Ringkasan PTI Bab 6,7 - Kelompok 1
Ringkasan PTI Bab 6,7 - Kelompok 1
Oleh :
Andi Pamuha Oloan Samosir (21070119140175)
Arya Zidan Farizka (21070119140118)
Ketut Utari Mustika Putri (21070119140073)
Rafi Zaky Rayoga (21070119140125)
Rafly Zuhdi Setyawan (21070119130140)
Kelas : D / Kelompok 1
6.1.2.5 Implementasi
Dalam pengambilan keputusan dan implementasinya perlu mempertimbangkan berbagai
faktor dan variabel diluar yang telah terkuantifikasi. Tidak ada keputusan yang obyektif karena
judgment merupakan subyektivitas pengambil keputusan. Perlu pula dilihat implikasi manajerial
dari keputusan yang akan diambil agar tindakan yang akan dilakukan efektif.
Untuk memberikan ilustrasi dari sistem berikut diuraikan masalah oleh manajer logistic manajer
pabrik
Kebutuhan bahan paku pangan tahun depan sebesar 10.000 unit,dibeli dari pemasuk dengan
harga RP.10.000 per unit dengan ongkir sebesar RP.1.000.000untuk setiap kali pemesanan. Jika
ongkos simpan barang sebesar RP.2000 per unit per tahun, bagaimana logistic mengatur
perdagangan bahan baku paling ekonomis?
Dalam menghadapi permasalahan ini terxdapat banyak alternatif solusi praktis yaitu:
Masi banyak opsi alternatif solusi pembelian untuk mencari yang terbaik kriteria yang digunakan
adalah inventori per tahunan(Ot) yang terdiri atas pembelian barang (Ob), ongkos pesan(Op) dan
ongkos simpan (Os):
Total inventori pada table 6-1 tersebut di atas maka terlihat bahwa alternatif solusi terbaik adalah
pembelian sebanyak 4 kali dengan kuantitas pembelian sebesar 2.500 unit setiap kali pembelian
Model Wilson merupakan hasil pemakain pendekatan statistik dan metematik yang pertama
dilakukan di bidang industri. Ada dua pertanyaan yang menjadi focus pada model ini yaitu:
a) Berapa jumlah barang yang akan dipesan untuk setiap kali pemesanan yang dilakukan?
b) Kapan saat pemesanan dilakukan?
Pertanyaan pertama dikaitkan dengan penentuan pengukuran lot pemesanan yang ekonomis dan
pertanyaan kedua berkaitan dengan penentuan indikator saat pemesanan ulang dilakukan
1.Asumsi
Untuk mencari jawaban kedua Wilson membuat beberapa asumsi nyata yang dimodelkan
sebagai berikut:
a) Permintaan barang selama horizon perencanaan diketahui dengan pasti dan akan datang
sepanjang tahun
b) Pemesanan barang dilakukan dengan ukuran lot yang tetap unruk setiap kali melakukan
pemesanan dan barang yang dipesan dating secara serentak
c) Harga barang per unit yang dipesan tidak bergantung dengan jumlah barang yang dibeli
dan juga dengan waktu
d) Ongkos pesan tetap seiap kali pemesanan dan ongkos kirim sebanding dengan jumlah
barang yang disimpan dan harga per unit serta lama waktu penyimpanan
Asumsi permintaan yang deterministik berarti bahwa kedaan kekurangan inventori dapat
dihindarkan.asumsi kedua akan berarti bahwa waktu ancang ancang sama dengan nol sehingga
pemesanan telah habis.hal ini disebkan nilainya konstan sehingga tidak akan mempengaruhi
solusi optimalnya.
2. Komponen model
Dari gambit diatas Nampak jelas bahw jawaban terhadap Wilson terhadap kedua
pertanyaan dasar terdahulu sebagai berikut:
a) Pesan sebesar ukuran lot pemesanan qo teteap untuk setiap kali pemesanan
dilakukan
b) Pemesanan ulang dilakukan pada saat inventori barang di Gudang mencapai nol
Dari asumsi sumsi tersebut maka onggkos total inventori yang dimaksud disini terdiri
dari tiga elemen ongkos yaitu ongkos beli,ongkos pemesanan,ongkos simpan sebab
ongkos kekurangan tidak ada dengan demikian model sumus sbb:
Ongkos pemesanan
Ongkos simpan
4. Solusi Model
Masalah selanjutnya adalah berapa besarnya qo yang optimal? Karena ongkos
pembelian konstan dengan demikian Wilson mencoba mencari keseimbangan
antara ongkos pemesanan dan ongkos simpan. Nilai optimalnya dapat ditentukan
dengan pndekatan optimasi kalsik yaitu syarat optimasi sebagai berikut:
Ketidak pastian dalam fenomena probalistik adalah ketidakpastian yang memiliki pola tertentu
yang ditandai dengan diketahuinya pola distribusi kemungkinanya
Jika tiap harinya hanya tersedia inventori sebesar 100 unit akibatnya akan terjadinya kekurangan
inventori pada selasa dan rabuwalaupun terjadi kelebihan pada hari kamis dan jumat.
Untuk memecahkan masalah tersebut berbagai model dikembangkan namun disini akan
dipapakarkan model probalistik sederhana baik yang terkait dengan pendekatan yang digunakan
formulasi modelnya maupun solusinya.pendekatan yang paling sederhana untuk memecahkan
persoalan inventori probalistik adalah dengan memandang bahwa posisi inventori yang
adadiudang sama dengan posisi inventori barang pada sistem inventori deterministic dengan
menambahkan cadangan pengaman.
Sebagai pendekatan yang telah diuraikan memodelkanya secara sistematis perlu dibuat asumsi
diidentifikasikan komponen modelnya sebelum memformulasikanya secara matematis.
1. Asumsi
2. Komposisi Model
Selain itu kebijakan inventori yang optimal harus dipertimbangkan tingkat pelayanan yang akan
diberikan kepada konsumen keputusan terdiri atas :
Kebijakan inventori optimal hanya bergantung pada ongkos inventori,sehingga fungsi tujuan
dapat dinyatakan sebagai berikut:
Kekurangan persedian per tahun yang secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
4. Solusi Model
Dengan demikian model pendekatan sederhana model probalistik ini maka kebijakan pengadaan
sebagai berikut:
Akan dibahas pendekatan operation research yang akan dimulai dengan sejarah perkembangan
OR. Dilanjutkan dengan paparan singkat model linier dan diakhiri dengan model non linier
Asumsi dasar yang digunakan dalam model antrian yang akan di formulasikan adalah:
Kriteria kinerja
Kriteria kinerja yang digunakan dapar berupa ongkos atau tingkat pelayanan
Variabel keputusan
Variabel keputusan adalah c; jumlah stasiun pelayanan
Pembatas
Pembatas dapat berupa waktu pelayanan,dll
Parameter
1) Fungsi tujuan:
z ( c ) =E 00 ( c )+ EON ( c )……………………………………………………................................
.................... (6-16)
Dimana:
z ( c ) adalah ekspetasi ongkos total sistem antrian persatuan waktu untuk pelayanan c
E 00 ( c ) adalah ekpetasi ongkos opertaso per pelayan per satuan waktu untuk jumlah
perlayan c
EON ( c ) adalah ekspetasi ongkos pata pelanggan berada dalam sistem per satuan waktu
2) pembatas
1. Permasalahan
Laju kedatangan λ ke departemen perawatan suatu perusahaan sebersar 16 order
perawatan epr hari, sedangkan laju layanan untuk satu operator perawatan sebesar 48
order perawatan perhari. Jika ongkos pelayanan per hari sebesar Rp.40.000,- dan ongkos
pelanggan dalam sistem perhari sebaesar Rp 96.000,-,berapa jumlah operator perawatan
yang optimal?
2. Pemecahan Masalah
Sesuai dengan langkah pengembangan model seperti diuraikan pada bagian 6.3.3.2 maka
secara berurutan akan diidentifikasikan komponen modelnya, kemudian diformulasikan
modelnya dan akhirnya dicari solusi optimalnya, berikut ini adalah pemecahan masalah
diatas sesuai dengan langkah tersebut.
1) Komponen Model
Kriteria kinerja
Minimasi ongkos antrian per hari : z ( c)
Variabel Keputusan
Jumlah stasiun pelayanan yang harus disediakan:c
Pembatas
Luas ruangan maksimum yang tersedia untuk 10 orang operator
Parameter
6.4 Simulasi
Kesulitan tersebut mendorong untuk membuat model solusi dalam sistem nyata, selain itu
kebanyakan sistem pada dunia nyata besifat stokastik, model simulasi dapat memprediksi kinerja
sistem,dan model simulasi dapat melakukan percobaan untuk menghindari adanya kerugian.
Untuk dapat mengembangkanmodel secara sistematis perlu mengikuti metodologi dan tahapan
tertentu. Salah satu metodologinya adalah:
6.4. Simulasi
Permodelan sistem secara matematis tidak selalu dapat dilakukan. Sehingga digunakan
pendekatan dengan simulasi. Diantaranya : (1) fenomena riil yang tidak mengikuti kaidah baku
(2) fenomena riil yang sangat kompleks (3) model matematis (4) solusi model matematis (5)
model matematik.
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang bersifat holistik yaitu memandang sesuatu
dengan cara yang sistemik, menyeluruh dan utuh tidak bersifat parsial. Pendekatan ini digunakan
tidak hanya pada tingkatan operasional tetapi juga pada tingkatan manajerial dan manajemen
puncak. Tidak hanya berhenti pada solusi namun dilanjutkan sampai dengan pembuatan
keputusan bahkan bagaimana keputusan tersebut diimplementasikan.
1. Problem rill
Pemecahan program persoalan yang efektif mensyaratkan perumusan persoalan yang riil yaitu
persoalan yang didasarkan atas fakta dan data yang ada
Model dikatakan valid bila karakteristik dan kinerja model sesuai dengan karakteristik sistem rill
dikaji dengan baik untuk masa lalunya maupun masa yang akan dating
Mencerminkan besarnya nilai variable keputusan yang terbaik yang akan menghilangkan akar
masalah
4. Keputusan efektif
Adalah keputusan dimana realita yang terjadi sesiau dengan tujuan yang dicapai
Keputusan tidak akan membuahkan hasil apabila tidak diimpelementasikan oleh sebabitu
disususn secara aksi dan dilakukan tindakan rillunruk menjalan kan keputusan tersebut
Memodelkn sisitem sangat berantung pada kemampuan modoeler dalam memahami sistem
riilnya
7.3.1 analisis sistem
Kajian sisitem dimualai oleh wienenr yang mengkaji cybernetics yaitu studi yang mengkaji
bagaimana sistem biologi , rekayasa,social dan ekonomi dikendalikan dan diatur.lalu
dikembangkan oleh bertalanfy menjadi general sistem teori
7.3.1.1
Sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berinteraksi dalam suatu lingkungan
tertentu membentuk astu kesatuan yang utuh dalam rangka untuk mencapai tujuan tertentu
Dari sistem anatomi maka sisitem dapat diidentifikasikan atas aspek structural,aspek
fungsional,aspek boundary,aspek lingkunagn,aspek tujuan
1. Aspek strukturan terdiri atas komponen yang kasat mata berupa manusia,mesin,material
dan energi
2. Aspek fungsional merupakan aspek yang menginteraksi antara komponen satu dengan
komponen lainya
3. Aspek batas setiap sistem memiliki bats sehingga dapat dibedakan antara sisitem yang
menjadi objek kajian dan yang bukan menjadi objek kajian
4. Aspek ilngkungan sistem berada Dan berinteraksi dalam suiatu lingkungan tertentu.tidak
hanya terbatas diluar perbatasan tetapi juga terdapat di dalam perbatasan.
5. Aspek tujuan sistem memiliki tujuan baik dinayatakan secara tersurat maupun hanya
tersiratpada hakekatnya tujuan sistem itulah yang menentukan aktifitas dan perilaku
sisitem tersebut
7.3.4.1. Model
Secara umum model merupakan representasi sistem untuk tujuan tertentu. Tujuan inilah
yang sebenarnya menentukan bagaimana model akan direpresentasikan. Sesuai cara
representasinya model diklasifikasi menjadi 3, yaitu :
1. Model iconic, merupakan representasi dalam skala lebih kecil.
2. Model analog, merupakan representasi sistem dengan meniru sistem nyatanya.
3. Model simbolik, merupakan representasi sistem dengan menggunakan simbol atau
lambang.
Sedangkan sesuai dengan tujuannya model diklasifikasikan atas 3, yaitu :
1. Model diskriptif, yaitu model yang digunakan untuk mendikripsikan suatu kejadian.
2. Model prediktif, yaitu model yang digunakan untuk memprediksi suatu kejadian.
3. Model normatif, yaitu model yang digunakan untuk mencari solusi terbaik.
Adapun cara merepresentasikannya kinerja model yang baik memiliki karakteristik sebagai
berikut :
1. Valid
2. Simple
3. Robust
4. Adaptive
5. Complete
6. Controllable
7. Communicable
Selain keempat model tersebut juga berisi blok pembangun model sebagai berikut:
Pada bagian ini akan diapaparkan sistem pakar baik pengertian, maupun komponen sistem pakar.
7.4.2.1 pengertian
Sistem pakar merupakan pertimbangan lebih lanjut dari SPK cerdas yang berbasis inteligensia
buatan. Dibuat berdasarkan pengetahuan dan keahlian seorang pakar yang telah dipindahkan dan
direproduksi kedalam komputer.
1. User interface
User interface merupakan komponen sistem pakar yang memungkinkan pemakai
berinteraksi dengan sistem
2. Knowledge base
Knowledge base merupakan komponen yang berisikan kumpulan pengetahuan untuk
memahami, merumuskan, dan informasi kedalam sistem dan menerima informasi sistem.
3. Inference engine
Inference engine merupakan bagian dari sistem pakar yang melakukan penalaran dengan
mengguanakan knowledge base berdasarkan urutan tertentu.
4. Development engine
Development engine digunakan untuk menciptakan sistem pakar, komponen untuk
mengolah sistem pakar.
Soft system and methodology diinisiasi oleh tim akademi dari univesitas lancaster,inggris.
Menurut checklan (1978) pendekatan OR memiliki keterbatasan pada asumsi maupun pada
aplikasinya. Pendekatan OR memerlukan asumsi sebagai berikut, dapat diidentifikasikan secara
jelas keadaan sistem yang diinginkan, dapat diidentifikasikan secara jelas, dapat diidentfikasikan
alternatif cara untuk mencapai dari keadaan saat ini,dan adanya pengambil keputusan yang
menentukan cara terbaik.
SSM yang dapat berupa pendekatan cybernetics, soft system thingking, crtical system
thingking,dan total intervention system. Dengan pendektan ini maka semua permasalahan yang
adap ada sistem nyata pada tingaktan operasional dan manajerial dapat dipecahkan dengan
sistemik terintgrasi.
1. pemahaman situasi
Ditujukan untuk mengetahui bagaimana situasi nyata yang ada melakukan analisis
situasional terhadap konteks permasalahan yang ada dan melakukan analisis situasional
terhadap konteks permasalahan yang ada.
2. Penggambaran situasi masalah
Ditujuka untuk mengetahui masalah apa saja yang terkait dengan berbagai pihak yang
berkepentingan dilihat dari kebutuhan, peran aktifitas seta tanggung jawab stakeholder.
3. Merumuskan “root definitions”
Menejelaskan proses transformasi untuk mencapai tujuan.
4. Pengembangan model
Merancang model konseptual yang menggambarkan hubungan input-proses-output antara
satu aktifitas dengan atifitas lainnya.
5. Komparasi model dan dunia nyata
Menyusun agenda kegiatan yang akan dilakukansecara nyata di lapangan dan sekaligus
melakukan perbandingan antara didunia nyata di lanpangan dan sekaligus melakukan
perbincangan antara dunia nyata dengan model konseptual yang telah dirancang
sebelumnya
6. Pengembangan intervensi yang diinginkan dan layak
Untu mendefinisikan perubahan-perubahan yang mungkin untuk dilaksanakan pada
tahapan ini dilakukan intervensi untuk perubahan yang diinginkan yaitu, systematically
desirable yaitu perubahanyang diinginkan dilakukan secara sistematik dan culturally
feasible yaitu kelayakan perubahan yang sesuai dengan kelayakan
7. Aksi untuk perbaikan situasi
Melakukan tindakan perbaikanberdasarkan rumusan langkah tindakan sebagaimana
langkah sebelumnya