Anda di halaman 1dari 32

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN

PETUNJUK PELAKSANAAN
PILOTING IMPLEMENTASI ALTERNATIF PEMIDANAAN DAN KEADILAN
RESTORATIF BAGI PELAKU DEWASA
TAHUN 2023

NOMOR: PAS.4-3.PK.04.01

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sistem peradilan pidana di Indonesia, dalam sepuluh tahun terakhir masih
mengedepankan penjatuhan pidana penjara, hal ini dapat dilihat dari tren
penambahan jumlah narapidana dari sebanyak 117.863 orang pada tahun 2010
terus meningkat hingga menjadi 249.056 orang pada tahun 20201. Peningkatan
jumlah narapidana ini tidak sebanding dengan penambahan jumlah SDM dan
sarana prasarana, sehingga menimbulkan kesenjangan antara tingkat
kemampuan institusi pemasyarakatan untuk memberikan layanan dengan
beban kerja yang semakin meningkat.
Adanya ketidakseimbangan antara beban kerja dengan SDM dan sarana
prasarana ini mengakibatkan pembinaan narapidana di dalam lembaga
pemasyarakatan menjadi sulit dilakukan sesuai dengan standar, meningkatnya
potensi gangguan keamanan dan ketertiban, sampai pada isu pemenuhan
kesehatan narapidana dan penularan penyakit, serta meningkatnya potensi

1
https://www.prisonstudies.org/country/indonesia diakses tanggal 27 Januari 2023 jam 10.55 wib
terjadinya residvisme. Hal tersebut juga senada dengan pernyataan Prof. Eddy
Oemar Hiariej, Wakil Menteri Hukum dan HAM RI yang menyampaikan bahwa
“aparat penegak hukum masih melihat hukum pidana sebagai paradigma
retributif, mestinya, restoratif (untuk korban), rehabilitatif (untuk korban dan
pelaku) dan korektif (untuk pelaku). Keliru bila tanggung jawab mengenai
overcrowding sepenuhnya di kementerian hukum dan ham, Lapas tidak bisa
menolak. karenanya yang diajak bicara adalah sistem peradilan pidana. Perlu
sistem peradilan pidana yang komprehensif merujuk paradigma hukum pidana
universal”2. Dengan demikian, perlu adanya forum bersama antara
Pemasyarakatan, Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan untuk bersama-sama
mengedepankan alternatif pemidanaan, salah satunya dengan pendekatan
keadilan restoratif.
Pendekatan keadilan restoratif dalam sistem peradilan pidana di beberapa
negara dilihat menjadi sebuah pendekatan yang lebih humanis dalam
menangani tindak pidana. Pendekatan ini juga memberikan beberapa kelebihan
dibandingkan dengan sistem hukuman pemenjaraan, di antaranya : mengurangi
tingkat pengulangan pidana secara substansial, penurunan keinginan korban
kejahatan untuk membalas dendam dengan kekerasan terhadap pelaku,
penurunan biaya peradilan pidana3, dan penurunan angka residivisme4. Nilai-
nilai keadilan restoratif memberikan perhatian yang sama kepada korban dan
pelaku karenanya otoritas untuk menentukan rasa keadilan ada di tangan para
pihak sedangkan negara berfungsi sebagai fasilitator.
Penerapan keadilan restoratif dan alternatif pemidanaan di Indonesia,
sudah dilakukan namun terbatas dalam sistem peradilan pidana Anak melalui
program diversi sesuai amanat Undang-undang No. 11 tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA). Penerapan keadilan restoratif dan
alternatif pemidanaan yang diterapkan pada pelaku anak telah berhasil
menurunkan jumlah putusan pidana penjara dari semula 75% menjadi 25%

2
COVID-19, Prison Overcrowding, and Their Impacts on Indonesia’s Prison System, 5 Agustus 2021, sumber :
https://youtu.be/N61c3G2cRWQ?t=2103s
3
Richard Dembo PhD , Jennifer Wareham MA , James Schmeidler PhD & Thomas N. Chirikos PhD
(2005) Evaluation of the Impact of a Policy Change on Diversion Program Recidivism and Justice
System Costs, Journal of Offender Rehabilitation, 41:3, 93-122, DOI: 10.1300/J076v41n03_04
4
Bonta, J., Wallace-Capretta, S., Rooney, J., & McAnoy, K. (2002). An outcome evaluation of a
restorative justice alternative to incarceration. Contemporary Justice Review, 5, 319-338.
serta menurunkan tingkat kepadatan hunian Lembaga Pembinaan Khusus
Anak (LPKA). Hal ini kemudian mendorong terwujudnya pemenuhan dan
perlindungan hak Anak yang ideal.
Payung hukum penerapan keadilan restoratif dan alternatif pemidanaan
bagi pelaku dewasa sebetulnya juga sudah ada namun masih bersifat sektoral
di masing-masing institusi penegak hukum, yaitu:
Payung hukum pelaksanaan keadilan restoratif di Kepolisian: Peraturan
Kepolisan Negara Republik Indonesia No. 8 Tahun 2021 tentang Penanganan
Tindak Pidana Berdasarkan Keadilan Restoratif.
Payung hukum pelaksanaan keadilan restoratif di Kejaksaan: Peraturan
Jaksa Agung RI No.15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan
Berdasarkan Keadilan Restoratif.
Di pengadilan belum ada payung hukum penerapan keadilan restoratif
bagi pelaku dewasa. Namun payung hukum untuk pelaksanaan alternatif
pemidanaan sudah diatur di KUHP pasal 14 a yang mengatur tentang pidana
bersyarat untuk terpidana yang dijatuhi hukuman penjara satu tahun ke bawah.
Payung hukum alternatif pemidanaan di pemasyarakatan disebutkan
dalam pada PP No. 31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan
Warga Binaan Pemasyarakatan, bahwa penelitian kemasyarakatan terhadap
tersangka dewasa dapat dilakukan untuk perkara tertentu untuk membantu
penyidik, penuntut umum dan hakim dalam menangani perkara.
Payung hukum bersama berupa Nota Kesepakatan Bersama Ketua
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia, Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia Tentang Pelaksanaan Penerapan Penyesuaian
Batasan Tindak Pidana Ringan Dan Jumlah Denda, Acara Pemeriksaan Cepat,
Serta Penerapan Keadilan Restoratif (Restorative Justice) Nomor: 131 / KMA/
SKB / X / 2012, Nomor: M. HH - 07. HM. 03. 02 Tahun 2012, Nomor: KEP -06 /
E/ EJP / 10 / 2012, Nomor: B/39/X/2012.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan berinisiatif menyelenggarakan Piloting Implementasi Keadilan
Restoratif dan Alternatif Pemidanaan di 10 kota dengan tujuan untuk
memastikan bahwa penerapan keadilan restoratif dan alternatif pemidanaan
yang telah diatur dalam payung hukum sebagaimana diuraikan di atas dapat
benar-benar dilaksanakan.
Untuk memperlancar proses implementasi ini maka diadakan rapat
koordinasi (Rakor) yang akan mengundang para jaksa, penyidik, hakim, dan
stake holder terkait lainnya di kota piloting untuk mensosialisasikan nota
kesepahaman sekaligus menyusun Perjanjian Kerja Sama di tingkat
kabupaten/kota. Kemudian di akhir semester 1 dan semester 2 akan diadakan
evaluasi untuk melihat implementasi Perjanjian Kerjasama dan hasil Rapat
Koordinasi melalui penghitungan angka pelaksanaan Litmas, pendampingan,
pembimbingan, pengawasan, pemberdayaan masyarakat, serta jumlah putusan
non penjara dari awal tahun, semester 1 dan semester 2.
Dalam PKS tersebut nanti akan menyebutkan juga mengenai penelitian
kemasyarakatan untuk tersangka yang akan dilakukan untuk semua kasus
yang menurut payung hukum dapat diterapkan keadilan restoratif atau alternatif
pemidanaan, serta melibatkan peran aktif pemberi bantuan hukum yang telah
bekerja sama dengan Bapas melalui kelompok masyarakat peduli
pemasyarakatan (Pokmas) bidang hukum dan kemasyarakatan. Dengan
demikian, kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan peran dan kinerja
pemasyarakatan dalam menyelenggarakan layanan pemasyarakatan dengan
semangat revitalisasi pemasyarakatan, menurunkan tingkat hunian Lapas,
melaksanakan program pembinaan dan reintegrasi yang lebih berkualitas
dalam lingkungan Lapas yang kondusif terhindar dari gangguan keamanan dan
ketertiban, sehingga pada akhirnya bisa menurunkan tingkat risiko residvisme.
Pelibatan pokmas dalam kegiatan ini juga diharapkan mampu meningkatkan
peran masyarakat dalam menciptakan masyarakat yang lebih taat hukum dan
terpeliharanya keamanan masyarakat.

2. Maksud dan Tujuan


a. Maksud
Petunjuk Pelaksanaan Piloting Implementasi Alternatif Pemidanaan dan
Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Dewasa tahun 2023 ini disusun sebagai
acuan bagi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
dalam melaksanakan Piloting Implementasi Alternatif Pemidanaan dan
Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Dewasa di 10 wilayah, yaitu:
1) Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan HAM Bali;
2) Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan HAM Sulawesi Utara;
3) Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan HAM Jambi;
4) Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan HAM Nusa Tenggara Barat;
5) Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan HAM Kalimantan Barat;
6) Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan HAM Kalimantan Timur;
7) Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan HAM Bengkulu;
8) Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan HAM Sulawesi Tenggara;
9) Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan HAM Riau;
10) Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan HAM Sumatera Barat;
b. Tujuan
1) Mengoptimalkan peran Balai Pemasyarakatan dalam pelaksanaan
Alternatif Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Dewasa di
wilayah;
2) Mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat terkait pelaksanaan Piloting
Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi Pelaku
Dewasa di wilayah.

3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari Petunjuk Pelaksanaan ini adalah petunjuk
penyelenggaraan Piloting Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan
Restoratif Bagi Pelaku Dewasa tahun 2023, yang meliputi:
a. Perencanaan Rapat Koordinasi Implementasi Alternatif Pemidanaan dan
Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Dewasa;
b. Pelaksanaan Rapat Koordinasi Implementasi Alternatif Pemidanaan dan
Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Dewasa sampai dengan penandatangan
perjanjian Kerjasama antara Bapas dengan Polres, Kejaksaan, Pengadilan,
dan BNN di Kota / Kabupaten Wilayah Piloting;
c. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan pelaksanaan Piloting Implementasi
Alternatif Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Dewasa.

4. Pengertian
a. Keadilan Restoratif adalah penyelesaian perkara tindak pidana dengan
melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/ korban, dan pihak lain yang
terkait untuk bersama-sama untuk mencari penyelesaian yang adil dengan
menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula dan bukan
pembalasan.
b. Pembimbing Kemasyarakatan adalah Pejabat Fungsional Penegak Hukum
yang melaksanakan Penelitian Kemasyarakatan, Pembimbingan,
Pengawasan dan Pendampingan terhadap Anak di dalam dan di luar proses
Peradilan Pidana.
c. Asisten Pembimbing Kemasyarakatan adalah PNS yang diberikan tugas
tanggung jawab wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan kegiatan asistensi di bidang bimbingan
kemasyarakatan.
d. Balai Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Bapas adalah unit
pelaksana teknis pemasyarakatan yang melaksanakan tugas dan fungsi
penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan, dan
pendampingan.
e. Koordinasi adalah kegiatan mengintegrasikan dan menyinkronisasikan
rumusan Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi
Pelaku Dewasa.
f. Pemantauan adalah kegiatan mengamati, mengidentifikasi, dan mencatat
pelaksanaan Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan Restoratif
Bagi Pelaku Dewasa yang dilakukan oleh lembaga terkait.
g. Evaluasi adalah kegiatan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan
Piloting Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi
Pelaku Dewasa.
h. Pelaporan adalah kegiatan menyusun dan menyampaikan hasil pemantauan,
dan evaluasi pelaksanaan Piloting Implementasi Alternatif Pemidanaan dan
Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Dewasa.
i. Kelompok Masyarakat Peduli Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut
Pokmas Lipas adalah perseorangan atau perkumpulan mitra kerja
pemasyarakatan yang memiliki kepedulian tinggi dan kesediaan
berpartisipasi dalam mendukung penyelenggaraan pemasyarakatan.
j. Kota piloting adalah kota yang ditunjuk sebagai wilayah piloting penerapan
alternatif pemidanaan dan keadilan restoratif bagi pelaku dewasa yang
ditetapkan dengan surat keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan.
BAB II
PERENCANAAN RAPAT KOORDINASI IMPLEMENTASI ALTERNATIF
PEMIDANAAN DAN KEADILAN RESTORATIF BAGI PELAKU DEWASA

1. Pembentukan Tim Koordinasi Wilayah


a. Keanggotaan
Tim Pelaksana Rapat Koordinasi terdiri dari sekurang-kurangnya:
1) Kepala Divisi Pemasyarakatan;
2) Kepala Bidang Pembinaan, Bimbingan, dan Teknologi Informasi;
3) Kepala Sub Bidang Bimbingan dan Pengentasan Anak;
4) Perwakilan PK pada Kantor Wilayah
5) Kepala Bapas di Kota Piloting
6) Pejabat Struktural Teknis pada Bapas di Kota Piloting
7) Perwakilan PK pada Bapas di Kota Piloting
b. Tugas
Tim Pelaksana Rapat Koordinasi bertugas:
1) Melaksanakan perencanaan dan persiapan rapat koordinasi;
2) Melaksanakan kunjungan koordinasi ke Kepolisian, Kejaksaan, dan
Pengadilan dalam rangka pelaksanaan Rapat Koordinasi untuk
Penyusunan Perjanjian Kerja Sama tentang Implementasi Alternatif
Pemidanaan dan Keadilan Restoratif bagi Pelaku Dewasa;
3) Menyelenggarakan Rapat Koordinasi untuk Penyusunan Perjanjian
Kerja Sama tentang Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan
Restoratif bagi Pelaku Dewasa;
4) Memfinalisasi naskah perjanjian kerja antara Bapas, Polres, Kejaksaan,
Pengadilan, dan BNN di wilayah piloting sampai dengan
penandatanganan; dan
5) Melakukan Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan hasil Rapat
Koordinasi untuk Penyusunan Perjanjian Kerja Sama tentang
Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan Restoratif bagi
Pelaku Dewasa;
2. Rapat Persiapan
Rapat persiapan dilakukan setidak-tidaknya satu kali sebelum
pelaksanaan rapat koordinasi. Adapun tujuan pelaksanaan rapat persiapan
adalah sebagai berikut:
a. Menentukan waktu, tempat, peserta, dan narasumber kegiatan;
b. Menentukan pembagian tugas anggota tim;
c. Menentukan langkah-langkah koordinasi dan penjajakan untuk
penyusunan naskah perjanjian kerjasama.

3. Kunjungan Koordinasi
Kunjungan koordinasi dilakukan dalam rangka :
a. Penjajakan kerjasama untuk penyusunan naskah perjanjian kerjasama
antara kepala Bapas, Kepala Kepolisian Resor Kota, Kepala Kejaksaan,
Ketua Pengadilan Negeri, Kepala Badan Narkotika Nasional Kota /
Kabupaten. Dalam hal dianggap perlu dan akan memberikan dukungan
yang baik, kerja sama dapat melibatkan juga lembaga adat setempat serta
pemerintah daerah;
b. Tindak lanjut hasil rapat koordinasi dan finalisasi naskah perjanjian
kerjasama; dan
c. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan perjanjian kerjasama.

4. Asistensi Online
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan melaksanakan Asistensi Online
pada awal tahun, hal ini dilakukan untuk memberikan penjelasan sekaligus
mempersiapkan tim koordinasi wilayah dalam melaksanakan kegiatan piloting
Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan Restoratif bagi Pelaku
Dewasa. Seluruh anggota tim koordinasi wilayah wajib mengikuti Asistensi
Online, dan membuat laporan pelaksanaan kegiatan sebagai salah satu data
dukung pencapaian target kinerja.
BAB III
PELAKSANAAN RAPAT KOORDINASI TENTANG IMPLEMENTASI ALTERNATIF
PEMIDANAAN DAN KEADILAN RESTORATIF BAGI PELAKU DEWASA

1. Metode
Metode pelaksanaan kegiatan Implementasi Alternatif Pemidanaan dan
Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Dewasa adalah melalui rapat koordinasi dan
sosialisasi yang melibatkan aparat penegak hukum, instansi pemerintah, serta
Pokmas Lipas. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sebagai
berikut:
a. Paparan
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman dari narasumber terkait pelaksanaan Implementasi Alternatif
Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Dewasa.
b. Tanya jawab
Kegiatan ini memberi kesempatan bagi para peserta Rapat Koordinasi
untuk memahami tentang materi yang disampaikan oleh Narasumber.
c. Pembahasan Draft Perjanjian Kerja Sama Tentang Implementasi Keadilan
Restoratif Bagi Pelaku Dewasa
Kegiatan ini bertujuan untuk membahas Draft Perjanjian Kerja Sama
terkait implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi
Pelaku Dewasa. Hasil dari rapat koordinasi dibuat dalam bentuk
rekomendasi untuk setiap institusi dalam menyelesaikan masalah dan
dicantumkan dalam Berita Acara sebagaimana format terlampir.

2. Waktu Pelaksanaan Rapat Koordinasi


Rapat Koordinasi Tentang Implementasi Keadilan Restoratif Bagi
Pelaku Dewasa dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Juni 2023
atau disesuaikan dengan jadwal dan kesiapan Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan HAM untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut.

3. Tempat Pelaksanaan
Rapat koordinasi dilaksanakan di hotel yang berada di kota yang
ditetapkan sebagai tempat piloting. Penetapan hotel tempat pelaksanaan
kegiatan dilakukan atas koordinasi tim koordinasi wilayah dengan Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan cq Direktorat Bimbingan Kemasyarakatan Dan
Pengentasan Anak.

4. Peserta Rapat Koordinasi


Rapat Koordinasi Tentang Implementasi Keadilan Restoratif Bagi
Pelaku Dewasa dihadiri oleh peserta sebanyak 52 (lima puluh dua) orang
dengan rincian sebagai berikut:
a. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan : 7 orang
b. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM : 4 orang
c. Balai Pemasyarakatan di Kota Piloting : 17 Orang
d. Kepolisian Daerah : 1 orang
e. Kejaksaan Tinggi : 1 orang
f. Pengadilan Tinggi : 1 orang
g. Kepolisian Resor : 1 orang
h. Kejaksaan Negeri : 1 orang
i. Pengadilan Negeri : 1 orang
j. Pokmas : 1 orang
k. Pemerintah Daerah : 1 orang
l. Badan Narkotika Nasional Kota/Kabupaten : 1 orang
m. Peserta di luar kota Piloting dalam 1 provinsi : 15 Orang
Peserta di luar kota Piloting dalam 1 provinsi dapat berasal dari Bapas,
Kepolisian, Kejaksaaan, Pengadilan, Pokmas, atau Pos Bapas.

5. Narasumber dan Materi


Narasumber dan materi kegiatan terdiri dari pemaparan umum dan
pembahasn draft perjanjian kerja sama. Narasumber pemaparan umum
adalah Direktur Bimbingan kemasyarakatan dan Pengentasan Anak, dengan
materi “Peran Pemasyarakatan dalam Implementasi Keadilan Restoratif.
Narasumber untuk sesi pembahasan draft perjanjian kerjasama adalah :
a. Ketua Pengadilan Negeri memaparkan masukkan untuk naskah perjanjian
kerja sama pada substansi pemeriksaan di pengadilan;
b. Kepala Kejaksaan Negeri memaparkan masukkan untuk naskah
perjanjian kerja sama pada substansi penuntutan;
c. Kepala Kepolisian Resor memaparkan masukkan untuk naskah perjanjian
kerja sama pada substansi penyelidikan dan penyidikan;
d. Kepala Badan Narkotika Nasional memaparkan masukkan untuk naskah
perjanjian kerja sama pada substansi penyelidikan dan penyidikan yang
ditangani BNN;
e. Pokmas memaparkan masukkan untuk naskah perjanjian kerja sama
pada substansi pemberdayaan masyarakat;
f. Pejabat Pemerintah Daerah yang membidangi Hukum/Sosial
memaparkan masukkan untuk naskah perjanjian kerja sama pada
substansi peran pemerintah daerah.

6. Biaya
Biaya pelaksanaan Rapat Persiapan, dan Kunjungan Koordinasi,
dibebankan pada Anggaran Koordinasi Kantor Wilayah dan Balai
Pemasyarkatan. Biaya pelaksanaan Rapat Koordinasi dibebankan pada
Anggaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Biaya pelaksanaan
monitoring dan evaluasi dibebankan kepada Anggaran Kantor Wilayah dan
Direktorat Jenderal pemasyarakatan sesuai peruntukan cakupan tingkat
monitoring dan evaluasi.

BAB IV
MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN

1. Monitoring
Monitoring dilakukan untuk memastikan bahwa kegiatan piloting
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan serta memantau
perkembangan/kemajuan pelaksanaan Implementasi Alternatif Pemidanaan
dan Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Dewasa tahun 2023. Monitoring
dilakukan secara rutin setiap akhir bulan, sehingga dapat menemukan
kesulitan dan hambatan yang timbul untuk mendapat pemecahannya, atau
perbaikan-perbaikan terhadap kesulitan dan hambatan yang dihadapi.
Monitoring pelaksanaan hasil rapat koordinasi Implementasi Alternatif
Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Dewasa meliputi :
a. Monitoring Divisi Pemasyarakatan
Monitoring ini dilakukan untuk menilai keberhasilan pelaksanaan rapat
koordinasi mengenai Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan
Restoratif Bagi Pelaku Dewasa di wilayah. Dalam kegiatan ini, dilakukan
pembahasan terkait perkembangan pelaksanaan program rapat
koordinasi dan Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan
Restoratif Bagi Pelaku Dewasa, antara lain meliputi :
1) Permasalahan atau hambatan dalam pelaksanaan rapat koordinasi;
2) Permasalahan ataupun hambatan yang dihadapi APH dalam
Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi
Pelaku Dewasa;
3) Hal-hal yang dapat menjadi faktor pendukung dalam melaksnakan
rapat koordinasi dan Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan
Restoratif Bagi Pelaku Dewasa;
4) Lain-lain yang menjadi temuan dalam pertemuan dimaksud.

b. Monitoring Direktorat Jenderal Pemasyarakatan


Monitoring terhadap pelaksanaan rapat koordinasi dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan secara berkala minimal tiga kali
dalam 1 tahun.

2. Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk menilai kemajuan dan perkembangan
kegiatan Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi
Pelaku Dewasa di wilayah, serta menetapkan langkah-langkah kegiatan
selanjutnya serta perbaikan yang dilakukan untuk menjamin pencapaian
tujuan dan sasaran kegiatan. Secara umum, evaluasi dilakukan untuk
mengidentifikasi hal-hal yang mendukung maupun menghambat pelaksanaan
kegiatan. Evaluasi secara khusus juga dilaksanakan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang mendukung dan menghambat Implementasi Alternatif
Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Dewasa.
Evaluasi pelaksanaan kegiatan dapat dijadikan dasar untuk perbaikan
pelaksanaan kegiatan rapat koordinasi serta penguatan APH dalam
Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi Pelaku
Dewasa. Evaluasi kegiatan dilaksanakan setiap tahapan kegiatan selesai dan
dilakukan dengan dua cara :
a. Evaluasi internal
Evaluasi internal dilaksanakan melalui penilaian yang dilakukan oleh
institusi pelaksana kegiatan terhadap pelaksanaan kegiatan serta
Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi Pelaku
Dewasa di wilayah.
b. Evaluasi eksternal
Evaluasi eksternal dilaksanakan melalui penilaian yang dilakukan oleh
pihak-pihak terkait yang terlibat dengan institusi pelaksana kegiatan
terhadap Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi
Pelaku Dewasa di wilayah.

3. Pelaporan
Kegiatan Piloting Implementasi Alternatif Pemidanaan dan Keadilan
Restoratif Bagi Pelaku Dewasa dilengkapi dengan pendokumentasian melalui
proses pelaporan. Pelaporan dilaksanakan sebagai dokumentasi kegiatan
serta sumber data terkait dengan Implementasi Alternatif Pemidanaan dan
Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Dewasa di wilayah terdiri dari:
a. Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan
Pada akhir pelaksanaan kegiatan, Kepala Divisi Pemasyarakatan
menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan Rapat Koordinasi kepada
Direktur Jenderal Pemasyarakatan (cc: Direktur Bimbingan
Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak). Pelaporan dimaksud dikirimkan
selambat-lambatnya 2 (dua) minggu setelah pelaksanaan kegiatan Rapat
Koordinasi. Format laporan kegiatan mengacu pada format laporan yang
terdapat pada Tata Naskah Dinas Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
b. Pelaporan Hasil Pemantauan Pelaksanaan Rekomendasi Rapat
Koordinasi
Kepala Divisi Pemasyarakatan wajib menyampaikan laporan hasil
pemantauan Pelaksanaan Rekomendasi Rapat Koordinasi Koordinasi
Pelaksanaan Pembinaan Masyarakat Mengenai Implementasi Alternatif
Pemidanaan dan Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Dewasa kepada Direktur
Jenderal Pemasyarakatan (cc: Direktur Bimbingan Kemasyarakatan dan
Pengentasan Anak). Pelaporan dimaksud dikirimkan setiap bulan (format
laporan terlampir). Laporan diupload secara rutin melalui tautan
ebispa.com/lapbulrj.

BAB V
PENUTUP

Petunjuk Pelaksanaan Piloting Implementasi Alternatif Pemidanaan dan


Keadilan Restoratif bagi Pelaku Dewasa ini disusun sebagai pedoman
implementasi alternatif pemidanaan dan keadilan restoratif bagi pelaku
dewasa di wilayah piloting tahun 2023. Untuk wilayah piloting tahun 2021
dan tahun 2022 agar berpedoman juga pada Petunjuk Pelaksanaan ini untuk
melanjutkan koordinasi dengan para pihak sampai dengan ditandatanganinya
perjanjian kerja sama serta dilakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan.
Selanjutnya, untuk wilayah yang belum ditetapkan sebagai wilayah piloting
tetap dapat mempedomani petunjuk pelaksanaan ini dalam upaya koordinasi dan
membangun kesepahaman dengan aparat penegak hukum lainnya dan
pemberdayaan masyarakat untuk penerapan keadilan restoratif sekaligus sebagai
upaya persiapan piloting pada tahun 2024.

Jakarta, 26 Januari 2023


An. DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN
DIREKTUR BIMBINGAN KEMASYARAKATAN
DAN PENGENTASAN ANAK,

PUJO HARINTO
NIP. 196703311990011001
Lampiran I Petunjuk Pelaksanaan
Nomor :
Tanggal :

PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA


BALAI PEMASYARAKATAN …………
DENGAN
KEPOLISIAN RESOR …………..
KEJAKSAAN NEGERI ………..
PENGADILAN NEGERI …………
BADAN NARKOTIKA NASIONAL ……..

NOMOR: …………………………………….
NOMOR: …………………………………….
NOMOR: …………………………………….
NOMOR: …………………………………….

TENTANG
ALTERNATIF PENERAPAN KEADILAN RESTORATIF BAGI
TERSANGKA/TERDAKWA DEWASA

Pada hari ini .......... tanggal ………….. Bulan Tahun Dua Ribu Dua Puluh
Tiga, bertempat di …………………………… yang bertandatangan dibawah ini :

1. …………….. :Selaku Kepala Balai Pemasyarakatan ……. Kantor Wilayah


Kementerian Hukum dan HAM ……….., berkedudukan di
Jalan …………………………….., dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama, Balai Pemasyarakatan ………
selanjutnya disebut sebagai PIHAK I;
2………………. :Selaku Kepala Kepolisian Resor………, berkedudukan di
………… dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama
Kepolisian Resor …….., yang selanjutnya disebut sebagai
PIHAK II;
3……………….. :selaku Kepala Kejaksaan Negeri ………, berkedudukan di
……………….. dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama
Kejaksaan Negeri ………, yang selanjutnya disebut sebagai
PIHAK III;
4………… :Selaku Ketua Pengadilan Negeri ………, berkedudukan di
........................ , dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama
Pengadilan Negeri …………., yang selanjutnya disebut
sebagai PIHAK IV.
5…………. :Selaku Kepala Badan Narkotika Nasional Kota ………….,
berkedudukan di ........................ , dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama Pengadilan Negeri …………., yang
selanjutnya disebut sebagai PIHAK V.
Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembara Negara Republik Indonesia Nomor
3209);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan
Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 2, Tambahan Lembara Negara Republik Indonesia Nomor 4168);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2004 Tentang Kejaksaan
Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4401) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2021 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 298,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6755);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam RumahTangga (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4419);
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan
International Convenant on Civil and Political Rights (Konvenan Internasional
tentang Hak-hak Sipil dan Politik); (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4558)
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1985 Tentang
Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 3,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4958);
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062);
9. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6811);
10. Peraturan-Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1983 tentang
Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembara Negara
Republik Indonesia Nomor 3283);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pemberian Kompensasi,
Restitusi dan Bantuan Kepada Saksi dan Korban; (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 24, Tambahan Lembara Negara Republik
Indonesia Nomor 6184);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan
Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan. (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3842);
13. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor14 Tahun 2005 Tentang
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia; (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4958);
14. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2010 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia;
15. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2010 Tentang Susunan
Organisasi danTata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia;
16. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2021 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia;
17. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2019
tentang Penyidikan Tindak Pidana;
18. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2021
tentang Penanganan Tindak Pidana Berdasarkan Keadilan Restoratif;
19. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2017 tentang Pedoman Mengadili
Perkara Perempuan Berhadapan Dengan Hukum;
20. Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang
Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif;Surat Edaran Kepala
Kepolisian Republik Indonesia Nomor: SE/8/VII/2018 tentang Penerapan
Keadilan Restoratif (Restoratif Justice) Dalam Penyelesaian Perkara Pidana.
21. Nota Kesepakatan Bersama Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia,
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Jaksa Agung
Republik Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor
131/KMA/SKB/X/2012, Nomor M.HH-07.HM.03.02 Tahun 2012, Nomor
B/39/X/2012 tanggal 17 Oktober 2012 tentang Pelaksanaan Penerapan
Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda, Acara
Pemeriksaan Cepat Serta Penerapan Keadilan Restoratif (Restoratif Justice).

PARA PIHAK sepakat untuk melakukankerjasama penerapankeadilan restoratif bagi


tersangka/terdakwa dewasa, dengan ketentuan sebagai berikut :

Pasal 1
KETENTUAN UMUM
1. Keadilan Restoratif (Restorative Justice) adalah penyelesaian perkara tindak
pidana dengan melibatkan pelaku, Korban, keluarga pelaku/Korban, dan pihak
lain yang terkait untuk bersama- sama mencari penyelesaian yang adil dengan
menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula, dan bukan
pembalasan.
2. Peradilan adalah kewenangan suatu lembaga untuk menyelesaikan perkara
untuk dan atas nama hukum demi tegaknya hukum dan keadilan.
3. Penelitian Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut Litmas adalah kegiatan
pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara
sistematis dan obyektif dalam rangka penilaian untuk kepentingan pelayanan
tahanan, pembinaan narapidana, dan pembimbingan klien.
4. Pembimbing Kemasyarakatan adalah pejabat fungsional penegak hukum
yang melaksanakan penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan
dan pendampingan terhadap Klien di dalam dan di luar proses peradilan
pidana.
5. Pembimbingan adalah pemberian tuntutan untuk meningkatkan kualitas,
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku,
profesional, kesehatan jasmani dan rohani Klien Pemasyarakatan.
6. Kelompok Masyarakat Peduli Pemasyarakatan yang selanjutnya disingkat
Pokmas Lipas adalah kumpulan Mitra kerja pemasyarakatan yang memiliki
kepedulian tinggi dan kesediaan berpartisipasi dalam penyelenggaraan
pemasyarakatan, dalam rangka membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan
agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahannya, memperbaiki diri,
dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh
lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat
hidup secara wajarsebagai warga yang baik dan bertanggungjawab.
7. Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,
berdasarkan buktipermulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.
8. Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di
sidang pengadilan.

Pasal 2
MAKSUD DAN TUJUAN
(1) Maksud Perjanjian Kerjasama ini adalah sebagai pedoman bagi PARA PIHAK
dalam pelaksanaan penerapan keadilan restoratif;
(2) Tujuan Perjanjian Kerjasama ini adalah untuk penata laksanaan penerapan
keadilan restoratif.
Pasal 3
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Perjanjian Kerjasama ini meliputi pelaksanaan keadilan restoratif di
tingkat penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di pengadilan sampai pada proses
pembimbingan dan pengawasan.

Pasal 4
BENTUK KERJASAMA
(1) PIHAK I bersedia untuk terlibat dalam pelaksanaan restorative justice di tahap
penyidikan, penuntutan dan pemeriksaaan yang dilakukan oleh PIHAK II,
PIHAK III dan PIHAK IV.
(2) PARA PIHAK sesuai kewenangan masing-masing akan mendorong
penerapan restorative justice bagi tersangka atau terdakwa dewasa.
(3) PARA PIHAK sepakat untuk menjalin koordinasi dalam pelaksanaan
restorative justice bagi tersangka atau terdakwa dewasa.
(4) PARA PIHAK mempunyai tugas dan tanggung jawab merancang dan
menyelenggarakan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam rangka
pelaksanaan restorative justice bagi tersangka atau terdakwa dewasa.

Pasal 5
PEMBIAYAAN
Pembiayaan yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini
dibebankan kepada PARA PIHAK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 6
MONITORING DAN EVALUASI
PARA PIHAK melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan Perjanjian
Kerjasama ini secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan atau
sesuai kebutuhan yang disepakati PARA PIHAK
Pasal 7
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Apabila terjadi perbedaan pendapat atau kesalahpahaman dalam perjanjian kerja
sama ini, PARA PIHAK sepakat menyelesaikan secara musyawarah untuk mencapai
mufakat

Pasal 8
JANGKA WAKTU
(1) Perjanjian kerjasama ini berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun, terhitung
mulai tanggal Perjanjian Kerja Sama ini ditandatangani dan dapat diperpanjang
atau diakhiri dengan persetujuan PARA PIHAK;
(2) Dalam hal salah satu PIHAK berkeinginan untuk mengakhiri Perjanjian
Kerjasama ini sebelum berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), maka PIHAK tersebut wajib memberitahukan secara tertulis kepada
PIHAK lainnya selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelumnya;
(3) Pengakhiran Perjanjian Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
mempengaruhi hak dan kewajiban masing-masing PIHAK yang harus
diselesaikan terlebih dahulu sebagai akibat pelaksanaan sebelum berakhirnya
Perjanjian Kerjasama ini.

Pasal 9
LAIN LAIN
(1) Perjanjian kerjasama ini dapat berakhir atau batal dengan sendirinya apabila
terjadi:
a. Perubahan ketentuan perundang-undangan dan/atau perubahan kebijakan
pemerintah yang tidak memungkinkan berlangsungnya Perjanjian Kerjasama
ini;
b. Keadaan kahar (force majeure) antara lain berupa bencana alam dan
keadaan keamanan yang tidak mengijinkan.
(2) Pihak yang terkena keadaan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a, wajib
memberitahukan kepada Pihak lainnya paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
terjadi perubahan ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau
perubahan kebijakan pemerintah.
(3) Hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Perjanjian Kerja
Sama ini akan diatur berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK yang dituangkan
secara tertulis dalam bentuk adendum yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Perjanjian Kerja Sama ini.

Pasal 10
PENUTUP
Perjanjian kerjasama ini dibuat rangkap 4 (empat) asli pada kertas bermeterai cukup,
masing- masing tertulis sama, mempunyai kekuatan hukum yang sama dan setiap
pihak mendapatkan satu rangkap asli.

Demikian Perjanjian Kerjasama ini dibuat dengan semangat kerjasama yang baik,
untuk dipatuhi dan dilaksanakan oleh PARA PIHAK.

PIHAK I PIHAK II
Kepala Balai Pemasyarakatan …….. Kepala Kepolisian Resor ……..

………………………….. ………………………….
PIHAK III PIHAK IV
Kepala Kejaksaan Negeri ……. Ketua Pengadilan Negeri ……

………………………… ………………………

PIHAK V
Kepala BNN ……………

…………………………
Lampiran II Petunjuk Pelaksanaan
Nomor :
Tanggal :

BERITA ACARA
REKOMENDASI RAPAT KOORDINASI DAN SOSIALISASI SKB 6 K/L TENTANG
IMPLEMENTASI KEADILAN RESTORATIF BAGI PELAKU DEWASA

Pada hari ini, ................., tanggal ................., bulan ................, tahun


................., kami masing-masing :
1. ........ (nama pejabat), ........ (NIP dan jabatan), perwakilan dari Balai
Pemasyarakatan ..............
2. ........ (nama pejabat), ........ (NIP dan jabatan), perwakilan dari Kejaksaan Negeri
…………
3. ........ (nama pejabat), ........ (NIP dan jabatan), perwakilan dari Pengadilan Negeri
..............
4. ........ (nama pejabat), ........ (NIP dan jabatan), perwakilan dari Kepolisian Resor
..............
5. ........ (nama pejabat), ........ (NIP dan jabatan), perwakilan dari Pemerintah Kota
..............
6. ........ (nama pejabat), ........ (NIP dan jabatan), perwakilan Badan Narkotika
Nasional …….

telah melaksanakan Rapat Koordinasi tentang Implementasi Keadilan Restoratif


bagi Pelaku Dewasa dengan hasil rapat sebagai berikut:

1. .................................................................................................................................
.................................................................................................................................
............................................
2. .................................................................................................................................
.................................................................................................................................
............................................
3. dan seterusnya.
Berita Acara ini dibuat dengan sesuangguhnya untuk ditindaklanjuti oleh para
peserta Rakor.

Peserta Rakor,
Nama Jabatan, Nama Jabatan,
(Tanda Tangan) (Tanda Tangan)
Nama Lengkap Nama Lengkap
Nama Jabatan,
(Tanda Tangan)
Nama Lengkap
Nama Jabatan, Nama Jabatan,
(Tanda Tangan) (Tanda Tangan)
Nama Lengkap Nama Lengkap
Mengetahui/Mengesahkan
Nama Jabatan,
(Tanda Tangan)
Nama Lengkap
Lampiran III Petunjuk Pelaksanaan
Nomor :
Tanggal :

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA
KANTOR WILAYAH ………………………
Jalan ………………………………………
Telepon ………………. Faksimili ……………..
Laman : ……………….., email : ………………….

LAPORAN
TENTANG
PEMANTAUAN PELAKSANAAN REKOMENDASI
RAPAT KOORDINASI DAN SOSIALISASI SKB 6 K/L TENTANG IMPLEMENTASI
KEADILAN RESTORATIF BAGI PELAKU DEWASA

A. Pendahuluan
a. Umum
b. Maksud dan Tujuan
c. Ruang Lingkup
d. Dasar

B. Kegiatan yang Dilaksanakan


.............................................................................................................................
......................................................................................................... ................
C. Hasil yang Dicapai
a. Rekomendasi yang sudah dilaksanakan
i. ..................................................................................................................
..............
ii. ..................................................................................................................
...............
iii. Dst

b. Rekomendasi yang belum dilaksanakan


i. ..................................................................................................................
...............
1. Kendala 1
.........................................................................................................
2. Dst.

ii. ..................................................................................................................
...............
1. Kendala 1
..........................................................................................................
2. Dst.

iii. Dst
1. Kendala 1
..........................................................................................................
2. Dst.

D. Simpulan dan Saran


.............................................................................................................................
.........................................................................................................................
E. Penutup
.............................................................................................................................
.........................................................................................................................

.................................
Kepala Kantor Wilayah,
(Tanda Tangan dan Cap Instansi)
Nama Lengkap
NIP.
Lampiran IV Petunjuk Pelaksanaan
Nomor :
Tanggal :

Laporan Rekapitulasi
Pelaksanaan Pembimbingan Kemasyarakatan berdasarkan Keadilan Restoratif
pada tingkat Balai Pemasyarakatan

Nama Bapas :
Periode Pelaporan :

No Pendekatan RJ Praajudikasi Ajudikasi Pascaajudikasi Bimbingan Lanjutan


(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Litmas Tersangka/Terdakwa
2. Litmas Tahanan
3. Litmas Anak
4. Litmas Narapidana
5. Pendampingan
6. Pembimbingan
7. Pengawasan
8. Pemberdayaan Pokmas
9. Musyawarah Perdamaian
10. Penempatan di Griya Abhipraya

(Nama Kota), (Tanggal Laporan)


Kepala Bapas

(Nama)
(NIP)
Keterangan Pengisian
1. Kolom (1) : diisi dengan nomor urut.
2. Kolom (2) :diisi dengan pendekatan keadilan restoratif yang dilaksanakan di pemasyarakatan
3. Kolom (3) sd (6) : diisi dengan jumlah klien yang menerima layananan pemasyarakatan dengan pendekatan keadilan restoratif
pada setiap tahapan peradilan.
Lampiran V Petunjuk Pelaksanaan
Nomor :
Tanggal :

Laporan Rekapitulasi
Pelaksanaan Pembimbingan Kemasyarakatan berdasarkan Keadilan Restoratif
pada Tingkat Kantor Wilayah

Nama Kanwil :
Periode Pelaporan :

No Pendekatan RJ Praajudikasi Ajudikasi Pascaajudikasi Bimbingan Lanjutan


(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Litmas Tersangka/Terdakwa
2. Litmas Tahanan
3. Litmas Anak
4. Litmas Narapidana
5. Pendampingan
6. Pembimbingan
7. Pengawasan
8. Pemberdayaan Pokmas
9. Musyawarah Perdamaian
10. Penempatan di Griya Abhipraya

(Nama Kota), (Tanggal Laporan)


Kepala Kantor Wilayah

(Nama)
(NIP)
Keterangan Pengisian
1. Kolom (1) : diisi dengan nomor urut.
2. Kolom (2) :diisi dengan pendekatan keadilan restoratif yang dilaksanakan di pemasyarakatan
3. Kolom (3) sd (6) : diisi dengan jumlah klien yang menerima layananan pemasyarakatan dengan pendekatan keadilan restoratif
pada setiap tahapan peradilan
Lampiran VI Petunjuk Pelaksanaan
Nomor :
Tanggal :

Laporan Rekapitulasi
Pelaksanaan Pembimbingan Kemasyarakatan berdasarkan Keadilan Restoratif
pada Tingkat Direktotat Jenderal Pemasyarakatan

Periode Pelaporan :
No Pendekatan RJ Praajudikasi Ajudikasi Pascaajudikasi Bimbingan Lanjutan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Litmas Tersangka/Terdakwa
2. Litmas Tahanan
3. Litmas Anak
4. Litmas Narapidana
5. Pendampingan
6. Pembimbingan
7. Pengawasan
8. Pemberdayaan Pokmas
9. Musyawarah Perdamaian
10. Penempatan di Griya Abhipraya
(Nama Kota), (Tanggal Laporan)
Direktur Bimbingan Kemasyarakatan
dan Pengentasan Anak

(Nama)
(NIP)
Keterangan Pengisian
1. Kolom (1) : diisi dengan nomor urut.
2. Kolom (2) :diisi dengan pendekatan keadilan restoratif yang dilaksanakan di pemasyarakatan
3. Kolom (3) sd (6) : diisi dengan jumlah klien yang menerima layananan pemasyarakatan dengan pendekatan keadilan restoratif
pada setiap tahapan peradilan

Anda mungkin juga menyukai