along the live cycle) itu adalah misalnya masa bayi, masa penyapihan, masa
hamil, masa tua, dll. Pada saat-saat peralihan dari satu tingkat hidup ke
tidak.
karena suatu kesadaran umum bahwa tiap tingkat baru sepanjang life-
sosial yang baru dan yang lebih luas. Misalnya, si bayi kecil hidup dalam
kakaknya, dan mungkin juga orang lain. Lambat laun si bayi semakin
satu tingkat ke tingkat hidup yang lain, atau dari satu lingkungan sosial
ke ligkungan sosial yang lain merupakan suatu saat yang gawat, yang
bersangkutan.
Perkawinan
masyarakat manusia.
masyarakat
jodoh asal saja mereka ingat bahwa mereka tidak boleh memilih jodoh
pihak ayah, saudara perempuan dari ayah atau ibu, atau wanita yang
umurnya lebih tua; tetapi pantangan untuk perkawinan seperti itu tidak
pertama dari pihak ayah maupun ibu, dan juga dilarang kawin dengan
pembatasan jodoh lebih luas dari itu. Orang Batak dilarang kawin dengan
exogami. Istilah itu mempunyai arti yang relatif, selalu kita menerangkan
exogami di luar batas apa? Misalnya exogami keluarga inti, exogami marga,
exogami desa, dll. Lawan dari exogami adalah endogami. Itupun istilah yang
perkawinan ideal.
anak saudara laki-laki ibu. Pada Batak Toba perkawinan ideal adalah
orang di luar marga, maka Ego tidak boleh kawin dengan wanita dari
marga A. Ibu Ego tentu dari marga B, saudara laki-laki ibu marga B juga,
sama seperti marga Ego. Mereka bukan cross-cousin Ego tetapi parallel-
cousin Ego. Ego tidak bisa kawin dengan parallel cousinnya, sama seperti
cross-cousin simetris.
Bagan 1
Belum dibuat
misalnya C. Begitu juga lelaki C tidak boleh kawin dari wanita B, tetapi
marga yang lain. Dalam keadaan seperti ini si Ego hanya bisa kawin
dengan satu cross-cousin yaitu dari anak saudara lelaki ibunya, tetapi
Bagan 2
Belum dibuat
dan Melanesia
Bagan 3
Belum dibuat
Perkawinan pada masyarakat Aranda yang double descent ini diatur
oleh kedua keturunan patrilinel dari pihak ayah dan seksi dan sub seksi
dari dua moiety atau patrimoiety 1 dan 2, yang terpotong oleh dua seksi
yang matrilineal atau matri-seksi A dan B. Karena moiety dan seksi bersifat
2B. Di pandang dari sudut kelas, anak-anak termasuk kelas 1B. Seorang
anak lelaki Ego 1B hanya boleh kawin dengan wanita dari kelas 2A, anak-
yang menegenal dua paroh eksogam yang terpotong oleh tiga seksi
berburu akan terbagi dalam dua paroh, tiap-tiap dua paroh terbagi lagi
dalan dua seksi, dan tiap keempat seksi terbagi lagi dalam dua kelas,
termasuk paroh II. Ke delapan kelas ini tidak lokal sifatnya, tetapi
Bagan 4
Paroh I Paroh II
SEKSI 1 Panunga Parula SEKSI 2
Knuria Ngala
SEKSI 2 Bultara Kumara SEKSI 4
Pungata Mbicana
Tiap paroh, seksi, dan kelas bersifat eksogami. Adat menentukan seorang
lelaki Panunga harus kawin dengan gadis Parula (ialah di luar paroh,
seksi dan kelas); anak-anak mereka menjadi Pungata, dan harus kawin
syarat. Syarat-syarat untuk kawin itu, yang ada di dunia ada tiga macam,
ialah (a) mas kawin atau bride-price, (b) pencurahan tenaga untuk kawin
amat terang terlihat lagi. Dalam beberapa istilah terdapat di dalam bahasa
bahasa Nias beuli niha; bahasa Batak Toba pangoli, boli, buhor; bahasa
terbukti mas kawin tidak dirasakan sebagai harta pembelian. Fungsi mas
tidak saja datang dari satu pihak, ialah pihak lelaki saja, tetapi juga
dari adat bride-service dengan adat menetap sesudah nikah yang lain.
Di indonesia contoh adat bride-service adalah adat ambil anak di
dunia, yaitu;
tangga sering terdiri dari satu keluarga inti saja, tetapi bisa juga terdiri
dari lebih dari satu, misalnya 2 sampai 3 keluarga inti. Pada banyak
misalnya, kata “kuren” bisa berarti rumah tangga dan bisa juga berarti
“dapur”.
batih (nuclear family). Suatu keluarga inti terdiri dari seorang suami,
seorang istri, dan anak-anak mereka yang belum kawin. Anak tiri dan
anak angkat yang secara resmi yang mempunyai hak wewenang yang
sebagai anggota keluarga inti. Selain itu, anggota keluarga inti bisa
Selain itu, ada keluarga inti yang lebih kompleks, yaitu bila ada lebih dari
seorang istri atau suam, yaitu keluarga inti poligamii. Secara khusus, bila
ada seorang istri dengan lebih dari seorang suami, disebut keluarga inti
dengan lebih dari seorang istri, keluarga inti itu disebut dengan keluarga
dengan poligami.
tidak 100% menerapkan poligini itu, hanya sebagian kecil saja. Menurut
para ahli kurang dari 20% malkukan poligini, mereka itu biasanya adalah
Ada beberapa fungsi pokok dari keluarga inti pada semua sukubangsa di
keluarga inti yang tidak lengkap, tetapi berfungsi sendiri. Keluarga inti
seperti itu terdiri dari ibu dan anak, sedangkan ayah tidak ada karena
berbagai sebab. Sungguh pun ayah tidak ada keluarga itu tetap
disebut keluarga matrifokal. Sekarang ini kita lihat juga mulai banyak
keluarga patrifokal.
Sumber :
Koentjaraningrat, 1985. Beberpa Pokok Antropologi Sosial, Dian Rakyat,
Jakarta. hal