Anda di halaman 1dari 5

LA ODE MUHAMMAD MEYZAN KAMEMAL-5201511039

UTS-PERMASALAHAN PEMBANGUNAN (KDK)


SELASA, 11 APRIL 2023
RATIKA TULUS WAHYUHANA ST., M.T
BUKU TERBUKA-TAKE HOME EXAM

PENDAHULUAN
Pembangunan yang saat ini terjadi di tanah air terbagi atas dua lokasi atau wilayah yang berbeda
akan tetapi saling ketergantungan satu sama lain yaitu pembangunan di kota dan desa. Era dewasa saat ini
Indonesia mengalami banyak masalah pembangunan baik itu di desa ataupun di kota yang disebabkan oleh
banyak factor mulai dari anggaran, tujuan pembangunan sebuah wilayah, keuntungan apa yang didapatkan
dari pembangunan, hingga wilayah mana yang paling prioritas untuk dilakukannya pembangunan, atau
bahkan kepentingan lainnya.
Pembangunan saat ini dapat kita lihat lebih didominasi oleh wilayah perkotaan yang dikenal dengan
Kawasan industry, sehingga Kawasan pedesaan yang Sebagian besar sebagai pusat dari pertanian masih
kurang diperhatikan dalam pembangunannya. Kita dapat melihat dengan jelas infrastruktur yang ada di kota
dan di desa sangatlah jauh berbeda, akan tetapi kedua-nya harus senantiasa di perhatikan dan di
seimbangkan dalam hal pembangunan. Tanpa desa yang menjadi sumber pemasok hasil pertanian kota tidak
akan mendapatkan hasil pertanian dikarenakan wilayah perkotaan hampir sudah tidak memiliki lahan untuk
melakukan pertanian, sebaliknya juga tanpa kota desa pun akan kebingungan mencari tempat untuk
memasarkan hasil buminya.
Masalah di desa dan di kota juga memiliki jauh perbedaan, dimana kota terkenal dengan segala
kemudahan dan akses apapun semua tersedia di kota, akan tetapi kota juga dikenal sebagai tempatnya segala
permasalahan mulai dari masalah ekonomi, social, dan lain sebagainya. Sedangkan di pedesaan juga saat
ini masih mengalami permasalahan terkhusus dari segi infrastruktur mulai dari akses jalan, jaringan, dan
lain-lain.
Permasalahan pembangunan di Indonesia saat ini jika ditelisik dari sudut pandang perencana lebih
dominan merencanakan sebuah perencanaan menggunakan empat pendekatan teori, dimana komparasi
antarempat pendekatan tersebut yaitu master palnning, rational comprehensive planning, strategic plnning,
dan participatory planning. Empat pendekatan tersebut dikaji dari aspek pelaku dominan, dalam artian
“siapa’’ atau “pihak mana” yang mendominasi proses perencanaan, dikombinasikan dengan aspek “warna”
atau “teori” politik yang mendominasi, sehingga seorang perencana dalam merencanakan sebuah
perencanaan itu tergantung dengan rezim yang sedang berkuasa.
Adapun penjabaran dari empat pendekatan diatas adalah sebagai berikut :
1) Master planning, perencanaan ini didominasi oleh penguasa/pemerintah, dibantu oleh
pakar/perencana/ahli/perencanaan. Pendekatan perencanaan ini berorientasi ke perencanaan fisik
kota/wilayah, dan dipraktekan oleh para arsitek,arsitek lanskep, dan ahli teknik yang menjabarkan
permintaan atau arahan dari penguasa (Branch, 1985:4). Saat ini di Indonesia, pendekatan ini
diprakktekan antara lain pada proses perencanaan fisik bagian kota yang dikuasai oleh satu
penguasa/pemilik, misalnya : kampus (rencana induk kampus) dan kota baru atau real state.
2) Rational comprehensive planning : didominasi oleh pakar/perencana/ahli perencanaan yang
mendapat tugas dari penguasa/pemerintah. Pendekatan ini tidak hanya berfokus pada perencanaan
fisik tapi mencakup semua hal terkait dengan kota/wilayah. Saat ini di Indonesia dipraktekan dalam
penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), dimana keterlibatan masyarakat relatif lebih
sedikit.
3) Strategic planning, didominasi oleh masyarakat atau para pelaku kepentingan, yang melakukan
kesepakatan dalam merumuskan rencananya, sedangkan para perencana menjadi fasilitator proses
perencanaannya. Contohnya saat ini yaitu pada saat penyusunan RPJP dan RPJM.
4) Participatory planning, didominasi oleh masyarakat atau para pemangku kepentingan yang
melakukan kesepakatan dalam merumuskan rencananya, dan sering kali tanpa campur tangan para
perencana. Contohnya saat ini pada program pemberdayaan masyarakat.

Ahmad Djunaedi-Proses Perencanaan Wilayah dan kota Hal. 10-11

Salah satu masalah pembangunan di Indonesia saat ini adalah masih terbatasnya anggaran yang dimiliki
oleh pemerintah, sehingga tidak sedikit pembangunan yang dilakukan secara bertahab dan ada juga yang
terbengkalai karena habisnya periode rezim yang menjabat pada massa itu, selain permasalahan anggaran
ada juga kasus korupsi yang mengakibatkan pembangunan menjadi mangkrak/terbengkalai, contohnya
adalah pembangunan Hambalang yang sampai hari ini belum diselesaikan karena kasus korupsi yang
dilakukan oleh orang-orang yang ingin mendapatkan keuntungan sendiri dengan melakukan tindakan
korupsi, dimana Hambalang dibangun dengan tujuan sebagi pusat latihan atlet-atlet elit Indonesai, kerugian
negara pada kasus ini ditaksir mencapai Rp.463,66 miliar (laporan ketua BPK Hadi Poernomo).
Maka dari itu pentingnya kesadaran para pemangku kekuasaan harus lebih diperhatikan karena sebuah
pembangunan atau perencanaan tidak sekedar membangun akan tetapi ada banyk hal yang harus
dipertimbangkan demi kepentingan bersama.
https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20210315173529-178-617733/hambalang-proyek-olahraga-
nasional-yang-dikorupsi

ISI
KOTAKU merupakan salah satu program pemerintah sebagai salah satu upaya starategis Direktorat Jendral
Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk mempercepat penanganan
permukiman kumuh di perkotaan dan mendukung “Gerakan 100-0-100”, yaitu 100 persen akses sanitasi
laya. Program KOTAKU dalam pelaksanaannya menggunakan platform kolaborasi antara pemerintah
pusat, pemerintah provinsi, kota/kabupaten, masyarakat dan stakeholder lainnya dengan memposisikan
masyarakat dan pemerintah kabupaten/kota sebagai pelaku utama.
1) Akar masalah
Pada program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) untuk Kota Yogyakarta berpatokan pada dokumen RTRW
dan RDTR, serta SK Kumuh terbaru yang dikeluarkan oleh Walikota, sehingga kawasan yang termasuk
didalam dokumen-dokumen tersebut masuk dalam kawasan kumuh sehingga perlunya pembangunan
dengan cepat dan tanggap yang dieksekusi langsung oleh tim KOTAKU, Pemerintah Kota Yogyakarta,
Stakeholder terkait, dan juga masyarakat dibawah pengawasan dan pendampingan Pemerintah Pusat.
2) Masalah inti
Jika kita lihat masalah inti pada program KOTAKU berpacu pada 7 aspek dan 16 kriteria antara lain, sebagai
berikut :
❖ Kondisi bangunan gedung
• Ketidakteraturan bangunan
• Tingkat kepadatan bangunan yang tinggi yang tidak sesuai dengan ketentuan
rencana tata ruang
• Kualitas bangunan yang tidak memenuhi syarat
❖ Kondisi jalan lingkungan
• Jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan perumahan atau
permukiman
• Kualitas permukaan jalan lingkungan buruk
❖ Kondisi penyediaan air minum
• Akses aman air minum tidak tersedia
• Kebutuhan air minum minimal setiap individu tidak terpenuhi
❖ Kondisi drainase lingkungan
• Drainase lingkungan tidak tersedia
• Drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan sehingga
menimbulkan genangan
• Kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk
❖ Kondisi pengelolaan air limbah
• Sistem pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis
• Sarana dan prasarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis
❖ Kondisi pengelolaan sampah
• Sarana dan prasarana persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis
• Sistem pengelolaan sampah tidak memenuhi persyaratan teknis
• Kondisi pengamanan (proteksi) kebakaran tidak tersedia
• Prasarana proteksi kebakaran tidak tersedia
• Sarana proteksi kebakaran tidak tersedia
❖ Ketersediaan ruang terbuka publik

Dari penjelasan diatas kawasan kumuh yang masuk dalam dokumen RTRW, RDTR, dan
SK Walikota menjadi fokus pembangunan, dalam hal ini program Kotaku melakukan
perencanaan hingga pelaksanaan pembangunan sesuai dengan aspek dan kriteria masing-
masing kawasan hingga mencapai 0% (tidak kumuh). Tidak lupa juga melakukan survei dan
analisis kawasan yang termasuk dalam kawasan kumuh, hal ini sangatlah harus diperhatikan
karena diatas kawasan kumuh yang masuk dalam dokumen RTRW, RDTR, dan SK Walikota
harus sesuai dengan kondisi eksisting di lapangan, jika tidak sesuai maka akan menjadi masalah
baru, seperti halnya lokasi magang saya di Kelurahan Pringgokusuman RT 14 yang merujuk
pada SK Walikota dimana ternyata didalam SK menjelaskan kawasan RT 14 tersebut hanya
termasuk dalam presentasi kumuh sedang akan tetapi ternyata setelah di survei oleh tim dari
Kementerian kawasan RT 14 tersebut masuk dalam kawasan kumuh berat sehingga solusi yang
ditawarkan dari pihak kementerian harus melakukan pembaruan SK untuk dapat berkompetisi
pada DAK Integrasi di tingkat nasional dengan tujuan mendapatkan anggaran pembangunan.
Dan kesalahan lainnya pada SK tahun terbaru RT 14 sudah tidak masuk dalam SK kumuh akan
tetapi SK yang lama masih masuk dalam kawasan kumuh. Itulah yang harusnya lebih
diperhatikan karena dokumen RTRW, RDTR, dan SK Walikota adalah kunci utama dalam
melakukan pembangunan kawasan kumuh.
Dampak penataan pembangunan kawasan kumuh memiliki banyak dampak positif kepada
masyarakat, contohnya adalah ekonomi masyarakat bisa lebih maju dan berkembang karena akses
jalan yang sudah baik, sehingga para pelaku UMKM atau usaha rumahan bisa memasarkan jualan
mereka dengan jangkauan lebih, selain aspek ekonomi yang akan tumbuh aspek lingkungan juga
akan memiliki perubahan yang signifikan antara sebelum dan sesudah terjadinya pembangunan,
yang tadinya lingkungannya kumuh, banyak bau tidak sedap, akses jalan lingkungan yang sempit,
bangunan yang padat, dan lain-lain setelah dilakukannya pembangunan masyarakat akan merasa
lebih nayaman dan tentu saja hidup masyarakat juga akan lebih sehat, adapun dampak dari aspek
sosial sebelum dan sesudah dilakukannya pembangunan adalah pada saat sebelum dilakukannya
pembangunan masyarakat tidak memiliki tempat untuk berinteraksi dan bersosialisasi satu sama
lain karena keterbatasan tempat, sedangkan setelah dilakukannya penataan masyarakat bisa lebih
aktif dalam bersosialisasi sesama masyarakat karena melalui program KOTAKU salah satunya
adalah mengadakan lokasi untuk masyarakat bisa bersantai ataupun bercerita bersama dengan
nyaman dan aman. Akan tetapi pemahaman dan pengetahuan masyarakat terhadap hal-hal tersebut
masih sangat kurang, ada kecemasan didalam masyarakat terhadap jaminan apa yang bisa mereka
dapatkan setelah pembangunan dilaksanakan.
Peran saya sebagai perencana dalam pembangunan yang dilakukan di lokasi magang yaitu
RT 14 Kelurahan Pringgokusuman dan Kelurahan Terban RT 02 RW 01 adalah mengkaji mengenai
kawasan layak huni bagi masyarakat, menampung segala bentuk aspirasi masyarakat, serta
menjelaskan dampak-dampak kawasan kumuh bagi kehidupan, terlebih dampak positif yang akan
didapatkan oleh masyarakat jika pembangunan selesai. Rekomendasi yang bisa saya sampaikan
adalah setelah melakukan pembangunan hal apakah yang bisa menjadi daya tarik orang lain untuk
berkunjung ke wilayah yang telah dibangun? Saya menyarakan bahwa pembangunan yang
dilakukan di dua kawasan tersebut memiliki potensi untuk dijadikan potensi wisata, hal ini juga
sejalan dengan tim KOTAKU dan masyarakat, salah satunya di Kawasan Terban akan dibuat rumah
cacing sebagai tempat wisata dan menjadi tempat menumbuhkan ekonomi masyarakat dari rumah
cacing tersebut.

PENUTUP
Pembelajaran yang bisa diambil dari permasalahan pembangunan pada proyek magang saat
ini adalah semua bentuk perencanaan pembangunan harus melalui kesepakatan bersama terlebih
bahwa program yang akan dilaksanakan adalah pemberdayaan masyarakat, dimana masyarakatlah
yang harus memiliki andil paling dominan dalam pembangunan sedangkan kita sebagai perencana
hanya bertugas sebagai fasilitator, maka dari itu komunikasi dan koordinasi yang baik sangatlah
dibutuhkan antara masyarakat dan pemerintah.
Keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan dalam proyek penataan kawasan
kumuh sangat penting karena masyarakatlah yang akan mengelola lingkungan mereka sendiri sejak
dari perencanaan, pembangunan, hingga dengan pengelolaan permukiman pasca pembangunan
untuk menciptakan masyarakat yang mandiri, cerdas, sehat, dan berkelanjutan.
Maka dari itu transparansi informasi kepada masyarakat terhadap penataan pembangunan
harus dilakukan oleh pemerintah setempat agar tidak ada lagi gagal paham bagi masyarakat tentang
penataan kawasan yang akan di bangun.

Anda mungkin juga menyukai