Anda di halaman 1dari 11

MODUL PERKULIAHAN

UNSUR FIRMITAS
DALAM DESAIN
• PENGERTIAN ASPEK FIRMITAS
• KEKOKOHAN DAN SISTEM
• LOGIKA ALIRAN GAYA
• MATERIAL DESAIN
• SISTEM STRUKTUR DAN SAMBUNGAN

Fakultas Program Studi SESI Kode MK Disusun Oleh


FAKULTAS DESAIN PRODUK 19045 HADY SOEDARWANTO, ST., M.DS.
DESAIN DAN
SENI KREATIF 09
Abstract Kompetensi
Ada tiga syarat yang harus dipenuhi sebuah Peserta perkuliahan memahami aspek firmitas
benda hingga dia dapat disebut benda desain dalam desain seperti aspek kekokohan (logika
yaitu harus memiliki fungsi (aspek utilitas), aliran gaya, material desain dan sistem
memiliki sistematika dan kekokohan (aspek sambungan) serta aspek sistem (sistematika
firmitas) dan memiliki estetika (aspek venustas). mekanik dan sistematika tanda).
Pada sesi kali ini akan dibahas tentang aspek
firmitas dalam desain dan faktor yang harus
diperhatikan dalam upaya memenuhi aspek
tersebut. Aspek firmitas berhubungan dengan
aspek kekokohan sebuah benda, sehingga boleh
dikatakan dalam mendesain sebuah benda harus
memperhatikan kekokohannya.
UNSUR FIRMITAS
Pemahaman Firmitas Dalam Desain
Ada tiga syarat yang harus dipenuhi sebuah benda hingga dia dapat disebut benda desain
yaitu harus memiliki fungsi (aspek utilitas), memiliki sistematika dan kekokohan (aspek
firmitas) dan memiliki estetika (aspek venustas). Pada sesi kali ini akan dibahas tentang aspek
firmitas dalam desain dan faktor yang harus diperhatikan dalam upaya memenuhi aspek
tersebut. Menurut Oxford Dictionary, firm berarti having a solid, almost unyielding surface or
structure. Jadi memang aspek firmitas berhubungan dengan aspek kekokohan sebuah benda,
sehingga boleh dikatakan dalam mendesain sebuah benda harus memperhatikan
kekokohannya. Namun bukan hanya aspek kekokkohan saja tetapi juga membahas tentang
sistematika. Jadi secara keseluruhan aspek firmitas akan membahas tentang how it work,
membahas tentang bagaimana benda tersebut bisa berjalan sebagaimana mestinya.

Kekokohan
Jadi ada dua hal yang dapat dibahas dalam aspek firmitas, yaitu faktor sistematika dan
kekokohan. Pada faktir sistematika membahas tentang bagaimana sebuah benda dapat
bekerja sesuai fungsinya (akan dibahas pada sesi 10). Ada dua hal yang dapat dibahas dalam
pembahasan sistematika yaitu sistematika mekanik dan sistematika tanda. Sedangkan faktor
kekokohan sering diartikan sebagai tingkat kekuatan atau keawetan sebuah benda desain.
Namun dalam perkembangan diskusinya saat ini bukan hanya kekokohan tersebut yang
dibicarakan, namun juga membicarakan aspek ketidak-kokohan. Aspek firmitas dapat hadir
dengan fleksible sesuai dengan tema yang dibicarakan. Sebuah benda desain terkadang
bukan hanya perlu dibuat sangat kokoh untuk waktu sangat yang lama, tapi juga ada desain
yang memang sengaja dibuat kokoh hanya untuk waktu tertentu saja.

2014 KAIDAH RANCANG BANGUN Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 HADY SOEDARWANTO, ST., M.DS. http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 1
Area eksplorasi aspek firmitas dalam desain
(sumber:hady soedarwanto)

Dalam skema diatas dapat dilihat bahwa area eksplorasi aspek firmitas hanya sebatas kokoh
dengan batas optimum sesuai fungsi benda yang dimaksud. Bila demikian maka yang dapat
menjadi parameter adalah perhitungan logika matematis dan lebih dekat kepada
kecenderungan pragmatis dalam desain.
Mendesain dengan menggunakan kecenderungan pragmatik artinya desainer mefokuskan
proses desainnya pada pemenuhan hal yang bersifat fungsional atau kebutuhan dasar
(a pragmatic design is a design trend that emphasizes the completion of the design
problem in the fulfillment of the basic functions of the design objects in question).
Kecenderungan desain secara pragmatik tidak terlalu memperdulikan akan aspek dekoratif
atau aspek estetis dari sebuah desain.
Mungin pemahaman akan hal ini akan lebih mudah jika kita coba mengingat pembahasan
tentang syarat desain yang diutarakan oleh Vitruvius. Belalai-belalai dalam trilogi Vitruvius
(utilitas-firmitas-venustas) sebenarnya tidak sama besar (tidak equal), dalam arti setiap aspek
tersebut bisa lebih diperhatikan dibandingkan aspek lainnya. Jika hal tersebut diterapkan
kedalam kecenderungan pragmatik, maka aspek utilitas dan firmitas menjadi lebih
diperhatikan dibandingkan dengan aspek venustas.

Gambar 2
Diagram Trilogi Vitruvisus (kiri) dan Diagram kecenderungan desain secara Pragmatik (kanan)
(Sumber: Hady Soedawanto)

Penerapan aspek firmitas dalam desain ini dapat kita lihat dalam keseharian, misalnya desain
sebuah kemasan refrigerator atau furniture precast. Hal tersebut disebabkan karena dalam
penggunaan kemasan tersebut tidak membutuhkan tampilan yang teramat cantik.
Sebenarnya apa yang dibutuhkan refrigerator dari kemasannya ini?... Narilah kita coba tinjau
perjalanan refrigerator ini mulai saat selesai diproduksi. Setelah selesai di produksi,
refrigerator yang pada umumnya berukuran besar dan berat ini disimpan sementara di tempat

2014 KAIDAH RANCANG BANGUN Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 HADY SOEDARWANTO, ST., M.DS. http://www.mercubuana.ac.id
penyimpanan sebelum dikirim ke distributor. Dari tempat penyimpanan distributor, refrigerator
ini di kirim ke retail yang lebih keci seperti outlet, stan pameran atau pusat perbelanjaan. Di
tempat tersebut refrigerator ini di-display agar dapat dilihat oleh calon pembeli. Pada tahap
display ini refrigerator biasanya tidak menggunakan kemasan. Jika pembeli berminat, maka
refrigerator di kirim ke tempat yang dikehendaki pembeli, dan saat dioperasikan refrigerator
pun tidak menggunakan kemasannya lagi serta kemasannya disimpan untuk kebutuhan yang
lain.

Gambar 3
Desain kemasan refrigerator lebih seharusnya menghendaki kemudahan mobilisasinya
(Sumber: google.com)

Dari pemaparan tersebut dapat dianalisis bahwa yang paling dibutuhkan dari sebuah
kemasan refrigerator adalah kemudahan untuk mobilisasi mengingat ukurannya yang besar
dan berat. Jika biasanya dalam mobilisasinya memerlukan dua sampai tiga orang, jadi
mungkin desain berikutnya adalah dengan mendesain kemasan refrigerator yang cukup
diangkat oleh satu atau dua orang. Jadi dalam medesain kemasan refrigerator tidak
membutuhkan tampilan yang terlalu berlebihan karena calon pembelipun tidak menjadikan
kemasan refrigerator sebagai pertimbangannya membeli. Dengan demikian dalam proses
desain kemasan refrigerator ini lebih ditekankan pada aspek fungsi (utilitas) dan kekuatan
(firmitas) untuk operasionalnya.

2014 KAIDAH RANCANG BANGUN Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 HADY SOEDARWANTO, ST., M.DS. http://www.mercubuana.ac.id
Mendesain secara pragmatik dapat juga diartikan dengan memilih bentuk, ukuran yang
mengefisienkan penggunaan material, kemudahan penyimpanan, kemudahan pengiriman
dan kemudahan display.

Gambar 4
Reusable green packaging technology untuk produk refrigerator
(Sumber: samsung.com)

Sebagai contoh Samsung mengembangkan sistem kemasan untuk produk refrigerator yang
merupakan kemasan yang dapat digunakan berulang kali. Dalam mendesain kemasan
tersebut menggunakan material yang jauh lebih kokoh dari kemasan yang sudah ada, namun
dengan suatu maksud fungsi yang harus dipenuhi (utilitas) yaitu harus bisa cukup kuat dan
awet untuk dipakai berulang kali. Jadi dengan pertimbangan jangka waktu yang lebih lama
juga dapat berpengaruh terhadap keputusan aspek firmitas.

Aspek firmitas biasanya dekat dengan bidang engineering (science). Untuk memahami
tentang kekokohan maka harus terlebih dahulu paham tentang logika gaya (force) yang
berada dalam ranah fisika. Rumus yang digunakan dalam pembahasan ini adalah Hukum
Newton, formula yang membahas tentang gaya. Hukum Newton ada 3, yaitu Hukum Newton
I, Hukum Newton II dan Hukum Newton III. Keseimbangan (kestabilan dicapai) bila jumlah
gaya sama dengan nol yang dihasilkan oleh dua buah gaya atau lebih yang bekerja pada
suatu benda.

Hukum Newton I:
“Jika resultante gaya yang bekerja pada suatu benda sama dengan
nol, maka sebuah benda diam cenderung terus diam, benda bergerak
terus bergerak lurus dengan laju tetap sampai ada gaya yang
mempengaruhinya.” dinyatakan dalam rumus : ∑F =0

2014 KAIDAH RANCANG BANGUN Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5 HADY SOEDARWANTO, ST., M.DS. http://www.mercubuana.ac.id
Hukum Newton I juga disebut dengan hukum kelembaman atau inersia, yaitu benda yang
cenderung mempertahankan kestabilannya (diam atau bergerak)

Hukum Newton III:


Pada saat suatu benda memberikan gaya pada benda kedua, benda
kedua juga melepaskan gaya yang sama tapi melawan arah gaya
benda pertama.” dinyatakan dalam rumus F aksi = -F reaksi

Logika Aliran Gaya


Gaya (F: force) dapat berupa tarikan atau dorongan yang terjadi terhadap suatu benda. Gaya
dapat menimbulkan perubahan posisi, gerak atau perubahan bentuk pada benda. Gaya
termasuk ke dalam besaran vektor, karena memiliki nilai dan arah. Hukum Newton I dan III
dapat diperunakan dalam banyak ranah desain, termasuk di dalamnya ranah Desain Produk.
Walaupun pada umumnya hasil karya desain produk dapat dibilang berukuran kecil, namun
pemahaman tentang aliran gaya dapat diterapkan di dalamnya. Ada beberapa jenis gaya yang
ada dalam ranah fisika, namun sebagian saja perlu diketahui dalam penerapannya di ranah
desain produk yaitu gaya tarik, gaya tekan, dan momen momen yang dikelompokkan dengan
nama gaya dalam. Sebuah benda yang mengalami gata tarik akan cenderung mengalami
perubahan bentuk menjadi memanjang dan sebaliknya bila mengalami kaya tekan akan
semakin memadat.

Gambar 5
Ilustrasi gaya tarik dan gaya tekan pada suatu benda
(Sumber: hady soedarwanto)

Gaya bekerja dalam sebuah material mengalir menuju tumpuan. Bila dalam sebuah benda
bekerja lebih dari satu gaya maka gaya tersebut akan dijumlahkan dengan
mempertimbangkan arah gayanya. Jumlah gaya yang bekerja pada sebuah material
dinamakan resultante gaya (R) .

Gambar 5
Ilustrasi Resultante Gaya
(Sumber: hady soedarwanto)

2014 KAIDAH RANCANG BANGUN Pusat Bahan Ajar dan eLearning


6 HADY SOEDARWANTO, ST., M.DS. http://www.mercubuana.ac.id
Momen terjadi apabila sebuah gaya bekerja mempunyai jarak tertentu dari titik tumpuan yang
besarnya adalah perkalian dari Gaya yang bekerja dengan jaraknya. Jika pada sebuhah
material mengalami momen yang terjadi adalah perubahan bentuk berupa lendutan, dan bila
lendutan yang terjadi lebih besar dari koefisien batas material maka yang kemudian terjadi
adalah patahnya material.

Gambar 6
Ilustrasi Gaya dan Momen
(Sumber: hady soedarwanto)

Ada beberapa prinsip yang perlu dipahami dalam pembahasan ini yaitu:
• Pada prinsipnya semua gaya yang bekerja pada sebuah benda selalu mengalir
kepada tumpuan dan tumpuan terbesar adalah bumi (tanah).
• Gaya yang bekerja pada sebuah benda selalu terbagi rata
• Sebuah benda harus stabil yang ditandai bahwa jumlah resultante gaya yang bekerja
harus nol (∑F = 0) dan F aksi = -F reaksi.

Penerapannya prinsip tersebut dalam desain prooduk dapat dilihat pada desain kursi
sederhana berikut ini:

Gambar 7
Desain kursi sederhana
(Sumber: tanahairfurniture.com)

2014 KAIDAH RANCANG BANGUN Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 HADY SOEDARWANTO, ST., M.DS. http://www.mercubuana.ac.id
Distribusi beban pada kursi ini terbagi 2 yaitu bertumpu pada pinggul dan kaki. Beban yang
bertumpu pada pinggul terbagi rata pada bantalan kursi, untuk kemudian dialirkan kepada
kaki kursi (pada desain ini berjumlah 4 buah) dan karena bentuknya simetris setiap bagian
kursi mendapatkan beban yang sama yaitu ¼ dari total beban. Bila prinsip rumus Newton I
dan III diterapkan pada desain kursi ini maka gaka reaksi yang mucul harus sesuai gaya aksi
yang didapatkan atau dengan kata lain agar kursi tersebut kuat maka yang perlu menjadi
pertimbangan adalah saat memilih jenis material, dimensi material dan sistem sambungan
material.

Gambar 8
Skema aliran gaya pada desain kursi sederhana
(Sumber: hady soedarwanto)

Sistem Struktur dan Sambungan


Banyak material yang bisa digunakan pada desain kursi seperti ini, misalnya kayu, besi,
plastic dan kombinasi diantaranya. Untuk bagian bantalan kursi dan kaki yang terjadi adalah
gaya tekan, sehhingga material yang dipilih adalah material yang memiliki kuat tekan tinggi.
Lebih tinggi koefisien kuat tekannya maka dimensi yang dipergunakan bisa semakin kecil dan
begitu pula sebaliknya. Jadi dalam pembahasan aspek firmitas, pemilihan material dan ukuran
didasarkan pada perhitungan matematis distribusi gaya dan ketahanan material. Penelaahan
yang lebih teluti dibutuhkan untuk mendapatkan hasil desain yang lebih detail. Setelah
memilih jenis material dan ukuran, yang perlu diselesaikan adalah masalah sambungan
material. Untuk bagian bantalan kursi dan kaki kursi mengalami gaya tekan vertikal, sehingga
secara logika gaya bagian yang pertama menerima gaya (bantalan kursi) diletakkan paling
atas, baru kemudian kaki kursi berada di bawahnya. Bantalan kursi biasanya menggunakan
bahan yang relatif tipis, hal ini memungkinkan terjadinya momen yang dapat membuat

2014 KAIDAH RANCANG BANGUN Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8 HADY SOEDARWANTO, ST., M.DS. http://www.mercubuana.ac.id
bantalan menjadi melengkung dan patah. Karenanya perlu dibuat tambahan elemen yang
dapat menanggulangi masalah tersebut.

Gambar 9
Mengatasi masalah lendutan dengan memberikan penahan hotizontal
dibawah bantalan kursi
(Sumber: hady soedarwanto)

Setelah menentukkan sambungan yang perlu dilakukan adalah memperhitungkan jika orang
yang duduk diatasnya melakukan aktifitas yang akan menimbulkan gaya yang membuat kursi
tidak lagi berada dalam keadaan seimbang (posisi kaki mengalami kecenderungan untuk
terbuka dan menutup), yaitu karena munculnya gaya horizontal. Untuk mengatasi hal tersebut
dipasangkanlah elemen (berupa bracing) yang bisa menahan gaya tarik sekaligus gaya tekan
yang terjadi akibat gaya horizontal tersebut.

Gambar 10
Mengatasi masalah deformasi material akibat gaya horizontal dengan menggunakan bracing
(Sumber: hady soedarwanto)

2014 KAIDAH RANCANG BANGUN Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 HADY SOEDARWANTO, ST., M.DS. http://www.mercubuana.ac.id
Detail sambungan untuk bracing dan kaki kursi pun berbeda (harus mampu menahan gaya
tarik sekaligus gaya tekan) yang pada umumnya memiliki ciri berupa pengait (kait) atau
berupa pasak.

2014 KAIDAH RANCANG BANGUN Pusat Bahan Ajar dan eLearning


10 HADY SOEDARWANTO, ST., M.DS. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

2014 KAIDAH RANCANG BANGUN Pusat Bahan Ajar dan eLearning


11 HADY SOEDARWANTO, ST., M.DS. http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai