07 Juklak Prinas Piloting RJ 2023
07 Juklak Prinas Piloting RJ 2023
REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
PETUNJUK PELAKSANAAN
PILOTING IMPLEMENTASI ALTERNATIF PEMIDANAAN DAN KEADILAN
RESTORATIF BAGI PELAKU DEWASA
TAHUN 2023
NOMOR: PAS.4-3.PK.04.01
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sistem peradilan pidana di Indonesia, dalam sepuluh tahun terakhir masih
mengedepankan penjatuhan pidana penjara, hal ini dapat dilihat dari tren
penambahan jumlah narapidana dari sebanyak 117.863 orang pada tahun 2010
terus meningkat hingga menjadi 249.056 orang pada tahun 20201. Peningkatan
jumlah narapidana ini tidak sebanding dengan penambahan jumlah SDM dan
sarana prasarana, sehingga menimbulkan kesenjangan antara tingkat
kemampuan institusi pemasyarakatan untuk memberikan layanan dengan
beban kerja yang semakin meningkat.
Adanya ketidakseimbangan antara beban kerja dengan SDM dan sarana
prasarana ini mengakibatkan pembinaan narapidana di dalam lembaga
pemasyarakatan menjadi sulit dilakukan sesuai dengan standar, meningkatnya
potensi gangguan keamanan dan ketertiban, sampai pada isu pemenuhan
kesehatan narapidana dan penularan penyakit, serta meningkatnya potensi
1
https://www.prisonstudies.org/country/indonesia diakses tanggal 27 Januari 2023 jam 10.55 wib
terjadinya residvisme. Hal tersebut juga senada dengan pernyataan Prof. Eddy
Oemar Hiariej, Wakil Menteri Hukum dan HAM RI yang menyampaikan bahwa
“aparat penegak hukum masih melihat hukum pidana sebagai paradigma
retributif, mestinya, restoratif (untuk korban), rehabilitatif (untuk korban dan
pelaku) dan korektif (untuk pelaku). Keliru bila tanggung jawab mengenai
overcrowding sepenuhnya di kementerian hukum dan ham, Lapas tidak bisa
menolak. karenanya yang diajak bicara adalah sistem peradilan pidana. Perlu
sistem peradilan pidana yang komprehensif merujuk paradigma hukum pidana
universal”2. Dengan demikian, perlu adanya forum bersama antara
Pemasyarakatan, Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan untuk bersama-sama
mengedepankan alternatif pemidanaan, salah satunya dengan pendekatan
keadilan restoratif.
Pendekatan keadilan restoratif dalam sistem peradilan pidana di beberapa
negara dilihat menjadi sebuah pendekatan yang lebih humanis dalam
menangani tindak pidana. Pendekatan ini juga memberikan beberapa kelebihan
dibandingkan dengan sistem hukuman pemenjaraan, di antaranya : mengurangi
tingkat pengulangan pidana secara substansial, penurunan keinginan korban
kejahatan untuk membalas dendam dengan kekerasan terhadap pelaku,
penurunan biaya peradilan pidana3, dan penurunan angka residivisme4. Nilai-
nilai keadilan restoratif memberikan perhatian yang sama kepada korban dan
pelaku karenanya otoritas untuk menentukan rasa keadilan ada di tangan para
pihak sedangkan negara berfungsi sebagai fasilitator.
Penerapan keadilan restoratif dan alternatif pemidanaan di Indonesia,
sudah dilakukan namun terbatas dalam sistem peradilan pidana Anak melalui
program diversi sesuai amanat Undang-undang No. 11 tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA). Penerapan keadilan restoratif dan
alternatif pemidanaan yang diterapkan pada pelaku anak telah berhasil
menurunkan jumlah putusan pidana penjara dari semula 75% menjadi 25%
2
COVID-19, Prison Overcrowding, and Their Impacts on Indonesia’s Prison System, 5 Agustus 2021, sumber :
https://youtu.be/N61c3G2cRWQ?t=2103s
3
Richard Dembo PhD , Jennifer Wareham MA , James Schmeidler PhD & Thomas N. Chirikos PhD
(2005) Evaluation of the Impact of a Policy Change on Diversion Program Recidivism and Justice
System Costs, Journal of Offender Rehabilitation, 41:3, 93-122, DOI: 10.1300/J076v41n03_04
4
Bonta, J., Wallace-Capretta, S., Rooney, J., & McAnoy, K. (2002). An outcome evaluation of a
restorative justice alternative to incarceration. Contemporary Justice Review, 5, 319-338.
serta menurunkan tingkat kepadatan hunian Lembaga Pembinaan Khusus
Anak (LPKA). Hal ini kemudian mendorong terwujudnya pemenuhan dan
perlindungan hak Anak yang ideal.
Payung hukum penerapan keadilan restoratif dan alternatif pemidanaan
bagi pelaku dewasa sebetulnya juga sudah ada namun masih bersifat sektoral
di masing-masing institusi penegak hukum, yaitu:
Payung hukum pelaksanaan keadilan restoratif di Kepolisian: Peraturan
Kepolisan Negara Republik Indonesia No. 8 Tahun 2021 tentang Penanganan
Tindak Pidana Berdasarkan Keadilan Restoratif.
Payung hukum pelaksanaan keadilan restoratif di Kejaksaan: Peraturan
Jaksa Agung RI No.15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan
Berdasarkan Keadilan Restoratif.
Di pengadilan belum ada payung hukum penerapan keadilan restoratif
bagi pelaku dewasa. Namun payung hukum untuk pelaksanaan alternatif
pemidanaan sudah diatur di KUHP pasal 14 a yang mengatur tentang pidana
bersyarat untuk terpidana yang dijatuhi hukuman penjara satu tahun ke bawah.
Payung hukum alternatif pemidanaan di pemasyarakatan disebutkan
dalam pada PP No. 31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan
Warga Binaan Pemasyarakatan, bahwa penelitian kemasyarakatan terhadap
tersangka dewasa dapat dilakukan untuk perkara tertentu untuk membantu
penyidik, penuntut umum dan hakim dalam menangani perkara.
Payung hukum bersama berupa Nota Kesepakatan Bersama Ketua
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia, Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia Tentang Pelaksanaan Penerapan Penyesuaian
Batasan Tindak Pidana Ringan Dan Jumlah Denda, Acara Pemeriksaan Cepat,
Serta Penerapan Keadilan Restoratif (Restorative Justice) Nomor: 131 / KMA/
SKB / X / 2012, Nomor: M. HH - 07. HM. 03. 02 Tahun 2012, Nomor: KEP -06 /
E/ EJP / 10 / 2012, Nomor: B/39/X/2012.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan berinisiatif menyelenggarakan Piloting Implementasi Keadilan
Restoratif dan Alternatif Pemidanaan di 10 kota dengan tujuan untuk
memastikan bahwa penerapan keadilan restoratif dan alternatif pemidanaan
yang telah diatur dalam payung hukum sebagaimana diuraikan di atas dapat
benar-benar dilaksanakan.
Untuk memperlancar proses implementasi ini maka diadakan rapat
koordinasi (Rakor) yang akan mengundang para jaksa, penyidik, hakim, dan
stake holder terkait lainnya di kota piloting untuk mensosialisasikan nota
kesepahaman sekaligus menyusun Perjanjian Kerja Sama di tingkat
kabupaten/kota. Kemudian di akhir semester 1 dan semester 2 akan diadakan
evaluasi untuk melihat implementasi Perjanjian Kerjasama dan hasil Rapat
Koordinasi melalui penghitungan angka pelaksanaan Litmas, pendampingan,
pembimbingan, pengawasan, pemberdayaan masyarakat, serta jumlah putusan
non penjara dari awal tahun, semester 1 dan semester 2.
Dalam PKS tersebut nanti akan menyebutkan juga mengenai penelitian
kemasyarakatan untuk tersangka yang akan dilakukan untuk semua kasus
yang menurut payung hukum dapat diterapkan keadilan restoratif atau alternatif
pemidanaan, serta melibatkan peran aktif pemberi bantuan hukum yang telah
bekerja sama dengan Bapas melalui kelompok masyarakat peduli
pemasyarakatan (Pokmas) bidang hukum dan kemasyarakatan. Dengan
demikian, kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan peran dan kinerja
pemasyarakatan dalam menyelenggarakan layanan pemasyarakatan dengan
semangat revitalisasi pemasyarakatan, menurunkan tingkat hunian Lapas,
melaksanakan program pembinaan dan reintegrasi yang lebih berkualitas
dalam lingkungan Lapas yang kondusif terhindar dari gangguan keamanan dan
ketertiban, sehingga pada akhirnya bisa menurunkan tingkat risiko residvisme.
Pelibatan pokmas dalam kegiatan ini juga diharapkan mampu meningkatkan
peran masyarakat dalam menciptakan masyarakat yang lebih taat hukum dan
terpeliharanya keamanan masyarakat.
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari Petunjuk Pelaksanaan ini adalah petunjuk
penyelenggaraan Piloting Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan
Restoratif Bagi Pelaku Dewasa tahun 2023, yang meliputi:
a. Perencanaan Rapat Koordinasi Implementasi Alternatif Pemidanaan dan
Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Dewasa;
b. Pelaksanaan Rapat Koordinasi Implementasi Alternatif Pemidanaan dan
Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Dewasa sampai dengan penandatangan
perjanjian Kerjasama antara Bapas dengan Polres, Kejaksaan, Pengadilan,
dan BNN di Kota / Kabupaten Wilayah Piloting;
c. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan pelaksanaan Piloting Implementasi
Alternatif Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Dewasa.
4. Pengertian
a. Keadilan Restoratif adalah penyelesaian perkara tindak pidana dengan
melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/ korban, dan pihak lain yang
terkait untuk bersama-sama untuk mencari penyelesaian yang adil dengan
menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula dan bukan
pembalasan.
b. Pembimbing Kemasyarakatan adalah Pejabat Fungsional Penegak Hukum
yang melaksanakan Penelitian Kemasyarakatan, Pembimbingan,
Pengawasan dan Pendampingan terhadap Anak di dalam dan di luar proses
Peradilan Pidana.
c. Asisten Pembimbing Kemasyarakatan adalah PNS yang diberikan tugas
tanggung jawab wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan kegiatan asistensi di bidang bimbingan
kemasyarakatan.
d. Balai Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Bapas adalah unit
pelaksana teknis pemasyarakatan yang melaksanakan tugas dan fungsi
penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan, dan
pendampingan.
e. Koordinasi adalah kegiatan mengintegrasikan dan menyinkronisasikan
rumusan Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi
Pelaku Dewasa.
f. Pemantauan adalah kegiatan mengamati, mengidentifikasi, dan mencatat
pelaksanaan Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan Restoratif
Bagi Pelaku Dewasa yang dilakukan oleh lembaga terkait.
g. Evaluasi adalah kegiatan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan
Piloting Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi
Pelaku Dewasa.
h. Pelaporan adalah kegiatan menyusun dan menyampaikan hasil pemantauan,
dan evaluasi pelaksanaan Piloting Implementasi Alternatif Pemidanaan dan
Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Dewasa.
i. Kelompok Masyarakat Peduli Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut
Pokmas Lipas adalah perseorangan atau perkumpulan mitra kerja
pemasyarakatan yang memiliki kepedulian tinggi dan kesediaan
berpartisipasi dalam mendukung penyelenggaraan pemasyarakatan.
j. Kota piloting adalah kota yang ditunjuk sebagai wilayah piloting penerapan
alternatif pemidanaan dan keadilan restoratif bagi pelaku dewasa yang
ditetapkan dengan surat keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan.
BAB II
PERENCANAAN RAPAT KOORDINASI IMPLEMENTASI ALTERNATIF
PEMIDANAAN DAN KEADILAN RESTORATIF BAGI PELAKU DEWASA
3. Kunjungan Koordinasi
Kunjungan koordinasi dilakukan dalam rangka :
a. Penjajakan kerjasama untuk penyusunan naskah perjanjian kerjasama
antara kepala Bapas, Kepala Kepolisian Resor Kota, Kepala Kejaksaan,
Ketua Pengadilan Negeri, Kepala Badan Narkotika Nasional Kota /
Kabupaten. Dalam hal dianggap perlu dan akan memberikan dukungan
yang baik, kerja sama dapat melibatkan juga lembaga adat setempat serta
pemerintah daerah;
b. Tindak lanjut hasil rapat koordinasi dan finalisasi naskah perjanjian
kerjasama; dan
c. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan perjanjian kerjasama.
4. Asistensi Online
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan melaksanakan Asistensi Online
pada awal tahun, hal ini dilakukan untuk memberikan penjelasan sekaligus
mempersiapkan tim koordinasi wilayah dalam melaksanakan kegiatan piloting
Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan Restoratif bagi Pelaku
Dewasa. Seluruh anggota tim koordinasi wilayah wajib mengikuti Asistensi
Online, dan membuat laporan pelaksanaan kegiatan sebagai salah satu data
dukung pencapaian target kinerja.
BAB III
PELAKSANAAN RAPAT KOORDINASI TENTANG IMPLEMENTASI ALTERNATIF
PEMIDANAAN DAN KEADILAN RESTORATIF BAGI PELAKU DEWASA
1. Metode
Metode pelaksanaan kegiatan Implementasi Alternatif Pemidanaan dan
Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Dewasa adalah melalui rapat koordinasi dan
sosialisasi yang melibatkan aparat penegak hukum, instansi pemerintah, serta
Pokmas Lipas. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sebagai
berikut:
a. Paparan
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman dari narasumber terkait pelaksanaan Implementasi Alternatif
Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Dewasa.
b. Tanya jawab
Kegiatan ini memberi kesempatan bagi para peserta Rapat Koordinasi
untuk memahami tentang materi yang disampaikan oleh Narasumber.
c. Pembahasan Draft Perjanjian Kerja Sama Tentang Implementasi Keadilan
Restoratif Bagi Pelaku Dewasa
Kegiatan ini bertujuan untuk membahas Draft Perjanjian Kerja Sama
terkait implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi
Pelaku Dewasa. Hasil dari rapat koordinasi dibuat dalam bentuk
rekomendasi untuk setiap institusi dalam menyelesaikan masalah dan
dicantumkan dalam Berita Acara sebagaimana format terlampir.
3. Tempat Pelaksanaan
Rapat koordinasi dilaksanakan di hotel yang berada di kota yang
ditetapkan sebagai tempat piloting. Penetapan hotel tempat pelaksanaan
kegiatan dilakukan atas koordinasi tim koordinasi wilayah dengan Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan cq Direktorat Bimbingan Kemasyarakatan Dan
Pengentasan Anak.
6. Biaya
Biaya pelaksanaan Rapat Persiapan, dan Kunjungan Koordinasi,
dibebankan pada Anggaran Koordinasi Kantor Wilayah dan Balai
Pemasyarkatan. Biaya pelaksanaan Rapat Koordinasi dibebankan pada
Anggaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Biaya pelaksanaan
monitoring dan evaluasi dibebankan kepada Anggaran Kantor Wilayah dan
Direktorat Jenderal pemasyarakatan sesuai peruntukan cakupan tingkat
monitoring dan evaluasi.
BAB IV
MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN
1. Monitoring
Monitoring dilakukan untuk memastikan bahwa kegiatan piloting
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan serta memantau
perkembangan/kemajuan pelaksanaan Implementasi Alternatif Pemidanaan
dan Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Dewasa tahun 2023. Monitoring
dilakukan secara rutin setiap akhir bulan, sehingga dapat menemukan
kesulitan dan hambatan yang timbul untuk mendapat pemecahannya, atau
perbaikan-perbaikan terhadap kesulitan dan hambatan yang dihadapi.
Monitoring pelaksanaan hasil rapat koordinasi Implementasi Alternatif
Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Dewasa meliputi :
a. Monitoring Divisi Pemasyarakatan
Monitoring ini dilakukan untuk menilai keberhasilan pelaksanaan rapat
koordinasi mengenai Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan
Restoratif Bagi Pelaku Dewasa di wilayah. Dalam kegiatan ini, dilakukan
pembahasan terkait perkembangan pelaksanaan program rapat
koordinasi dan Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan
Restoratif Bagi Pelaku Dewasa, antara lain meliputi :
1) Permasalahan atau hambatan dalam pelaksanaan rapat koordinasi;
2) Permasalahan ataupun hambatan yang dihadapi APH dalam
Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi
Pelaku Dewasa;
3) Hal-hal yang dapat menjadi faktor pendukung dalam melaksnakan
rapat koordinasi dan Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan
Restoratif Bagi Pelaku Dewasa;
4) Lain-lain yang menjadi temuan dalam pertemuan dimaksud.
2. Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk menilai kemajuan dan perkembangan
kegiatan Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi
Pelaku Dewasa di wilayah, serta menetapkan langkah-langkah kegiatan
selanjutnya serta perbaikan yang dilakukan untuk menjamin pencapaian
tujuan dan sasaran kegiatan. Secara umum, evaluasi dilakukan untuk
mengidentifikasi hal-hal yang mendukung maupun menghambat pelaksanaan
kegiatan. Evaluasi secara khusus juga dilaksanakan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang mendukung dan menghambat Implementasi Alternatif
Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Dewasa.
Evaluasi pelaksanaan kegiatan dapat dijadikan dasar untuk perbaikan
pelaksanaan kegiatan rapat koordinasi serta penguatan APH dalam
Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi Pelaku
Dewasa. Evaluasi kegiatan dilaksanakan setiap tahapan kegiatan selesai dan
dilakukan dengan dua cara :
a. Evaluasi internal
Evaluasi internal dilaksanakan melalui penilaian yang dilakukan oleh
institusi pelaksana kegiatan terhadap pelaksanaan kegiatan serta
Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi Pelaku
Dewasa di wilayah.
b. Evaluasi eksternal
Evaluasi eksternal dilaksanakan melalui penilaian yang dilakukan oleh
pihak-pihak terkait yang terlibat dengan institusi pelaksana kegiatan
terhadap Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi
Pelaku Dewasa di wilayah.
3. Pelaporan
Kegiatan Piloting Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan
Restoratif Bagi Pelaku Dewasa dilengkapi dengan pendokumentasian melalui
proses pelaporan. Pelaporan dilaksanakan sebagai dokumentasi kegiatan
serta sumber data terkait dengan Implementasi Alternatif Pemidanaan dan
Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Dewasa di wilayah terdiri dari:
a. Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan
Pada akhir pelaksanaan kegiatan, Kepala Divisi Pemasyarakatan
menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan Rapat Koordinasi kepada
Direktur Jenderal Pemasyarakatan (cc: Direktur Bimbingan
Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak). Pelaporan dimaksud dikirimkan
selambat-lambatnya 2 (dua) minggu setelah pelaksanaan kegiatan Rapat
Koordinasi. Format laporan kegiatan mengacu pada format laporan yang
terdapat pada Tata Naskah Dinas Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
b. Pelaporan Hasil Pemantauan Pelaksanaan Rekomendasi Rapat
Koordinasi
Kepala Divisi Pemasyarakatan wajib menyampaikan laporan hasil
pemantauan Pelaksanaan Rekomendasi Rapat Koordinasi Koordinasi
Pelaksanaan Pembinaan Masyarakat Mengenai Implementasi Alternatif
Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Dewasa kepada Direktur
Jenderal Pemasyarakatan (cc: Direktur Bimbingan Kemasyarakatan dan
Pengentasan Anak). Pelaporan dimaksud dikirimkan setiap bulan (format
laporan terlampir). Laporan diupload secara rutin melalui tautan
ebispa.com/lapbulrj.
BAB V
PENUTUP
PUJO HARINTO
NIP. 196703311990011001
Lampiran I Petunjuk Pelaksanaan
Nomor :
Tanggal :
NOMOR: …………………………………….
NOMOR: …………………………………….
NOMOR: …………………………………….
NOMOR: …………………………………….
TENTANG
ALTERNATIF PENERAPAN KEADILAN RESTORATIF BAGI
TERSANGKA/TERDAKWA DEWASA
Pada hari ini .......... tanggal ………….. Bulan Tahun Dua Ribu Dua Puluh
Tiga, bertempat di …………………………… yang bertandatangan dibawah ini :
Pasal 1
KETENTUAN UMUM
1. Keadilan Restoratif (Restorative Justice) adalah penyelesaian perkara tindak
pidana dengan melibatkan pelaku, Korban, keluarga pelaku/Korban, dan pihak
lain yang terkait untuk bersama- sama mencari penyelesaian yang adil dengan
menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula, dan bukan
pembalasan.
2. Peradilan adalah kewenangan suatu lembaga untuk menyelesaikan perkara
untuk dan atas nama hukum demi tegaknya hukum dan keadilan.
3. Penelitian Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut Litmas adalah kegiatan
pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara
sistematis dan obyektif dalam rangka penilaian untuk kepentingan pelayanan
tahanan, pembinaan narapidana, dan pembimbingan klien.
4. Pembimbing Kemasyarakatan adalah pejabat fungsional penegak hukum
yang melaksanakan penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan
dan pendampingan terhadap Klien di dalam dan di luar proses peradilan
pidana.
5. Pembimbingan adalah pemberian tuntutan untuk meningkatkan kualitas,
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku,
profesional, kesehatan jasmani dan rohani Klien Pemasyarakatan.
6. Kelompok Masyarakat Peduli Pemasyarakatan yang selanjutnya disingkat
Pokmas Lipas adalah kumpulan Mitra kerja pemasyarakatan yang memiliki
kepedulian tinggi dan kesediaan berpartisipasi dalam penyelenggaraan
pemasyarakatan, dalam rangka membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan
agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahannya, memperbaiki diri,
dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh
lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat
hidup secara wajarsebagai warga yang baik dan bertanggungjawab.
7. Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,
berdasarkan buktipermulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.
8. Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di
sidang pengadilan.
Pasal 2
MAKSUD DAN TUJUAN
(1) Maksud Perjanjian Kerjasama ini adalah sebagai pedoman bagi PARA PIHAK
dalam pelaksanaan penerapan keadilan restoratif;
(2) Tujuan Perjanjian Kerjasama ini adalah untuk penata laksanaan penerapan
keadilan restoratif.
Pasal 3
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Perjanjian Kerjasama ini meliputi pelaksanaan keadilan restoratif di
tingkat penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di pengadilan sampai pada proses
pembimbingan dan pengawasan.
Pasal 4
BENTUK KERJASAMA
(1) PIHAK I bersedia untuk terlibat dalam pelaksanaan restorative justice di tahap
penyidikan, penuntutan dan pemeriksaaan yang dilakukan oleh PIHAK II,
PIHAK III dan PIHAK IV.
(2) PARA PIHAK sesuai kewenangan masing-masing akan mendorong
penerapan restorative justice bagi tersangka atau terdakwa dewasa.
(3) PARA PIHAK sepakat untuk menjalin koordinasi dalam pelaksanaan
restorative justice bagi tersangka atau terdakwa dewasa.
(4) PARA PIHAK mempunyai tugas dan tanggung jawab merancang dan
menyelenggarakan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam rangka
pelaksanaan restorative justice bagi tersangka atau terdakwa dewasa.
Pasal 5
PEMBIAYAAN
Pembiayaan yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini
dibebankan kepada PARA PIHAK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 6
MONITORING DAN EVALUASI
PARA PIHAK melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan Perjanjian
Kerjasama ini secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan atau
sesuai kebutuhan yang disepakati PARA PIHAK
Pasal 7
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Apabila terjadi perbedaan pendapat atau kesalahpahaman dalam perjanjian kerja
sama ini, PARA PIHAK sepakat menyelesaikan secara musyawarah untuk mencapai
mufakat
Pasal 8
JANGKA WAKTU
(1) Perjanjian kerjasama ini berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun, terhitung
mulai tanggal Perjanjian Kerja Sama ini ditandatangani dan dapat diperpanjang
atau diakhiri dengan persetujuan PARA PIHAK;
(2) Dalam hal salah satu PIHAK berkeinginan untuk mengakhiri Perjanjian
Kerjasama ini sebelum berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), maka PIHAK tersebut wajib memberitahukan secara tertulis kepada
PIHAK lainnya selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelumnya;
(3) Pengakhiran Perjanjian Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
mempengaruhi hak dan kewajiban masing-masing PIHAK yang harus
diselesaikan terlebih dahulu sebagai akibat pelaksanaan sebelum berakhirnya
Perjanjian Kerjasama ini.
Pasal 9
LAIN LAIN
(1) Perjanjian kerjasama ini dapat berakhir atau batal dengan sendirinya apabila
terjadi:
a. Perubahan ketentuan perundang-undangan dan/atau perubahan kebijakan
pemerintah yang tidak memungkinkan berlangsungnya Perjanjian Kerjasama
ini;
b. Keadaan kahar (force majeure) antara lain berupa bencana alam dan
keadaan keamanan yang tidak mengijinkan.
(2) Pihak yang terkena keadaan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a, wajib
memberitahukan kepada Pihak lainnya paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
terjadi perubahan ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau
perubahan kebijakan pemerintah.
(3) Hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Perjanjian Kerja
Sama ini akan diatur berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK yang dituangkan
secara tertulis dalam bentuk adendum yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Perjanjian Kerja Sama ini.
Pasal 10
PENUTUP
Perjanjian kerjasama ini dibuat rangkap 4 (empat) asli pada kertas bermeterai cukup,
masing- masing tertulis sama, mempunyai kekuatan hukum yang sama dan setiap
pihak mendapatkan satu rangkap asli.
Demikian Perjanjian Kerjasama ini dibuat dengan semangat kerjasama yang baik,
untuk dipatuhi dan dilaksanakan oleh PARA PIHAK.
PIHAK I PIHAK II
Kepala Balai Pemasyarakatan …….. Kepala Kepolisian Resor ……..
………………………….. ………………………….
PIHAK III PIHAK IV
Kepala Kejaksaan Negeri ……. Ketua Pengadilan Negeri ……
………………………… ………………………
PIHAK V
Kepala BNN ……………
…………………………
Lampiran II Petunjuk Pelaksanaan
Nomor :
Tanggal :
BERITA ACARA
REKOMENDASI RAPAT KOORDINASI DAN SOSIALISASI SKB 6 K/L TENTANG
IMPLEMENTASI KEADILAN RESTORATIF BAGI PELAKU DEWASA
1. .................................................................................................................................
.................................................................................................................................
............................................
2. .................................................................................................................................
.................................................................................................................................
............................................
3. dan seterusnya.
Berita Acara ini dibuat dengan sesuangguhnya untuk ditindaklanjuti oleh para
peserta Rakor.
Peserta Rakor,
Nama Jabatan, Nama Jabatan,
(Tanda Tangan) (Tanda Tangan)
Nama Lengkap Nama Lengkap
Nama Jabatan,
(Tanda Tangan)
Nama Lengkap
Nama Jabatan, Nama Jabatan,
(Tanda Tangan) (Tanda Tangan)
Nama Lengkap Nama Lengkap
Mengetahui/Mengesahkan
Nama Jabatan,
(Tanda Tangan)
Nama Lengkap
Lampiran III Petunjuk Pelaksanaan
Nomor :
Tanggal :
LAPORAN
TENTANG
PEMANTAUAN PELAKSANAAN REKOMENDASI
RAPAT KOORDINASI DAN SOSIALISASI SKB 6 K/L TENTANG IMPLEMENTASI
KEADILAN RESTORATIF BAGI PELAKU DEWASA
A. Pendahuluan
a. Umum
b. Maksud dan Tujuan
c. Ruang Lingkup
d. Dasar
ii. ..................................................................................................................
...............
1. Kendala 1
..........................................................................................................
2. Dst.
iii. Dst
1. Kendala 1
..........................................................................................................
2. Dst.
.................................
Kepala Kantor Wilayah,
(Tanda Tangan dan Cap Instansi)
Nama Lengkap
NIP.
Lampiran IV Petunjuk Pelaksanaan
Nomor :
Tanggal :
Laporan Rekapitulasi
Pelaksanaan Pembimbingan Kemasyarakatan berdasarkan Keadilan Restoratif
pada tingkat Balai Pemasyarakatan
Nama Bapas :
Periode Pelaporan :
(Nama)
(NIP)
Keterangan Pengisian
1. Kolom (1) : diisi dengan nomor urut.
2. Kolom (2) :diisi dengan pendekatan keadilan restoratif yang dilaksanakan di pemasyarakatan
3. Kolom (3) sd (6) : diisi dengan jumlah klien yang menerima layananan pemasyarakatan dengan pendekatan keadilan restoratif
pada setiap tahapan peradilan.
Lampiran V Petunjuk Pelaksanaan
Nomor :
Tanggal :
Laporan Rekapitulasi
Pelaksanaan Pembimbingan Kemasyarakatan berdasarkan Keadilan Restoratif
pada Tingkat Kantor Wilayah
Nama Kanwil :
Periode Pelaporan :
(Nama)
(NIP)
Keterangan Pengisian
1. Kolom (1) : diisi dengan nomor urut.
2. Kolom (2) :diisi dengan pendekatan keadilan restoratif yang dilaksanakan di pemasyarakatan
3. Kolom (3) sd (6) : diisi dengan jumlah klien yang menerima layananan pemasyarakatan dengan pendekatan keadilan restoratif
pada setiap tahapan peradilan
Lampiran VI Petunjuk Pelaksanaan
Nomor :
Tanggal :
Laporan Rekapitulasi
Pelaksanaan Pembimbingan Kemasyarakatan berdasarkan Keadilan Restoratif
pada Tingkat Direktotat Jenderal Pemasyarakatan
Periode Pelaporan :
No Pendekatan RJ Praajudikasi Ajudikasi Pascaajudikasi Bimbingan Lanjutan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Litmas Tersangka/Terdakwa
2. Litmas Tahanan
3. Litmas Anak
4. Litmas Narapidana
5. Pendampingan
6. Pembimbingan
7. Pengawasan
8. Pemberdayaan Pokmas
9. Musyawarah Perdamaian
10. Penempatan di Griya Abhipraya
(Nama Kota), (Tanggal Laporan)
Direktur Bimbingan Kemasyarakatan
dan Pengentasan Anak
(Nama)
(NIP)
Keterangan Pengisian
1. Kolom (1) : diisi dengan nomor urut.
2. Kolom (2) :diisi dengan pendekatan keadilan restoratif yang dilaksanakan di pemasyarakatan
3. Kolom (3) sd (6) : diisi dengan jumlah klien yang menerima layananan pemasyarakatan dengan pendekatan keadilan restoratif
pada setiap tahapan peradilan