ketan yang sudah
• 3 siung bawang putih, dihaluskan
direndam semalam.
• 4 batang daun bawang, diiris halus
• 1 sendok teh bawang putih halus
• 5 buah cabe keriting, dihaluskan
• 12 sendok teh terasi
• Gula pasir secukupnya
• 1/2 sendok teh garam
• Garam secukupnya
• 125 ml air mendidih
• Minyak goreng secukupnya, untuk
menggoreng • Minyak secukupnya

Cara Pengolahan : Cara Pengolahan:


• Siapkan wadah lalu masukkan singkong • Kukus beras ketan 25 menit.
yang sudah diparut, cabe, penyedap • Campur dengan bawang, terasi,
rasa, daun bawang, gula pasir serta garam. air mendidih. Aduk-aduk
garam dan diaduk sampai rata. sampai keing.
• Setelah itu ambil adonan secukupnya • Kukus setengah jam sampai matang.
lalu bentuk bulatan dan dipipihkan • Bentuk bulat gepeng. Cetak dengan
secara tipis. Lakukanlah sampai adonan cetakan ring. Keringkan dengan
habis. dijemur.
• Berikutnya kukus semua adonan yang • Goreng dengan api besar. Balik
sudah dibentuk selama 7 menit, lalu sehingga beras ketannya mekar besar.
angkat. • Tiriskan dari minyak dan rengginang
• Jemur semua adonan yang sudah siap untuk dinikmati.
dikukus sampai benar-benar kering,
selama 3 hari.
• Gorenglah adonan kecimpring kedalam
minyak goreng panas sampai matang
dan renyah, angkat dan tiriskan.

Table I.1

Table I.1
Gambar I.3 Bahan – bahan Kecimpring Gambar I.4 Bahan – bahan Rengginang
(Sumber : Muhammad Akbar Dwisatrio, Yayah (Sumber : Trans7 Official youtube, 2019)
Rukiah, Khikmah Susanti., 2021)

Gambar I.5 Pencetakan dan Penjemuran


(Sumber : Muhammad Akbar Dwisatrio, Yayah Gambar 1.6 Pencetakan Rengginang
Rukiah, Khikmah Susanti., 2021) (Sumber : Blog_Priwit.com)

Gambar I.7 Kecimpring yang sudah kering


(Sumber : Muhammad Akbar Dwisatrio, Yayah Gambar 1.8 Rengginang yang sudah kering
Rukiah, Khikmah Susanti., 2021) (Sumber : Koleksi pribadi)
Gambar 1.9 Kecimpring siap dinikmati Gambar 1.10 Rengginang siap dinikmati
(Sumber : Shoppee) (Sumber : Koleksi Pribadi)
Table I.1

III.4 Temuan Karakteristik Rengginang dan Kecimpring

Karakteristik produk merupakan suatu ciri khas dari produk yang dibuat dan salah satu
prinsip pemasaran (Vander Schee, 2012; Fearon et al., 2021). Karakteristik varian produk juga
dapat mempengaruhi keputusan pembeli dalam memilih suatu produk (Nurrahman & Utama,
2016; by Madzik & Hrnciar, 2015). Dari kedua makanan tradisional tersebut dapat saya
kemukakan terkait temuan dan karakteristiknya sebagai berikut:
Temuan Bahan Utama :
Pada pembuatan rengginang bahan utama yang
digunakan yaitu Beras Ketan dan Beras.
Temuan Bahan Utama : Perbedaannya terdapat pada tekstur yang
Pada pembuatan kecimpring bahan utama dihasilkan. Rengginang yang terbuat dari beras
yang digunakan yaitu Singkong. ketan menghasilkan tekstur yang lebih porus dan
halus di mulut, sedangkan rengginang yang
terbuat dari beras biasa menghasilkan tekstur
yang kurang porus dan agak kasar di mulut.
Temuan Rasa : Temuan Rasa :
Pada dasarnya rasa kecimpring gurih namun Pada dasarnya rasa rengginang asin dan gurih,
ada yang pedasnya terasa ada yang tidak namun seiring dengan temuan inovasi terbaru
terasa. ada beberapa rengginang yang manis.
Karakteristik : Karakteristik :
Karakteristik produk lebih gurih dan pedas Karakteristik produk cenderung gurih dan ada
dengan tekstur renyah biasanya ukurannya beberapa varian rasa, tekstur yang renyah dan
bervariasi namun banyak dikenal yang butiran ketannya tampak. Karakteristik lain
ukuran besar. yang diperhatikan pada rengginang yaitu tingkat
volume pengembangan, kekerasan atau
kerenyahan, aroma dan rasa. (Hidayat &
Yaskun, 2019 : 323)
Proses Pembuatan Proses Pembuatan
Pengukusan, pencetakan, penjemuran dan Perendaman, pengukusan, pencetakan,
penggorengan. penjemuran dan penggorengan.

Table I.2
Bahan baku Bahan baku atau barang mentah adalah bahan yang dibeli dan digunakan
dalam membuat produk akhir barang jadi yang akan dijual kepada konsumen (Wikipedia,
2023). Pada pembuatan rengginang maupun kecimpring bahan baku utama yang diolah
merupakan bahan baku khas Indonesia dan mudah ditemukan dimasyarakat. Rengginang
sendiri menggunakan bahan baku beras ketan atau beras biasa, sedangkan pada pengolahan
kecimpring menggunakan bahan baku singkong.
Proses pembuatan rengginang awalnya harus melalui tahap perendaman. Proses ini
dilakukan agar beras ketan yang akan digunakan tidak terlalu keras saat pengolahan Apabila
waktu perendaman beras yang dilakukan kurang atau tidak dilakukan perendaman sebelum
pemanasan kering, maka dapat menyebabkan pemasakan hanya di lapisan luar biji beras ketan
saja sehingga tidak mampu menghasilkan rengginang dengan baik (antar butiran beras ketan
tidak kompak). Perendaman beras ketan dilakukan selama 24 jam. (Hidayat dan Yaskun., 2019
: 325)
Dillihat dari masing – masing proses pembuatannya maka dapat ditemukan bahwa
kedua makanan tersebut menggunakan teknik pengukusan dimana dalam proses pengukusan
rengginang digunakan agar beras ketan yang akan diolah dapat dicetak dan memiliki tekstur
yang lembek agar memudahkan proses pengolahan.
Pada proses pengukusan singkong untuk pembuatan kecimpring dilakukan agar
singkong yang akan diolah mudah untuk dicetak dan dipipihkan sehingga ketika dijemur
kecimpring memiliki bentuk tipis dan melebar.
Selanjutnya pada proses pencetakan dilakukan agar produk yang dihasilkan seragam
dan memperoleh ukuran yang sama besarnya. Untuk produk rengginang sendiri biasanya
dicetak agak tebal berbeda dengan kecimpring yang dicetak tipis.
Proses pengolahan dari kedua produk tersebut yang terpenting adalah pada bagian
penjemuran atau pengeringan. Pengeringan merupakan suatu cara untuk mengeluarkan atau
menghilangkan Sebagian besar air dari suatu bahan padat dengan cara menguapkan sebagian
besar air yang dikandungnya dengan menggunakan energi panas (Hidayat dan Yaskun, 2019 :
326).
Dalam proses pengeringan atau penjemuran sendiri, pada masing – masing
pengolahannya masih menggunakan teknik tradisional yaitu, dengan menjemur kedua produk
dibawah sinar matahari langsung. Untuk jangka waktunya disesuaikan dengan kondisi cuaca,
apabila sedang panas terik bisa saja hanya 2 hari, namun apabila cuaca tidak mendukung maka
produk bisa lebih lama proses penjemurannya dan mengakibatkan produk yang dihasilkan tidak
akan mengembang maksimal pada saat penggorengan. Berdasarkan teknik pengolahan
renginang Bu Uju.

III.5 Peran Rengginang dan Kecimpring


Rengginang dan kecimpring adalah camilan tradisional yang sering disantap sebagai
cemilan ringan. Masyarakat Indonesia menyukai camilan ini karena rasa gurih, manis, dan
pedas yang mereka tawarkan. Kedua produk makanan diatas merupakan warisan dari budaya
kuliner di Indonesia. Rengginang dan kecimpring sering digunakan sebagai makanan pengiring
dalam berbagai acara, seperti perayaan, pertemuan keluarga, dan upacara adat. Mereka
menambah kelezatan hidangan dan memainkan peran penting dalam menciptakan atmosfer
kekeluargaan dalam berbudaya.
Peran lain yang dihasilkan dari produksi rengginang dan kecimpring tidak luput dari
terciptanya lapangan kerja sebagai penggerak ekonomi lokal. Hal ini turut membantu
mempromosikan keberlanjutan ekonomi di tingkat daerah. Oleh karena itu produksi
rengginang dan kecimpring banyak ditemukan di daerah – daerah terpencil sebagai bentuk
pelestarian kuliner dan budaya juga sebagai lahan mata pencaharian.
BAB IV
KESIMPULAN dan SARAN

IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dalam pembuatan rengginang dan kecimpring dapat
disimpulkan bahwa kedua kuliner khas Indonesia ini memiliki peran penting dalam pelestarian
kebudayaan kuliner yang telah dilakukan secara turun temurun. Dalam
pengimplementasiannya dapat kita sadari bahwa kedua produk ini termasuk bentuk aplikasi
kemasyarakatan dalam mengimani sila ke-3 Pancasila. Pada sila ke-3 Pancasila yang berbunyi
“Persatuan Indonesia” dimana kita sebagai masyarakat yang berpedoman kepada Pancasila
harus bersatu.
Dengan berbagai keberagaman suku, bahasa, budaya dan kuliner semakin menyadarkan
kepada masyarakat bahwa negara kita kaya akan perbedaan namun kita tetap bisa bersatu dan
rukun. Ini mencerminkan bagaimana makanan dapat menjadi titik persatuan dalam keragaman
budaya. Pembuatan rengginang dan kecimpring sering melibatkan beragam bumbu dan rasa
dengan menciptakan inovasi baru dalam pembuatannya di berbagai daerah, sehingga membuat
kedua makanan tersebut tetap dikenali dan diminati masyarakat.
Dalam produksi kecimpring dan rengginang tidak luput pada tujuan negara Indonesia
yaitu, turut memajukan UMKM sebagai sektor penggerak ekonomi agar terciptanya
keseimbangan ekonomi di wilayah – wilayah pedesaan. Pada pembuatan kedua produk ini pun
dapat membantu ekonomi lokal dengan dibukanya lapangan kerja dan komunitas daerah.
Makalah ini mendukung Sila ke-3 Pancasila dengan menekankan pentingnya persatuan dalam
keragaman kuliner dan budaya Indonesia.

IV.2 Saran
Menggali lebih dalam tentang warisan budaya kuliner Indonesia dengan melibatkan
partisipasi komunitas agar dapat berkolaborasi dengan industri kuliner di derah lokal dalam
mendukung dan mempromosikan kekayaan budaya Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Almira, V. R. (2018). Cara Membuat Kecimrping Singkong. Budaya Indonesia, 1.


Apasih.web.id. (2021). Mengupas Asal Usul Rengginang. Asal Usul Rengginang, 1.
Azzaroh, F. (2022). Inovasi Kerupuk Rengginang Sebagai Upaya Peningkatan Potensi Usaha Mikro
Kecil Menengah di Desa Cidokom . Pengabdian kepada masyarakat, 15.
DR. H. Mukyawan Safwandy Nugraha, M. M. (2020). Metode Penelitian Pendekatan Multidisipliner
. Gorontalo: Ideas Publishing.
Fatmala, I. (2021). Pelestarian Produk Tradisional Rengginang Ketan di Sukolilo. 2.
Hijratur, T. (2023). Musyawarah: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol.I No.3.
Imam Gunawan, S. M. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. In Metode Penelitian Kualitatif: Teori
dan Praktik (p. 178). Jakarta: Bumi Aksara Publisher.
Rodiah, S. (2018). KICIMPRING. Budaya Indonesia, 1.
Sugih Barokah Muhamad, E. N. (2017). Karakteristik Kecimpring . Jurnal Perikanan dan Kelautan
Vol.VIII Fortifikasi Daging Nila Terhadap Karakteristik Organoleptik dan Kimia
Kecimpring, 175.
Taufik, I. ( 2012). Cara Membuat Rengginang. Budaya Indonesia, 1.

Anda mungkin juga menyukai