Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak Asasi Manusia selanjutnya disingkat (HAM) adalah seperangkat hak

yang melekat pada hakikat dan keberadaan setiap manusia sebagai makhluk

Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,

dijunjung tinggi, dan dilindungi negara, hukum, pemerintahan, dan setiap orang

demi kerhormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.1

Perwujudan HAM mengalami proses panjang yang sudah dimulai sejak

abad ke 13 dengan ditandatanganninya magna charta pada tahun 1215 oleh Raja

Jhon Lackland. Peristiwa penandatangan ini dapat dicatat sebagai permulaan

perjuangan hak asasi manusia meskipun isi dari piagam magna charta bukan

bentuk perlindungan kepada masyarakat secara umum, namun sebagai bentuk

perlindunagan terhadap kaum bangsawan dan kaum gereja. Perjuangan untuk

melindungi hak-hak manusia terus berkembang sampai pada tahun 1628 dengan

ditandatangani Petition of Rights oleh Raja Charles I. Jika pada tahun 1215 Raja

berhadapan dengan kaum bangsawan dan gereja, maka pada tahun 1628 tersebut

raja berhadapan dengan parlemen yang terdiri dari utusan rakyat (the house of

commons). 2

1
Adam Muhshi, Teologi Konstitusi: Hukum Hak Asasi Manusia Atas
KebebasanBeragama, LKIS Pelangi Aksara, Yogyakarta, 2015, hal. 20.
2
Encik Muhammad Fauzan, Hukum Tata Negara Indonesia, Setara Press, Malang,
2017, hal. 174.
2

Perlu ketahui bahwa Hak adalah sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap

orang yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Hak ini melekat sehingga

tidak biasa ditinggalkan begitu saja. Karena itu hak dapat dikaji dalam dua

pendekatan yaitu pendekatan dalam teori kemauan (will theory) dan teori

kepentingan (interest theory). Pendekatan teori kemauan menjelaskan bahwa hak

mengutamakan pemilik hak dari berbagai keinginan yang berbeda dengan pihak

lain. Sementara dalam pendekatan teori kepentingan lebih menekankan bahwa hak

berperan untuk melindungi atau mengembangkan kepentingan pemilik hak. 3

Keberadaan hak dan hak asasi ini perlu mendapat pengakuan dari negara

untuk mengakui bahwa hak-hak asasi atau hak-hak dasar rakyat atau warga

negaranya dijamin hidup dalam peraturan perundangan mereka baik yang lahir

dari komitmen bersama semua elemen komponen bangsa melalui proses

pembentukan legislasi bersama lembaga wakil rakyat maupun karena komitmen

untuk menjadi bagian dari masyarakat internasional yang beradab dengan

mengadopsi konvensi-konvensi internasional.4 Hal tersebut tertuang dalam Pasal

2 Universal Declaration of Human Right, yang berbunyi: “setiap orang berhak

atas semua hak atas hak kebebasan-kebebasan yang tercantum dalam pernyataan

ini tanpa pengecualian apapun, seperti: ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa,

agama, politik, atau pendapat yang berlainan, asal mula kebangsaan atau

kemasyarakatan, hak milik, kelahiran, atapun kedudukan lain”.

3
Ibid. hal. 177.
4
Ibid. hal. 178.
3

Tindakan penyiksaan pada umumnya adalah sebuah metode yang digunakan

untuk mengorek keterangan dari pihak-pihak yang dijadikan sebagai tersangka

atas sebuah kejahatan. Metode ini dipandang sebagai metode yang paling efektif,

sederhana dan praktis sehingga tidaklah heran apabila metode ini masih

dipraktekkan secara meluas oleh berbagai oknum yang berada di institusi

penegakan hukum modern sekalipun.5

Kasus yang terjadi dibenua eropa timur yakni lebih tepat negara Belarusia

pada Juni 2020 berlandasakan tindakan kejahatan terhadap HAM, dalam hal ini

termasuk hak atas kebebasan berekspresi,berkumpul dan berserikat secara damai,

menjelang pemilihan presiden yang dijadwalkan pada 9 Agustus 2020 Suatu

penuntutan bermotif politik, intimidasi, pelecehan, dan pembelasan terhadap

oposisi kandidat dan pendukungnya dalam suatu otoritas Belarusia menargetkan

dan mengintimidasi aktivitas masyarakat sipil dan media independen. dikarenakan

ratusan pengujuk rasa damai termasuk para pendukung kepala negara ditangkap

secara sewenang-wenang dan didenda berat atau ditahan di penahanan

administratif. Tindakan pelecehan sistematis serta penyiksaan terhadap warga

Belarusia merupakan suatu tindakan keras terhadap pengunjuk rasa. Pasukan

keamanan dalam arti ini kepolisian Belarusia memukuli dan menahan pengunjuk

rasa damai, yang berpartisipasi dalam demonstrasi menentang hasil resmi

pemilihan.6

5
Pranoto Iskandar, Hukum Ham Internasional, Perpustakaan Nasional Indonesia,
cianjur, 2010, hal. 507.
6
Hak Asasi Manusia Di Belarus, https://en.m.wikipedia.org, Diakses pada 31 Desember
2020.
4

Kasus tersebut haruslah mengarah pada UDHR oherrwise known asthe


universal declaration of human rightsarticle 1 it is said that: “which lays down
the philosophy on which the Declaration is based, reads: All human beings are
born free and equal in dignity and rights. They are endowed with reason and
conscience and should act towards one another in a spirit of brotherhood” yakni
pada intinya “semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan
hak-hak yang sama mereka dikarunia akal dan hati nurani dan hendaknya
bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan”.

Para pengunjuk rasa menilai presiden Alexander Lukashenko telah berbuat

curang dalam pilpres. Kemudian Lukashenko membantah adanya kecurangan

maka dari itu semakin memicu kemarahan pengunjuk rasa karena melakukan

sumpah jabatan presiden untuk periode baru secara diam-diam. Aksi protes sejak

awal Agustus hingga kini merupakan yang terbesar sejak Belarusia merdeka dari

Uni Soviet di tahun 1991. Pernyataan Menteri Luar Negeri Belarusia Vladimir

Makei di PBB dikhawatirkan dapat memicu aksi protes lebih lanjut, karena ia

mengatakan hasil pilpres pada Agustus lalu adalah pilihan rakyat. 7

Proses pemilihan kepala negara selesai, sebagaimana dalam pemilihan

ulang kepala negara yakni Alexander Lukashenko kembali memenangkan pilpres

Belarusia 2020. Ia memperoleh angka tajam merunjuk pada hasil awal

penghitungan suara yang dilakukan komisi pemilu pusat Belarusia. Yakni pada

proses pemilihan penantangnya Svetlana Tikhanouskaya hanya mendapatkan 9,9

persen suara sedangkan sang petahana Alexander Lukashenko meraih 80 persen

dari total suara.8

7
Belarusia Sebut Sanksi PBB Dapat Memicu Kericuhan Dan Anarki,
https://www.medcom.id, Diakses pada 31 Desember 2020.
8
Hasil Awal Pilpres Belarusia 2020 Menangkan Capres Petahana Alexander
Lukashenko, https://id.berita.yahoo.com, Diakses pada 31 Desember 2020.
5

Jika dilihat kasus pelanggaran HAM di Belarusia yang di mana aksi

demonstrasi pada hasil keputusan pilpres tersebut mengakibatkan Kepolisian

Belarusia melakukan suatu tindakan kekerasan yang akibatnya membuat situasi

menjadi kekacauan, oleh karena itu pelanggaran terhadap HAM tersebut jelas

tetap harus dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan yang berlaku pada Universal

Declaration of Human Right dan Convention against Torture and Other Cruel,

Inhuman or Degrading Treatment or Punishment, Draft Artikel International Law

Commission serta International Covenant on Civil and Political Rights, (ICCPR).

Berangkat dari peristiwa itulah tindakan terhadap hak asasi di mana tanpa ada

dasar atau alasan yang menjadi pijakan, permasalahan inipun memunculkan

keseriusan dari lembaga PBB yang ditunjuk untuk menangani permasalahan

seperti pelanggaran HAM di Belarusia maka, beberapa kebijakan yang disorot

oleh PBB dirasa berdampak bagi penyelesaian permasalahan.

Selain dari pada itu, Pemerintah Belarusia mengecam keputusan Dewan

Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa selanjutnya disingkat DK PBB

mengawasi ketat negaranya atas dugaan pelanggaran HAM. Menurut, Menteri

Luar Negeri Belarusia Vladimir Makei, keputusan DK PBB adalah presiden

berbahaya. "Resolusi tersebut sungguh mengada-ada. DK PBB mencampuri

urusan internal Belarus," ujar Vladimir Makei, Pernyataan senada diberikan

Vladimir Makei untuk Uni Eropa. Menurutnya, Uni Eropa juga ikut campur

dalam urusan internal Belarusia. dan ia mengatakan bahwa akan ada balasan atas

perbuatan Uni Eropa kepada Belarusia. Delegasi Eropa, dalam sidang DK PBB,
6

ikut mendesak adanya tindakan tegas terhadap Belarusia. Uni Eropa sendiri,

secara terpisah, sudah menetapkan sanksi finansial untuk Belarusia.9

Hal tersebut dijelaskan pada Convention against Torture and Other Cruel,

Inhuman or Degrading Treatment or Punishment dalam bagian 1 pasal 1 ayat 1

menyatakan bahwa:

Untuk tujuan Konvensi ini, istilah “penyiksaan” berarti setiap perbuatan


yang dilakukan dengan sengaja sehingga menimbulkan rasa sakit atau
penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani, pada seseorang
untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari orang itu atau orang
ketiga, dengan menghukumnya atas suatu perbuatan yang telah dilakukan
atau diduga telah dilakukan oleh orang itu atau orang ketiga, atau untuk
suatu alasan yang didasarkan pada diskriminasi, apabila rasa sakit dan
penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan dari, dengan
persetujuan, atau sepengetahuan pejabat pemerintah. Hal itu tidak
meliputi rasa sakit atau penderitaan yang timbul hanya dari, melekat
pada, atau diakibatkan oleh sanksi hukum yang berlaku.

Berdasarkan peraturan yang telah dijelaskan pada Convention against

Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment

diatas maka penulis berpendapat bahwa tindakan penyiksaan merupakan suatu

tindakan yang tidak pantas untuk dilakukan. Tindakan penyiksaan sebagaimana

diatur di dalam ketentuannya maka tanggung jawab negara untuk mengambil

langkah-langkah yang efektif pada Draft Artikel International Law Commission

yakni dalam pasal 1 draft artikel tersebut hanya memberikan penjelasan kapan

tanggung jawab negara timbul, yaitu saat suatu negara melakukan tindakan yang

salah secara internasional (internationally wrongful act). Tindakan salah secara

9
Belarus Siapkan Balas Keputusan Dewan HAM PBB Dan Sanksi Uni Eropa,
https://dunia.tempo.co, Diakses pada 31 Desember 2020.
7

internasional dapat berupa melakukan (action) atau tidak melakukan (omission)

sesuatu yang memenuhi dua elemen yang ditentukan dalam pasal 2 yaitu:

a). Diatribusikan kepada negara melalui hukum internasional.

b). Melakukan pelanggaran (breach) kewajiban internasional.

Berdasarkan dari latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis

tertarik untuk mengkaji dan menganalisis permasalahan di atas dalam suatu

penulisan skripsi dengan judul : “Tanggung Jawab Negara Terhadap

Pelanggaran HAM Di Belarusia Ditinjau Dari Hukum Internasional”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana Pengaturan Tentang Tanggung Jawab Negara Menurut Hukum

Internasional?

2. Bagaimana Bentuk Tanggung Jawab Negara Terhadap Pelanggaran HAM

Di Belarusia?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dari proposal ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan memahami Bagaimana Pengaturan Tentang

Tanggung Jawab Negara Menurut Hukum Internasional.


8

2. Untuk mengetahui dan memahami Bagaimana Bentuk Tanggung Jawab

Negara Terhadap Pelanggaran HAM Di Belarusia.

3. Sebagai salah satu persyaratan untuk penyelesaian studi pada fakultas

hukum Universitas Pattimura.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan ini adalah:

1. Secara Teoritis, Penulisan ini diharapakan dapat memberikan konstribusi

yang baik di bidang hukum internasional khususnya dalam hal menambah

wawasan pengetahuan mengenai HAM terkhususnya tanggung jawab

negara terhadap pelanggaran HAM di Belarusia serta dapat memberikan

pijakan dan referensi pada penulisan-penulisan selanjutnya yang

berhubungan dengan tindakan pelanggaran HAM.

2. Secara Praktis, Penulisan ini diharapkan akan bermanfaat dalam

memberikan penjelasan mengenai upaya pemerintah Belarusia dalam

menegakan pelanggaran HAM yang terjadi negaranya.

E. Kerangka Konseptual

1. Konsep Tanggung Jawab Negara

Penggunaan istilah pertanggung jawaban negara memberikan penjelasan

bahwa pertanggung jawaban berarti kewajiban negara memberikan jawaban

yang merupakan perhitungan atas suatu hal yang terjadi dan kewajiban untuk
9

memberikan pemulihan atas kerugian yang mungkin ditimbulkan.10

Sedangkan menurut Cheng dalam bukunya: General principle of law as

Applied by international Courts and tribunals (1953). Hukum tanggung jawab

negara juga mewajibkan suatu negara untuk melakukan pemulihan manakala

negara tersebut gagal untuk berbuat sesuatu yang dapat diatribusikan

kepadanya. Hukum tanggung jawab negara dapat diterapkan terhadap

pelanggaran HAM, sebab hal itu menimbulkan pelanggaran terhadap

kewajiban internasional.11

Tanggung jawab negara dalam kaitannya dengan HAM, awalnya

dikembangkan dari hukum tanggung jawab negara yang mengatur perlakuan

terhadap orang asing. Terkandung aturan mengenai cara bagi orang asing

untuk mengajukan tuntutan akibat dari perlakuan yang salah dari negara

terhadap dirinya. Dari hal tersebut kemudian dikembangkan prosedur dalam

hukum HAM internasional yang memungkinkan para korban pelanggaran

HAM untuk mengajukan tuntutan secara langsung terhadap negara. 12 Konsep

tanggung jawab sesungguhnya telah dikenal dalam setiap sistem hukum, baik

dalam sistem hukum nasional maupun hukum internasional.13 Tindak jelasnya

pengaturan tanggung jawab negara hingga saat ini, antara lain, ditandai

dengan belum adanya suatu perjanjian internasional yang mengaturnya.

Pembahasan mengenai tanggung jawab negara sebenarnya telah dilakukan


10
Sutaryo, dkk., Membangun Kedaulatan Bangsa Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasila:
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kawasan Terluar, Terdepan, dan Tertinggal (3T), Pusat
Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2015, hal. 88.
11
Ibid. hal. 88.
12
Andrey Sujatmoko, Tanggung Jawab Negara Terhadap Pelanggaran Berat HAM:
Indonesia,Timor Leste Dan Lainnya, Grasindo, Jakarta, 2005, hal. 2.
13
Ibid. hal.3.
10

oleh Komisi Hukum Internasional sejak awal pertama (1949) hingga telah

memasuki sesi ke-53 (2001). Sumber-sumber hukum internasional, prinsip-

prinsip hukum umum, putusan-putusan Mahkamah Internasional yang

berkaitan dengan penerapan prinsip tanggung jawab negara dapat digunakan

sebagai dasar hukum bagi penyelesaian masalah pelanggaran HAM. Prinsip

tanggung jawab negara yang dikenal dalam hukum internasional pada

hakikatnya juga berlaku bagi negara yang melakukan pelanggaran berat HAM.

Bentuk tanggung jawab negara antara lain diwujudkan dengan cara

menghukum para pelaku melalui mekanisme hukum di negara yang

bersangkutan, memberikan kompensasi, restitusi, dan rehabilitasi kepada para

pihak yang menjadi korban. Dilaksanakannya proses hukum secara tuntas bagi

para pelaku pelanggaran berat HAM di lingkup nasional oleh negara

pelanggar merupakan bentuk tanggung jawab negara yang diatur dalam

hukum HAM internasional. Apabila hal tersebut tidak dilaksanakan maka

selanjutnya mekanisme internasional akan bertindak.14

Asas-asas juga berperan penting dalam melakukan tanggung jawab

negara terhadap pelanggaran HAM, yakni “pacta suntservanda, tiap-tiap janji

harus ditepati. Asas ini bermaksud untuk memberi pedoman bagi tiap-tiap

negara berdasarkan sesuatu perjanjian. Asas kedaulatan negara, kedaulatan

berarti persamaan sederajat antara negara-negara yang saling mengadakan

perhubungan. Serta asas timbal balik Jika sesuatu negara mempunyai

14
Ibid. hal. 4.
11

perwakilan di negara lain, maka negara lain juga mempunyai perwakilan di

negara pertama tadi.”15

Pertanggungjawaban suatu negara bilamana suatu perbuatan atau

kelalaian yang dapat dipertautkan kepadanya melahirkan pelanggaran

terhadap suatu kewajiban internasional, baik yang lahir dari suatu perjanjian

internasional maupun dari sumber hukum internasional lainnya. 16

2. Konsep Pelanggaran HAM

Secara umum pengertian HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki

setiap manusia sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa kepada

mahluknya yang dibawa sejak lahir. Hal ini berarti bahwa hak asasi tidak

dapat dicabut oleh suatu kekuasaan atau oleh sebab-sebab lainnya, kerana

jika hal itu terjadi maka manusia kehilangan martabat yang sebenarnya

menjadi nilai inti kemanusiaan. Perwujudan HAM walaupun demikian

tidak dapat dilakukan secara mutlak karena masih dibatasi oleh HAM

lainnya, karena itulah dalam diri setiap pribadi manusia harus ada sikap

saling menghargai dan menghormati orang lain sehingga tidak melanggar

aturan yang berlaku.17

Jadi pada umumnya, hak itu (HAM) adalah sesuatu yang dimiliki

secara mutlak oleh manusia sebagai subjek hukum dan terhadap sesuatu

15
Umar Said Sugiarto, Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Garantika, Jakarta, 2017, hal.
290.
16
Tanggung Jawab Negara, https://indraprasetyalaw.wordpress.com, Diakses pada 27
Mei 2021.
17
Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi, Civic Education Antara Realitas Politik dan
Implementasi Hukumnya, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010, hal. 222.
12

yang menjadi haknya itu. Ia mempunyai kebebasan yang dijamin oleh

aturan hukum untuk melakukan sesuatu apa pun tanpa halangan dari pihak

manapun. Memiliki hak (HAM), maka dengan sendirinya ia juga memiliki

kebebasan dan kewenangan mutlak atas haknya tersebut untuk melakukan

suatu perbuatan hukum tertentu, asalkan tidak melanggar hak (HAM)

orang lain. Orang-orang lain ini justru berkewajiban untuk mengakui dan

menghormati hak (HAM) yang dijalankan oleh subjek hukum pemilik hak

(HAM).18

Defenisi yang sama pula dikemukakan oleh Jhon Locke HAM

merupakan suatu hak yang diberikan langsung oleh Tuhan yang bersifat

kodrati. Artinya adalah hak yang dimiliki oleh setiap manusia menurut

kodratnya dan tidak dapat dipisahkan hakikatnya, sehingga sifatnya adalah

suci. Pandangan Mahfudz M.D HAM merupakan hak yang sudah melekat

pada martabat setiap manusia dan hak tersebut sudah dibawa pada saat

sejak lahir ke dunia dan pada hakikatnya hak tersebut memiliki sifat

kodrati.

Selanjutnya Karel Vasak menyatakan HAM merupakan tiga generasi

yang didapat dari revolusi Prancis. Karel Vasak mengistilahkan generasi

hal ini karena yang dimaksud untuk merujuk pada inti serta ruang lingkup

dari hak yang menjadi suatu prioritas utama dalam beberapa kurun waktu

tertentu. Serta juga menurut Miriam Budiarjo HAM adalah hak yang harus

18
A Widiada Gunakaya, Hukum Hak Asasi Manusia, Andi, Yogyakarta, 2017, hal. 50-
51.
13

dimiliki pada setiap orang yang dibawa sejak lahir ke dunia dan menurut

Miriam Budiarjo hak tersebut memiliki sifat yang universal, hal ini karena

dimiliki tanpa adanya perbedaan ras suku, budaya, agama, kelamin, dan

sebagainya.19

Terkait dengan hak, maka perlu dipahami tentang prinsip-prinsip

HAM yang merupakan hal yang utama bagi banyak orang. Prinsip

universal (Universality) merupakan prinsip yang tertinggi di mana HAM

itu berlaku secara keseluruhan di mana pun seseorang berada di dunia ini.

Prinsip martabat manusia (Human Dignity). Hak asasi merupakan hak

yang melekat, dan dimiliki setiap manusia di dunia. Prinsip ini

menegaskan perlunya setiap orang untuk menghormati hak orang lain,

hidup damai dalam keberagaman yang bisa menghargai satu dengan yang

lainnya, serta membangun toleransi sesama manusia.20

Perlu kita ketahui bahwa adapun teori-teori yakni, menurut teori

Positivisme hukum Austinian, hukum merupakan perintah-perintah

penguasa, otoritas hukum adalah otoritas tertinggi dari suatu masyarakat

politik yang independen, yang secara khas diungkapkan melalui undang-

19
Sarinah, Muthar Dahri, dan Harmaini, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKNDiPerguruan Tinggi), CV. Budi Utama, DIY, 2012, hal. 78-79.
20
Andi A. Khairunnisa, “Penerapan Prinsip-Prinsip Hak Asasi Manusia
dalamPembentukan Produk Hukum oleh Pemerintah Daerah”, Jurnal MP (Manajemen
Pemerintah), No. 1, Juni 2018, hal. 68-69.
14

undang dan didukung olehsanksi-sanksi negara. Atau sering diistilahkan

“la bouche de la loi” (terompet undang-undang).21

Menurut Teori Utilitarianisme merupakan tindakan yang benar,

tindakan yang menghasilkan manfaat atau kegunaan (the principle of

utility). Suatu tindakan dikatakan berguna bila secara keseluruhan dengan

memperhitungkan semua pihak yang terlibat dan tanpa membeda-bedakan

orang, prinsipnya “The greatest good to the greatest number”. Teori

Utilitarianisme bersifat kritis dan rasional karena mempertanyakan apakah

norma yang berlaku mendatangkan akibat baik atau manfaat bagi banyak

orang. Ultilitarianisme tindakan adalah mendasarkan pada bertindaklah

sedemikian rupa sehingga setiap tindakan itu menghasilkan akibat-akibat

baik yang lebih besar didunia ini dari pada akibat buruknya. 22

Teori realisme hukum yang pada prinsipnya mengkritik dan

menafsirkan berbagai mitos yang diajarkan oleh teori hukum saat itu

tentang hukum dalam realitas, terutama ketika hukum tersebut diterapkan

oleh pengadilan. Sehingga, memerlukan suatu hukum yang bersifat

idealis.23 Sedangkan konteks HAM, negara menjadi subjek hukum utama.

Alasannya, negara merupakan entitas utama yang bertanggung jawab

melindungi, menegakkan, dan memajukan HAM, setidaknya untuk warga

negaranya masing-masing. Dimana tanggung jawab negara merupakan


21
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan: Legal Theory dan
Judicialprudence, Kencana, Jakarta, 2012, hal. 92.
22
Martinus Tukiran, Fondasi Teori Manajemen: Sebuah Tinjauan Filosofis, Teoretis,
Metodis, dan Praktis, PT. Kanisius, Jakarta, 2020, hal. 107.
23
Munir Fuady, Teori-teori Besar Dalam Hukum: Grand Theory, kencana Prenadamedia
Grup, Jakarta, 2013, hal. 56.
15

prinsip fundamental dalam hukum internasional yang bersumber dari

doktrin kedaulatan dan persamaan hak antar negara-negara. Tanggung

jawab negara timbul apabila ada pelanggaran atas suatu kewajiban

internasional untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu, baik kewajiban itu

berdasarkan suatu perjanjian internasional maupun berdasarkan hukum

kebiasaan internasional.24

Keberadaan konsep Eropa Kontinental, pembatasan terhadap tindak

tanduk negara dan organ-organnya dan peletakan kewajiban negara

terhadap warganya sehingga prinsip yang terkandung dalam konsep hak

asasi manusia adalah tuntutan (claim) akan hak terhadap negara dan

kewajiban yang harus dilakukan oleh negara.25

Selain itu konsep natural right maka hak adalah “what is nature” hak

tersebut sifatnya kodrati yang mempunyai arti:26

a. Kodratnya yang menciptakan dan memahami akal budi dan

pendapat manusia.

b. Setiap orang dilahirkan dengan hak tersebut.

c. Hak tersebut dimiliki manusia dalam keadaan alamiah

kemudian dibawanya dalam kehidupan masyarakat.

Pelanggaran HAM merupakan suatu perbuatan kelompok orang atau

seseorang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak sengaja

24
M Ridah Saleh, Menghijaukan Ham, Rayyana Komunikasindo, DKI, 2015, hal. 47-48.
25
Philipus M Hadjo, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Bina Ilmu,
Surabaya, 2010, hal. 61.
26
Encik Muhammad Fauzan, Op.cit., hal. 178.
16

atau membatasi, mencabut, dan kelalaian HAM kelompok seseorang atau

seseorang yang dijamin oleh Undang-Undang.27

Berdasarkan sifatnya, pelanggaran HAM dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu:28

1. Pelanggaran HAM ringan.

Adalah kasus pelanggaran HAM yang tidak sampai mengancam

keselamatan jiwa seseorang. Namun, ini tetap saja termasuk dalam

kategori berbahaya apabila terjadi dalam jangka waktu yang lama.

2. Pelanggaran HAM berat.

Adalah pelanggaran HAM yang mengancam nyawa manusia

seperti: pembunuhan, penganiayaan, perampokan, perbudakan,

atau penyanderaan.

3. Konsep Hukum Internasional

Hukum internasional perlu diketahui pada dasarnya adalah kumpulan

ketentuan hukum yang berlaku dipertahankan oleh masyarakat

internasional.29

Serta juga pengertian hukum internasional yang lazim sekarang, ialah

hukum yang mengatur antara negara yang satu dengan yang lain, antara

negara dengan organisasi internasional yang menimbulkan hak-hak dan

27
Pelanggaran HAM, https://id.detik.com, Diakses pada 11 Juni 2021.
28
Pelanggaran HAM: Pengertian, Jenis, dan Contoh Kasusnya, https://id.detik.com,
Diakses pada 11 Juni 2021.
29
Rahman Syamsuddin, Pengantar Hukum Indonesia, Kencana, Jakarta, 2019, hal. 209.
17

kewajiban-kewajiban terhadap negara-negara dan atau lembaga

internasional yang bersangkutan.30

Sumber hukum internasional menurut pasal 38 ayat (1) Piagam

Mahkamah Internasional menyatakan bahwa dalam mengadili perkara

yang diajukan kepada Mahkamah Internasional akan menggunakan:31

a. Perjanjian internasional (international coventions atau treaty);


b. Kebiasaan internasional (international custom);
c. Asas hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa yang beradab
(The general principles of law recognized by civilized nations);
d. Keputusan pengadilan (judicial decisions/yurisprudensi) dan ajaran
para sarjana yang paling terkemuka dari berbagai negara.

Secara formal sumber hukum mengandung pengertian sebagai sumber

yang memuat ketentuan-ketentuan hukum yang dapat diterapkan sebagai

kaidah dalam suatu perkara konkret, atau tempat ketentuan-ketentuan atau

kaidah-kaidah hukum dapat ditemukan, atau sumber yang memberikan

jawaban atas pertanyaan dimana kita dapat menemukan atau mendapatkan

ketentuan-ketentuan hukum yang dapat diterapkan sebagai kaidah didalam


32
suatu persoalan yang aktual/konkret. Sumber hukum dalam pengertian

ini dapat pula dipahami sebagai sumber hukum yangmempersoalkan

sebab-sebab hukum itu mengikat, dan juga meyelidiki masalah apakah

yang menjadi dasar mengikatnya hukum itu.33

Selain itu teori hukum internasional juga berkembang menjadi dua

pandangan tentang hukum internasional, yakni disebut Voluntarisme.

30
Umar Said Sugiarto, Op.Cit., hal.288.
31
Ibid. hal. 289-290.
32
Muhammad Ashri dan Rapung Samuddin, Hukum Internasional dan Hukum Islam
Tentang Sengketa dan Perdamaian, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2013, hal. 18.
33
Ibid. hal. 18.
18

Mendasarkan berlakunya hukum internasional dan ada tidaknya hukum

internasional ini pada kemauan negara. Pandangan yang kedua yakni

padangan objekvitis yang menganggap ada dan berlakunya hukum

internasional ini dilepas dari kemauan negara.34

F. Metode penelitian

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikaji maka peneliti ini menggunakan

jenis penelitian “Yuridis Normatif”. Yaitu penelitian tentang kaidah-

kaidah, norma-norma, dan asas hukum berdasarkan peraturan perundang-

undangan, yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

2. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian yaitu “Deskriptif Analisis”

dengan alasan bahwa hasil yang gunakan dari studi kepustakaan

selanjutnya dianalisis dan dibahas menggunakan alur pembahasan secara

sistematis di dalam beberapa bab dengan demikian hasil analisis dan

pembahasan tersebut selanjutnya dideskripsikan untuk memudahkan

penarikan beberapa kesimpulan dan pengajuan saran.

3. Pendekatan Masalah

Sebuah penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan masalah,

karena pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi dari

34
Melda Kamil Ariadno, “Kedudukan Hukum Internasional dalam Sistem Hukum
Nasional”, Vol.5 No. 3, April 2008, hal. 509.
19

berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya.

Macam-macam pendekatan-pendekatan yang digunakan di dalam

penelitian hukum menurut Peter Mahmud Marzuki adalah:35

1. Pendekatan Undang-Undang (statute approach);


2. Pendekatan Kasus (case approach);
3. Pendekatan Konseptual (conceptual approach);
4. Pendekatan Komparatif (comparative approach);
5. Pendekatan Historis (historical approach);

Pendekatan penelitian yang dilakukan oleh penulis lebih ditujukan

kepada pendekatan undang-undang, pendekatan konseptual, dan

pendekatan kasus. Pendekatan undang-undang dilakukan dengan menelaah

semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu

hukum yang sedang tangani. Pendekatan konseptual (conceptual

approach) merupakan jenis pendekatan dalam penelitian hukum yang

memberikan sudut pandang analisa penyelesaian permasalahan dalam

penelitian hukum di lihat dari aspek konsep-konsep hukum yang

melatarbelakanginya, atau bahkan dapat di lihat dari nilai-nilai yang

terkadung dalam penormaan sebuah peraturan kaitannya dengan konsep-

konsep yang digunakan. Pendekatan kasus (case approach) adalah salah

satu jenis pendekatan dalam penelitian hukum normatif yang peneliti

mencoba membangun argumentasi hukum dalam perspektif kasus konkrit

yang terjadi di lapangan, tentunya kasus tersebut erat kaitannya dengan

kasus atau peristiwa hukum yang terjadi di lapangan. Jenis pendekatan ini

tujuannya adalah untuk mencari nilai kebenaran serta jalan keluar terbaik

35
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2009, hal. 93.
20

terhadap peristiwa hukum yang terjadi sesuai dengan prinsip-prinsip

keadilan. Pndekatan ini dilakukan dengan melakukan telaah pada kasus-

kasus yang berkaitan dengan isu hukum yang di hadapi.36

4. Sumber Bahan Hukum

Pada metode penelitian hukum normatif, terdapat 3 macam bahan

pustaka yang dipergunakan oleh penulis yakni :

a) Bahan hukum primer antara lain:.

1). Universal Declaration of Human Right (UDHR) 1948.

2). Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman or

Degrading Treatment or Punishment (CAT).

3). Draft Artikel International Law Commission (ILC) 2001.

4). International Covenant on Civil and Political Rights, (ICCPR).

b) Bahan hukum sekunder terdiri dari:

1) Bahan atau pendapat para hukum, jurnal hukum mengenai HAM.

2) Buku hukum atau (text book), internet.

c) Bahan hukum tersier:

Bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas

bahan hukum lainnya.

36
Pendekatan Perundang-Undangan (Statute Approach) Dalam Penelitian Hukum,
https://www.saplaw.top, Diakses pada 27 Mei 2021.
21

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Penelitian hukum ini prosedur yang dilakukan adalah mengumpulkan

bahan hukum primer berupa aturan hukum yang terkait dengan

permasalahan terlebih dahulu lalu dikaitkan dengan bahan hukum

sekunder melalui buku-buku, artikel, jurnal atau karya tulis para pakar

hukum, kemudian dihubungkan dengan fakta hukum, peristiwa hukum,

dan akibat hukum.

6. Teknik Analisis Bahan Hukum

Berdasarkan bahan hukum yang sudah dikumpulkan baik bahan

hukumprimer maupun bahan hukum sekunder, maka teknik analisis yang

digunakan dalam penulisan ini adalah teknik analisis kualitatif, karena

yang dianalisis adalah hal-hal yang bersifat mendasar dari apa yang telah

diteliti dan dipahami

Anda mungkin juga menyukai