Anda di halaman 1dari 19

BAB II

BUDAYA ANIME JEPANG

2.1 Sejarah dan Perkembangan Anime Jepang

Anime adalah sebuah istilah serapan berdasarkan istilah animation pada

bahasa Inggris, yang dipakai orang Jepang buat menyebut tayangan animasi. Di

luar Jepang, kata anime ini dipakai secara khusus buat mengungkapkan segala

animasi yang diproduksi Jepang. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa

anime diproduksi pada luar Jepang. Anime/animasi pertama yang diproduksi di

Jepang adalah animasi pendek karya Oten Shimokawa berjudul Imokawa Mukuzo

Genkanban no Maki, yang ditayangkan di bioskop pada tahun 1917 sebagai

pelengkap cerita utama.

Pada tahun 1945, angkatan laut Jepang membuat anime berjudul

Motomaro’s Divine Sea Warriors (Pejuang Dewa Laut) untuk tujuan propaganda,

bertujuan untuk menumbuhkan semangat anak-anak pada waktu itu.1 Anime tidak

memiliki asal mula khusus, itu berasal dari abad kesembilan belas yang sama

dengan semua animasi. Di era Meiji, yang berlangsung pada akhir abad ke-19 dan

awal abad ke-20, terdapat aliran pengetahuan teknis dan artistik yang kaya antara

budaya Jepang, Eropa, dan Amerika. Teori, media, dan teknik artistik mengalir di

antara ketiga budaya, selamanya mengubah seni di seluruh dunia. Anime bukan

hanya produk yang dikonsumsi di domestik Jepang saja.

1
M.Sholihul Amri Nasution, “Konsep Diri Perempuan Pecinta Anime (Studi Deskriptif Kualitatif
Konsep Diri Perempuan Pecinta Film Anime di Kota Medan)” (Universitas Sumatera Utara 2018),
27-28.

20
Sejak awal 1960-an, Jepang telah mengekspor anime untuk siaran dan rilis

teater. Dalam beberapa kasus anime bahkan dibuat menggunakan dana dari

pemberi lisensi luar negeri. Adaptasi anime televisi tahun 1965 dari Jungaru taitei

(secara harfiah, Kaisar hutan) karya Osamu Tezuka, yang dikenal di Amerika

Serikat sebagai Kimba the White Lion, sebagian didanai oleh NBC,

memungkinkannya untuk dibuat berwarna. Sampai saat ini, distribusi anime

berarti siaran televisi di seluruh dunia. Biasanya siaran televisi non-Jepang dalam

format yang diedit ulang dan di-redubbing agar lebih cocok untuk industri

penyiaran lokal. Sejak tahun 1980-an, video telah menjadi media utama untuk

merilis anime ke pasar non-Jepang. 2

Di luar Asia, pertumbuhan pasar utama pada 1960-an dan 1970-an terjadi

di Eropa, terutama negara-negara seperti Prancis, Italia, dan Spanyol, dan di

Amerika Latin. Dunia berbahasa Inggris telah menjadi pendatang baru bagi

banyak program anime. Pemrograman TV anime terbatas yang ada terbatas pada

beberapa acara di tahun 1960-an dan 1970-an, dengan peningkatan anime fiksi

ilmiah di tahun 1980-an. Siaran tahun 1980-an sebagian besar terdiri dari

pertunjukan robot raksasa yang dibuat pada tahun 1970-an. Di Amerika Utara,

club anime berperan dalam menyebarkan kesadaran tentang anime di antara

komunitas penggemar yang berkembang, mereka juga membantu mendorong

penjualan rilis video awal. 3 Pengembangan anime juga dilakukan melalui film.

2
Mark W. MacWilliams. 2008. Japanese Visual Culture Explorations in the World of Manga and
Anime. New York: M.E. Sharpe, 64.
3
Ibid.

21
Tahun Keterangan
1914 Kartunis Jepang mulai tertarik ke film.
1918 “Momotaro” film animasi pendek pertama.
1963 Pembuatan film animasi layar lebar seri TV seperti; Astro boy,
Gigantor, Tobor, Jungle, Emperor.
1970-an Genre fiksi ilmiah mulai merambah, seperti; Uchu senken yamato,
Uchu kaizoku captain harlock, Ms gundam.
1978 Film Future boy conan.
1979 Film Lupin the castle of cagliostro.
1980-an Anime merambah ke pasar Original Video Animation (OVA)
1986 “Nausica of the valley of the wind” film ini sukses memicu
didirikannya studio Ghibli, studio ini memproduksi film sukses yang
bagus di negaranya juga internasional.
1986 Film Laputa: castle in the sky.
1988 Film My neighbor totoro.
1989 Film Kiki’s delivery service.
187 Film Grave of the fireflies
1989 Film Akira
1990-an Mencatat film kontroversial yang menjadi pemicu tren anime robot
raksasa dengan plot rumit, seri-seri populer seperti; Detective conan,
Hunter x hunter, One piece, Chibi marukochan, Inuyasha, Hamtaro.
1995 Film Neon genesis evangelion, Sailor moon, Dragon ball, Pokemon
(yang sukses diluar Jepang).
1997 Film Princess Mononeke.
2000-an Hingga kini industri anime industri animasi yang produktif yang
banyak mempengaruhi film barat, sepert; Avatar, Speed racer,
Animatrix, Kill bill vol 1.
2001 Film Spirited away.
Tabel 2.1 Timeline Perkembangan Anime.

Sumber https://montasefilm.com/sekilas-sejarah-anime/

22
Pada tahun 2001, itu adalah puncak dari siaran serial anime yang berjudul

Spirited Away. Setelah mengalami penurunan pada tahun 2003, film animasi terus

meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Pertumbuhan ini dimaknai sebagai

ekspansi anime di dunia internasional. Perluasan ini juga merupakan akibat dari

keberadaan internet di era globalisasi. Jaringan internet membantu para konsumen

anime mengakses tontonan kesukaan mereka melalui situs web yang dapat diakses

di setiap negara.

Sejak pertama kali diluncurkan, penyebaran anime melalui internet telah

memberikan dampak positif. Dimulai pada tahun 2002, pendapatan yang diterima

Jepang melalui penyebaran anime dengan metode internet mencapai 0.2 miliar

yen. Dari 2002 hingga 2004, distribusi animasi melalui Internet menghasilkan

pendapatan 1,6 miliar yen. Pada tahun 2005, pendapatan total penerbitan animasi

melalui Internet hanya 4,1 miliar yen, dan terus meningkat pada tahun berikutnya,

ini adalah data terakhir yang dapat diperiksa. Total pendapatan dari distribusi

animasi pada tahun 2006 adalah 47,8 miliar.

2.2 Penyebaran Budaya Anime Jepang

Jepang menyebarkan budayanya ke negara lain dan membuatnya lebih

dikenal luas, dan pada akhir 1980-an, Jepang mulai menyebar dan mempengaruhi

masyarakat dunia dengan budaya pop nya, karena budaya populer Jepang yang

memiliki seni kreativitas yang sangat tinggi. Selain itu, sosialisasi budaya pop

Jepang juga terkait dengan terbentuknya persepsi positif masyarakat terhadap

Jepang dan sebagai komoditas yang dijual ke luar negeri. Bentuk budaya populer

23
Jepang berupa produk kesenian, gaya berpakaian, genre musik, makanan

tradisional, gaya hidup, dan lain sebagainya. 4

Budaya pop Jepang sekarang terkenal diseluruh dunia lebih dikenal

melalui manga, anime, games dan fashion. Pengaruh produk kultural pop Jepang

secara perlahan namun pasti menyebar pada semua dunia. Budaya Jepang selalu

dipakai menjadi media diplomasi soft power buat Jepang. Dalam level domestik,

khususnya bagi Jepang cara-cara diplomasi salah satunya diplomasi kebudayaan

misalnya ini adalah implementasi strategi luar negeri Jepang pada berbagi impak

dan kepentingannya dan hal tersebut seiring perkembangan budaya pop Jepang di

dunia internasional terbukti berhasil dan memberikan citra positif, seperti

terbentuknya Japan Foundation dan Cool Japan sebagai pendukung kegiatan

budaya pop Jepang.

Awal tahun 1990-an dikenal sebagai tahun "ledakan anime". Saat itu,

budaya anime berkembang seiring anime mulai konvensi. Jumlah pengunjung ke

Jepang meningkat pada tahun 2002. Jepang sendiri hampir tidak mengalami

peningkatan 1 juta wisatawan sebelum tahun 2002. Dari tahun 2003 hingga 2004,

terjadi peningkatan yang cukup besar yaitu 1 juta pengunjung Hal ini lalu

mendorong Jepang buat melakukan pembuatan landmark buat mendukung

promosi terhadap budaya Jepang hal ini dilakukan buat menaikkan wisatawan

asing di Jepang.

4
Putri Safariani, “Penyebaran Pop Culture Jepang Oleh Anime Festival Asia (AFA) di Indonesia
Tahun 2012-2016” eJournalIlmu Hubungan Internasional, 5(3):729-744. (2017),
https://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-
content/uploads/2017/08/Ejournal%20Putri%20Safariani%20(08-08-17-07-14-28).pdf

24
Pembuatan landmark ini juga sebagai icon pop culture pada Jepang. Pada

tahun 2007, pemerintah Jepang kemudian fokus terhadap ekspor budaya Jepang

demi semakin menarik wisatawan berkunjung ke Jepang. Contoh nya, Museum

Manga Internasional di Kyoto. Pada tahun pertamanya, mencapai 100.000

pengunjung. Kunjungan terhadap museum ini terus meningkat selaras dengan

berkembangnya populer culture itu sendiri.

Pada tahun 2008, Pemerintah Jepang mendirikan Japan Tourism Agency

untuk lebih mempopulerkan budaya Jepang dan landmark yang telah mereka

dirikan. Pada tahun 2010, Creative Industries Promotion Office didirikan dengaan

tujuan akan lebih meluasnya popular culture Jepang. Tahun 2010 Jepang mulai

membuat nama Visit Japan Campaign. Visit Japan Campaign menggunakan

percampuran antara popular culture dan budaya tradisional untuk menarik para

turis. Berkembangnya popular culture Jepang menjadikan beberapa negara

mengikuti style pop culture Jepang tersebut.

Berkembangnya budaya Jepang sendiri tidak terlepas dari peranan

masuknya serial anime, komik, musik, game, film, J-pop, dorama, cosplay ke

negara-negara lain, komodifikasi budaya anime yang menjamur di berbagai

wilayah Asia, bahkan sampai ke Amerika dan Eropa. Ini adalah contoh yang

menunjukkan bahwa aliran budaya tidak hanya dapat mengalir dari satu arah di

Barat ke seluruh belahan dunia, tetapi juga dari Timur ke seluruh belahan dunia.

Aliran global budaya bukan berarti proses homogenisasi, tetapi justru

melahirkan keragaman dan hibriditas, misalnya anime Doraemon yang sudah

diterjemahkan ke berbagai bahasa dan disesuaikan dengan budaya yang ada di

25
wilayah tersebut dan telah mendapatkan respon yang baik dan popularitas di

daerah setempat. Masyarakat pada zaman globalisasi akan mengikuti gaya hidup

yang ditawarkan di sekeliling mereka melalui media dan pilihan akan yang sesuai

dengan selera mereka. Oleh karena itu, terjadi peningkatan komodifikasi budaya.

Hal ini mendorong sikap konsumsi masyarakat di era globalisasi.

Pemilihan gaya hidup merupakan proses pencarian identitas diri mereka.

Pada zaman globalisasi ini identitas bisa dikonstruksi lebih bebas dan tidak

dibatasi oleh kanon formal adat istiadat mereka. Zaman globalisasi dianggap

sebagai zaman baru ketika prinsip modernitas yang membedakan mana yang

lemah dan kuat mana yang pusat dan pinggiran menjadi hilang. Contoh dari

prinsip ini adalah majalah mingguan yang selama ini hanya dianggap sebagai

industri tersier justru berperan penting sebagai pendukung kebudayaan Jepang

pada masa ini.

Lalu budaya subkultur dari kelompok anime yang selama ini hanya

dipandang sebelah mata oleh masyarakat Jepang justru menarik minat banyak

orang dan memiliki penikmat di berbagai belahan dunia. Selain itu, yang menarik

di Jepang adalah menjamurnya budaya Kiyosatsu sebagai kelompok sukarelawan

dan budaya kelompok informal. Mereka membuat budaya yang inovatif dan

kreatif sebagai aktualisasi diri dengan berprinsip liberal dan demokratis. Dengan

melihat fenomena sosial dan budaya yang ada di Jepang tersebut dapat dikatakan

sejak tahun 1990-an kondisi sosial dan budaya di dalam negara Jepang sesuai

dengan prinsip globalisasi dan kelompok masyarakat yang ada lebih beragam.

26
Proses pencarian identitas diri pada zaman globalisasi didukung oleh

perkembangan media dan teknologi informasi. Budaya pop, budaya subkultur

Jepang yang memiliki identitas unik, dapat disebarkan dengan mudah dan cepat

melalui media dan komodifikasi budaya Jepang ke berbagai wilayah yang cukup

pesat. Hal ini menunjukkan bahwa aliran atau arus global budaya dan masyarakat

Jepang mendapat apresiasi yang baik di berbagai wilayah di dunia.5

2.3 Anime Sebagai Budaya Populer Jepang

Jepang yang kini dikenal sebagai negara maju tetap dan mempertahankan

budayanya. Selain mempertahankan budaya tradisional, Jepang juga

mengembangkan budaya populer. Budaya pop Jepang, atau yang biasa disebut

budaya pop Jepang, berhasil menarik perhatian dunia internasional. Beberapa

contoh budaya populer Jepang adalah manga atau komik, anime atau animasi,

game, J-music dan dorama atau drama televisi. Berbagai jenis manga populer di

pasar Jepang dan negara lain. Demikian pula, animasi Jepang, atau yang lebih

dikenal sebagai animasi, juga menarik banyak penonton dari seluruh dunia. Salah

satu contohnya adalah kesuksesan siaran animasi Doraemon di berbagai negara.

Awal pembentukan budaya Jepang bermula dari pembuatan film monster

pada tahun 1954. Film tersebut berjudul Gojira atau dalam bahasa yang lebih

populer Godzilla. Film ini bercerita tentang monster laut yang menyerang Jepang.

Gojira dalam film ini digambarkan sebagai monster laut yang berbentuk seperti

kadal raksasa yang berdiri menggunakan dua kaki dan memiliki tangan. Film ini

5
Amaliatun Saleha, “Arus Sosial dan Budaya Jepang pada Zaman Globalisasi,” Jurnal
Kajian Wilayah, Vol. 4, No. 1, 2013, Hal 41 (2013).
https://jkw.psdr.lipi.go.id/index.php/jkw/article/viewFile/271/146

27
juga berisi tentang kampanye bebas nuklir karena Gojira ini sendiri muncul akibat

dari radiasi nuklir. Pasca peningkatan industri perfilmannya, Jepang kemudian

mulai merintis kartun asli Jepang yang diberi nama Anime. Pada tahun 1945,

Jepang membuat momotaro umi no shinpei (Momotaro Devine Sea Warrior) yang

merupakan anime pertama Jepang. Meskipun kemudian cenderung kurang

berhasil di pasar internasional.6

Pada tahun 1970, Jepang dipandang memiliki reputasi sebagai negara yang

memproduksi mainan anak serta alat–alat yang berkaitan dengan entertaiment

lainnya. Contohnya Sony Walkman yang diperkenalkan pada 1979, dapat diterima

secara luas karena mudah dibawa dan dapat dinikmati secara individu. Pop

culture mereka juga sudah mulai banyak dikenal dan mulai diterima secara global.

Selain Film dan Anime nya Jepang juga pernah menduduki Billboard pop chart di

Amerika Serikat. Sakamoto kyu dengan Sukiyaki adalah musik dengan bahasa

Jepang pertama yang mampu menembus Billboard pop chart tersebut.

Pada 1980, Jepang sangat banyak menerbitkan comic (atau kemudian lebih

dikenal sebagai manga) hampir 27% atau lebih dari 1,8 juta manga yang

diproduksi di negeri matahari tersebut. Kemudian manga menjadi populer di

kalangan anak-anak dan memiliki beberapa cerita genre seperti science fiction,

romance, aksi-aksi samurai, action. Meskipun pada awalnya perkembangannya

sendiri tidak lebih baik dari pada anime.7

6
Clements, Jonatan dan Helen Mc Carthy. 2006. The Anime Encyclopedia : A Guide to Japanese
Animation Since 1917. California : Stone Bridge Press, 152
7
Frederik L. Schodt. 1997. Manga! Manga! The World of Japanese Comics. New York:
Kodansha, 12.

28
John Storey mengutip penjelasan dari Raymond Williams mengenai

definisi budaya dan budaya populer yang di dalam bukunya yang berjudul Teori

Budaya dan Budaya Pop. Williams memberikan tiga definisi terhadap kata

budaya;

1. Budaya dapat digunakan untuk merujuk pada proses umum perkembangan

intelektual, estetis dan spiritual. Misalnya kita berbicara tentang

perkembangan budaya Jepang dengan merujuk pada faktor-faktor intelektual,

spiritual, estetis para filsuf agung, seniman dan penyair-penyair besarnya.

2. Budaya bisa berarti pandangan hidup tertentu dari masyarakat atau kelompok

tertentu. Jika kita menggunakan definisi ini untuk membahas perkembangan

Jepang, berarti kita tidak hanya mempertimbangkan faktor pengetahuan dan

estetika, tetapi juga perkembangan sastra, hiburan, olahraga, dan upacara

keagamaan. Bebarapa contoh yaitu karya sastra Jepang klasik seperti Genji

Monogatari, upacara-upacara ritual di jinja ataupun matsuri yang sangat

banyak ragamnya.

3. Budaya bisa merujuk pada karya dan praktik-praktik intelektual, terutama

aktivitas artistik. Dengan menggunakan kata lain teks-teks dan praktik-

praktik itu diandaikan memiliki fungsi utama untuk menunjukkan,

menandakan, memproduksi atau kadang menjadi peristiwa yang menciptakan

makna tertentu.8

8
John Storey. 2003. Teori Budaya dan Budaya Populer. Yogyakarta: Qalam, 3

29
Raymond Williams juga mengemukakan empat makna kata populer, yaitu

banyak disukai orang, karya yang dilakukan atau dibuat untuk menyenangkan

orang, budaya yang memang dibuat oleh masyarakat untuk diri mereka sendiri.9

Ada titik tolak untuk menunjukkan bahwa budaya pop memang budaya yang

menarik atau budaya yang disukai banyak orang. Kita bisa melihat dari penjualan

novel atau penjualan album penyanyi terkenal. Berdasarkan makna kata populer

yang dikemukakan Williams tersebut, John Storet mengemukakan enam definisi

budaya populer. Dalam penjelasannya Storey mendefinisikan budaya pop sebagai

budaya massa.10

Budaya itu sendiri dianggap hanya sekedar rumusan, manipulatif dan

dikonsumsi tanpa berpikir panjang. Teks dan praktik budaya populer lebih

dianggap sebagai fantasi publik. Budaya pop dianggap sebagai dunia impian

kolektif. Hal ini memberi kejelasan bahwa budaya pop merupakan budaya yang

memang diproduksi secara massa sehingga dapat dinikmati oleh banyak orang

dari kalangan manapun dan penyebarannya pun menjadi lebih luas.

Dari penjelasan tersebut bahwa budaya populer merupakan budaya yang

menyenangkan dan disukai banyak orang. Budaya massa adalah budaya massa,

yaitu budaya konsumsi massal produksi massal. Budaya ini dikonsumsi tanpa

pertimbangan apakah budaya tersebut dapat diterima oleh masyarakat atau tidak.

Budaya popular dianggap sebagai dunia impian kolektif. Lebih sederhananya

budaya popular diartikan sebagai budaya yang banyak disukai orang, karya yang

9
Ibid 10
10
Ibid 15

30
dilakukan untuk menyenangkan orang seperti halnya budaya populer Jepang

seperti anime.

Sesuai dengan pengertian budaya populer Jepang sebagai budaya massa

yang dikemukakan oleh Hidetoshi Kato, anime juga dapat dikategorikan sebagai

budaya populer Jepang. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya produksi anime,

animasi Jepang sangat diminati, di Jepang belasan judul anime ditayangkan setiap

miggunya, sedangkan di negara lain juga telah banyak judul anime yang

ditayangkan dan memiliki penggemar sendiri. Saat ini perkembangan budaya pop

Jepang sangat pesat, keunikan, kreativitas dan inovasinya terus meningkat, tidak

hanya mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang, tetapi juga

mempengaruhi kehidupan masyarakat di negara lain kurang lebih.

Pengaruh ini dapat dilihat antara lain dari banyaknya anime yang ditonton

oleh penggemarnya dan menjadi suatu kebutuhan bagi mereka untuk selalu

mengikuti perkembangan anime yang ada di Jepang. Pengaruh anime ini juga

dapat dilihat dari banyaknya literatur yang ditulis mengenai perkembangan anime

yang tidak hanya ditulis oleh penulis Jepang, namun juga oleh penulis asing.

Karena kebutuhan budaya populer Jepang, animasi sering menjadi bahan diskusi

akademis. Selain itu gaya penggambaran anime juga telah banyak dipelajari dan

menjadi inspirasai banyak seniman. Di lain pihak, anime juga sangan berpengaruh

dalam menarik masyarakat internasional untuk lebih mengetahui mengenai Jepang

mulai dari bahasa, budaya dan teknologinya.

31
Anime memiliki dua pengertian yaitu pandangan dari orang Jepang dan

pandangan dari luar orang Jepang, orang Jepang mengatakan segala jenis film

animasi dari seluruh dunia dengan sebutan anime, kebalikannya dengan orang luar

mengatakan bahwa anime adalah film animasi yang hanya diproduksi di Jepang.

Budaya pop sebagai budaya massa memiliki pengertian budaya yang diproduksi

secara massa untuk dikonsumsi massa, anime juga berarti dapat dikatakan budaya

massa karena dikonsumsi secara massa.

Anime telah menjadi salah satu bentuk terbaik untuk bercerita dalam

bentuk animasi, dengan kebebasan berekspresi dalam genre apa pun dan untuk

audiens mana pun. Ketika serial awal seperti Dragon Ball, Astro Boy, Sailor

Moon dan Slam Dunk disiarkan, anime Jepang sukses di negara lain. Banyak

orang menjadi tertarik dengan Jepang setelah menonton anime ini. Dengan

banyaknya peminat anime baik di Jepang maupun diluar Jepang membuktikan

bahwa anime merupakan bagian dari budaya populer Jepang yang sangat kuat.

Kekuatan inilah yang membuay anime disebut sebagai kunci budaya populer

Jepang.

Sebagai bentuk keseriusan pemerintahan Jepang dalam memanfaatkan

budaya populer anime, pada tahun 2008 anime Doraemon mendapat kehormatan

dengan ditunjuk menjadi Duta Budaya Animasi Jepang Pertama oleh Kemeterian

Luar Negeri Jepang. Doraemon langsung dilantik oleh Menteri Luar Negeri

Jepang, Komura masahiko pada tanggal 19 maret 2008. Sebagai Duta Budaya

Animasi Jepang, Doraemon memiliki tugas diplomatik yaitu mempromosikan

Jepang melalui animenya agar orang-orang di luar Jepang dapat mengetahui dan

32
memahami lebih jauh mengenai Jepang, sehingga mereka juga dapat menyukai

Jepang dan menjalin hubungan baik dengan Jepang.

Gambar 2.1 Pelantikan Doraemon Sebagai Duta Budaya Animasi Jepang


Sumber : http://en.people.cn/90001/90777/90851/6377497.html

Saya berharap Doraemon dapat ditunjuk sebagai duta budaya animasi,

sehingga masyarakat dari seluruh dunia dapat lebih memahami animasi melalui

animasi dan memperdalam minat mereka terhadap budaya Jepang, Doraemon

tidak hanya memperkenalkan kepada orang-orang diluar Jepang mengenai negara

Jepang saja, namun juga memperkenalkan budaya Jepang, menyampaikan apa

yang dipikirkan oleh rakyat biasa di Jepang, kehidupan seperti apa yang mereka

jalani dan masa depan seperti apa yang ingin diciptakan oleh masyarakat Jepang.

Selain itu pesan-pesan Jepang mengenai kebebasan berekspresi,

persahabatan dan lingkungan hidup juga dapat tersampaikan melalui anime

Doraemon. Setelah penunjukan Doraemon sebagai Duta Budaya Animasi Jepang,

pemerintah Jepang juga telah menyiapkan kunjungan Doraemon dan mengadakan

33
penayangan film Doraemon di beberapa negara seperti China, Spanyol, Perancis,

Indonesia dan di beberapa negara lainnya.

Penunjukan Doraemon sebagai Duta Budaya Animasi Jepang

menunjukkam bahwa Jepang dapat memanfaatkan budaya populernya untuk

menambah alat diplomasi negaranya. Hal ini memperlancar Jepang dalam

menjalin hubungan dengan negara-negara lain yang membantu Jepang dalam

pelaksanaan politik internasionalnya sehingga dapat mengamankan kepentingan

nasional negaranya. Perubahan negara Jepang dari negara yang dianggap agresor

menjadi negara yang cinta damai membuat Jepang merubah diplomasinya

menjadi soft power yaitu melalui budayanya yang kita ketahui sebagai pop culture

Jepang.

Budaya pop Jepang memiliki seni kreatif yang baik dan berbeda, misalnya

role-playing/kostum aktor dan gaya Harajuku. Pop culture inilah yang membuat

penyebaran budaya Jepang menjadi mudah untuk diterima dan disukai. Suksesnya

budaya populer Jepang kini telah melahirkan Fandom dan Subkultur Otaku di

berbagai negara. Fandom adalah perkumpulan orang-orang yang memiliki hobi,

selera, dan referensi yang sama. Otaku sendiri adalah sebutan untuk penggemar

film anime, subkultur otaku ini terbentuk karena kelompok masyarakat tertentu

memiliki mindset yang sama terhadap anime dan sejenisnya.

Para penggemar ini pun menjadi salah satu gerbang masuknya budaya

Jepang terhadap masyarakat internasional dan merupakan dampak sosial dari

34
penyebaran anime.11 MacWilliams dalam bukunya juga menyebut bahwa negara

Jepang sebagai “Imaginary World”, fantasy atau imajinasi ini kemudian

membentuk pola pikir masyarakat mengenai gambaran negara Jepang. Melalui

perasaan yang dekat dan keinginan akan fantasy tentang Jepang itulah yang

mendorong mereka untuk berkunjung dan merasakan bagaimana hidup di negara

Jepang yang sebenarnya.

Kesuksesan film anime dalam menarik hati para penggemarnya juga

sukses dalam menyebarkan pengaruh budaya Jepang yang ditanamkan dalam film

anime tersebut. Hal ini kemudian dapat dipahami melalui penggambaran tokoh

karakter yang menggambarkan sifat masyarakat Jepang, festival kebudayaan

Jepang yang sering diadakan diluar negeri, serta munculnya subkultur Otaku yang

merupakan kelompok penggemar film anime. Jumlah wisatawan yang berkunjung

ke Jepang juga mengalami penigkatan tiap tahun karena dampak dari film anime,

bahkan wisata bertemakan anime bisa dijumpai ketika mengunjungi Jepang.

Salah satu penyebaran budaya anime dilakukan dengan festival adalah

Anime Festival Asia (AFA). Festival didefinisikan sebagai jenis wisata budaya

dan atraksi wisata dengan fitur unik. Festival telah menjadi wisata yang unik,

karena mereka tidak perlu mengandalkan pembangunan fisik yang mahal.

Khususnya festival budaya, memberikan kesempatan untuk menampilkan warisan

11
Lamerichs, N. “The Cultural Dynamic of Doujinshi and Cosplay : Local Anime Fandom in
japan, USA, and Europ.” Journal of Audience & Reception Studies 10(1), 154-176
(2013),https://www.google.com/search?q=The+Cultural+Dynamic+of+Doujinshi+and+Cosplay&
oq=The+Cultural+Dynamic+of+Doujinshi+and+Cosplay&aqs=chrome..69i57j0i512.3277j0j7&so
urceid=chrome&ie=UTF-8#

35
destinasi yang kaya, tradisi lokal, latar belakang etnis. Anime Festival Asia

mengadakan acara yang semua konteks isinya tentang anime serta pengisi acara

juga didatangkan langsung dari Jepang dan juga berisi semua tentang produk-

produk asli Jepang.

Anime Festival Asia dalah sebuah eksibisi yang menampilkan pemutaran

anime resmi berlisensi dan berbagai pertunjukan musik oleh penyanyi Jepang

yang terlibat dalam pembuatan konten anime. Festival ini tidak hanya berisi

pertunjukan musik, tetapi juga dimeriahkan oleh banyak stan resmi yang menjual

konten kreatif Jepang yang original dan bukan hasil plagiarisme serta memiliki

izin usaha resmi dari pemerintah Jepang, para penyedia konten kreatif lokal yang

ingin memasarkan produknya juga bisa ikut serta dalam event ini. Tidak hanya

itu, acara ini juga menampilkan pertunjukan cosplay yang dilakukan oleh

cosplayer berkredibilitas internasional. Eksibisi internasional ini dilaksanakan

rutin setiap tahunnya di banyak negara seperti Hong Kong, Thailand, Malaysia,

Singapura, dan Indonesia12

Anime Festival Asia (AFA) yaitu serangkaian konvensi anime tahunan

yang diselenggarakan di kawasan Asia Tenggara, dengan konvensi induk yang

dipersiapkan di Singapura. Konvensi induk kebanyakan dipersiapkan pada akhir

pekan di pertengahan November. Konvensi ini pertama kali diselenggarakan di

Suntec Singapore International Convention and Exhibition Centre, Singapura pada

tahun 2008 di mana penyanyi Ichiro Mizuki dan May'n diundang sebagai bintang

12
Sidik Ali Mustaqim, “Upaya Jepang dalam Mempopulerkan Program Cool Japan sebagai
national branding,” Journal Ilmu Hubungan Internasional, 2018, 6 (4) 1418 (2018),
https://ejournal.hi.fisipunmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2018/10/eJournal%20COOL%20JAPA
N%20(10-02-18-04-33-45).pdf

36
tamu utama. Dari tahun 2008 sampai 2011, konvensi ini rutin dipersiapkan setiap

tahunnya di lokasi tersebut. Pada tahun 2012, konvensi tersebut dipindah ke

Singapore Expo MAX Pavilion.

Pada tahun yang sama pula, konvensi satelit mulai diwujudkan dan

diselenggarakan di Putra World Trade Centre, Kuala Lumpur, Malaysia dan di

Jakarta International Expo, Jakarta, Indonesia. 13 Pada tahun 2013, konvensi induk

dialihkan kembali ke Suntec Singapore International Convention and Exhibition

Centre, sedangkan untuk konvensi satelit di Indonesia dialihkan ke Jakarta

Convention Center. Anime Festival Asia yaitu salah satu konvensi anime di luar

Jepang yang terbesar, dengan banyak pengunjung yang mencapai 82.000 pada

tahun 2011, dan dianggarkan mencapai 85.000 pada tahun 2012.

Melihat tingginya perkembangan minat kebudayaan Jepang di Indonesia

sangat tinggi, pada tahun 2013 Anime Festival Asia (AFA) mengadakan festival

anime berskala internasional dengan menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah

yang diberi nama Anime Festival Asia Indonesia (AFA ID).14 Anime Festival

Asia di Indonesia dimulai dari tahun 2012-2016. Antusiasme wisatawan terhadap

Anime Festival Asia semakin meningkat setiap tahunnya, yang juga membuat

banyak sponsor mendukung acara ini.

Anime Festival Asia (AFA) menjadi momen seru perkumpulan pecinta

budaya Jepang, dari anime hingga cosplay. Acara ini biasanya digelar tahunan,

pertama kali dilakukan di Singapura pada 2008 silam. Hasilnya penggunaan

13
Anime Festival Asia http://p2k.unhamzah.ac.id/id3/2-3073-2970/Anime-Festival-
Asia_222924_p2k-unhamzah.html
14
Anime Festival Asia https://animefestival.asia/

37
diplomasi dalam konteks budaya dapat membangun kerjasama yang lebih baik

dan memberikan sebuah pertukaran budaya tanpa adanya paksaan.

38

Anda mungkin juga menyukai