Anda di halaman 1dari 7

Strategi Komunikasi Persuasif

Menurut Soemirat (dalam Sakhinah & Arbi, 2019), strategi komunikasi

persuasif merupakan suatu penggabungan antara aspek perencanaan komunikasi

persuasif dengan manajemen komunikasi, sehingga bertujuan untuk mempengaruhi

perilaku, pendapat dan sikap seseorang. Melfin L. De Fleur dan Sandra J. Ball

Rokeach mengemukakan bahwa strategi komunikasi persuasif terbagi menjadi tiga,

yaitu The Psychodynamic Strategy, The Sociocultural Strategy, The Meaning

Construction Strategy (dalam Putri & Amelia, 2022).

1. The Psychodynamic Strategy

The Psychodynamic Stategy atau strategi psikodinamik ditekankan pada faktor

kognitif atau emosional dan tidak mempengaruhi faktor biologis. Pada strategi ini

dilandasi oleh tiga asumsi, yaitu ciri-ciri biologis manusia merupakan sesuatu hal

yang diwariskan, kondisi emosional dan pernyataan merupakan faktor mendasar

dari hasil belajar serta dalam membentuk struktur kognitif individu terdapat

beberapa faktor yang dipelajari. Dapat diasumsikan jika faktor kognitif bisa diubah,

maka perilaku manusia juga bisa diubah. Sehingga dapat diartikan faktor kognitif

sangat berpengaruh pada perilaku manusia. Esensi strategi psikodinamik adalah

mengubah psikologis individu dengan berbagai macam cara yang dapat dilakukan

melalui pesan persuasif yang efektif. Strategi ini mempercayai bahwa kondisi

emosional individu adalah hasil belajar hal yang baru melalui informasi yang

diberikan oleh persuader.

2. The Sociocultural Strategy


The Sociocultural Strategy atau strategi sosiokultural dilandasi oleh asumsi

bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh kekuatan eksternal diri individu. Dengan

kata lain kekuatan yang dapat mempengaruhi sikap, perilaku dan pendapat

seseorang adalah faktor lingkungan. Pendekatan sosialkultural dalam komunikasi

merupakan makna, pengertian, peran, aturan dan norma yang saling berinteraksi

pada proses komunikasi. Proses interaksi yang terjadi di masyarakat, kelompok dan

budaya dapat membangun suatu realitas. Strategi sosiokultural yang efektif sangat

dibutuhkan sebab pesan persuasif menekankan pada individu mengenai aturan dan

syarat kultur untuk bertindak. Selain itu pada strategi ini, persuader dalam

mempersuasi seseorang harus mempertimbangkan pengertian norma kepentingan,

budaya setempat dan sosial yang terdapat pada lingkungan daerah.

3. The Meaning Construction Strategy

Menurut strategi meaning construction, perilaku manusia dapat dipengaruhi

oleh ilmu pengetahuan. Berawal dari konsep hubungan perilaku dan ilmu

pengetahuan dapat dicapai sejauh apa yang diingat. Persuader berusaha

memberikan pengetahuan kepada seseorang yang dipersuasif, sehingga

mempengaruhi persuade untuk bertindak sesuai yang diinginkan persuader. Dalam

strategi meaning construction, persuader mempersuasif dengan cara memanipulasi

kata ataupun makna untuk mempermudah dan dapat dimengerti oleh persuade,

dengan memberikan perumpamaan tanpa mengurangi esensi arti dari pengertian isi

pesannya.
Tahapan Komunikasi Persuasif

Keberhasilan tahapan komunikasi persuasif diperlukan pelaksanaan

tahapan-tahapan secara sistematis. Terdapat formula yang dapat dijadikan acuan

dasar dalam pelaksanaan tahapan komunikasi persuasif yang disebut AIDDA.

Formula tersebut merupakan bagian dari tahapan-tahapan komunikasi persuasif,

meliputi Attention (perhatian), Interest (minat), Desire ( Hasrat) Decision

(keputusan) dan Action (kegiatan).

1. Attention (Perhatian)

Persuade dapat memperhatikan pesan yang disampaikan oleh persuader secara

sengaja, karena persuade memiliki keinginan untuk memperhatikan dan

mendengarkan.

2. Interest (tertarik)

Persuader pada tahapan ini berusaha supaya persuade merasa tertarik

menyetujui gagasan yang diutarakan atau memahami pokok pesan yang

disampaikan.

3. Desire (Keinginan)

Dalam diri persuade muncul hasrat atau keinginan pada tahap ini, guna

melakukan perubahan dan bergerak untuk merealisasikannya.

4. Decision (Keputusan)

Pada tahapan ini persuade dapat secara bebas tanpa paksaan atau intimidasi

untuk dapat menentukan pilihan atau tindakan yang akan diambil.


5. Action (Melakukan)

Di tahapan kegiatan adalah merumuskan tahapan realisasi dan implementasi

dalam bentuk sikap, keyakinan atau perilaku tertentu serta tindakan yang nyata.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa formula AIDDA merupakan proses

tahapan-tahapan supaya komunikasi persuasif dapat dimulai dari tahap awal yaitu

menciptakan perhatian (attention). Komunikasi persuasif tidak dapat dilakukan jika

tidak adanya perhatian secara langsung dari komunikan kepada komunikator.

Upaya menarik perhatian komunikan dapat dilakukan dengan berbagai cara,

diantaranya memperhatikan gaya bicara, penampilan dan gestur tubuh pada saat

menyampaikan pesan kepada komunikan. Setelah perhatian pada komunikan

muncul, tahapan selanjutnya yaitu memunculkan rasa ketertarikan (interest),

sehingga komunikan memiliki hasrat atau keinginan (desire) untuk memenuhi

sesuatu yang dikehendaki komunikator, kemudian akan ada keputusan (decision)

untuk melakukan kegiatan (action) sesuai dengan kehendak komunikator.

Proses Komunikasi Persuasif

Proses komunikasi persuasif menggambarkan tahapan atau alur kerja pesan

persuasif, yang dikirimkan oleh komunikator hingga diterima dan diolah oleh

komunikan. Rahmat (dalam Harianto, 2022) menjelaskan bahwa proses komunikasi

persuasif merupakan suatu cara atau upaya komunikasi yang dilakukan

menggunakan pendekatan psikologis, dengan harapan komunikan berkenan

melakukan yang dikehendaki komunikator seolah-oleh adalah kehendak

komunikan. Sebagai upaya mempengaruhi perilaku, sikap dan pendapat seseorang


tentunya komunikasi persuasif memerlukan suatu proses. Dimana pada proses

komunikasi persuasif terdapat tiga faktor penting yang berperan didalamnya

sehingga dapat menimbulkan perubahan kepada audience. Diantaranya meliputi

sumber pesan (siapa), isi pesan (apa) dan sifat atau karakteristik audience (kepada

siapa). Faktor “siapa” mencakup sifat penting pada sumber pesan, yaitu

kepercayaan dan keahlian. Faktor “apa” merujuk pada pendapat yang dikemukakan

dan yang dikhawatirkan muncul dari pesan. Faktor “kepada siapa” berfokus

terhadap beberapa hal seperti kepribadian audience, sehingga mudah atau tidaknya

audience untuk dipengaruhi.

Hovland (dalam Firmansyah, 2020) mengutarakan sebuah konsep mengenai

proses komunikasi persuasif yang berfokus pada motivasi dan pembelajaran.

Sehingga untuk dapat terpengaruh oleh komunikasi persuasif, seseorang harus

memperhatikan, memahami, mempelajari, menerima dan menyimpan pesan

persuasif tersebut.

Model Persuasif Hovland

Pembelajaran
Komunikasi Perubahan Sikap
Pesan

Perhatian

Pemahaman

Pembelajaran

Penerimaan

Penyimpanan
Model persuasif Hovland dijelaskan bahwa proses komunikasi persuasif

melibatkan komunikan mempelajari pesan persuasif dari komunikator. Pada proses

pembelajaran pesan terdapat beberapa tahapan, yakni Perhatian (attention),

Pemahaman (comprehension), Pembelajaran (learning), Penerimaan (acceptance)

dan penyimpanan (retention). Tahapan yang dikemukakan Hovland ini merupakan

proses sebelum komunikan memutuskan merubah sikapnya, setelah mendapatkan

pesan informasi dari komunikator.


Daftar Pustaka

Firmansyah, M. D. (2020). Strategi Komunikasi Persuasif Terapis Kepada

Penyandang Tuna Wicara dalam Meningkatkan Kemampuan Berinteraksi

Sosial pada Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat. Jakarta: Repository UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Harianto, Y. A. (2022). Mendefinisikan Ulang Komunikasi Persuasif. Osf.

Putri, S., & Amelia. (2022). STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF: Komunitas

Bikers Subuhan Pangkalpinang dalam Mewujudkan Visi Organisasi.

Journal of Islamic Communication & Broadcasting, 2.

Sakhinah, S., & Arbi, A. (2019). Persuasive Strategic Communication: Tabligh in

Komunitas Anak Muda Berhijrah or Hijrah Youth Community. Dakwah, 1,

22-39.

Anda mungkin juga menyukai