HIDROLIKA
Disusun Oleh :
Kelompok 17
Dosen Pembimbing :
Dr. Eng., Mohammad F. N. Aulady., M.T., M.Sc.
Disusun Oleh :
Kelompok 17
Dyan Eka Nurhayati, S.T., M.T. Dr. Eng., Mohammad F. N. Aulady., M.T., M.Sc.
NIP. 213180 NIP. 153079
ii
LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM HIDROLIKA
2.
3.
4.
5.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan ini
tepat padawaktunya. Laporan ini membahas tentang “Praktikum Hidrolika”.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Maka dari itu kritik dan saran sangat
penulisharapkan untuk membangun kemampuan penulis, agar kedepannya bisa
menulis laporan dengan lebih baik lagi. Semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat kepada kita sekalian.
Kelompok 17
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Lingkup Praktikum ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan Praktikum ........................................................................................ 1
v
BAB IV PERCOBAAN LONCATAN HIDRAULIK (HYDRAULIC JUMP)
4.1. Teori Dasar ................................................................................................. 28
4.2. Prosedur Praktikum ................................................................................... 29
4.2.1. Peralatan yang Digunakan ..............................................................29
4.2.2. Cara Kerja .......................................................................................30
4.3 Tabulasi Data dan Hasil Perhitungan ........................................................ 31
4.4 Perhitungan Data ....................................................................................... 32
4.5 Kesimpulan ................................................................................................ 41
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
Gambar 4.8 Mengatur Perubahan Tinggi Bukaan Pintu ..................................... 31
Gambar 4.9 Aliran Superkritis dan Subkritis ...................................................... 34
Gambar 4.10 Gambar Grafik Hubungan V12/ g.Y1 dan Y3/Y1 ........................ 40
Gambar 4.11 Gambar Grafik Hubungan ΔH/Y1 dan Y3/Y1 .............................. 40
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun praktikum kali ini dibatasi pada pengujian melalui pintu air
tegak (Sluice Gate). Bangunna ini dipilih karena banyak tersebar dan
mudah ditemui saat berada di lapangan dengan materi meliputi :
1. Penurunan energi spesifik dan kedalaman kritis.
2. Aliran melalui Sluice Gate / pintu air tegak.
3. Loncatan hidraulik.
1
BAB II
PERCOBAAN PENURUNAN ENERGI SPESIFIK DAN
KEDALAMAN KRITIS
2
g = Percepatan Gravitasi (9,81m/dt)
Pada kondisi aliran tidak seragam (non uniform flow) nilai E dapat
bertambah atau berkurang. Dalam hal ini maka, kecepatan rerata u = Q/A
dimana Q = debit aliran (m³/dt) dan A = luas penampang basah (m²).
Sehingga untuk nilai E pada setiap penampang dapat dinyatakan dengan :
Q2
E = y + 2 gA² ............................................................................. (2.2)
Pada kondisi kedalaman kritis (yc) dan kecepatan kritis (uc), maka :
q = Uc . Yc . 1 = Uc. Yc ...........................................................(2.6)
3
adalah ”kritis”. Kriteria untuk menentukan kondisi aliran sebagai berikut :
F=1 → aliran kritis
0,004 12 h
K = 1,3533 + + 0,167 (8,4 + ) . (B . 0,09) ².............(2.9)
h √D
4
B. Meteran
5
Gambar 2.6 Sluice gate tegak lurus
6
Gambar 2.9 Menaikkan tinggi bukaan pintu
a) Data Q Thompson
• D Thompson = 0,19 m
• B Thompson = 0,50 m
b) Data Percobaan 1
• B flume dan Sluice Gate = 0,078 m
Tabel 2.2 Tabel Data Percobaan 1
No. Yg (m) Y0 (m) Y1 (m)
1. 0.012 0.110 0.0080
2. 0.015 0.110 0.0100
3. 0.018 0.110 0.0120
4. 0.021 0.110 0.0160
7
Dengan :
D = Tinggi dari dasar saluran ke titik terendah dari mercu (m)
B = Lebar alat ukur Thomson bagian hulu (m)
H = Tinggi air diatas Thompson (m)
K = Koefisien Debit (cm½/dt)
Q = Debit air pada alat ukur Thompson (m³/dt)
2.4 Perhitungan
A. Menghitung debit air pada alat ukur Thompson
1) Perhitungan Data 1
➢ Perhitungan Koefisien Debit
0,004 12 h
K = 1,3533 + + 0,167 (8,4 + ) . (B . 0,09) ²
h √D
0,004 12 0,047
= 1,3533 + 0,047 + 0,167 (8,4 + ) . ( 0,50 . 0,09) ²
√0,19
= 1,438 cm½/dt
2) Perhitungan Data 2
➢ Perhitungan Koefisien Debit
0,004 12 h
K = 1,3533 + + 0,167 (8,4 + ) . (B . 0,09) ²
h √D
8
0,004 12 0,055
= 1,3533 + 0,055 + 0,167 (8,4 + ) . ( 0,50 . 0,09) ²
√0,19
= 1,426 cm½/dt
3) Perhitungan Data 1
➢ Perhitungan Koefisien Debit
0,004 12 h
K = 1,3533 + + 0,167 (8,4 + ) . (B . 0,09) ²
h √D
0,004 12 0,058
= 1,3533 + 0,058 + 0,167 (8,4 + ) . ( 0,50 . 0,09) ²
√0,19
= 1,422 cm½/dt
4) Perhitungan Data 1
➢ Perhitungan Koefisien Debit
0,004 12 h
K = 1,3533 + + 0,167 (8,4 + ) . (B . 0,09) ²
h √D
0,004 12 0,061
= 1,3533 + 0,061 + 0,167 (8,4 + ) . ( 0,50 . 0,09) ²
√0,19
= 1,419 cm½/dt
9
B. Menghitung debit air pada alat ukur Thompson
B (B flum dan sluice gate : 0,078 m)
Y0 (m)
0,110
0,110
0,110
0,110
A0 = B x Y0
= 0,078 x 0,110
= 0,00858 m2
1) A1 = B x Y1
= 0,078 x 0,0080
= 0,000624 m
2) A1 = B x Y1
= 0,078 x 0,0100
= 0,00078 m
3) A1 = B x Y1
= 0,078 x 0,0120
= 0,000936 m
10
4) A1 = B x Y1
= 0,078 x 0,0160
= 0,001248 m
Q(m3/det)
0,00068
0,00101
0,00115
0,00130
Q 0,00068
1) V0 = A0 = 0,00858
= 0,079 m/s
Q 0,00101
2) V0 = A0 = 0,00858
= 0,117 m/s
Q 0,00115
3) V0 = A0 = 0,00858
= 0,134 m/s
Q 0,00130
4) V0 = A0 = 0,00858
= 0,150 m/s
Q(m3/det) A1 (m)
0,00068 0,00062
0,00101 0,00078
0,00115 0,00093
0,00130 0,00124
11
Q 0,00068
1) V1 = A1 = 0,00062
= 1,1 m/s
Q 0,00101
2) V1 = A1 = 0,00078
= 1,3 m/s
Q 0,00115
3) V1 = A1 = 0,00093
= 1,2 m/s
Q 0,00130
4) V1 = A1 = 0,00124
=1,04m/s
(V02 ) (0,079²)
1) E0 = Y0 + = 0,110 +
2.g 2 . 9,81
= 0,1103 m
(V02 ) (0,117²)
2) E0 = Y0 + = 0,110 +
2.g 2 . 9,81
= 0,1106 m
(V02 ) (0,134²)
3) E0 = Y0 + = 0,110 +
2.g 2 . 9,81
= 0,1109 m
(V02 ) (0,150²)
4) E0 = Y0 + = 0,110 +
2.g 2 . 9,81
= 0,111
12
G. Menghitung E1 = Energi spesifik di hilir ( g = 9,81)
Y1 (m) V1 (m)
0,0080 1,09
0,0050 1,3
0,0180 1,2
0,0250 1,04
(V12 ) (1,09²)
1) E1 = Y1 + = 0,0080 + 2 .
2.g 9,81
= 0,0685 m
(V12 ) (1,3²)
2) E1 =Y1 + = 0,0050 + 2 .
2.g 9,81
= 0,0911 m
(V12 ) (1,2²)
3) E1 = Y1 + = 0,0180 + 2 .
2.g 9,81
= 0,0913 m
(V12 ) (1,04²)
4) E1 = Y1 + = 0,0250 + 2 .
2.g 9,81
= 0,0801 m
Hubungan E0 dan Y0
0,12 0,1103 0,1106 0,1109 0,1111
0,1
0,08
E0
0,06
0,04
0,02 0
0
Yo 0,110 0,110 0,110 0,110
Y0
13
• Hubungan E1 dan Y1
Hubungan Y1 dan E1
0,1 0,0911 0,0913
0,09 0,0801
0,08 0,0685
0,07
Y1 0,06
0,05
0,04
0,03
0,02
0,01
0
0,0080 0,0100 0,0120 0,0160
E1
Aliran di Hulu
V0 0,079
1) F = =
√g .y0 √9,81 . 0,110
= 0,240
V0 0,117
2) F = =
√g .y0 √9,81 . 0,110
= 0,356
V0 0,134
3) F = =
√g .y0 √9,81 . 0,110
= 0,407
14
𝐕𝟎 𝟎,𝟏𝟓𝟎
4) F = =
√𝐠 .𝐲𝟎 √𝟗,𝟖𝟏 . 𝟎,𝟏𝟏𝟎
= 0,456
Aliran di Hilir
V1 1,1
1) F = =
√g .y1 √9,81 . 0,0080
= 3,926
V1 1,3
2) F = =
√g .y1 √9,81 . 0,0100
= 4,15
V1 1,2
3) F = =
√g .y1 √9,81 . 0,0120
= 3,49
V1 1,04
4) F = =
√g .y1 √9,81 . 0,0160
= 2,62
𝐐
J. Menghitung q = 𝐁
Q 0,00068
1) Percobaan 1 = =
B 0,078
= 0,008 m
Q 0,00101
2) Percobaan 2 = =
B 0,078
= 0,012 m
Q 0,00115
3) Percobaan 3 = =
B 0,078
= 0,014 m
Q 0,00130
4) Percobaan 4 = =
B 0,078
= 0,016 m
15
𝐪𝟐
K. Menghitung Yc = ( 𝐠 ) 𝟏/𝟑
q2 0,0082
1) Yc 1 = ( g ) 1/3 = ( ) 1/3
9,81
= 0,018 m
q2 0,0122
2) Yc 2 = ( g ) 1/3 = ( ) 1/3
9,81
= 0,024 m
q2 0,0142
3) Yc 3 = ( g ) 1/3 = ( ) 1/3
9,81
= 0,027 m
q2 0,0162
4) Yc 4 = ( g ) 1/3 = ( ) 1/3
9,81
= 0,029 m
𝟑
L. Menghitung E = 𝟐
x Yc (Energi pesifik Minimum)
3 3
1) Percobaan 1 = 2
x Yc = 2 x 0,018
= 0,018
3 3
2) Percobaan 2 = 2
x Yc = 2 x 0,024
= 0,036
3 3
3) Percobaan 3 = 2
x Yc = 2 x 0,027
= 0,040
3 3
4) Percobaan 4 = 2
x Yc = 2 x 0,029
= 0,043
16
2.5 Kesimpulan
a. Pada nilai Q berapa kedalaman kritis diperoleh?
Nilai Q diperoleh :
Q1 = 0.0010 m³/dtk
Q2 = 0.0014 m³/dtk
Q3 = 0.0015 m³/dtk
Q4 = 0.0019 m³/dtk
Dalam energi spesifik terdapat dua kedalaman yang berbeda,
yang disebut kedalaman alternatif. Hal ini dapat terjadi karena
adanya pengaruh dari dua jenis aliran yang berbeda. Jadi, Nilai Q
termasuk kriteria aliran “Sub Kritis”, Karena nilai Q < 1
b. Faktor apa saja yang mempengaruhi pertambahan ketinggian aliran
pada energi spesifik?
Faktor-faktor yang mempengaruhi bertambahnya ketinggian aliran
pada energi spesifik adalah :
✓ Tinggi muka air
✓ Debit air
✓ Kecepatan aliran
Berdasarkan grafik hubungan energi spesifik, diketahui setiap
debit memiliki kedalaman kritis yang berbeda, dan kedalaman
kritisnya bertambah sebanding dengan pertambahan debit.
Berdasarkan grafik hubungan E0 dengan Y0 dapat dilihat
bahwa nilai E0 bergantung pada besar bukaan pintu (Y0).
Sedangkan nilai Y0 dipengaruhi oleh Yg dan Q. Jika nilai Yg kecil,
maka nilai Y0 besar, Q bernilai kecil, sedangkan nilai E0 semakin
bertambah besar. Hal ini menunjukkan bahwa Y0 berbanding lurus
dengan E0.
Berdasarkan grafik hubungan E1 dan Y1 dapat dilihat
bahwa jika Y1 bernilai rendah , sehingga mengakibatkan
bertambah besarnya nilai E1 dan semakin kecilnya nilai Q.
Besarnya nilai E1 ini dipengaruhi oleh adanya gaya yang
bertolakan dengan arah aliran air pada saluran.
17
BAB III
PERCOBAAN ALIRAN MELALUI SLUICE GATE
…………………………………..(3.1)
18
Tabel 3.1 Henry H.R. nilai Cd berdasarkan nilai Yg/Y0
Yg/Y0 0.000 0.100 0.105 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700
Cd 0.610 0.600 0.600 0.605 0.605 0.607 0.620 0.640 0.660
19
B. Meteran taraf
20
Gambar 3.5 Sluice gate tegak lurus
2. Mengatur tinggi bukaan pintu (Yg) dari dasar flume sebagai tinggi
bukaan percobaan
3. Mengatur tinggi muka air di hulu pintu (Y0) dan memastikan kondisi
aliran konstan
21
4. Menaikkan tinggi bukaan pintu (Yg) hingga mencapai ketinggian
yang diinginkan dengan interval kenaikan yang ditetapkan
22
3.4 Perhitungan Data
A. Perhitungan Yg/Yo
Percobaan 1 = Yg/Yo = 0.012 / 0.110 = 0.109
Percobaan 2 = Yg/Yo = 0.015/ 0.110 = 0.136
Percobaan 3 = Yg/Yo = 0.018 / 0.110 = 0.163
Percobaan 4 = Yg/Yo = 0.021 / 0.110 = 0.190
0,109−0,100 𝑦−0,606
1. = =
0,200−0,100 0,602−0,606
= 0,6056
0,136−0,100 𝑦−0,606
2. = =
0,200−0,100 0,602−0,606
= 0,6046
0,163−0,100 𝑦−0,606
3. = =
0,200−0,100 0,602−0,606
= 0,6035
0,190−0,100 𝑦−0,606
4. = =
0,200−0,100 0,602−0,606
= 0,6024
𝑥−𝑥1
C. Perhitungan Cd (Hasil interpolasi tabel Henry H.R. nilai) = 𝑥2−𝑥1 =
𝑦−𝑦1
𝑦2−𝑦1
0,109−0,105 𝑦−0,606
1. = =
0,200−0,105 0,605−0,600
= 0,6318
0,136−0,105 𝑦−0,606
2. = =
0,200−0,105 0,605−0,600
= 0,6332
23
0,163−0,105 𝑦−0,606
3. = =
0,200−0,105 0,605−0,600
= 0,6346
0,190−0,105 𝑦−0,606
4. = =
0,200−0,105 0,605−0,600
= 0,6361
D. Perhitungan Aliran ( Cc x Yg )
Percobaan 1 = 0,6056 x 0,021 = 0,007 (Y1 > Cc.Yg) → Tenggelam
Percobaan 2 = 0,6046 x 0,015 = 0,009 (Y1 > Cc.Yg) → Tenggelam
Percobaan 3 = 0,6035 x 0,018 = 0,011 (Y1 > Cc.Yg) → Tenggelam
Percobaan 4 = 0,6024 x 0,021 = 0,013 (Y1 > Cc.Yg) → Tenggelam
F. Perhitungan A0 = Y0 x b
Percobaan 1 = Y0 x b = 0,110 x 0,078 = 0,00858
Percobaan 2 = Y0 x b = 0,110 x 0,078 = 0,00858
Percobaan 3 = Y0 x b = 0,110 x 0,078 = 0,00858
Percobaan 4 = Y0 x b = 0,110 x 0,078 = 0,00858
G. Perhitungan A1 = ( Y0 – Y1 ) b
Percobaan 1 = ( Y0 – Y1 ) b = ( 0,110 – 0,008 ) 0,078 = 0,00796
Percobaan 2 = ( Y0 – Y1 ) b = ( 0,110 – 0,010 ) 0,078 = 0,00780
24
Percobaan 3 = ( Y0 – Y1 ) b = ( 0,110 – 0,012 ) 0,078 = 0,00764
Percobaan 4 = ( Y0 – Y1 ) b = ( 0,110 – 0,016 ) 0,078 = 0,00733
H. Perhitungan V0 = Q x A0
Percobaan 1 = Q x A0 = 0,0008 x 0,00858 = 0,0000069
Percobaan 2 = Q x A0 = 0,0010 x 0,00858 = 0,0000086
Percobaan 3 = Q x A0 = 0,0012 x 0,00858 = 0,0000103
Percobaan 4 = Q x A0 = 0,0016 x 0,00858 = 0,0000120
I. Perhitungan V1 = Q x A1
Percobaan 1 = Q x A1 = 0,0008 x 0,00796 = 0,0000064
Percobaan 2 = Q x A1 = 0,0010 x 0,00780 = 0,0000078
Percobaan 3 = Q x A1 = 0,0012 x 0,00764 = 0,0000092
Percobaan 4 = Q x A1 = 0,0016 x 0,00733 = 0,0000102
𝑽𝟎²
J. Perhitungan E0 = Y0 x 𝟐.𝒈
0,0000069²
Percobaan 1 = 0,110 x = 2,6693
2 𝑥 9,81
0,0000086²
Percobaan 2 = 0,110 x = 4,1466
2 𝑥 9,81
0,0000103²
Percobaan 3 = 0,110 x = 5,9480
2 𝑥 9,81
0,0000120²
Percobaan 4 = 0,110 x = 8,0734
2 𝑥 9,81
𝑸²
K. Perhitungan E1 = Y1 + 𝟐.𝒈 𝒙 𝒀𝟏²
0,0008²
Percobaan 1 = 0,008 x = 0,0590
2 .9,81 𝑥 0,0008²
0,0010²
Percobaan 2 = 0,010 x = 0,0610
2 .9,81 𝑥 0,0008²
0,0012²
Percobaan 3 = 0,012 x = 0,0630
2 .9,81 𝑥 0,0008²
0,0014²
Percobaan 4 = 0,016 x = 0,0670
2 .9,81 𝑥 0,0008²
25
A. Hitung nilai Cd untuk setiap nilai Q
Perhitungan Cd (Hasil interpolasi tabel Henry H.R. nilai)
Yg/ Y0 0,109 0,163 0,163 0,190
Cd 0,6318 0,6332 0,6346 0,6361
0,633 0,6318
0,632
0,631
0,63
0,629
0,109 0,136 0,163 0,19
YG/Y0
Gambar 3.10 Gambar Grafik Hubungan CD dan YG/Y0
2. Grafik Yg/Y0 untuk Q tetap
0,0008
0,0006
0,0004
0,0002
0
0,109 0,136 0,163 0,19
YG/Y0
Gambar 3.11 Gambar Grafik Hubungan Q dan YG/Y0
26
3.5 Kesimpulan
a) Pengaruh nilai Yg dan Q terhadap Cd
Nilai Yg adalah nilai lebar bukaan pintu air dan untuk menghitung Cd
dibutuhkan Y0 yang merupakan ketinggian air awal pada alat uji.
Perbandingan antara Yg/Y0 merupakan hasil dari Cd, jika Yg atau lebar
bukaan semakin besar nilai Cd atau koefisian debitnya semakin besar
sehingga membuat aliran yang terlewat keluar dari pintu alat uji semakin
besar sehingga mempengaruhi banyak nya aliran yang terlewat tiap satuan
detiknya atau bias dibilang debit (Q).
Dari hasil data uji coba didapatkan nilai Yg/Y0 antara 0,13 – 0,22 dan
nilai Cd antara 0,601 – 0,611, sehingga jika dibandingkan dengan tabel
Henry masuk dalam range nilai Yg/Y0 antara 0,100 – 0,200 dan untuk
nilai Cd didapatkan antara 0,600 – 0,610. Untuk data Cd hasil data uji coba
didapatkan dari hasil interpolasi.
27
BAB IV
PERCOBAAN LONCATAN HIDRAULIK (HYDRAULIC JUMP)
28
4.2 Prosedur Praktikum
4.2.1 Peralatan yang digunakan
Peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Flume saluran terbuka
b. Meteran taraf
29
4.2.2 Cara Kerja
a. Memastikan peralatan dan posisi flume saluran terbuka dan sluice
gate tegak lurus dengan dasar flume
30
Gambar 4.7 Menaikkan tinggi bukaan pintu
No Yg Y0 Y1 Y3 Q A1 A3 Yc ΔH/Y1
(m) (m) (m) (m) (m³/det) (m2) (m2) (m) (m)
1. 0.013 0.105 0.0080 0.0440 0.0068 0.0006 0.0034 0.00411 4.725
2. 0.019 0.095 0.0050 0.0500 0.00101 0.0004 0.0039 0.005636 15.12
3. 0.023 0.085 0.0180 0.0530 0.00115 0.0014 0.0041 0.0062 1.761
4. 0.029 0.075 0.0250 0.0550 0.0013 0.0020 0.0043 0.00674 0.856
31
4.4 Perhitungan Data
2. A1 = Y1 × B
Percobaan 1 = Y1 × B
= 0.008 × 0.078
= 0.0006 m2
Percobaan 2 = Y1 × B
= 0.005 × 0.078
= 0.0004 m2
Percobaan 3 = Y1 × B
= 0.018 × 0.078
= 0.0014 m2
Percobaan 4 = Y1 × B
= 0.025 × 0.078
= 0.0020 m2
3. A3 = Y3 × B
Percobaan 1 = Y3 × B
= 0.044 × 0.078
= 0.0034 m2
32
Percobaan 2 = Y3 × B
= 0.050 × 0.078
= 0.0039 m2
Percobaan 3 = Y3 × B
= 0.053 × 0.078
= 0.0041 m2
Percobaan 4 = Y3 × B
= 0.055 × 0.078
= 0.0043 m2
𝑄
4. V1 =
𝐴1
𝑄
Percobaan 1 =
𝐴1
0.00068
=
0.0006
= 1.133
𝑄
Percobaan 2 =
𝐴1
0.00101
=
0.0004
= 2.525
𝑄
Percobaan 3 =
𝐴1
0.00115
=
0.0014
= 0.821
𝑄
Percobaan 4 =
𝐴1
0.00130
=
0.0020
= 0.650
𝑉1
5. Fr =
√𝑔.𝑦1
𝑉1
Percobaan 1 =
√𝑔.𝑦1
1.133
=
√9.81 𝑥 0.008
33
= 4.0444 ( Fr > 1, Super kritis)
𝑉1
Percobaan 2 =
√𝑔.𝑦1
2.525
=
√9.81 𝑥 0.005
= 11.401 ( Fr > 1, Super kritis)
𝑉1
Percobaan 3 =
√𝑔.𝑦1
0.821
=
√9.81 𝑥 0.018
= 1.854 ( Fr > 1, Super kritis)
𝑉1
Percobaan 4 =
√𝑔.𝑦1
0.650
=
√9.81 𝑥 0.025
= 1.313 ( Fr > 1, Super kritis)
6. Y2 = ½ (√1 + 8 . 𝐹𝑟 2 − 1) . Y1
Percobaan 1 = ½ (√1 + 8 . 𝐹𝑟 2 − 1) . Y1
= ½ (√1+8 x(4.0444)2-1) x 0.008
= 0.0458
Percobaan 2 = ½ (√1 + 8 . 𝐹𝑟 2 − 1) . Y1
= ½ (√1+8 x(11.401)2-1) x 0.005
= 0.0806
Percobaan 3 = ½ (√1 + 8 . 𝐹𝑟 2 − 1) . Y1
= ½ (√1+8 x(1.954)2-1) x 0.018
= 0.0497
34
Percobaan 4 = ½ (√1 + 8 . 𝐹𝑟 2 − 1) . Y1
= ½ (√1+8 x(1.313)2-1) x 0.025
= 0.0464
7. ΔH = Y2 – Y1
Percobaan 1 = Y2 – Y1
= 0.0458 – 0.008
= 0.0378
Percobaan 2 = Y2 – Y1
= 0.0806 – 0.005
= 0.0756
Percobaan 3 = Y2 – Y1
= 0.0497 – 0.018
= 0.0317
Percobaan 4 = Y2 – Y1
= 0.0464 – 0.018
= 0.0214
8. ΔH / Y1
Percobaan 1 = ΔH / Y1
= 0.0378 / 0.008
= 4.725
Percobaan 2 = ΔH / Y1
= 0.0756 / 0.005
= 15.12
Percobaan 3 = ΔH / Y1
= 0.0317 – 0.018
= 1.716
Percobaan 4 = ΔH / Y1
= 0.0214 – 0.018
= 0.856
35
9. Panjang loncatan hidraulik secara teoritis
Mencari L = 6 (Y2 – Y1)
Percobaan 1 = 6 (Y2 – Y1)
= 6 x (0.0458 – 0.008)
= 0.2268
Percobaan 2 = 6 (Y2 – Y1)
= 6 x (0.0806 – 0.005)
= 0.4536
Percobaan 3 = 6 (Y2 – Y1)
= 6 x (0.0497 – 0.018)
= 0.1902
Percobaan 4 = 6 (Y2 – Y1)
= 6 x (0.0464 – 0.025)
= 0.1284
10. Hitung V1 & gambar grafik hubungan antara V12 /gY1 dan Y3/Y1
𝑄
mencari V1 =
𝐴1
𝑄
Percobaan 1 =
𝐴1
0.00068
=
0.0006
= 1.133
𝑄
Percobaan 2 =
𝐴1
0.00101
=
0.0004
= 2.525
𝑄
Percobaan 3 =
𝐴1
0.00115
=
0.0014
= 0.821
𝑄
Percobaan 4 =
𝐴1
36
0.00130
=
0.0020
= 0.650
37
13. Mencari ΔH/Y1
𝛥𝐻
Percobaan 1 =
𝑌1
0.0378
=
0.008
= 4.725
𝛥𝐻
Percobaan 2 =
𝑌1
0.0756
=
0.005
= 15.12
𝛥𝐻
Percobaan 3 =
𝑌1
0.0317
=
0.018
= 1.761
𝛥𝐻
Percobaan 4 =
𝑌1
0.0214
=
0.025
= 0.856
38
𝑄
Percobaan 3 =
𝐵
0.00115
=
0.078
= 0.015 m
𝑄
Percobaan 4 =
𝐵
0.00130
=
0.078
= 0.017 m
Percobaan 1 = (0.0092)1/3
9.81
0.043267
=
9.81
= 0.004411
Percobaan 2 = (0.0132)1/3
9.81
0.055288
=
9.81
= 0.005636
Percobaan 3 = (0.0152)1/3
9.81
0.060822
=
9.81
= 0.00620
Percobaan 4 = (0.0172)1/3
9.81
0.066155
=
9.81
= 0.00674
39
A. Gambar grafik antara Hubungan V12/ g.Y1 dan Y3/Y1 dan
Hubungan ΔH/Y1 dan Y3/Y1
80
60
40
20
0
5,5 10 2,94 2,2
Y3/Y1
8
6
4
2
0
5,5 10 2,944 2,2
Y3/Y1
40
4.5 Kesimpulan
A. Dari tabel tabel perbandingan nilai Y1, Yc, dan Y3, ternyata didapat bahwa
Y1 < Yc < Y3 terjadi loncatan hidrolis, baik yang dihitung dengan
menggunakan debit maupun dengan tabung pitot. Dari nilai Y1 , Yc , Y3
yang paling terbesar adalah Y3 sehingga terjadi loncatan hidrolis.
41
BAB V
BAGIAN AKHIR
5.1 Daftar Pustaka
Modul Praktikum
https://fdokumen.com/document/saluran-terbuka-siap-printzx-2.html
42