Anda di halaman 1dari 7

BUDAYA PERKAWINAN SEDARAH DAN SISTEM SOSIAL

KEKERABATAN DI MASYARAKAT SUKU POLAHI, GORONTALO

Ari Setiaji
Mahasiswa Antropologi Sosial Tahun 2017, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro
Email : 71.setiaji@gmail.com

Abstract
Marriage is usually done by two opposite sex people of different families and without
any blood ties between of them. But other things happen in the Polahi Tribe that has a culture
that is genetically dangerous for the offspring borned . They are accustomed to inbreeding
marriages that allow every family member to be free to marry fellow family members who has
a blood ties. It has been going on for so long since the Dutch colonial period. And although
that is considered unusual or even peculiar, but the culture still exists until today and probably
will remain, as long as there is still no change in the mindset of the people.

Key word : incest, culture of marriage, primitif people.

1. Pendahuluan
Suku Polahi merupakan salah satu anggota keluarga untuk menikah dengan
suku terasing yang terpencar menjadi sesama anggota keluarga dan atau yang
kelompok-kelompok kecil di pedalaman masih memiliki hubungan darah. Dan tidak
hutan Pegunungan Boliyohuto, Provinsi menutup kemungkinan untuk menikah
Gorontalo. Kelompok ini merupakan dengan kakak, adik atau bahkan dengan ibu
kelompok mayoritas di Gorontalo dan kandung sendiri, itu bagi seorang anak laki-
Gorontalo Utara. laki bagi anak perempuan pun sama. Pola
Yang uniik dari komunitas ini hubungan sedarah seperti itu dinilai sangat
adalah mereka mnerapkan perkawinan membayakan genetik keturunan yang
sedarah atau incest dan hal itu masih nantinya lahir. Anak yang lahir dari
terdengar taboo di telinga masyarakat pada hubungan sedarah tersebut mungkin bisa
umumnya. memiliki cacat genetik, karena perkawinan
Pola pernikahan yang seperti itu sedarah tersebut. Pernikahan sumbang
memberikan kebebasan kepada setiap semacam itu juga menimbulkan kerumitan
dalam masalah silsilah keluarga karena kelompok luar yang bisa menambah aliansi
adanya perkawinan dalam satu keluarga atau saudara, dengan begitu akan
bisa satu generasi dan antar generasi. memperoleh jaringan sosial yang luas
Selain itu banyak faktor yang melalui sebuah ikatan perkawinan.
memengaruhi terjadinya perkawinan yang
tak biasa tersebut. Salah satunya yakni 2.2. Hukum yang mengatur Perkawinan
masih cukup primitifnya keadaan Sedarah
masyarakat suku Polahi dan bersifat Dalam perkawinan, ada hukum yang
tertutup dengan perubahan. Karena mengatur sedemikian rupa guna pernikahan
perkawinan sedarah tersebut hanya akan yang dijalankan tidak menimbulkan
menimbulkan keterisolasian kurangnya dampak buruk kedepannya, oleh karena itu
jaringan sosial dengan masyarakat luar. perkawinan yang haruslah memenuhi
syarat dan ketentuan sesuai hukum yang
2. Tinjauan Pustaka berlaku serta menghindari larangan yang
2.1. Pengertian Perkawinan Sedarah ada.
Perkawinan sedarah merupakan Dalam islam mengatur larangan
yang sama seperti pada umumnya namun perkawinan. Larangan ini ada yang bersifat
yang membedakan hanya pelaku atau sementara dan ada pula yang bersifat kekal.
subjek yang melakukan pernikahan tersebut Larangan perkawinan itu ada dua
yang masih memiliki ikatan darah. macam :
Hubungan ini bisa bersifat vertikal antara Pertama, larangan perkawinan
orangtua dan anak, ataupun juga bisa berlaku untuk sementara waktu dalam arti
bersifat horizontal yakni sesama sudara larangan itu berlaku dalam keadaan
kandung. Dan kategori tersebut juga dapat tertentu, suatu ketika bila keadaan atau
diperluas yakni misalkan hubungan antara waktu tertentu itu sudah berubah ia sudah
paman dan keponakannya, antar sepupu, tidak lagi menjadi haram, yang disebut
dan sebagainya. mahram muaqqat.
Dalam sebuah lingkup keluarga Kedua, larangan perkawinan yang
tersebut pernikahan yang berlangsung berlaku haram untuk selama-lamanya
hanya akan menyempitkan atau dalam arti sampai kapan pun dan dalam
mengisolasi kelompoknya sendiri dan keadaan apa pun laki-laki dan perempuan
dengan jaringan sosial lainnya. Karena itu tidak boleh melakukan perkawinan.
semuanya berkutat dalam satu keluarga Seperti, perkawinan yang masih terdapat
tersebut tanpa adanya perkawinan dengan hubungan darah atau kekerabatan,
hubungan semenda dan sepersusuan. perkawinan, menurut UUP, KHI dan
Larangan dalam bentuk ini disebut dengan KUHPdt perkawinan tersebut tidak sah
mahram muabbad. secara agama maupun hukum dan dapat
Selain itu ketentuan larangan dilakukan pembatalan perkawinan
perkawinan khususnya perkawinan sedarah ditegaskan dalam pasal 37 PP No. 9 Tahun
ditegaskan oleh pasal 8 UU No.1 tahun 1975 bahwa Pengadilan dapat memutuskan
1974 tentang perkawinan yang isinya pembatalan suatu perkawinan. Pembatalan
sebagai berikut : suatu perkawinan mulai diberlakukan
Perkawinan dilarang antara dua setelah Keputusan Pengadilan mempunyai
orang yang : kekuatan hukum yang tetap dan tidak
a. berhubungan darah dalam garis berlaku sejak saat berlangsungnya
keturunan lurus kebawah ataupun perkawinan, dalam arti hubungan yang
keatas; terjadi semasa perkawinan tersebut
b. berhubungan darah dalam garis dianggap tidak pernah terjadi atau tidak
keturunan menyamping yaitu antara pernah ada.
saudara, antara seorang dengan
saudara orang tua dan antara 3. Pembahasan
seorang dengan saudara neneknya; 3.1. Asal Mula Suku Polahi dan Budaya
c. berhubungan semenda, yaitu Perkawinan Sedarahnya
mertua, anak tiri menantu dan Suku Polahi merupakan suku yang
ibu/bapak tiri; hidup di hutan pedalaman gorontalo, yang
d. berhubungan susuan, yaitu orang dikenal masih cukup primitif. Mereka
tua susuan, anak susuan, saudara hidup berpencar menjadi kelompok-
susuan dan bibi/paman susuan; kelompok kecil dan menetap di dalam
e. berhubungan saudara dengan isteri hutan.
atau sebagai bibi atau kemenakan Semua leluhur mereka berasal dari
dari isteri, dalam hal seorang suami Suku Gorontalo yang hidup pada abad ke-
beristeri lebih dari seorang; 19, dan pada saat itu merupakan masih
f. mempunyai hubungan yang oleh masa pendudukan Pemerintah Kolonial
agamanya atau peraturan lain yang Belanda.Dan pada saat itu pula Pemerintah
berlaku, dilarang kawin. Kolonial menetakan pajak yang dinilai
Dan perkawinan yang dilakukan masyarakat memberatkan masyarakat suku
dengan melanggar larangan perkawinan Gorontalo. Lantas mereka berbondong-
atau tidak memenuhi syarat-syarat bondong masuk kehutan untuk
menghindari pajak yang ditetapkan oleh saudara kandungnya sendiri dan kemudian
Pemerintah Belanda. membentuk kelompok baru, meninggalkan
Mengetahui dampak yang ditimbulkan orangtuanya.
dari kebijakan tersebut, Pemerintah Perkawinan itu terjadi karena setiap
Kolonial Belanda pun akhirnya hari mereka tidak pernah bersosialisasi
menghentikan pajak paksa, sehingga dengan dunia luar selain dengan
sebagian dari mereka yang semula kelompoknya sendiri. Interaksi yang ada
melarikan diri ke hutan mau kembali lagi ke pun hanya dengan satu keluarga sendiri jadi
kampung halamannya. hal itu yang menyebabkan perkawinan
Namun sebagian lagi tidak mau sedarah dengan saudaranya sendiri yang
kembali dan tetap memilih tinggal di hutan. harus dilakukannya.
Kelompok inilah yang kemudian secara Jika menurut pada hukum yang berlaku
turun-temurun disebut dengan komunitas tersebut maka bisa disimpulkan bahwa
atau Suku Polahi. Dan belum ada yang perkawinan sedarah yang terjadi di suku
dapat memastikan jumlah mereka secara polahi tidak sesuai dengan hukum yang
keseluruhan karena pola tinggal mereka berlaku atau dianggap tidak sah secara
yang berpencar-pencar. hukum.
Komunitas mereka dalam satu Namun suku Poolahi seperti memeiliki
lingkungan hanya terdiri beberapa orang dunia sendiri dan memiliki peraturan yang
saja, yang lainnya hidup di lingkungan yang mereka buat sendiri besserta kearifan lokal
lain karena pola tempat tinggal yang yang mereka pegan kuat.
berpencar pencar.
Dalam setiap kelompok kecil, 3.2. Sistem Sosial Kekerabatan Suku
komunitas Polahi terdiri dari satu Polahi
keluarga batih, yang meliputi suami, istri, Suku polahi suka berkumpul dan
anak-anak, dan terkadang juga cucu-cucu. berkelompok sehingga membentuk suatu
Jumlah kelompok mereka tidak pernah komunitas kecil yang tersebar di dalam
menjadi banyak karena seringkli anak-anak hutan, dengan perilku primitiv yang
yang sudah dewasa akan kawin dan keluar dilakukankannya, sehingga pada kegiatan
dari kelompoknya, membentuk kelompok keperempuanan, misalnya melahirkan,
baru. Yang terasa tidak lazim bagi norma- sakit dll tidak memerlukan pengobatan
norma masyarakat umum adalah, keluarga- medis, para polahi ini mengandalkan
keluarga Polahi banyak yang menjalankan tumbuhan lingkungan sekitar sebagai obat
perkawinan incest. Mereka kawin dengan untuk mengobati tubuhnya disamping itu
para polahi juga memiliki ilmu kesaktian menikahi ibunya dan mempunyai anak.
yang dilakukan untuk mengobati sakitnya Lalu anak tersebut memiliki status dalam
dan berjalan cepat untuk berbagai keluarga yang semu yakni ia bisa dibilang
aktivitasnya. anak dari ibu dan ayahnya, dan juga bisa
Sistem Kekerabatan suku polahi sebagai cucu dari kakek yang notabene
sangat erat dan dalam sebuah kelompok adalah suami ibunya.
kecil, yang dalam kelompok kecil tersebut Perkawinan sedarah dalam suku
semuanya memiliki ikatan darah. Dan tersebut di karenakan para polahi tidak
karena mereka menganut perkawinan mengenal dirinya beragama Islam, Kristen,
sedarah maka nantiya anak dari keluarga Hindu ataupun Budha karena mereka
tersebut akan kawin dengan saudaranya memang hidup bersama tanpa mengenal
yang lain. Lalu nantinya berkemungkinan batas muhrim dan menikahdengan yang
untuk pindah dan membuat kelompok masih memiliki hubungan darah, terlebih
sendiri yang terpisah dari orang tuanya lagi kehidupan social masyarakat mereka
setelah kawin. tidak menganal status sosial, karena
Selain itu sikap para polahi di walaupun satu keluarga mereka sangat
penuhi dengan aktivitas dan perlaku yang menuntut kemandirian baik laki-laki
ingin bebas, membuat mereka tidak maupun perempuan.
tersentuh dengan etika, karena mereka Kadang suku polahi juga
hidup dengan keterasingan dengan melakukan perpindahan rumah.
sentuhan pendidikan, sosial dan agama. Perpindahan tempat tinggal ini di pengaruhi
Kehidupan polahi secara turun temurun oleh ada tidaknya anggota keluarga yang
sangat termarginalkan dan tidak mengenal meninggal dunia. Setiap ada anggota
tata social pada umumnya. keluarga yang meninggal, mereka pun
Mereka juga tidak mengenal baca segera pindah dan mendirikan pondok di
tulis karena kehidupannya tidak menganut tempat lain, tidak peduli sekalipun tanaman
agama. Aktivitas lainnya oleh para yang mereka tanam hampir panen.
perempuan polahi, biasanya mereka Kemungkinan hal ini dilakukan untuk
melangsungkan perkawinan tanpa melalui menghindari bau jenazah anggota keluarga
pemahaman dasar Agama dan mereka yang meninggal, karena mereka tidak
menganut perkawinan sedarah. Perkawinan mengenal penguburan jenazah.
sedarah yang mereka anut memberi dampak Dan belakangan ini mereka sudah mulai
bagi hubungan antar keluarga yang aneh berinteraksi dengan turun ke desa, mereka
karena bisa saja seorang anak laki-laki berinteraksi dengan warga desa. Yang
keduanya baik suku polahi maupun warga meninggalkan ladang mereka yang ada di
desa menggunakan Bahasa Gorontalo jadi dekat rumah mereka di dalam hutan. Dan
hal itu memudahkan untuk berkomunikasi juga mereka akan kehilangan sumber mata
dengan warga pinggiran desa. Dan dari pencaharian berburu di hutan.
pertama kali mereka mulai berinteraksi Hingga saat ini Pemerintah
dengan masyarakat desa sejak tahun 1990 Kabupaten Gorontalo bersama masyarakat
sudah banyak dari mereka yang menikah desa di sekitar hutan Pegunungan
dengan warga desa tinggal menetap di desa Boliyohuto tetap mengupayakan agar
dengan meninggalkan kelompoknya. masyarakat Polahi dapat berbaur dengan
mereka. Dengan pembauran tersebut,
3.3. Upaya Yang Dilakukan Pemerintah diharapkan anak-anak masyarakat Polahi
Terhadap Suku Polahi Untuk dapat memperoleh pendidikan formal yang
Mengurangi Perkawinan Sedarah. layak bagi anak-anak mereka, dan untuk
Dinas Sosial Kabupaten Gorontalo meningkatkan taraf kesejahteraan mereka.
pernah mengupayakan agar komunitas
Polahi bersedia menempati rumah-rumah 4. Penutup
layak huni yang dibangun oleh Dinas Sosial 4.1. Simpulan
di lokasi yang berdekatan dengan rumah- Setiap kebudayaan tidak ada kata
rumah penduduk desa. benar atau salah di mata masyarakatnya,
Di samping itu, dengan di namun sebuah kebudayaan perlu dicerna
bangunnya rumahrumah tersebut di lebih dulu, apakah membawa hal baik atau
harapkan mereka mau bertempat tinggal bahkan sebaliknya. Jika hal tersebut
menetap dan berbaur dengan masyarakat di membawa hal baik maka perlu di
desa-desa sekitarnya. Hal itu sekaligus pertahankan dan di lestarikan, tapi jika
diharapkan untuk menghindari perkawinan lebih membawa hal yang buruk maka perlu
sedarah yang mereka lakukan karena dipikirkan apakah masih perlu di
mengenal lebih banyak masyarakat luar. pertahankan atau tidak.
Akan tetapi ternyata sebagian besar
dari mereka tidak bersedia dipindahkan ke
rumah-rumah tersebut. Sebagian lagi
bahkan hanya mempergunakan rumah-
rumah tersebut untuk tempat persinggahan
sementara ketika mereka turun ke desa.
Dengan alasan mereka enggan
4.2. Daftar Pustaka :
Falichati.2015.Pengaruh Pernikahan
Sedarah Terhadap Keturunan (Studi
Analisis Tafsir Sains Dalam QS. AN-
NISA’:23).http://eprints.walisongo.ac.i
d/4526/1/114211084.pdf.
Diakses Pada : 27 Mei 2018 (22.03
WIB)
Ismadi, Hurip Danu.2013.Kebudayaan
Indonesia:Lestarikan Apa Yang
Hendak Dilestarikan?. Gading Inti
Prima : Jakarta
Madjowa, Feriyanto dan Samsi Pomalingo.
Kearifan Lokal Masyarakat Polahi
Gorontalo.https://www.academia.edu/
5564476/Jurnal_Polahi. Diakses pada :
27 Mei 2018
Rosyid,Asyar.2015.https://regional.kompa
s.com/read/2013/05/07/11091556/pola
hi.dan.cerita.mistis.yang.melingkupin
ya. Diakses Pada : 28 Mei 2018 (20.12
WIB)
UU.Nomor.1.tahun.1974.tentang.Perkawin
an.(https://docs.google.com/document
/d/1uoCWh4aNYuCDoLgIiMtMe9cEf
iTBaOaxmkrfFV1YpaM/edit) Diakses
pada : 28 Mei 2018

Anda mungkin juga menyukai