Disusun oleh :
M. Reza Armiansyah
2203010030
A. Latar Belakang
Revolusi Industri generasi keempat telah lahir. Era 4.0 ini membuat perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi bergerak cepat dan canggih. Informasi yang cepat dan berlimpah dapat
dimanfaatkan oleh seseorang untuk mengembangkan diri, termasuk dalam dunia pendidikan
khususnya pembelajaran bahasa Indonesia. Literasi digital dalam pembelajaran bahasa Indonesia
di era 4.0 dalam pembelajaran bahasa indonesia berbasis literasi digital adalah guru menjadi lebih
‘melek’ teknologi, mempermuda kerja guru, dan memperluas pengetahuan pesarta didik.
Menyelesaikan laporan studi kasus melalui wawancara di SMA Negri 5 Tanjung Pinang
bukanlah hal yang mudah bagi mahasiswa, karena untuk mendapatkan referensi yang berkaitan
dengan penelitian merupakan kendala yang paling sering dihadapi oleh mahasiswa saat ini.
Terkadang banyak mahasiswa yang menganggap buku adalah sumber informasi satu-satunya yang
dapat digunakan sebagai referensi dalam mengerjakan tugas didapatkan. Namun hadirnya literasi
digital ini mempermudahkan mahasiswa tingkat akhir dalam mengerjakan tugas skripsinya untuk
mencari berbagai macam sumber referensi yang berbasis digital yang dapat menghemat waktu dan
mudah digunakan kapan saja. Oleh sebab itu literasi digital sangat penting dalam perkembangan
pendidikan. Karena ketika sumber-sumber informasi masih terbatas dan penyebarluasan informasi
masih di dominasi oleh kalangan tertentu seperti pemerintah, maka pilihan informasi juga terbatas.
B. Indetifikasi Masalah
1. Apakah SMA Negri 5 Tanjung Pinang sudah menerapkan literasi digital?
2. Bagaimana pemanfaatan literasi digital di SMA Negri 5 Tanjung Pinang?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk literasi guru dan siswa di SMA 5 Tanjung Pinang
2. Mengetahuai pemanfaatan literasi digital dalam pembelajarab bahasa indonesia?
Narasumber 1
Nama Narasumber : Nur Hayati, S.Pd.
Nama Pewawancara : M. Reza Armiansyah
No Pertanyaan Jawaban
1. Apakah Sekolah SMAN 5 “Ya, untuk SMA 5 Tanjung Pinang Sudah
Tanjungpinang sudah menerapkan menerapkan kurikulum Merdeka Dari tahun
kurikulum merdeka? pelajaran 2022-2023 Sampai sekarang”
2 Bagaimana sekolah ini menerapkan “Nah, diterapkan literasi digital itu Kita
literasi digital ke dalam kurikulum masukkan kedalam aplikasi LMS Jadi anak
merdaka? membaca suatu informasi Ditetapkan
Kadang-kadang, misalnya tiap minggu ini
mereka membaca yang bersifat non-fiksi
Minggu depan membaca yang bersifat fiksi
Itu kami terapkan pada hari selesa membuat
jadwalnya Jadi nanti anak akan melaporkan
juga Di aplikasi itu, hasil literasi”
3 Bagaiman peran guru dalam “Peran guru sangat penting, karena sekarang
mendukung perkembangan literasi ini mengarahkan siswa untuk berliterasi Itu
digital siswa? agak bagaimana ya. Kita bersaing dengan
aplikasi lain mereka mungkin lebih suka
dengan aplikasi yang bersifat permainan,
game Jadi kita memang secara kontinu
bukan cukup sekali kita baca ini, nanti
laporkan baca ini, tidak sekali tapi kontinu
berlanjut-berlanjut disampaikan sampai
anak-anak menjadi karakter dia butuh
informasi melalui literasi”
Guru yang saya wawancara merupakan guru bidang studi pembelajaran bahasa Indonesia
di sekolah SMA Negeri 5 Tanjungpinang, wawancara ini saya lakukan di ruang majelis guru. Saya
memilih Ibu Nur untuk di wawancarai karena beliau merupakan guru bahasa indonesia pada saat
saya SMA.
Ibu Nur menjelaskan bahwa SMA Negeri 5 Tanjungping sudah menggunakan kurikulum
merdeka dari tahun pelajaran 2022-2023 Sampai sekarang, penerapan literasi digital ke dalan
kurikulum merdeka menggunkan aplikasi MLS sehingga siswa membaca informas dengan mudah.
Terkadang siswa setiap minggu membaca yang bersifat non-fiksi, namun minggu depan siswa
memebaca fiksi dan di terapkan pada hari Selasa di jadwalkan nya. Siswa akan melaporkan hasil
literasinya di aplikasi itu.
Peran Ibu Nur sebagai guru bahasa indonesia sangat penting, beliau mengarahkan siswa
untuk berliterasi meskipun siswa lebih suka dengan aplikasi yang bersifat permainan seperti game,
namun Ibu Nur mengajak siswa terus menerus membaca dan melaporkan bacaan nya agar menjadi
karakter siswa membutuhkan informasi melalui literasi. Tidak ada pelatihan khusus namun dalam
pembelajaran bahasa indonesia di terapkan 15 menit untuk berliterasi, sekolah mengajarkan siswa
tentang keamanan digital agar melihat hal yang positif yang negatif di hindari Jadi siswa
dianjurkan, disarankan atau selalu ditegur jika dia melihat hal-hal yang tidak baik, jadi kita
arahkan selalu tidak bosan-bosan arahkan kepada hal yang baik-baik.
Tantangan khususnya peserta didik yaitu setelah covid peserta didik jadi pasif. Pasif artinya
mereka menggunakan handpohone namun mereka tidak menggunakan nya secara baik kelur dari
pengetahuan. Perbaikan mungkin dari segi digital, namun tidak terlalu berperan untuk
memperbaiki dalam lingkungan sekolah bisa. Namun guru berharap kominfo sebenarnya bisa
menutup aplikasi-aplikasi yang bisa merusak generasi. Siswa berliterasi digital Itu kan bebas
namun kominfo seharusnya bisa menutup situs-situs yang siswa tidak boleh lihat seharusnya, tapi
kalau memang negara tidak memikirkan Itu ya memang sayang sekali cuma kita di bawah tidak
bisa bertindak apa-apa tidak bisa memberikan kebijakan apa-apa Berharap saja Semoga ke
depannya Pendidikan atau Menteri Pendidikan Lebih berfokus pada Menyelamatkan generasi Dari
situs-situs yang tidak patut dia lihat.
Jadi, siswa-siswi di SMA Negeri 5 Tanjungpinang untuk pembelajaran menggunakan
metode visual, mereka lebih antusias belajar, hanya saja jika tujuan pembelajaran adalah
pemahaman metode tidak bisa di berikan, tetapi jika hanya bentuk pengayaan materi jadi kita bisa
menggunakan audio visual atau games, jadi melihat kebutuhan dari tujuan pembelajaran kita,
karena menyusun tujuan pembelajaran berdasarkan karakteristik siswa yang akan kita hadapi
dalam pembelajaran.
Untuk kurikulumnya sekolah SMA Negeri 5 Tanjungpinang sudah menerapkan kurikulum
merdeka, capaian pembelajarannya bersifat umum dalam satu tingkat pembelajaran kelas 10 nanti
baru diturunkan menjadi tujuan pembelajaran, setelah diturunkan tujuankan lagi pembelajaran
menjadi ATP atau alur tujuan pembelajaran itu ada di kurikulum merdeka. Jadi, ruang lingkup
capaian pembelajaran itu sangat luas sekali, capaian itu hanya satu pertingkat saja sifatnya umum
nanti pada item baru diturunkan , jadi tidak bisa secara keseluruhan terlalu banyak untuk satu
tahun.
2. Hasil wawancara dengan siswa SMA Negeri 5 Tanjungpinang
- Indentitas narasumber 2 (siswa yang terkait)
Nama Lengkap : Siti Dea Marsarani
Raissa Alya Fahira
Nama Panggilan : Siti
Raissa
Tempat : SMA Negeri 5 Tanjungpinang
Hari/Tanggal : Kamis, 12 oktober 2023
Setelah saya mewawancarai guru bidang studi bahasa indonesia di SMA Negeri 5
Tanjungpinang, saya juga mewawancarai siswi yaitu Siti Dea Marsarani dan Raissa Alya Fahira,
mereka merupakan siswa kelas 12, wawancara saya lakukan ketika jam istirahat sekolah.
Adapun hasil dari wawancara menjawab bahwa di sekolah SMA Negeri 5 Tanjungpinnag
sudah menerapkan kurikulum merdeka, dan juga bentuk literasi yang di gunakan pada siswa
mereka menggunakan aplikasi LMS untuk pengumpulan tugas dan diskusi dalam pembelajaran
bahasa indonesia. Jawaban Siti Dea Marsarani mengajarkan mereka menggunakan aplikasi LMS
dalam pembelajaran bahasa indonesia.
Apakah adik sebagai siswa ada tantangan khusus dalam menerapkan literasi digital,
jawaban Raissa Alya Fahira kurang mengertinya penggunaan aplikasi LMS, serta tidak ada wifi
atau kuota internet.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan wawancara yang saya lakukan saya dapat menyimpulkan bahwa karakteristik guru
dan peserta didik berbeda-beda antara satu dengan lainnya.
- Literasi digital dalam pembelajaran bahasa indonesia memfasilitasi pembelajarn bahasa
indonesia yang lebih baik,luas,serta bisa belajar di mana saja tanpa terbatas oleh jarak dan
waktu saat mengerjakan tugas.
- Guru mata pelajaran bahasa indoneisa memiliki peran dalam menerapkan literasi digital
oleh siswa, hal ini menugaskan siswa-siswi mencari sesuatu sesuai bahasn ajar atau sesuai
yang selalu untuk membaca baik di sekolah maupun di rumah.
- Sedangkan kendala yang di hadapi oeleh siswa adalah kurang mengerti menggunakan
aplikasi LMS, serta tidak ada WIFI di sekolah dan mereka juga tidak mempunyai Kuota
internet.
DOKUMENTASI