Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KIMIA PANGAN HASIL PERTANIAN


PANGAN TRADISIONAL BERBASIS BUDAYA (SERABI)

Dosen Pengampu :
Dr. Dewi Fortuna Ayu, S.TP., M.Si

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5

Anggi Wulandari (2106110587)


Bihal Bifadlika (2106114037)
Faldi Dwi Permana (2106134699)
Jasmin Khaidira Nurfatihah (2106125775)
Lailatul Rahmi (2106113469)
Sindi Payoga (2106125763)
Yuan Afdelia Putri (2106125759)

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, karunia
serta kasih sayang-Nya kami mahasiswa dapat menyelesaikan makalah berjudul Pangan
Tradisional Berbasis Budaya (Serabi) dengan sebaik mungkin. Sholawat serta salam
semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Kami ucapkan terima kasih
kepada Ibu Dr. Dewi Fortuna Ayu, S.TP., M.Si selaku dosen mata kuliah Kimia Pangan
dan Hasil Pertanian.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Pangan dan
Hasil Pertanian. Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang serabi
sebagai pangan tradisional bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Penulisan makalah
ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan
materi pembahasan maupun dengan teknik pengetikan, walaupun demikian inilah usaha
maksimal kami selaku para penulis usahakan. Semoga dalam makalah ini para pembaca
dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun
dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Pekanbaru, 20 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 3
1.3 Tujuan ................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 4
2.1 Sejarah Serabi ....................................................................................................... 4
2.2 Jenis-jenis Serabi .................................................................................................. 4
2.3 Bahan Penyusun Serabi ........................................................................................ 9
2.4 Cara Pembuatan Serabi ....................................................................................... 11
2.5 Kandungan Nutrisi dan Manfaat Serabi ............................................................ 12
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 13
3.1 Saran ................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makanan tradisional mewakili rasa kesenangan yang telah menjadi budaya,
kepercayaan, identitas serta merupakan simbol warisan kekayaan budaya daerah tertentu
(Yulia et al., 2018). Makanan tradisional merupakan wujud budaya yang berciri
kedaerahan, spesifik, beraneka macam dan jenis yang mencerminkan potensi alam
daerah masing-masing. Makanan tradisional juga menjadi potensi Indonesia dan sebagai
pembeda dengan negara lain.
Makanan tradisional dapat didefinisikan sebagai makanan, termasuk jajanan serta
bahan campuran atau ingredients yang digunakan secara tradisional, dan telah lama
berkembang secara spesifik di daerah. Makanan tradisional diolah dari resep-resep yang
telah lama dikenal oleh masyarakat setempat dengan sumber bahan lokal serta memiliki
citarasa yang relatif sesuai dengan selera masyarakat setempat. Makanan tradisional
menekankan adanya penggunaan bahan baku lokal dan itu sangat penting karena erat
kaitannya dengan ketahanan pangan.
Makanan tidak hanya sebagai sarana untuk pemenuhan kebutuhan gizi seseorang.
Makanan juga berguna untuk mempertahankan hubungan antar manusia, simbol
identitas suatu masyarakat tertentu, dan dapat pula dijual dan dipromosikan untuk
menunjang pariwisata yang dapat mendukung pendapatan suatu daerah. Berbagai
daerah di Indonesia mempunyai beranekaragam masakan, jajanan, dan minuman
tradisional yang telah lama berkembang secara spesifik di setiap daerah.
Makanan pada dasarnya dipengaruhi oleh ketersediaan bahan mentah dari alam
sekitar, sehingga setiap daerah memiliki ciri khas makanannya masing- masing.
Misalnya, makanan di daerah pegunungan dengan di daerah pesisir pantai. Daerah
pegunungan memiliki ketersediaan bahan makanan berupa variasi jenis tumbuhan yang
dominan, sebaliknya di daerah pantai ketersediaan bahan makanan lebih dominan
dengan variasi ikan (Haryono, 2013). Jawa Barat memiliki berbagai makanan
tradisional yang mempunyai nilai gizi yang sangat tinggi, salah satunya yaitu serabi.
Serabi merupakan salah satu makanan tradisional yang telah ada semenjak tahun
1900-an. Serabi dalam sejarahnya, pertama kali berasal dari Jawa Barat dan kata serabi

1
berasal dari bahasa Sunda yaitu surabi (Ayu, 2014). Serabi adalah penganan berbentuk
bundar pipih berpori-pori, dibuat dari adonan tepung beras, santan, dan ragi. Serabi
terbuat dari santan kelapa yang dicampur dengan sedikit tepung, menjadikannya
bercitarasa gurih. Serabi dimasak menggunakan wajan kecil dan dipanggang diatas
arang.
Serabi digemari oleh masyarakat karena rasanya yang manis dan gurih serta
teksturnya yang lembut. Sekarang serabi bukan hanya jajan pasar semata, tetapi serabi
sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Banyak orang yang menyukainya, serabi juga
bisa tampil modern dengan berbagai toping pilihan tetapi tidak meninggalkan nilai
kuliner tradisionalnya. Serabi juga bisa diberi taburan berupa potongan pisang, nangka
atau bahkan meses dan keju bila suka.
Serabi memang banyak dikenal dari Bandung, Jawa Barat, tetapi pada kenyataanya
serabi juga ada di Bali, Minang dan daerah lain di penjuru Nusantara. Serabi dari
berbagai daerah dibuat dengan bahan dasar pembuat yang sama yaitu tepung dan santan
kelapa, yang berbeda hanya penambahan toping dan sausnya. Hingga saat ini belum ada
yang bisa memastikan darimana kue serabi berasal. Kemungkinan terbesar bahwa kue
serabi ini merupakan modifikasi dari kuliner yang dibawa oleh orang asing ke Indonesia
pada jaman dahulu.
Serabi khas Jawa memiliki rasa gurih dan manis tanpa diberi topping diatasnya. Ada
dua jenis serabi Jawa yaitu, serabi kering dan serabi basah. Kedua jenis serabi ini
memiliki perbedaan pada saat memasaknya, serabi kering tidak ditambah kuah
diatasnya sedangkan serabi basah saat dimasak kuah santan di tuangkan diatasnya
sehingga terlihat basah dan ada kuah kental di atasnya.
Serabi serupa dengan pancake (pannekoek /pannenkoek) namun terbuat dari tepung
beras dan diberi kuah cair yang manis. Kuah ini bervariasi menurut daerah di Indonesia.
Kuah serabi yang sangat bervariasi ini disebut dengan kinca. Kue serabi banyak
dijajakan pada pagi hari, sehingga kue ini banyak dimanfaat untuk hidangan makan pagi
sebagai pengganti sarapan (Paryoto, 2019). Kue serabi banyak dikonsumsi sebagai
makanan yang disajikan pada pagi hari atau sebagai makanan pagi (sarapan).
Bermacam-macam serabi yang dijajakan bahan utamanya dominan tepung beras dan
ada yang dikombinasi dengan tepung terigu atau tepung sagu (pati) sehingga kandungan
serat masih sedikit. Kebutuhan serat makanan dalam tubuh sangat penting, secara awam

2
bahwa serat pangan berguna untuk memperlancar pencernaan, namun di dalam
percernaan terdapat manfaat lainnya bagi kesehatan. Zat gizi yang terdapat dalam kue
serabi yang biasa dikonsumsi dominan adalah karbohidrat atau zat tepung.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam pembahasan makalah
ini yaitu:
1. Bagaimana asal-usul dan sejarah serabi?
2. Bagaimana jenis-jenis dan variasi serabi?
3. Apa saja bahan penyusun serabi?
4. Bagaimana cara pembuatan serabi?
5. Bagaimana kandungan nutrisi dan manfaat serabi?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui sejarah serabi.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis serabi.
3. Untuk mengetahui bahan penyusun serabi.
4. Untuk mengetahui cara pembuatan serabi.
5. Untuk mengetahui kandungan nutrisi dan manfaat serabi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Serabi


Serabi merupakan jajanan pasar tradisional yang berasal dari Indonesia. Serabi
berasal dari bahasa Jawa yang berinduk dasar dari kata "rabi" yang dalam bahasa Jawa
berarti "kawin". Kata tersebut diambil karena proses pembuatannya yang cukup
sebentar dan tidak terlalu lama maka orang Jawa menyebutnya dengan kata "serabi"
(seperti waktu proses sekali kawin). Di Jawa Barat serabi dikenal dengan nama surabi
atau sorabi. Serabi berasal dari bahasa sunda yaitu “sura” yang berarti besar.
Serabi atau surabi adalah salah satu makanan ringan atau jajanan pasar yang
berasal dari Indonesia dan menjadi idola sejak diciptakan tahun 1923 silam. Surabi
dinyatakan sebagai makanan tradisional khas jawa karena lebih populer di pulau ini.
Surabi memiliki bentuk yang mirip dengan pancake namun lebih kecil dan tebal. Surabi
umumnya terbuat dari tepung beras atau terigu yang dibakar dengan menggunakan alat
tradisional yaitu tungku dan cetakan dari tanah liat (Ayu, 2014).
Kue serabi memiliki kuah atau saus yang terbuat dari gula jawa sesuai dengan
cita rasa nusantara. Serabi sudah dikenal sejak Kerajaan Mataram. Serabi beberapa kali
disebut dalam Serat Centhini, yang ditulis para pujangga keraton Surakarta selama
1814-1823 atas perintah Pakubuwana V, sebagai sesaji dalam prosesi ijab atau
pernikahan. Dikisahkan dalam Serat Centini bahwa Ni Sumbaling dan Ni Centhini
sajikan serabi seusai subuh. Kebiasaan ini masih banyak dilakukan di beberapa daerah
seperti di daerah Rengel, Jawa Timur, serabi disajikan sebagai santapan di pagi hari.

2.2 Jenis – Jenis Serabi


Serabi yang umumnya dikenal yaitu serabi yang berasal dari Bandung dan Solo.
Serabi tersebar di berbagai penjuru Indonesia, sehingga menghasilkan variasi serabi
yang khas dari masing-masing daerah. Berikut merupakan jenis-jenis serabi yang ada di
Indonesia:
a. Serabi Bandung
Serabi bandung sendiri memiliki tekstur yang empuk di semua bagiannya dan
warna agak gosong di bagian bawah menjadikan kudapan ini favorit dan biasa

4
dimakan saat sarapan pagi.surabi ini dibuat dari tepung terigu, telur, air kelapa yang
memang nggak kalah ngenyangin dari nasi. Surabi ini konon hanya disajikan untuk
hidangan raja dan keluarga bangsawan pada hari-hari besar saja. Surabi ini hanya
punya dua macam rasa, yakni pedas-gurih.
Serabi Bandung disajikan menggunakan topping oncom atau manis-legit dengan
siraman kuah kinca atau gula merah. Namun sekarang serabi Bandung bisa
dinikmati dengan berbagai topping kekinian yang enak dan bikin nagih. Topping
yang bisa digunakan yaitu cokelat-keju, matcha, dan masih banyak lagi.

Gambar 1. Serabi Bandung

b. Serabi Jakarta (Kue Ape)


Berbeda dengan surabi Bandung biasanya kue ape ini berwarna hijau. Sekilas
agak mirip serabi solo yang bagian pinggirannya kering, namun kue ape punya ciri
khas bagian tengah yang menggembung. Kue ape yang mempunyai tampilan warna
kehijauan ini tidak diberi topping apapun, meski begitu cita rasa kue ape tetap
nikmat seperti serabi dari daerah lainnya.

Gambar 2. Kue ape

5
c. Serabi Notosuman Solo
Varian selanjutnya ada serabi Solo yang merupakan salah satu penganan khas
Solo, Jawa Tengah. Adonan dan cara memasaknya hampir sama tapi rasanya lebih
legit dari surabi Bandung dan biasanya di taburi topping taburan meses atau keju.
Tekstur pinggir serabi Solo lebih garing dari kue ape dan biasanya serabi Solo di
gulung di dalam daun pisang.
Serabi Solo dibuat dengan tepung beras, gula, garam, dan santan. Perpaduan
rasanya lebih legit dari serabi Bandung, sehingga disantap begitu saja pun sudah
nikmat. Surabi ini hanya punya dua macam rasa, yakni pedas-gurih dengan topping
oncom atau manis-legit dengan siraman kuah kinca atau gula merah. Namun,
beberapa orang menambahkan taburan meises, parutan keju, atau kacang supaya
makin bercitarasa.

Gambar 3. Serabi notosuman Solo

d. Serabi Cirebon
Serabi Cirebon dan Bandung mempunyai bentuk dan rasa yang mirip, hanya
yang membedakannya adalah topping nya karena biasanya di Cirebon topping nya
gurih dan asin. Serabi atau surabi Cirebon dibuat dengan tepung beras, terigu, air,
kelapa parut, dan garam. Serabi Cirebon memiliki bentuk bulat pipih berpori. Serabi
Cirebon hadir dengan aneka topping seperti oncom, telur, tauco, hingga tempe orek.

6
Gambar 4. Serabi Cirebon

e. Pinukuik
Serabi tidak hanya ada di pulau Jawa dan Bali saja, tetapi juga di Sumatera.
Kudapan khas Sumatera ini disebut sebagai pinukuik yang berbentuk bulat pipih
dengan warna permukaan agak gosong di kedua sisinya. Perbedaan serabi Minang
dengan yang lain adalah pemakaian tapai sebagai bahan pengembang alami nya.
Pinukuik teksturnya hampir mirip serabi, tetapi ukuran pinukuik lebih kecil dan rasa
tapai nya membuat kudapan ini lebih istimewa.

Gambar 5. Panukuik

f. Serabi Kalibeluk
Serabi kalibeluk datangnya dari daerah Batang, Jawa Tengah. Serabi kalibeluk
termasuk salah satu jajanan legendaris karena konon sudah ada sejak kerajaan
Mataram. Bentuk serabi kalibeluk bulat agak pipih seperti serabi Bandung, tetapi
ukuran aslinya hanya sebesar bulatan jempol dan telunjuk. Bentuknya lebih besar
dan tebal tidak seperti serabi dari daerah lain dan teksturnya cenderung lengket
dengan rasa legit yang kuat.

7
Serabi kalibeluk cukup tebal dan berserat. Serabi kalibeluk tersedia dalam dua
varian rasa, yakni manis dan asin. Penganan ini bisa dimakan begitu saja tanpa
taburan atau dilengkapi saus kinca agar lebih bercita rasa karena ukurannya lebih
besar dan penuh.

Gambar 6. Serabi kalibeluk

g. Jaje laklak atau serabi Bali


Masyarakat Bali menyebut serabi sebagai jaje laklak. Serabi Bali mempunyai
bentuk bulat agak pipih dengan ukuran mini dan jaje laklak identik hadir berwarna
kehijauan. Laklak dibuat dari tepung beras, santan, kelapa dan juga pewarna hijau
alami yaitu daun suji.
Bentuknya laklak bulat agak pipih seperti serabi Bandung, tapi ukuran aslinya
hanya sebesar bulatan jempol dan telunjuk. Aroma khas dari daun pandan juga
menjadikan laklak jajanan yang lumayan populer di Bali. Laklak biasanya disajikan
dengan parutan kelapa dan gula merah. Rasanya manis gurih dipadu tekstur empuk
nan lembut menjadi perpaduan paling pas di lidah.

Gambar 7. Jeje laklak Bali

8
h. Serabi Ambarawa
Ambarawa adalah wilayah yang ada di Semarang, Jawa Tengah. Serabi
ambarawa disebut juga serabi kucur. Ambarawa cukup dekat dengan Solo dan sama-
sama dari Jawa Tengah, tetapi serabi kucur sangat berbeda dengan serabi Solo.
Serabi kucur disajikan dengan kuah gula merah atau yang sering disebut juruh oleh
orang Jawa. Tampilan dari serabi kucur yang berwarna hijau putih atau cokelat
putih, berbeda dengan serabi Solo yang hanya berwarna hijau atau putih saja.

Gambar 8. Serabi Ambarawa

2.3 Bahan Penyusun Serabi


Pembuatan kue serabi menggunakan metode pengolahan makanan yaitu metode
pemanggangan. Bahan–bahan yang digunakan untuk pembuatan kue serabi secara
umum yaitu:
a. Tepung
Tepung terigu adalah serealia yang paling banyak diproduksi dan dikonsumsi
sebagai bahan pangan produk di dunia. Tepung terigu diperoleh dari proses
penepungan gandum sehingga sering pula disebut gandum. Jenis tepung yang biasa
digunakan dalam pembuatan kue serabi adalah dari jenis medium, yaitu tepung
terigu yang mempunyai kandungan protein sedang yaitu sebesar 9-11%. Tepung
terigu dalam pembuatan cake berfungsi menahan bahan - bahan lainya.

b. Gula pasir
Gula merupakan salah satu bahan utama dalam pembuatan kue serabi karena
dapat memenuhi beberapa fungsi diantaranya memberikan rasa manis, menjaga
kelembaban, memberi warna pada kulit serta memperpanjang umur simpan produk

9
dan dapat menambah kalori. Gula berfungsi memberikan rasa manis dan
memberikan warna pada kulit atau lapisan luar cake. Gula halus akan membuat
proses pengocokan lebih cepat, tetapi rasa manisnya berkurang sehingga
penggunaan gula halus lebih banyak dibandingkan menggunakan gula pasir.

c. Telur
Telur berfungsi mengikat bahan lain. Telur akan membentuk kerangka bersama
tepung, membangun strukstur kue, melembapkan, memberikan rasa gurih, penambah
aroma, warna, kualitas, meningkatkan nilai gizi. Sifat putih telur adalah mengeraskan
adonan, sedangkan kuning telur memberi efek empuk, merapuhkan, dan
meningkatkan cita rasa (Sutomo, 2008).

d. Santan
Santan berfungsi untuk menambah rasa gurih dan memberi warna mengkilap
pada pembuatan kue serabi. Santan berperan dalam penambahan aroma, cita rasa,
dan perbaikan tekstur bahan hasil olahan. Hal ini disebabkan karena santan
mengandung senyawa nonylmethylketon, yang bersifat mudah menguap (volatile)
sehingga pada pemanasan suhu tinggi akan menghasilkan bau yang enak (Gea,
2016).

e. Ragi
Ragi adalah suatu macam organisme ber-sel tunggal yang tergolong dalam 1
rumpun cendawan. Ragi berasal dari organism sebangsa jamur pemakan gula dengan
nama Saccharomyces cerevisieae yang akan menghasilkan CO2 dalam proses
pembuatan adonan roti dan CO2 itu akan ditangkap atau diperangkap oleh perekat
sehingga roti bisa cepat mengembang. Cara berkembang biaknya ragi adalah dengan
membelah diri.

f. Garam
Garam disebut juga dengan nama Shodium Clorida yang berguna untuk
menstabilkan cairan didalam tubuh. Garam berfungsi untuk menambah aroma.

10
Penggunaan garam perlu diukur secara hati-hati agar hasil produk yang dibuat sesuai
dengan keinginan.

2.4 Cara Pembuatan Serabi


Resep serabi dapat berbeda-beda di berbagai daerah tetapi kelezatannya tetap
menggugah selera. Diperlukan beberapa bahan untuk membuat serabi beserta kinca.
Bahan yang perlu disiapkan yaitu:
- 150 gram tepung beras (mereknya sesuaikan dengan selera)
- 2 sendok makan tepung terigu
- 1 sendok makan gula pasir
- 1 sendok teh garam
- 1 sendok teh ragi instan
- 350 mililiter santan.
- 100 gram gula merah
- 100 gram gula pasir
- 500 mililiter santan
- 1/2 sendok teh garam
- 1 lembar daun pandan.

Langkah pertama untuk membuat serabi yaitu dengan memasak santan di dalam
panci sambil mengaduknya hingga mendidih. Matikan api dan tunggu santannya hangat,
kemudian tuangkan tepung terigu, tepung beras, gula pasir, ragi instan, serta garam ke
dalam santan. Campur seluruh bahan serabi hingga merata.
Adonan serabi didiamkan selama 15 menit hingga teksturnya mengembang dan
berlubang-lubang, kemudian oleskan margarin di atas cetakan. Cetakan kemudian
dipanaskan dengan api kecil saja, lalu tuangkan adonan. Tutup secara perlahan tutup
cetakannya supaya lebih cepat matang sambil menunggu serabinya matang, Cobala
angkat adonannya dan lihat bagian bawahnya, jika bagian bawahnya sudah kecokelatan,
angkat serabi dan taruh di piring. Pembuatan kuah kincanya, hanya perlu mengolah
bahannya dan aduk hingga mendidih.
Serabi merupakan makanan yang sebenarnya tidak tahan lama. Serabi akan
tahan lama jika disimpan di ruangan yang sejuk dan tidak terpapar panas sinar matahari.

11
Penyimpanan serabi di suhu ruangan hanya tahan 1 hari, karena terdapat campuran
santan. Serabi akan tahan selama 2-3 hari apa bila disimpan di refrigerant. Faktor lain
yang mempengaruhi umur simpan serabi adalah bahan yang digunakan dalam
pembuatannya.

2.5 Kandungan Nutrisi dan Manfaat Serabi


Kandungan gizi dari setiap 100 gram kue serabi adalah :
 Energi = 245 kilo kalori
 Protein = 6 gram
 Karbohidrat = 43,9 gram
 Lemak = 5 gram
 Kalisum = 22 mili gram
 Fosfor = 20 mili gram
 Zat besi = 2,6 mili gram

Jika kita lihat dari kandungan gizi di atas, maka kue serabi ini sangat baik sebagai
sumber energi. Kue serabi ini bisa juga kita jadikan sebagai salah satu menu sarapan. Di
beberapa daerah kue serabi ini bisa kita dapat hanya dengan membayar Rp
1.000/satuannya lengkap dengan saus gula merah atau kinca. Walaupun kue serabi ini
harganya sangat murah tapi ternyata kandungan nutrisinya cukup tinggi juga.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Serabi atau surabi adalah salah satu makanan ringan atau jajanan pasar yang berasal
dari Indonesia dan menjadi idola sejak diciptakan tahun 1923 silam. Serabi tersebar di
berbagai penjuru Indonesia, sehingga menghasilkan variasi serabi yang khas dari
masing-masing daerah. Jenis-jenis serabi yang ada di Indonesia yaitu serabi Bandung,
serabi Jakarta (kue ape), serabi notosuman Solo, serabi Cirebon, pinukuik, serabi
kalibeluk, jeje laklak Bali, dan serabi Ambarawa. Pembuatan kue serabi menggunakan
metode pengolahan makanan yaitu metode pemanggangan.
Serabi dapat dibuat dengan memasak santan dan tuangkan tepung terigu, tepung
beras, gula pasir, ragi instan, serta garam ke dalam santan, lalu aduk merata. Adonan
kemudian didiamkan hingga teksturnya mengembang lalu dituangkan ke atas cetakan
panas dan tutup secara perlahan tutup cetakannya. Pembuatan kuah kincanya serabi
hanya perlu mengolah bahannya dan aduk hingga mendidih. Serabi mengandung
protein, karbohidrat, lemak, kalsium, fosfor, dan zat besi, sehingga sangat baik sebagai
sumber energi.

3.2 Saran
Mahasiswa diharapkan dapat memperluas pemahamannya tentang pangan
tradisional berbasis budaya sesuai dengan ranah mata kuliah Kimia Pangan dan Hasil
Pertanian, serta dapat menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, K. 2014. 150 Resep Kue Tradisional. Demedia. Jakarta.


Gea, S. A. 2016. Peningkatan kualitas produksi santan kelapa sebagai bahan baku
industri kuliner di Kota Medan. Jurnal Abdimas Talenta. 1 (1) : 92-96.
Haryono, T. 2013. Sejarah Makanan dan Gaya Hidup Nusantara Dari Zaman Jawa
Kuno Hingga Abad 21. Pusat Kajian Makanan Tradisional UGM. Yogyakarta.
Paryoto. 2019. Pengaruh fortifikasi tepung ganyong terhadap kandungan serat dan kue
serabi sebagai pangan fungsional. Jurnal Culinaria. 1(1): 62–87.
Sutomo, B. 2008. Sukses Wirausaha Kue Kering. Kriya Pustaka. Jakarta
Sutomo, Budi. 2008. Variasi Mie dan Pasta. PT. Kawan Pustaka. Jakarta.
Yulia, A.W., M. Harsana, M. Baiquni, dan E. Harmayani. 2018. Potensi makanan
tradisional kue kolombeng sebagai daya tarik wisata di daerah Istimewa
Yogyakarta. Home Economics Journal. 1(2): 40-47.

iii

Anda mungkin juga menyukai