Anda di halaman 1dari 14

POLA PENGASUHAN ANAK PADA

KELUARGA BANYUMAS DAN JAWA

Kelompok 3 (Perkembangan)
Salsabila Laelathy Zaen, Viana Sabina Vasya, Mitsqola Dzarratin Idea F.M, Naufal Yusuf
Sukamto, Andito Cesario Nugroho,

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
Abstrak

.......................?

Kata kunci : pola pengasuhan anak, keluarga jawa, banyumas

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia-Nya begitu besar kepada ciptaan-Nya, Shalawat serta salam senantiasa
tercurah kepada Baginda Nabi Agung Muhammad SAW yang kudambakan syafa’atnya kelak
di hari kiamat. Berkat limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya serta usaha yang sungguh-
sungguh, akhirnya penulis dapat menyelesaikan mini riset ini dengan judul “POLA
PENGASUHAN ANAK PADA KELUARGA BANYUMAS DAN JAWA”
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Psikologi Indigenous yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan mini
riset ini.
Mini Riset yang kami susun, tentu jauh dari kata kesempurnaan karena atas
keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun
senantiasa kami harapkan. Semoga mini riset ini dapat bermanfaat bagi kelompok kami dan
khususnya untuk para pembaca ataupun pihak lain.

Purwokerto, November 2022

3
DAFTAR ISI

ABSTRAK 2

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

II. METODE PENELITIAN 7

III. KAJIAN PUSTAKA 7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7

a. Hasil

b. Pembahasan

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan keindahan alam,
kanekaragaman budaya, bahasa, suku. Begitu banyak pulau-pulau yang ada didalamnyapun
menambah keindahan bangsa ini, sehingga disebut sebagai negara maritim. Negara yang
beragam dengan penduduk yang begitu banyak menambah keanekaragamannya juga.
Menurut Dirjen Zudan (disdukcapil.bonebolangokab.go.id) jumlah penduduk Indonesia
tercatat sebanyak 275.361.267 jiwa. “Jumlah itu terdiri 138.999.996 penduduk laki-laki atau
54,48 persen, dan 136.361.271 penduduk perempuan atau 49,52 persen”. Dengan kepadatan
penduduk Indonesia, maka terdapat keberagaman sifat, karakter dan variasi yang beragam
dari setiap wilayahnya. Sebagai pemersatu bangsa, Indonesia memiliki semboyan Bhinneka
Tunggal Ika “Berbeda-beda Tetap Satu Jua”, ditengah keberagaman dan perbedaan, namun
tetap satu kesatuan. Terbentuknya suatu budaya tentu tidak lepas dari pewarisan nenek
moyang pada masing-masing daerah, salah satu faktor pewarisan melalui keluarga, proses
interaksi pada keluarga, interaksi kepada anak dari orangtuanya.
Proses pengasuhan anak sangat memengaruhi kepribadian dan pembentuk karakter
dari diri anak, karena setiap anak cenderung akan meniru dari orang-orang yang terdekat dan
disekelilingnya. Dalam hal ini, tingkah laku keluarga menjadi contoh yang pertama pada
pembentukkan kepribadian seorang anak yang diperlukan dalam masyarakat (Goode, 2004).
Peranan pola hidup dalam masyarakat yang sesuai nilai dan norma-norma maupun habbits
yang ada dalam masyarakat (Sunarto, 2004:21).
Keluarga merupakan kelompok/ unit kecil pada tatanan kehidupan bermasyarakat
sosial, yang terdiri dari bapak, ibu dan anak. Selain itu, keluarga menjadi tempat utama dan
sekolah pertama untuk anak. Keluarga merupakan unit penting bagi si anak, lingkungan yang
utama dan penting utnuk proses mengenal banyak hal, menyiapkan diri (anak) sebelum ke
dunia sekolah pendidikan formal. Keluarga sebagai sarana proses belajar kehidupan,
pengenalan, proses interaksi, pembangunan karakter anak, sosialisasi.
Peran keluarga mempunyai nilai utuh dan andil yang besar pada pembentuka nilai
dan sikap anak. Menurut Merliana, 2010, penanaman nilai dan sikap dilakukan oleh
keluarga. Hal ini tidak akan lepas dari peran orang tua, bagaiamana orang tua mendidik anak
sesuai dengan dengan harapan norma, nilai, kebiasaan yang terdapat pada masyarakat

5
setempat. Keluarga yakni orangtua itu sendiri memiliki peran dominan dalam menstimulasi
hal tersebut pada anak karena masa dini adalah pembentuk dasar pertama bagi anak untuk
mengembangkan seluruh potensi yang ia miliki. Mendidik anak menjadi salah satu pola
asuh, akan berdampak pada anak, bagaimana orangtua mengasuh, mendidik si anak.
Tidak dipungkiri, setiap orangtua memiliki banyak cara tersendiri dalam pola
pengasuhan, tentunya pola pengasuhan anatara keluarga satu dan yang lainnya berbeda,
antara orangtua yang satu dan lainnya berbeda. Termasuk pola asuh pada orangtua daerah
Banyumas dan suku Jawa pada uumumnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pola Pengasuhan?
2. Bagaimana Pola Asuh Anak pada Orangtua Banyumas?
3. Bagaimana Pola Pengasuhan Keluarga Jawa?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan Mini riset ini disusun ialah sebagai pemenuhan tugas matakuliah Psikologi
Indigenous, untuk mengetahui bentuk atau model pola pengasuhan anak pada keluarga
banyumas dan jawa pada umumnya, mengetahui perbedaan pola pengasuhan anak pada
orangtua Banyumas dan Jawa.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Pola Pengasuhan
Pola asuh adalah kemampuan keluarga menyediakan waktu, perhatian dan
dukungan dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial anak (Soetjiningsih,
2012). Pola pengasuhan orang tua sangat mempengaruhi dalam proses
pendidikan anak (Laundry, Smith & Swank, 2013), dan pola asuh yang
diberikan dapat dipengaruhi oleh faktor suku dan budaya (Merliana, 2010; Santrock,
2013; Soekanto, 2002; Soetjiningsih, 2004; Sulistino, 2016; Tridhonanto, 2014;
Winarti, 2019). Menurut Friedman (1998) menyatakan bahwa pola asuh merupakan
sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini
mencakup cara bagaimana orang tua memberi rules atau aturan-aturan, hadiah
maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua
memberi perhatian serta tanggapan kepada anaknya. Terdapat beberapa aspek dalam
pola pengasuhan yaitu mencakup pola asuh makan, hidup sehat, akademik atau
intelektual, sosial emosi serta pola asuh moral dan spiritual (Hastuti, 2008:76).
Pada dasarnya, setiap anak pada suatu keluarga akan diasuh berdasarkan dari nilai
budaya, agama dan kebiasaan yang diyakini dari keluarga, orangtuanya. Hal tersebut
dapat dilakukan melaui komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal antara
orangtua dan anak, menurut Hastuti (2008:38) mendefinisikan sosialisasi sebagai
proses belajar dalam mengenali nilai-nilai dan ekspetansi kelompok, meningkatkan
kemampuan untuk mengikutinya.

2. Keluarga suku Jawa

7
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Mini riset yang dilakukan menggunakan metode penelitian dengan jenis penelitian ialah
desain penelitian kajian literatur, yang digunakan agar lebih memahami dan mempunyai
pandangan terhadap suatu kajian (Borg & Gall, 1983), sehingga untuk
pengumpulan bahan-bahan kajian yang dibutuhkan dan diperlukan, penulis dapat
menandai dengan menggarisbawahi hal yang penting, dan melakukan olah kembali
penelitian (Zed, 2003 dalam Maulana, Kurniati, & Yulindrasari, 2020). Peneliti
melakukan penelaahan dan pengeksplorasian melalui jurnal, dan berbagai dokumen
yang relevan sehingga dapat menunjang penelitian ini. Selain itu menggunkan data dai
hasil wawancara dengan dua narasumber. Hasil akhir dari mini riset ini ialah dapat
mengetahui bagaimana pola pengasuhan anak pada keluarga banyumas dan jawa pada
umumnya.

2. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada mini riset ini adalah wawancara dengan
semi terstruktur. Teknik pencatatan dilakukan dengan menggunakan voice recording atau
rekaman suara dari ponsel (HP) dan dicatat menggunakan blocknote.

8
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan melalui
Dan hasil kajian literasi pada

b. Pembahasan
Pola asuh adalah suatu proses interaksi antara individu (anak) dengan orang
tua dalam pembelajaran dan pendidikan yang nantinya dapat berguna bagi aspek
pemeliharaan, perlindungan dan pengarahan antara orang tua dan anaknya terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak dengan memerhatikan pada daerah Banyumas
dan situs budaya Jawa tersebut.
Orang Jawa sangat dekat dengan tradisi dan budaya. Mereka memiliki banyak
tradisi dan itu komprehensif dalam segala aspek kehidupan. Kemudian, dari itu tradisi
dan budaya menjadi filosofi dasar hidup orang jawa. Filosofi orang jawa hidup
dilestarikan sampai saat ini oleh orang jawa dalam komunitas sosial. Salah satu
implementasinya dapat diamati pada pendidikan anak-anak Jawa yang akan muncul
pada model parenting. Jawa masyarakat menyadari sepenuhnya bahwa pendidikan tidak
hanya mencakup intelektual/kognitif siswa aspek, tetapi aspek kasih sayang yang
tercermin pada moral dan perilaku anak lebih penting.
Perkembangan moral anak terpengaruh oleh lingkungan. Nilai moral yang
diterima oleh anak-anak dari lingkungan sosial, khususnya dari orang tua mereka.
Mereka mempelajari nilai-nilai itu dan mencoba menerapkannya pada perilaku mereka.
Kali ini, peran orang tua sangat penting, terutama ketika anak adalah balita. Keluarga
adalah tempat paling ideal dari pendidikan karakter. Dalam keluarga, anak-anak akan
belajar nilai moral melalui praktek dan meniru sopan santun orang-orang di sekitarnya,
terutama orang tua mereka. Demikian juga dikemukakan oleh Geertz (1985:151) bahwa
dalam keluarga Jawa tumbuh subur menghormati sopan santun yang tujuannya adalah
keharmonisan sosial. Nilai dari sopan santun ini akan dipelajari dalam keluarga tentu
saja. Pendidikan moral keluarga menjadi dasar dari berkarakter, anak akan lebih
mengetahui tujuan yang hidup di dunia. Sesuai pendapat Santiyoso (2000:62) bahwa
karakter yang baik itu harus mendidik anak-anak lebih awal. Pendidikan orang tua

9
Latar belakang akan mempengaruhi pola asuh. Secara umum, pola asuh keluarga dibagi
menjadi tiga: model, yaitu otoriter, permisif, dan demokratis atau otoriter. Satu model
dan lain memiliki kelemahan. Oleh karena itu, orang Jawa orang-orang dengan budaya
yang beragam mengakomodasi kebutuhan orang tua dan anak. orang jawa pola asuh
diwariskan terus menerus dari satu generasi ke generasi berikutnya. Jawa pengasuhan
memiliki karakteristik khusus dan mencakup semua model pengasuhan itu.
Suku Jawa dikenal sebagai suku yang menganut bilateral, dalam artian dapat
mengikut bapak dan ibu. Jika anak terlahir pada suku Jawa dengan status sosial
ekonomi bergolongan rendah, maka anak dianggap sebagai aset yang dapat
memberikan kebermanfaatan nantinya untuk membantu orang tua dan keluarga di masa
yang akan datang, sedangkan anak yang lahir pada keluarga status sosial ekonomi
bergolong tinggi, anak dianggap sebagai prestasi yang dimiliki (Kuntoro, Peterson, &
Slaughter, 2017; Zeitlin, Megawangi, Kramer, Colleta, Babatunde & Garman,
1995).Suku Jawa dalam menerapkan pola asuh memiliki istilah dan prinsip tertentu.
Dalam membentuk anak menjadi Jawa ideal, biasanya dilakukan dalam proses
interaksi anak dan orang tua sehingga dapat membentuk anak lebih baik atau
istilah Jawa dikenal adalah dadi wong (Geertz, 1983). Geertz (1983)
menambahkan bahwa pola asuh suku Jawa memegang teguh dua prinsip, ini disebut
dengan nilai Kejawen, nilai tersebut berisi tata krama atau hormat dan kerukunan. Isin,
wedi, dan sungkan (malu, takut dan sungkan) adalah bagian dari tata krama atau
hormat. Nilai kerukunan, tenggang rasa, menjauhi konflik merupakan nilai yang
dipegang oleh suku Jawa (Chandra, 2004).Pengasuhan yang diterapkan oleh suku
Jawa yang dipaparkan oleh Baiduri & Yuniar (2017) mengungkapkan bahwa ada
tiga model pengasuhan yang diterapkan. Pertama, pola pengasuhan permisif, dengan
membiarkan atau mengabaikan. Kedua, memberikan perintah secara detail, tidak
emosional dan tidak ada ancaman ataupun hukuman. Ketiga, model pengasuhan
dengan menakut-nakuti, dalam bahasa Jawa disebut dengan ngeden – ngedeni,
maksudnya adalah orang tua memberikan hal-hal diluar nalar untuk menakut-
nakuti anak agar anak menurut.
Dalam pola komunikasi, pengasuhan yang terlihat pada nilai budaya Jawa
adalah menggunakan bahasa kromo. Hal tersebut ditujukan pada orang yang lebih
dewasa dari anak. Hasil penelitian mengenai orang tua bersuku Jawa
memaparkan bahwa orang tua di suku Jawa menekankan kepada anaknya untuk
bersikap sopan, berbahasa halus, dan penuh penghargaan kepada yang lebih tua

10
(Kuntoro, Peterson, & Slaughter, 2017). Penelitian baru – baru ini yang dilakukan oleh
Smith – Hefner dalam Winarti (2018), ditemukan bahwa dari 206 siswa, hanya 11
persen yang menggunakan bahasa krama kepada orang yang lebih dewasa,
selebihnya menggunakan bahasa Indonesia.Koentjaraningrat mengungkapkan bahwa
keluarga suku Jawa lekat dengan keagamaan dalam arti religius (Zeitlin,
Megawangi, Kramer, Colleta, Babatunde & Garman, 1995). Ini ditunjukan dalam
penelitian Rahayu dan Amanah (2016) yang memaparkan bahwa orang tua suku
Jawa sangat memperhatikan pendidikan agama anak-anaknya dengan mengikuti
pembelajaran di musholla atau mesjid. Karena, orang tua ingin membentuk karakter
yang lebih baik untuk anak-anaknya

11
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi dan orang tua serta saudara yang
harus dirawat membuat orang-orang berjuang lebih untuk diri sendiri dan
keluarganya, fenomena inilah yang disebut sandwich generation. Telah ada sejak
dahulu, dan sampai saat ini masih banyak orang yang menjadi bagian dari fenomena
tersebut. Beberapa penyebab timbulnya fenomena sandwich generation antara lain
karena telah menjadi pola di keluarga, seperti pola anak harus berbakti dengan cara
memenuhi kebutuhan orang tua sekaligus merawat anak-anaknya, kemudian keluarga
yang mengalami masalah finansial dengan orang tua yang telah lanjut usia, anak
kemudian seakan bertanggung jawab untuk mengurus orang tua yang telah lanjut usia
dan menggantikan peran orang tua kepada saudaranya. Peran ganda tersebut memiliki
dampak negatif, dari berbagai macam aspek, seperti aspek fisik, psikologis,
emosional, dan beban finansial.
Generasi sandwich sangat rentan mengalami masalah kesehatan mental,
seperti kelelahan secara mental dan fisik atau burnout. Upaya yang dapat dilakukan
agar tidak menjadi generasi sandwich antara lain dapat mengatur waktu dan
mengelola keuangan dengan baik, meningkatkan komunikasi dengan keluarga, fokus
terhadap diri sendiri terlebih dahulu, menerapkan skala prioritas, menabung dan
mendaftar program pensiun, mengurangi gaya hidup konsumtif dan berhutang, dan
berasuransi serta menyiapkan dana darurat.

b. Saran
Disarankan untuk pembaca melakukan upaya-upaya yang telah disebutkan
sebelumnya agar terhindar dari menjadi bagian generasi sandwich dan lebih
memperhatikan lagi skala prioritas diri sendiri terlebih dahulu. Diharapkan tulisan ini
dapat bermanfaat dan membantu serta menambah wawasan bagi pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mashud Syahroni , Annisa Nurul Islami. (2014). JAVANESE PARENTING ROLE IN


STUDENTS’ MORAL DEVELOPMENT. Faculty Of Science Education YSU.
Faculty Of Science Education YSU . International Conference on Educational
Research and Innovation (ICERI 2014).

Dimas Setiyo Kusuma Aji, Erna Kusuma Wati, Setiyowati Rahardjo. (2016). ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP POLA ASUH IBU
BALITA DI KABUPATEN BANYUMAS. Jurnal Kesmas Indonesia. Volume 8 No
1. Hal 1-15

Ratih Baiduri, Anggun Yuniar. (2017) POLA PENGASUHAN KELUARGA ETNIS JAWA
HASIL PERNIKAHAN DINI DI DELI SERDANG. Jurnal Antropologi Sumatera.
Vol. 15. No. 1. 252-2581693-7317 (ISSN Cetak) | 2597-3878 (ISSN Online)

Arifah Prima Satrianingrum, Farida Agus Setyawati. (2021). PERBEDAAN POLA


PENGASUHAN ORANG TUA PADA ANAK USIA DINI DITINJAU DARI
BERBAGAI SUKU DI INDONESIA: KAJIAN LITERATUR. VISI : Jurnal Ilmiah
PTK PNF. Volume 16 Nomor 1. http://doi.org/10.21009/JIV.1601.1.

Lanang A. Fardhani. (2015). MAKNA “DADI WONG” SEBAGAI REFLEKSI DARI


SOSIALISASI PADA POLA PENGASUHAN ANAK DALAM KELUARGA
JAWA DI KELURAHAN WANEA KOTA MANADO. Jurnal Holistik Tahun VIII
No. 15.

M.A. Subandi. (2008). Ngemong: Dimensi Keluarga Pasien Psikotik di Jawa. JURNAL
PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA.
VOLUME 35. NO. 1. 62 – 79. ISSN: 0215-8884

Adhtiya, Y (2015). KELUARGA DI MASYARAKAT JAWA DALAM PERSPEKTIF


CULTURAL STUDIES. Skripsi Fakultas Ushuluddin Universitas Islam …,
eprints.walisongo.ac.id, http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/4309/

Rahayu, MD, & Amanah, S (2010). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN POLA ASUH ANAK PADA KELUARGA ETNIS MINANG, JAWA
DAN BATAK (Factors Associated With Family Parenting Children In …. Jurnal
Penyuluhan. <https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/view/11449>

Andriansyah, M (2022). HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN


PERKEMBANGAN ANAK., repository.stikesdrsoebandi.ac.id,
http://repository.stikesdrsoebandi.ac.id/417/

13
Aziz, S (2017). TRADISI PERNIKAHAN ADAT JAWA KERATON MEMBENTUK
KELUARGA SAKINAH. IBDA: Jurnal Kajian Islam dan Budaya,
ejournal.uinsaizu.ac.id, http://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/ibda/article/view/724

Pebrianti, S, Wijayanti, R, & Munjiati, M (2017). HUBUNGAN TIPE POLA ASUH


KELUARGA DENGAN KEJADIAN SKIZOFRENIA DI RUANG SAKURA RSUD
BANYUMAS. The Soedirman Journal. Vol. 4. Nomor 1.

14

Anda mungkin juga menyukai