Anda di halaman 1dari 20

KOMUNIKASI PERSUASI

Di dalam sebuah komunikasi pasti melibatkan dua atau lebih


individu dalam berinteraksi informasi. Sehingga, akan ada sikap-
sikap individu yang berbeda-beda dengan berbagai komponen.
Ketiga komponen itu di antaranya:

• Kognitif : Individu mencapai


tingkat “tahu” pada objek yang
diperkenalkan.
• Afektif : Individu
mempunyai kecenderungan
untuk suka atau tidak suka
pada objek.
• Konatif : Perilaku ini sudah
sampai tahap hingga individu
melakukan sesuatu tindakan
terhadap objek.
Walaupun ada kaitan antara kognitif, afektif, dan konatif, tetapi
keterkaitan tersebut tidak selalu berlaku lurus atau langsung.
Contoh :

“Didi tahu (kognitif) kalau motor


Ninja R itu motor yang mahal.

Ia juga suka (afektif) melihat


bentuk motor tersebut ketika
berjalan.

Namun, Didi tidak membeli motor


tersebut (konatif), karena ia
belum punya uang.”
PENGERTIAN
Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang bertujuan
untuk mengubah atau memengaruhi kepercayaan, sikap, dan
perilaku seseorang, sehingga bertindak sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh komunikator.(Suryanto)

Perloff, mendefinisikan komunikasi persuasif sebuah proses


simbolik dimana komunikator mencoba untuk meyakinkan
orang lain untuk mengubah sikap atau perilaku mereka atas
suatu isu melalui pengiriman pesan dalam situasi pilihan
bebas. (Aristyavani, 2017 : 6)
Kenneth E. Anderson (1972:218), menyatakan bahwa komunikasi
persuasif merupakan proses komunikasi antar individu.
Komunikasi tersebut terjadi di mana komunikator
mengunakan simbol-simbol untuk mempengaruhi pikiran
si penerima, sehingga komunikator dapat merubah
tingkah laku dan perbuatan si penerima pesan.

De Vito menyatakan bahwa komunikasi persuasif merupakan


komunikasi bertujuan untuk mengarahkan pembicaraan yang
sifatnya memperkuat. Kemudian, memberikan ilustrasi dan
menyodorkan informasi kepada khalayak.
Akan tetapi, tujuan pokoknya adalah menguatkan atau
mengubah sikap dan perilaku, sehingga penggunaan
fakta, pendapat dan himbauan motivasional harus
bersifat memperkuat tujuan persuasifnya.
UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI PERSUASIF
Seperti “komunikasi” pada umumnya, unsur komunikasi
persuasif adalah : sumber komunikasi
(komunikator/persuader), materi pembicaraan yang
dihasilkannya (pesan), dan orang yang mendengarkannya
(komunikan).

Persuader merupakan orang atau individu yang menyampaikan pesan di


mana pesan tersebut memberikan pengaruh terhadap sikap, pendapat, dan
perilaku orang lain secara verbal maupun non verbal.
Di dalam komunikasi persuasif, peran seorang komunikator
sangatlah penting dan berpengaruh. Sehingga, ia harus memiliki
nilai performa (penampilan yang baik) yang tinggi.
Seorang komunikator yang memiliki nilai performa yang tinggi
dapat dicirikan dari kesiapan, kesungguhan, ketulusan,
kepercayaan, ketenangan, keramahan hingga kesederhanaannya
dalam menyampaikan pesan
Komunikan merupakan individu yang menjadi tujuan
pesan itu disampaikan oleh komunikator baik
secara verbal maupun non verbal.
Kepribadian pada seorang komunikan juga mampu
memberikan pengaruh terhadap penerimaan pesan,
bahkan persepsi dan pengalaman juga mampu
mempengaruhi hasil komunikasi.
RUANG LINGKUP KOMUNIKASI PERSUASIF
1. Sumber pesan atau informasi (Komunikator).
2. Pesan yang disampaikan (Content of the communication).
Pesan yang disampikan ini bisa berupa:
a. Pesan yang mendorong, membangun, dan memotivasi
(Motivating Appeals).
b. Pesan yang mengandung argumen atau opini (Organization
of persuasive arguments).
3. Individu yang menerima pesan (Audience Predispositions/
komunikan).
a. Penerima pesan berupa grup atau organisasi (Group
conformity motives).
b. Penerima pesan sebagai individu (Individual personality
factors).
4. Media sebagai perantara yang digunakan untuk
menyampaikan pesan.
5. Responses, yang merupakan tangapan dari seorang
komunikan terhadap pesan yang disampaikan.
6. Konteks situasional.

Ruang lingkup inilah yang merupakan suasana atau situasi yang


ada ketika pesan disampaikan.
TUJUAN KOMUNIKASI PERSUASIF
Komunikasi persuasif pada dasarnya merupakan bentuk teknik
dalam berkomunikasi. Sehingga, tujuan komunikasi persuasif ini di
antaranya :
1. Perubahan sikap (attitude change) :
komunikasi persuasif ini diharapkan dapat mengubah pola
pikir yang mana pola pikir ini membuat komunikan
mengubah sikapnya terhadap pesan apa yang diterimanya.
2. Perubahan pendapat (opinion change):
seorang komunikan pastinya memiliki pendapat atau
anggapan yang berbeda dari seorang komunikator.
Komunikasi persuasif ini digunakan sebagai alat untuk
mengubahnya pola pikir komunikan, yang membuat
komunikan ini mengikuti pendapat atau anggapan yang
disampaikan oleh seorang komunikator.
3. Perubahan perilaku (behavior change):
Perilaku merupakan suatu dampak dari sikap.
Ketika sikap berubah, maka perilaku pada seseorang
atau komunikan pun juga ikut berubah mengikuti pola
pikir dari pesan yang ia terima.

4. Perubahan sosial (sosial change).


Perubahan sosial inilah yang merupakan salah satu
dampak dari adanya bahasa yang persuasif.
Komunikator yang berbahasa persuasif akan
membawa perubahan dalam lingkungan masyarakat,
pola pikir, hingga perilaku masayarakat.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KOMUNIKASI PERSUASIF
1. Seorang komunikator yang mempunyai kredibilitas tinggi
merupakan seorang komunikator yang mempunyai pengetahuan
tentang apa yang disampaikannya. Sehingga pesan akan
tersampaikan secara jelas dan teratur.
2. Pesan haruslah masuk akal agar dapat diterima oleh seorang
komunikan yang sebenarnya belum dipahami sama sekali olehnya.
3. Pengaruh lingkungan pun juga dapat mempengaruhi berhasil
atau tidaknya kegiatan komunikasi persuasfi ini. Karena,
pengaruh lingkungan akan memberikan suasana yang dapat
mempengaruhi pola pikir seseorang, yaitu seorang komunikan.
4. Pengertian dan kesinambungan suatu pesan. Itu sebabnya, pesan
harus masuk di akal atau logika yang benar.
PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI PERSUASIF
Ada empat prinsip dasar dalam komunikasi persuasif yaitu :

1) Prinsip pemaparan yang selektif ( the selective Exposure Principle).


Prinsip ini menyatakan bahwa pada dasarnya audiens akan
mengikuti hukum pemaparan selektif (the law of selective exposure),
yang menegaskan bahwa audiens (pendengar) akan secara aktif
mencari informasi yang sesuai dan mendukung opini, keyakinan,
nilai, keputusan dan perilaku mereka, dan sebaliknya audiens
akan menolak atau menghindari informasi-informasi yang
berlawanan dengan opini, kepercayaan, sikap, nilai dan perilaku
mereka.
2) Prinsip partisipasi audiens (the audiens participation principle).
Prinsip ini menyatakan bahwa daya persuasif suatu komunikasi
akan semakin besar manakala audiens berpartsipasi aktif dalam
proses komunikasi tersebut. Bentuk partisipasi bisa dalam
berbagai bentuk dan aktivitas, seperti dalam menentukan tema,
dalam presentasi, membuat slogan dan lain-lain.

3) Prinsip suntikan (the inoculation principle).


Audiens telah memiliki pendapat dan keyakinan tertentu,
maka pembicaraan komunikasi persuasif biasanya dimulai
dengan memberi pembenaran dan dukungan atas keyakinan
dan pengetahuan yang dimiliki audiens.
4) Prinsip perubahan yang besar (the magnitude of change principle).
Prinsip ini menyatakan bahwa semakin besar, semakin cepat
dan semakin penting perubahan yang ingin dicapai, maka
seorang komunikator mempunyai tugas dan kerja yang lebih
besar, serta komunikasi yang dilakukan membutuhkan
perjuangan yang lebih besar.
TAHAPAN KOMUNIKASI PERSUASIF
Untuk mencapai suatu keberhasilan komunikasi persuasif,
diperlukan suatu metode atau formula sistematis yang dapat
dijadikan landasan dalam pelaksanaanya yaitu menggunakan
suatu tahapan AIDDA,

1) Attention (Perhatian)
Komunikasi persuasif didahului
dengan upaya membangkitkan
perhatian. Upaya ini dilakukan
dengan berbagai cara melalui gaya
bicara yang dapat menarik perhatian
maupun dalam pembawaan
penampilan ketika menghadapi
kalayak.
I
2) nterest (Minat)
Dalam hal menumbuhkan minat,
komunikator atau persuader dapat
mengutarakan hal-hal yang menyangkut
kepentingan komunikan. Karena itu,
komunikator harus mengenal siapa
komunikan yang dihadapinya.
3) Desire (Hasrat)
Untuk memunculkan hasrat,
komunikator dapat melakukan ajakan,
rayuan, bujukan, untuk dapat
menyentuh pada aspek emosional
komunikan. Sehingga pada tahapan
berikutnya, seorang komunikan dapat
melakukan apa yang disampaikan
oleh komunikator.
4) Decision (Keputusan)
Keputusan adalah tindakan komunikan
untuk menentukan pilihan apa yang
akan diambil untuk setuju atau tidak
terhadap penerimaan pesan dalam
kegiatan komunikasi persuasif

5) Action (Kegiatan)
Kegiatan disini menjadi ukuran
apakah komunikasi persuasif
dapat memengaruhi komunikan
agar bertindak seperti apa
yang menjadi tujuan
diadakannya kegiatan
komunikasi persuasif.

Anda mungkin juga menyukai