PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Minyak bumi termasuk salah satu sumber daya yang penting dan menjadi
sumber energi utama sebagai bahan baku industri, transportasi, bahan pembuatan
hidrokarbon yang terbentuk jutaan tahun lalu sebagai hasil penguraian bahan
organik dari hewan maupun tumbuhan. Minyak bumi memiliki wujud berupa
cairan kental berwarna hitam yang ditemukan di cekungan dalam kerak bumi
industri semakin lama semakin meningkat karena hasil dari industri tersebut
merupakan kebutuhan manusia sehari-hari seperti solar, bensin, elpiji, diesel dan
energi yang penting dan menjadi bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan industri,
transportasi dan berbagai aktivitas rumah tangga. Bahan bakar diesel termasuk
salah satu hasil industri yang berkembang pesat saat ini. Aktivitas industri minyak
diesel meliputi pengelolaan, proses produksi, distribusi dan penggunaan pada alat-
misalnya Pertamina Dex dan Dexlite yang mengandung campuran minyak bumi
dan minyak nabati dan dirancang untuk mengurangi emisi gas buang,
1
2
meningkatkan kinerja mesin, mencegah korosi pada tangki bahan bakar mesin dan
Diesel termasuk salah satu produk olahan minyak bumi yang dibuat
350°C. Diesel atau solar merupakan sumber energi tak terbarukan berupa bahan
bakar cair yang digunakan pada motor bakar diesel “compression ignition” atau
mesin diesel yang menggunakan sistem pemadatan yang menimbulkan panas dan
semakin meningkat, diantaranya minyak tanah, avtur, solar. Minyak diesel dan
bensin. Meskipun memiliki banyak manfaat bagi manusia, namun dalam aktivitas
tersebut sering kali terjadi peningkatan kapasitas polutan sebagai hasil samping
yang berdampak buruk bagi lingkungan dan organisme hidup. Salah satu
contohnya adalah adanya tumpahan minyak (oil spill) yang disebabkan karena
masalah yang sering dijumpai di area lokasi penambangan minyak. Minyak yang
mineral yang sangat rendah dan senyawa hidrokarbon yang sangat tinggi. Hal
mempengaruhi kehidupan biota laut (Ahyadi dkk., 2021: 20). Selain itu, dampak
lain yang ditimbulkan seperti kerusakan ekosistem laut diantaranya nekton dan
hidup sehingga kemungkinan dapat masuk ke dalam jaringan sel hidup dan
manusia. Hal ini telah dijelaskan dalam al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 11-12
yang berbunyi:
berkata: Sesungguhnya kami berbuat pembaharuan dan apa yang kami perbuat
yang dilakukan oleh sekelompok orang munafik merupakan upaya mereka dalam
memfitnah dan berbuat tipu daya untuk umat islam. Mereka berbuat maksiat,
dan merusak tatanan dunia. Apabila ada orang beriman berkata ke mereka
membawa mafsadat bagi orang lain. Allah swt. telah menegaskan bahwa mereka
Secara umum, agama islam dan lingkungan memiliki hubungan yang erat.
Allah swt. telah menciptakan alam beserta isinya yaitu organisme hidup dan
terjadi di alam dapat memberikan efek buruk bagi organisme hidup lainnya.
Oleh sebab itu, perlu adanya upaya pencegahan serta mengadakan perbaikan
untuk mengatasi masalah pencemaran tersebut (Safrilsyah dan Fitriani, 2014: 62).
Berbagai upaya dan teknik yang telah dilakukan dalam mengatasi masalah
oil skimmer ke dalam suatu tangki atau balon sebagai reservoir. Setelah limbah
atau anorganik sesuai kebutuhan hidup bakteri. Setelah jangka waktu tertentu,
kandungan limbah yang telah disebari oleh mikroba akan berkurang dan bahkan
kontaminan dari berbagai bahan dan menghasilkan energi dan nutrisi untuk
pada media buatan sehingga diperoleh kultur murni. Kultur murni merupakan
kultur dimana sel-sel mikroba dihasilkan dari pembelahan sel tunggal. Isolasi
dapat dilakukan dengan cara gores (streak-plate), sebar (spread-plate) atau tuang
(pour-plate). Isolasi dan seleksi awal dapat menentukan bakteri mana yang benar-
tumpahan minyak di tanah. Penelitian oleh Hossain dkk. (2022: 215) menunjukan
bahwa terdapat berapa isolat bakteri yang berpotensi digunakan sebagai bakteri
sp. yang diisolasi dari lahan yang telah terkontaminasi oleh minyak bumi. Potensi
kemanjuran degradasi mereka dalam 4% v/v minyak diesel dan 8% v/v oli mesin
yang dibakar. Pertumbuhan tertinggi dari semua isolat ditemukan pada pH 7,0 dan
terbukti dapat mendegradasi sejumlah oli mesin dan diesel serta dapat
secara alamiah dan di daerah tercemar yang jumlah mikroba cukup tidak perlu
ditingkatkan dengan cara membuat kultur campuran (Sudrajat, dkk., 2015: 102).
cairan sehingga membentuk koloni dalam cawan yang dapat diukur setelah
8
Metode ini juga digunakan untuk membuat atau menghasilkan larutan yang lebih
tepi dan warna koloni bakteri yang ditumbuhkan pada media salt medium (MSM).
spesifik pada isolat. Identifikasi secara biokimia dapat dilakukan melalui beberapa
pengujian yaitu uji katalase, uji H 2S, uji motilitas, uji indol, uji methyl-red, uji
asam sitrat dan sebagainya. Identifikasi ini bertujuan untuk mengamati interaksi
dapat menghasilkan isolat bakteri yang bisa digunakan untuk mengurangi dampak
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
hidrokarbon?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
hidrokarbon.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat pada penelitian ini adalah memberikan wawasan dan informasi
ilmiah kepada mahasiswa dan masyarakat tentang isolat bakteri yang mempunyai
lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
atas kerak bumi yang merupakan hasil dari proses alami berupa hidrokarbon pada
temperatur dan tekanan atmosfer dalam fase cair atau padat yang diperoleh dari
proses penambangan seperti aspal dan bitumen, tetapi batu bara dan endapan
hidrokarbon lainnya di luar dari kandungan migas (minyak dan gas alam) tidak
termasuk. Bahan hidrokarbon berasal dari senyawa organik dari zooplankton atau
protozoa yang telah lama berada di perut bumi jutaan tahun. Proses pencampuran
suhu dan tekanan kritis akan membentuk minyak bumi (Hadi, dkk., 2021: 249).
beberapa unsur yaitu karbon (83-87%), oksigen (0-3,5%), hidrogen (11- 14%),
sulfur (0-6%) dan nitrogen (0,2-0,5%) serta berapa logam lain seperti besi (Fe),
tembaga (Cu) dan nikel (Ni) sekitar 0,03% (Ardiatma dan Yandri, 2019: 10).
Sedangkan hidrokarbon yang terdapat di dalam minyak adalah hidrokarbon n-
CnH2n+2 dan termasuk hidrokarbon jenuh, memiliki struktur rantai lurus dan
10
11
bercabang. Senyawa ini memiliki sifat kimia yang stabil di suhu ruang, tidak
bereaksi dengan asam sulfat (H2SO4) baik yang pekat atau yang berasap, dapat
larut dalam alkali pekat, asam sitrat oksidator kuat (asam kromat). Selain itu,
senyawa ini bereaksi lambat dengan klor dan brom (selain jika ditambahkan
dengan katalis).
berbentuk siklik sehingga disebut sebagai senyawa sikloparafin dan yang dapat
ditemukan dalam semua fraksi crude oil kecuali pada fraksi yang ringan.
berbentuk cincin atau siklik dengan rumus kimia C nH2n-6 sehingga memiliki sifat
kimia yang sangat reaktif. Senyawa ini mudah teroksidasi menjadi asam, dapat
12
mengalami reaksi adisi atau substitusi tergantung pada kondisi reaksinya. Benzena
itu, terdapat senyawa poliaromar yaitu naftalena dan antrasena yang terdapat pada
fraksi beratnya.
ikatan rangkap dua dengan rumus kimia C nH2n. Monoolefin tidak terdapat dalam
minyak mentah, tetapi terbentuk setelah proses destilasi atau proses cracking.
360 °C. Ikatan rangkap pada monoolefin menyebabkan senyawa bersifat reaktif
terdapat di dalam minyak mentah, namun dapat ditemukan pada produk hasil
olahan minyak seperti bensin atau solar. Senyawa ini tidak stabil, bersifat reaktif
seperti unsur belerang, oksigen, nitrogen dan logam yang meliputi Cd, Al, As, Hg,
Ni, Cr, Cu, Pb, Zn, Se dan beberapa radionuklida. Bahan utama yang terkandung
organik. Minyak bumi dapat dikategorikan menjadi empat kelas yaitu aromatik,
13
jenuh, asphaltene (asam lemak, fenol, ester keton, dan porfirin) dan resin
(quinolin, piridin, karbasol, amida dan sulfoksida). Jenis dan kelas hidrokarbon
yang berasal dari makhluk hidup yaitu hewan dan tumbuhan serta mikroba yang
mati pada jutaan tahun yang lalu. Penguraian tersebut berlangsung melalui proses
kimia, fisika dan biologi yang diuraikan oleh mikroorganisme melalui proses yang
panjang dan sangat lama. Proses penguraian terjadi pada tekanan dan temperatur
yang bermanfaat seperti diesel, solar, pelumas, avtur, minyak tanah, lilin dan
Salah satu industri yang berkembang pesat adalah industri minyak diesel.
pencemaran akibat limbah minyak yang dihasilkan (Sayuti, dkk., 2016: 563).
masalah yang sering dijumpai di area lokasi penambangan minyak. Minyak yang
tersebut akan membuat tanah memiliki kandungan hara mineral yang sangat
14
(Rahayu dkk., 2019: 135). Sedangkan, pencemaran minyak air juga memiliki efek
yang sangat buruk pada ekosistem dan mempengaruhi kehidupan biota laut. Ikan
dan organisme laut lainnya akan mengandung bahan kimia beracun di dalam
laut. Bahkan ikan yang tidak matipun tidak bisa dimakan manusia karena
mengandung racun yang berasal dari minyak. Selain itu, efek buruk lainnya
seperti dapat mengiritasi kulit, mata dan saluran pernafasan manusia dan berakibat
fatal bahkan berakibat kematian. Tumpahan minyak tidak mudah menguap dan
sulit terurai. Senyawa ini bisa menjadi racun bila terakumulasi dalam sel hidup
mendapat perhatian yang meningkat pada lingkungan perairan, laut, dan darat.
pasokan air, nutrisi, oksigen, cahaya dan parameter lain yang mempengaruhi
menurun dan juga menyebabkan kanker kulit, paru-paru, hati dan sebagainya
yang sangat serius dan memerlukan pengelolaan yang tepat untuk mencegah
pengelolaan alam yang ramah lingkungan baik secara kimia, fisik maupun
Bakteri dapat menggunakan semua atau sebagian dari hidrokarbon dalam minyak
(bakteri asli) yang diisolasi langsung dari habitatnya sebagai agen pendegradasi
B. Bioremediasi
Bioremediasi atau biodegradasi minyak merupakan suatu proses
pemurnian untuk mengatasi pencemaran limbah minyak dengan menggunakan
tercemar oleh tumpahan minyak. Penggunaan mikroba diambil dari kawasan yang
kawasan tersebut (Prayitno, dkk., 2010: 82). Saat teknik bioremediasi sedang
metabolit yang tidak berbahaya dengan hasil akhir berupa CO 2 (karbon dioksida)
16
lingkungan menjadi zat yang kurang toksik atau tidak berbahaya dengan bantuan
mikroba. Metode ini semakin banyak digunakan karena efisien, mudah, hemat
Bakteri ini akan memakan senyawa hidrokarbon dan mengubahnya menjadi air
senyawa organik komplek menjadi senyawa yang lebih sederhana. Enzim yang
ikatan karbon pada cincin aromatik dan menghasilkan alkohol primer. Enzim ini
hidup bakteri tersebut. Setelah beberapa waktu, bakteri yang biasa ditemukan di
17
mulai berkurang atau bahkan hilang, sedangkan jumlah mikroba akan bertambah
lebih baik hasilnya jika mikroba tersebut diperoleh dari lokasi pencemaran.
kawasan yang terkontaminasi dengan hidrokarbon, baik pada tanah atau air. Para
(jenis tanah, suhu, pH, oksigen, salinitas, hara dan ketersediaan air). Faktor-faktor
reaksi mikroba (bakteri dan jamur) dan tanaman. Proses bioremediasi telah
kimia analitik, teknik kimia dan sebagainya. Prinsip yang paling penting dari
Indonesia termasuk daerah tropis dengan panas dan kelembaban tinggi yang dapat
lingkungan yang telah lama terdedah minyak bumi, misalnya tanah dan laut yang
tercemar minyak atau dari minyak bumi itu sendiri bahkan diarahkan pada
enzim monooksigenase dan menghasilkan produk akhir berupa asetil Ko-A yang
akan dikatabolisme melalui siklus asam sitrat (siklus krebs). Degradasi senyawa
alifatik misalnya alkana dengan cara mengoksidasi gugus metil termal membentuk
aldehid, lalu asam organik dan kemudian dihasilkan asam lemak dan asetil Ko-A.
Senyawa antara asetil Ko-A akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga
rantai karbon akan berkurang dan C n menjadi Cn-2 dan terus berlanjut hingga
AMP=PPi
β-oksidasi ke asetil KoA
Gambar 2.4 Reaksi Degradasi Hidrokarbon Alifatik
(Sumber:: Rahmawati, 2012: 15)
Senyawa hidrokarbon aromatik akan dikatalisis menggunakan beberapa
cis-cis muconate. Pada tahap selanjutnya dua senyawa ini akan didegradasi
menjadi suksinat, piruvat, atau asetil Ko-A sehingga bisa dikatabolisme melalui
yang tercemar minyak akan lebih efektif apabila bakteri tersebut berasal dari areal
diisolasi dari laut serta Trichoderma dan Mortierella yang diisolasi dari tanah.
tumpahan minyak. Penelitian oleh Hossain dkk. (2022: 215) mengisolasi bakteri
dari lahan yang telah terkontaminasi oleh minyak bumi hidrokarbon. Penggunaan
diesel atau solar sebagai sumber karbon untuk bakteri yang diisolasi dalam
isolat bakteri tersebut yaitu Pseudomonas sp., Acinetobacter sp. dan Enterobacter
sp. Hasil dari karakterisasi morfologi dan biokimia menunjukkan bahwa semua
bakteri yang diisolasi adalah gram negatif dan berbentuk kokus. Hasil biokimia
semua isolat ditemukan pada pH 7,0 dan suhu 37 °C optimal untuk pertumbuhan
bakteri yang diisolasi. Isolat tersebut dapat mendegradasi sejumlah oli mesin
minyak, antara lain populasi alami sudah beradaptasi dan berkembang dengan
disebarkan dalam populasi mikroba. Populasi ini terbentuk secara alamiah dan di
daerah tercemar yang jumlah mikroba cukup tidak perlu lagi ditambahkan untuk
dibutuhkan isolat seperti karbon (C), oksigen (O), hidrogen (H) dan nitrogen (N).
22
material sel. Selain itu, makronutrien atau nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah
banyak lainnya bagi pertumbuhan antara lain magnesium (Mg), fosfat (P), sulfur
(S), kalsium (Ca), natrium (Na) dan kalium (K). Sedangkan mikronutrien meliputi
besi (Fe) dan trace element metal (Mn, Co, Ni, Cu dan Zn) (Fitria dan Zulaika
2018: 39). Mikronutrisi merupakan senyawa yang dibutuhkan oleh mikroba dalam
fungsi enzim serta pemeliharaan struktur protein (Syafira and Shovitri 2021: 18).
1. Identifikasi Makroskopis
warna koloni bakteri yang ditumbuhkan pada suatu media pertumbuhan. Bentuk
koloni meliputi berbentuk bulat (circular), berserabut, tidak beraturan, rizoid dan
gelendong. Sedangkan beberapa ukuran isolat yang ada seperti berbentuk pin
point, large, medium, dan small. Permukaan atau elevasi koloni yang dilihat dari
arah samping dapat berupa datar, meninggi, cembung dan umbonat. Tepi koloni
yang dilihat dari atas berbentuk utuh, lobate, bergerigi, berserabut dan
2. Identifikasi Mikroskopis
a. Pewarnaan Gram
Gram pewarnaan bakteri hasil isolasi diletakkan pada gelas objek dan
ditetesi dengan pereaksi pewarna (Gentian Violet). Setelah didiamkan selama satu
menit, kaca objek tersebut dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan. Setelah
itu, ditetesi dengan yodium dan alkohol lalu didiamkan selama satu menit. Bakteri
23
yang diisolasi pada kaca objek diamati dengan perbesaran objektif 1000x di
bawah mikroskop. Bakteri Gram positif akan tampak berwarna ungu dan bakteri
b. Uji Motilitas
semi padat dengan metode gores menggunakan jarum ose steril. Lalu diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 37 °C. Hasil positif ditandai dengan pertumbuhan
bakteri menyebar ke seluruh media dan hasil negatif ditandai dengan pertumbuhan
bakteri menyusut.
c. Tes Endospora
endospora disebabkan oleh selubung spora yang tebal. Bakteri yang diisolasi
ditetesi dengan reagen pewarna hijau perunggu selama sepuluh menit. Kemudian
diteteskan dan dibiarkan dengan larutan safranin selama satu menit. Setelah itu,
ditandai dengan warna hijau dan bagian sel yang tidak mengandung endospora
3. Uji Biokimia
a. Uji Indol
Selain itu, pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah isolat bakteri tersebut
b. Uji Katalase
Uji katalase dilakukan untuk membedakan antara genus bakteri yang satu
dengan yang lainnya. Uji ini dilakukan dengan meneteskan 1 tetes hidrogen
peroksida (H2O2) 3% pada benda kaca. Lalu, bakteri hasil isolasi tersebut
c. Uji H2O
mengubah asam amino alanine dan hidrogen sulfida (H 2S). Uji ini dilakukan
dengan cara koloni bakteri diinokulasikan ke dalam media TSIA. Penusukan pada
bagian pangkal dan penggoresan pada bagian miring, diinkubasi pada suhu 37 °C
selama 24 jam. Reaksi positif ditandai dengan adanya endapan hitam pada media.
produk akhir berupa asam pekat dan asam yang dihasilkan berubah warna menjadi
merah muda atau merah bila ditambahkan reagen Methyl Red. Hasil positif uji
metil red memberikan warna merah pada broth, sedangkan hasil negatif
e. Uji Katalase
Uji katalase dilakukan untuk menentukan genus pada isolat bakteri dan
meneteskan 1 tetes H2O2 3% pada benda kaca. Kemudian bakteri hasil isolasi
25
ose. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya gelembung udara di sekitar koloni.
E. Spektofotometer UV-Vis
Spektrofotometri UV-Vis adalah salah satu metode yang digunakan untuk
melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif bahan organik dan anorganik dengan
memakai sinar tampak dan radiasi ultraviolet. Larutan tersebut dianalisis dengan
berbanding lurus dengan jumlah cahaya yang diserap oleh zat yang terkandung di
molekul dan menentukan komposisi bahan (Pratiwi and Nandiyanto 2022: 2).
yang paling sering digunakan dalam analisis farmasi. Prinsip kerja pengoperasian
medium (larutan) maka sebagian cahaya akan diserap (I) dan sebagian lagi
dipantulkan (lr) dan dipancarkan (It). Hukum yang mengatur analisis kuantitatif
ketika seberkas cahaya dilewatkan melalui sel transparan yang berisi larutan zat
penyerap, pengurangan intensitas cahaya dapat terjadi dan secara matematis dapat
adalah panjang lintasan radiasi di atas sampel (cm) dan c adalah konsentrasi zat
(A) berbanding lurus dengan intensitas mula-mula (I 0). Nilai konsentrasi atom-
atom tersebut sebanding dengan konsentrasi unsur pada larutan yang dianalisis,
dengan absorbansi larutan standar dan diperoleh garis lurus pada konsentrasi
tertentu yang disebut kurva kalibrasi (Fatimah dan Yanlinastuti, 2016: 23-24).
cara yang lebih sederhana dalam menentukan kualitas suatu zat (Seniati, dkk.,
2019: 16).
27
Penelitian terdahulu oleh Seniati, dkk. (2019: 16-18) dalam mengukur laju
dan larutan standar ddH2O. Berdasarkan hasil menandakan bahwa semakin tinggi
digunakan untuk menghitung banyaknya koloni dalam suatu zat. Nilai tersebut
diperoleh dengan meregresikan nilai kekeruhan (OD) dan jumlah koloni ke dalam
maka semakin tinggi nilai OD. Nilai korelasi R yang mendekati angka 1
Riset Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
GmbH (Memmert, Jerman), autoklaf yx-280D (GEA, Jerman), Laminar Air Flow
sieve shaker AS 200 (Retsch, Amerika Serikat), vortex mixer wizard (Velp
Scientifica, Italia), mikroskop binokuler, neraca analitik ABS (Kern, Jerman), hot
plate, mikropipet, peralatan gelas, cawan petri, kaca objek, bunsen, pipet tetes,
jarum ose, batang pengaduk, kasa asbes, spatula, botol semprot dan gegep.
2. Bahan
(H2O), alkohol (C2H5OH) 70%, aluminium foil, cotton swab, etanol (C2H5OH)
96%, iodin (I2) 0,01 N, kristal violet (C25N3H30Cl), lugol (KI3), minyak diesel,
plastik wrap, safranin (C2OH19N4 + Cl-), spiritus, kapas, kasa, kertas bekas, kertas
label dan korek api. Mineral Salt Medium (MSM) yang mengandung amonium
28
29
dan tembaga (II) sulfat (CuSO4) 0,5%. Luria bertani (LB) broth, larutan natrium
hidroksida (NaOH), asam sulfat (HCl), larutan iodin, 70%, reagen Kovac’s, metil
C. Prosedur Penelitian
1. Pembuatan Media
mg/L); FeCl3.6H2O (50 mg/L); MnCl2.4H2O (0,5 mg/L); ZnSO4.7H2O (10 mg/L)
dengan akuades sedikit demi sedikit hingga 1000 mL sambil diaduk hingga semua
bahan larut dan homogen. Jika larutan sulit tercampur maka dapat campuran
HCl.
berupa NH4NO3 (1,0 g), CaCl2 (0,02 g), Mg2SO4 (0,05 g), K2HPO4 (1,0 g),
KH2PO4 (1,0 g) dan 5 mL trace element (pH 7). Selanjutnya semua bahan
dilarutkan lagi dengan 1000 mL akuades sedikit demi sedikit sambil diaduk
autoklaf suhu 121 °C selama 20 menit. Setal itu, sebanyak 100 mL media cair
MSM cair dengan 2,5 mL trace element kemudian dihomogenkan. Setelah itu,
Sampel yang digunakan yaitu minyak diesel yang diambil dari Palembang,
dalam 100 mL Media Salt Medium (MSM) cair kemudian digoyang dan
serial. Supernatant yang dihasilkan diencerkan mulai dari 10 -1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5
cawan petri yang berisi Media Salt Medium (MSM) padat. Selanjutnya inkubasi
dilakukan pada temperatur 30 °C selama 2×24 jam. Setiap isolat yang berbeda
dimurnikan kembali pada medium MSM dan diinkubasi pada suhu 30 °C selama
2×24 jam. Koloni yang muncul dipindahkan ke media Luria Bertani (LB) dan
a. Uji Makroskopis
luar isolat. Pengamatan tersebut meliputi warna koloni, margin, elevasi, bentuk
b. Uji Mikroskopis
1) Pewarnaan Gram
Isolat bakteri diambil dari stok dan diratakan diatas kaca preparat yang
telah dibersihkan menggunakan etanol 70%. Kemudian isolat di atas kaca preparat
difiksasi diatas api bunsen lalu ditetesi 2-3 tetes zat warna kristal violet lalu
didiamkan selama 1 menit agar zat warna meresap pada bakteri. Preparat
ditetesi 2-3 tetes larutan iodine kompleks dan didiamkan selama 1 menit,
kemudian dibilas kembali dengan air mengalir lalu dikeringkan. Setelah itu,
preparat ditetesi 2-3 tetes alkohol asam dan dibiarkan selama 30 detik lalu dicuci
kembali dengan air mengalir dan dikeringkan. Kemudian preparat ditetesi dengan
zat warna safranin 2-3 tetes, lalu ditunggu selama 30 detik. Setelah itu, preparat
diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 1000 kali. Bakteri Gram positif
ditandai dengan bakteri akan tetap berwarna ungu setelah dicuci dengan alkohol.
c. Uji Biokimia
medium cair MR-VP dalam tabung reaksi. Selanjutnya isolat diinkubasi selama
5×24 jam pada temperatur 37°C. Setelah itu, metil merah ditambahkan sebanyak 5
32
tetes diatas preparat isolat bakteri. Hasil positif jika terbentuk kompleks warna
2) Uji Indol
dengan cara ditusuk pada medium SIM tegak lalu diinkubasi selama 3×24 jam
pada suhu 37 °C. Setelah itu, kemudian 1-3 tetes reagen Kovac’s (pereaksi indol)
ditambahkan pada kultur broth tersebut. Pada pengujian ini kultur broth yang
menunjukkan warna merah muda pada permukaan broth. Warna merah muda ini
terbentuk karena indol yang dihasilkan oleh bakteri bereaksi dengan para-
reagen Kovac’s.
3) Uji Katalase
Sebanyak 1 ose (ose bulat) isolat bakteri diambil dari stok kultur kemudian
disuspensikan pada larutan H2O2. Perubahan yang terjadi diamati dengan hasil
positif ditandai dengan terbentuknya gelembung gas, sedangkan dan hasil negatif
4) Uji Sitrat
Sebanyak 1 ose (ose bulat) isolat bakteri diambil dari stok kultur dan
diinokulasi dengan cara digores ke dalam media Simmon’s Citrate Agar (SCA)
yang mengandung triptofan lalu diinkubasi selama 2×24 jam pada suhu 37 °C.
Warna biru menunjukkan reaksi positif dan warna hijau menunjukkan reaksi
negatif.
33
kemudian bakteri diinkubasi selama 2×24 jam pada suhu 37 °C. Selanjutnya,
biakan bakteri ditetesi beberapa tetes gram’s iodine lalu dibilas menggunakan
akuades dan diamati zona bening yang terbentuk di sekitar koloni bakteri. Hasil
Sebanyak 1 ose (ose lurus) isolat bakteri dari stok kultur diambil lalu
diinokulasi dengan cara ditusuk-tusuk pada medium gelatin yaitu ekstrak daging
sapi (beef extract) 3 g/L, pepton 5 g/L, gelatin 120 g/L. Bakteri yang sudah
diinokulasi tersebut kemudian diinkubasi selama 7×24 jam pada suhu 37 °C.
terdapat gelatin yang mencair atau encer yang menandakan adanya aktivitas
enzim gelatinase. Sedangkan, hasil negatif menandakan jika gelatin tidak mencair
7) Fermentasi Glukosa
Sebanyak 1 ose (bulat) isolat bakteri diambil dari stok kultur dan
pepton, NaCl, ekstrak daging sapi (beef extract), glukosa dan indikator
Bromothymol blue dalam tabung reaksi yang berisi tabung durham dengan posisi
terbalik. Kemudian medium yang berisi isolat diinkubasi pada suhu 37 °C selama
2×24 jam. Hasil positif ditandai dengan berubahnya warna medium dari hijau
50 mL medium Luria Bertani Broth cair. Selanjutnya medium yang berisi isolat
pada suhu 30 °C dengan kecepatan 180 rpm. Hasil penelitian berupa inokulat
cair yang mengandung 3 mL minyak avtur dan juga tanpa bakteri (kontrol).
Kultur diinkubasi pada suhu ruang sambil diaduk di atas shaker dengan kecepatan
180 rpm. Kultur tersebut dicek setiap hari dalam rentang waktu 14 hari untuk
Ca
Cd = 1 – x 100% …………………… ………(3.1)
Co
Keterangan :
A. Hasil Pengamatan
agar. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengelompokan isolat yang sama serta
35
36
c. Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram dilakukan untuk mengelompokkan antara bakteri Gram
positif dan bakteri gram negatif. Bakteri Gram positif akan menghasilkan warna
d. Karasteristik Biokimia
Karakteristik biokimia dilakukan dengan uji biokimia yang bertujuan
untuk mengamati sifat-sifat fisiologis isolat murni. Hasil uji biokimia dapat dilihat
Terbentuk 2 lapisan
warna (merah-kuning)
37
Terbentuk 2 lapisan
warna kuning
(+) Terbentuk warna
merah dalam medium
(–) Kuning/tidak
mengalami perubahan
D1 warna
(+) Terbentuk
gelembung gas
(–) Tidak terdapat
gelembung gas
D1
Uji Sitrat
(+) Terbentuk warna
biru
(–) Hijau/ tidak terjadi
perubahan
D2 Menghasilkan warna
hijau
(+)Terdapat gelatin
yang mencair
(–) Tidak terjadi
D1 pencairan gelatin
Menghasilkan warna
hijau
Fermentasi Glukosa
(+) Perubahan warna
menjadi kuning dan
terdapat gelembung
udara
D2 (–) Tidak terdapat
gelembung
Menghasilkan warna
kuning
Ket: (+) Ada
(–) Tidak Ada
2. Kemampuan Isolat Bakteri dalam Mendegradasi Hidrokarbon
dengan nilai absorbansi yang menunjukkan jumblah sel isolat. Nilai absorbansi
18 1,306 1,31
24 1,37 1,411
42 1,576 1,509
50 1,587 1,53
65 1,622 1,669
72 1,847 2,456
86 2,336 3,067
110 2,687 4
UV-VIS pada λ 227,9 dihari ke-7. Hasil pengukuran disajikan pada Gambar 4.2.
2.5
2.1533
2
1.5
Absorbansi
0
Kontrol D1 D2
Kultur Media
Gamba
r 4.2 Grafik Konsentrasi Sisa Minyak
Sisa minyak yang telah diukur digunakan untuk menentukan % laju degradasi
50%
40%
30%
20%
10%
0.00%
0%
Kontrol D1 D2
Kultur Media
Gambar 4.3 Grafik Laju Degradasi
41
B. Pembahasan
yang tidak lagi bercampur dengan mikroba lain yang disebut kultur murni. Isolasi
pembelahan sel tunggal. Isolasi dapat dilakukan dengan cara gores (streak-plate),
sebar (spread-plate) atau tuang (pour-plate). Isolasi dan seleksi awal dapat
menentukan bakteri mana yang benar-benar penting dan digunakan secara khusus
dibutuhkan isolat seperti karbon (C), oksigen (O), hidrogen (H) dan nitrogen (N).
material sel. Medium yang digunakan dalam proses isolasi adalah MSM yang
mineral yang esensial dan dibutuhkan dalam jumlah kecil (mikronutrien). MSM
pertukaran zat, tekanan osmotik yang seimbang dan steril. MSM digunakan pada
medium. Sumber karbon yang dimanfaatkan dalam tahap isolasi yaitu berasal dari
sampel minyak diesel yang digunakan sebagai sumber karbon tunggal. Diesel
Penambahan trace elemen berfungsi sebagai kofaktor enzim seperti besi (Fe),
tembaga (Cu), seng (Zn), nikel (Ni), kolbat (Co), mangan (Mn) dan molibdenum
mampu memanfaatkan nutrisi dalam MSM cair dan MSM padat yang digunakan
Luria Bertani (LB) dan disimpan sebagai stok dan untuk diuji dengan uji
dalam isolasi dan mengamati mikroba (Handayani dan Zulfiati 2020: 22-23).
Sampel yang berupa minyak diesel yang diambil langsung dari Palembang,
bertingkat hingga 10-6 dengan dua kali pengulangan menggunakan akuades (H 2O).
MSM padat menggunakan metode spread plate. Teknik ini dilakukan dengan
43
Berdasarkan hasil isolasi, diperoleh 12 koloni bakteri dari minyak diesel yang
sehingga diperoleh dua karakteristik koloni yang berbeda. Dua koloni tersebut
diberi kode D1 dan D2. Isolat tersebut kemudian dimurnikan ke media Luria
Bertani (LB) dan diinkubasi selama 48 jam (30 °C). Karakterisasi masing-masing
isolat yang diperoleh dari hasil pemurnian diamati secara makroskopis terhadap
bentuk, elevasi dan tepian dari tiap koloni (Kurahman dkk., 2020: 226-227).
isolat tersebut berbentuk melingkar atau bulat bertepi (cilcular) dan ketinggian
pertumbuhan koloni nyaris rata dengan medium (flat). Tapian atau margin pada
koloni dapat berbeda-beda tiap spesies. Pada isolat D 1 memiliki bentuk tepian
dalam proses identifikasi jenis atau spesies bakteri. Hal ini dikarenakan sifat
spora yang berasal dari genus Bacillus sp. Warna koloni umumnya putih sampai
kekuningan atau putih suram, tepi koloni bermacam-macam namun tidak rata,
berbubuk, koloni besar dan tidak mengkilap. Bentuk koloni dan ukurannya sangat
atau komponen spesifik serta mengetahui bentuk sel isolat tersebut. Berdasarkan
penelitian pewarnaan gram pada isolat D 1 dan D2 yaitu menghasilkan warna ungu
yang menandakan isolat tersebut termasuk bakteri gram positif. Hasil pewarnaan
penambahan larutan pencuci. Dinding sel bakteri Gram positif terdiri dari lapisan
pewarnaan kristal violet maka dinding sel bakteri Gram positif maupun Gram
negatif akan menyerap zat warna tersebut namun ketika diberi alkohol, kristal
violet pada Gram negatif akan luntur disebabkan struktur dinding selnya yang
sebagian besar tersusun oleh lipid, sehingga ketika diberi safranin (zat warna
kedua) dinding selnya akan menyerapnya kembali sehingga hasil pewarnaan akan
berwarna merah muda. Sedangkan, pada bakteri gram positif akan tetap berwarna
ungu karena dinding selnya tersusun oleh lapisan peptidoglikan yang tebal
sehingga tidak dapat dicuci oleh alkohol, melainkan mempertahankan zat warna
segi bentuk sel kedua isolat termasuk berbentuk basil (batang). Pada D 1 memiliki
pendegradasi minyak yang diambil dari kawasan tumpahan minyak antara lain
45
buku Rini dan Jamilatur (2020: 9), mengatakan bahwa bakteri gram positif yang
Sedangkan bakteri gram positif yang selnya berbentuk basil yaitu bakteri dari
fisiologisnya. Uji biokimia meliputi uji methyl red, uji indol, uji katalase, uji
sitrat, uji hidrolisis pati, uji pencairan gelatin dan fermentasi glukosa. Berdasarkan
Uji Indol – – + – –
Uji Katalase + + + + +
Uji Sitrat + – + + –
biokimia yang mirip dengan bakteri dari genus Bacillus dan B. megaterium
membentuk asam campuran sebagai hasil akhir dari fermentasi glukosa. Glukosa
dan asam format). Hasil positif ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna
menjadi merah setelah penambahan methyl red. Hal ini menandakan medium
mengandung asam campuran sehingga indikator methyl red (pH 4,3 – 6,3) tetap
adanya perubahan warna. Hal ini menandakan bahwa isolat tidak menghasilkan
asam (Ulfa, dkk., 2016: 797). Reaksi yang terjadi ditulis sebagai berikut:
biokimia pada bakteri yang diisolasi dari minyak diesel. Isolat yang diperoleh
Staphylococcus tidak terjadi perubahan warna. Hal ini menandakan bahwa isolat
kemampuan suatu isolat untuk menghasilkan indol dari pemecahan asam amino
kemungkinan produk yaitu indol, asam piruvat dan ion amonium. Hasil positif
ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah pada medium. Hal ini menandakan
bahwa bakteri tersebut memiliki enzim triptonase yang dapat menghidrolisis asam
amino triptofan. Triptofan adalah salah satu jenis asam amino yang terdapat pada
produk akhir berupa senyawa Quinoidal merah (Mahmudah, dkk., 39: 2016).
48
Menurut penelitian Adel Al-Gheeth (2015: 7) dalam hasil uji indol pada Bacillus
reagen hidrogen peroksida (H2O2). Prinsip kerja enzim katalase ini adalah
mengubah hidrogen peroksida (H2O2) yang bersifat toksik menjadi air (H2O) dan
oksigen (O2) yang tidak berbahaya dengan bantuan enzim katalase. Cara kerjanya,
bakteri diambil menggunakan ose steril pada media koleksi, lalu diletakkan pada
permukaan objek glass steril dan ditetesi reagen hidrogen peroksida (H 2O2).
diberikan H2O2 sekitar 1-2 detik (Mahmudah, dkk., 2016: 34). Reaksinya ditulis
sebagai berikut:
positif yang ditandai dengan terbentuknya gelembung gas pada spesimen. Hal ini
memecah H2O2 menjadi 2H2O dan O2. Hasil penelitian sebelumnya menyatakan
hasil uji yang positif (katalase positif), sedangkan Streptococcus sp. menunjukkan
Medium yang digunakan untuk uji sitrat adalah Simmons Citrate (SC) agar.
49
sumber karbon, NH4+ sebagai sumber N dan bromothymol blue sebagai indikator
berkurangnya atau hilangnya asam dalam biakan dan mengubah warna media.
Artinya jika bakteri mampu menggunakan sitrat, maka asam dalam medium akan
hijau menjadi biru. Hal ini menunjukkan hasil positif (Ulfa, dkk., 2016: 796).
(2015: 7) pada uji sitrat menunjukkan bahwa isolat B. subtilis, B. megaterium dan
Staphylococcus xylosus memiliki hasil yang positif. Hal ini menandakan bahwa
isolat D1 memiliki kesamaan hasil uji sitrat dengan penelitian tersebut, sedangkan
Bhuvaneswar, dkk. (2012: 196) yang menunjukkan hasil uji sitrat negatif.
50
Hidrolisis pati adalah suatu proses pemecahan molekul amilum menjadi bentuk
Hidrolisis pati dengan enzim amilase mula-mula akan memecah pati menjadi unit-
unit rantai glukosa yang lebih pendek disebut dekstrim, kemudian dekstrim akan
dipecah menjadi maltosa dan dipecah lagi menjadi molekul glukosa. Adanya
enzim amilase pada isolat ditandai dengan terbentuk zona bening disekitar koloni
setelah ditetesi larutan iodium. Hal ini menunjukkan hasil positif yang
menandakan bahwa telah terjadi hidrolisis amilum (pati) oleh enzim amilase
(Nuryanti, dkk., 2021: 76). Berdasarkan hasil penelitian kedua isolat yaitu D 1 dan
reaksinya positif. Hal ini juga menandakan bahwa dalam media isolat telah terjadi
hidrolisis pati oleh enzim amilase. Hasil yang diperoleh memiliki kesamaan
dengan hasil penelitian Adel Al-Gheethi (2015: 7) dalam uji hidrolisis pati
dihasilkan dari sekresi secara ekstraseluler dari beberapa bakteri yang dapat
yang mencair dalam medium. Medium yang digunakan adalah media padat gelatin
dan juga berfungsi sebagai substrat untuk aktivitas enzim gelatinase. Ketika media
dapat menghidrolisis gelatin dan mengakibatkan pencairan pada media. Dalam hal
ini media akan tetap mencair meski ditempatkan di suhu rendah (lemari es)
maupun suhu tinggi (penangas air). Dengan demikian hasil menunjukkan reaksi
51
positif. Reaksi yang terjadi berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama, enzim
akan diubah menjadi asam amino (Lubis, dkk., 2015: 104). Reaksi dapat
H2O H2O
Gelatinase Gelatinase
Gelatin Polipeptida Asam Amino
Berdasarkan penelitian diperoleh hasil yaitu isolat D 1 dan D2 menunjukkan
indikator positif dengan terjadinya pencairan gelatin pada tabung reaksi. Enzim
hasil penelitian Bhuvaneswar, dkk. (2012: 197) juga memperoleh hasil positif
menghasilkan asam dan gas. Uji fermentasi glukosa juga dikenal sebagai uji gula-
gula karena dalam media terbuat dari gula seperti glukosa, maltosa, sukrosa atau
manitol. Hasil positif ditandai dengan perubahan warna ungu menjadi kuning dan
Perubahan warna yang terjadi menandakan bahwa bakteri ini membentuk asam
menunjukkan hasil positif dengan terjadinya perubahan warna dari ungu menjadi
warna kuning. Hal ini menandakan bahwa hanya isolat D 2 yang mampu
52
sebelumnya berwarna ungu menjadi berwarna kuning. Hal ini menunjukan bahwa
sebelumnya.
Uji Methyl Red (MR) dan uji fermentasi glukosa merupakan pengujian
yang melibatkan proses fermentasi glukosa menjadi produk asam dan gas.
Namun, dalam hal ini pada uji fermentasi karbohidrat tidak diketahui secara pasti
glukosa menghasilkan produk asam campuran yang lebih spesifik seperti asam
laktat, asam asetat, asam suksinat dan asam format. Berdasarkan derajat keasaman
(pH) asam yang dihasilkan, pada uji MR menggunakan indikator methyl red
sehingga yang terdeteksi adalah asam campuran yang akan menurunkan pH secara
indikator Bromtimol biru (pH 6,0 – 7,6) yang dapat mengetahui ada tidaknya
fermentasi asam jenis lain yang dapat menurunkan pH hingga sekitar 6,0 dengan
perubahan warna menjadi kuning dalam suasana asam. Dengan demikian dapat
menandakan asam yang dihasilkan berupa asam campuran yang spesifik (asam
laktat, asam asetat, asam suksinat dan asam fomar) dan memiliki pH dengan
rentang hingga 4,4. Sedangkan D2 memiliki reaksi positif pada uji fermentasi
cair dan dishaker suhu 30 °C dengan kecepatan 180 rpm selama 12 jam.
3 mL minyak avtur untuk mengetahui daya degradasi bakteri. Media LB cair lain
percobaan kosong (kontrol). Media ini diinkubasi selama 14 hari sambil diukur
(600 nm) dan sisa minyak diukur pada hari ke-7 menggunakan Spektrofotometri
UV-VIS.
cair yaitu medium Luria Bertani (LB). Medium LB mengandung tripton, natrium
klorida (NaCl), yeast extract dan agar (jika ingin membuat LB padat). Media ini
juga berfungsi sebagai sumber karbon (C), nitrogen organik (R-NH 2) dan sumber
vitamin yang larut dalam air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat D 1 dan
D2 mampu tumbuh pada media yang mengandung minyak avtur selama 14 hari.
dari minyak, warna, kekeruhan hingga endapan yang terbentuk. Minyak avtur
awalnya menyatu membentuk lapisan atas pada medium LB dan lama kelamaan
biodegradasi isolat D1 dan D2 secara visual disajikan pada tabel berikut 4.5 dan
tabel 4.6.
54
D2 dapat tumbuh pada media LB yang mengandung minyak avtur. Isolat tersebut
sebagai sumber energi dan nutrisi untuk kebutuhan aktivitas metabolisme dalam
permukaan dalam suatu cairan dengan fase yang berbeda. Biosurfaktan adalah
molekul ampifilik terdiri atas gugus hidrofilik dan hidrofobik sehingga dapat
akan menjauh, sehingga dua fase yang berbeda dapat homogen. Semakin banyak
oleh Aeromonas sp, dan Bacillus sp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri
kultur merupakan bahan paling aktif yang berkontribusi terhadap peningkatan laju
degradasi minyak.
tingkat kekeruhan pada media. Media cair yang digunakan adalah medium LB
cair yang berwarna kuning jernih. Selama proses inkubasi selama 14 terjadi
perubahan warna menjadi putih kental dan mengalami kekeruhan. Warna media
yang terbentuk dapat berasal dari pigmen yang diproduksi oleh bakteri yang
berfungsi untuk melindungi bakteri dari sinar matahari yang dapat membunuh
dari perombakan hidrokarbon minyak avtur dalam medium. Semakin keruh berarti
dalam mendegradasi minyak avtur. Setiap isolat bakteri memiliki kurva standar
pertumbuhan yang terdiri dari empat fase yaitu fase lagging, fase eksponensial,
yaitu 600 nm. Hal ini dikarenakan menurut Yuniati (2012) menyatakan bahwa
absorbansi atau kekeruhan dari sampel yang berwarna kuning hingga kecoklatan.
berikut.
3.5
2.5
Absorbansi
2
Fase Eksponensial
1.5
Fase Kematian
Fase Stasioner
1
Fase Lag
0.5
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
Waktu (Jam)
Gambar 4.7 Kurva pertumbuhan isolat D1
58
4.5
4 Fase Eksponensial
3.5
3
Absorbansi
minyak avtur sebagai satu-satunya sumber karbon. Grafik tersebut dengan jelas
pertumbuhan mikroba meliputi fase lagging, fase eksponensial, fase stasioner dan
fase mati. Jika bakteri ditransfusikan atau diisolasi dalam medium, maka pada
awalnya bakteri tersebut akan mengalami fase lag atau fase adaptasi untuk
beradaptasi dengan kondisi sekitar. Jika media pertumbuhan dan mediumnya
sama dengan yang sebelumnya, mungkin tidak diperlukan masa adaptasi. Namun,
jika nutrisi tersedia dan kondisi lingkungan berbeda dari yang sebelumnya maka
pertumbuhan bakteri dengan membelah secara cepat dan terus menerus sepanjang
kurva logaritmik. Selama periode ini, laju pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh
lingkungan tempat tumbuhnya seperti suhu, pH, nutrisi, dan kelembaban. Namun,
suhu dan pH merupakan faktor yang penting karena beberapa spesies bakteri
menjadi tiga tipe yaitu acidhopile (pH 0-5), neuthropile (pH 5,5-8,0) dan
menghasilkan toksin terhadap bakteri lain serta tingkat nutrisi dalam substrat juga
berkurang sehingga bakteri akan mengalami fase kematian setelah nutrisi pada
Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan diketahui genus yang terdapat
yang berbeda.
Pertumbuhan bakteri terdiri dari empat fase yaitu fase lagging, fase
menunjukkan waktu yang sedikit dalam proses adaptasi. Fase lag terjadi selama 2
hari dengan nilai OD 1,622 dimana pada fase ini sel bakteri melakukan adaptasi
secara bertahap dari inkubasi jam ke-65 hingga ke-123 dengan nilai OD sebesar
dengan baik pada lingkungannya dan memiliki nutrisi yang cukup dari medium
proses pembelahan sel. Pada jam ke-123 hingga ke-147, pertumbuhan bakteri
memasuki fase stasioner dimana nutrisi pada medium mulai berkurang serta
sehingga pertumbuhan terbilang konstan. Nilai OD pada fase ini yaitu 3,018 pada
60
jam ke-123 dan 3,042 pada jam ke 147. Pada inkubasi jam ke-147 hingga jam
dilihat bahwa isolat D2 memiliki pola pertumbuhan yang berbeda dengan isolat
D1. Berdasarkan grafik, fase lag pada isolat D 2 terjadi selama hampir 3 jam
dengan nilai OD 1,669. Pada fase ini sel bakteri melakukan adaptasi secara
Selanjutnya laju pertumbuhan meningkat secara tajam dari inkubasi jam ke-65
hingga ke-110 dengan nilai OD 4. Tahap ini disebut fase eksponensial dimana laju
pertumbuhan (pembelahan sel) bakteri meningkat. Hal ini terjadi karena bakteri
telah beradaptasi dengan lingkungannya serta memiliki nutrisi yang yang cukup
dalam media seiring waktu inkubasi. Tahap ini terjadi selama dua hari. Namun
dalam grafik pertumbuhannya sulit menentukan fase stasioner pada isolat D2.
Fase stasioner ditandai dengan laju pertumbuhan bakteri yang relatif konstan,
mengalami fase eksponensial. Terjadi peningkatan pada jam ke-147 dengan nilai
OD 3,382. Setelah itu mengalami fase kematian yang ditandai dengan penurunan
secara signifikan laju pertumbuhan bakteri akibat nutrisi pada media berkurang
minyak juga dapat dilihat dari adanya penurunan kadar minyak setelah pengujian.
Pengukuran sisa minyak dilakukan pada hari ke-7 pada isolat D 1, D2 dan kontrol.
Kedua isolat diberi perlakuan yang sama yaitu penambahan minyak avtur dengan
konsentrasi yang sama setelah ditambahkan isolat. Medium yang tanpa isolat juga
ditambahkan minyak avtur sebagai kontrol. Medium kontrol berisi media LB yang
sebagai pembanding dan untuk melihat laju degradasi pada isolat D 1 dan D2.
minyak karena memiliki sifat yang sama yaitu bersifat non-polar. Sehingga
penurunan kadar minyak setelah diinkubasi selama 7 hari. Kadar minyak yang
pengurangan kadar minyak menjadi 0,369 pada medium D1 dan 0,4271 pada
medium D2. Berdasarkan hasil pengamatan pada Gambar 4.2 diketahui bahwa
Hal ini dapat diketahui dengan melihat laju degradasi kedua isolat tersebut. Laju
persamaan 3.1. Persentase laju degradasi dapat dilihat pada Gambar 4.3.
dan kontrol. Kedua isolat diberi perlakuan yang sama yaitu menggunakan media
juga ditambahkan minyak avtur sebagai kontrol. Setelah dishaker dan diinkubasi
kontrol digunakan sebagai pembanding untuk melihat sisa minyak dan laju
degradasi pada isolat D1 dan D2. Hasil menunjukkan kemampuan yang paling
Minyak avtur merupakan bahan bakar minyak untuk pesawat terbang dari
hasil penyulingan minyak mentah dengan titik didih sekitar 150-250°C. Minyak
toluene (C6H5CH3), benzena (C6H6) dan xylena (C8H10). Selain itu, minyak avtur
juga mengandung bahan kimia kompleks rantai pendek seperti heksana (C 6H14),
heptana (C7H16), oktana (C8H18) dan nonana (C9H20) (Kadarwati, 2022: 12).
hidrokarbon dengan rantai panjang, hidrokarbon yang memiliki ikatan tak jenuh
(khusus rantai lurus), serta hidrokarbon yang strukturnya memiliki banyak cabang
mudah untuk diserang atau dirusak oleh mikroba. Proses biodegradasi pun juga
Berdasarkan hasil pengamatan secara visual dan kadar sisa minyak dari hari ke
senyawa poliaromatik.
Senyawa aromatik yang banyak dalam minyak avtur adalah naftena dan
yaitu hidrogen (H2) dan oksigen (O2), karena hal ini menyebabkan bakteri genus
lebih sederhana untuk keperluan daya tahan hidup, lipase yaitu enzim yang dapat
memutuskan ikatan asam oktadekanoat dengan lemak, DNase yaitu enzim yang
monooksigenase dan menghasilkan produk akhir berupa asetil Ko-A yang akan
dikatabolisme melalui siklus asam sitrat (siklus krebs). Degradasi senyawa alifatik
64
aldehid, lalu asam organik dan kemudian dihasilkan asam lemak dan asetil Ko-A.
Senyawa antara asetil Ko-A akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga
rantai karbon akan berkurang dan terus berlanjut hingga molekul hidrokarbon
teroksidasi.
C7H15-CH3 + NADH + O2
n-oktana
monooksigenase
AMP=PPi
β-oksidasi ke asetil KoA
Gambar 4.7 Reaksi Degradasi Hidrokarbon Alifatik
(Sumber: Rahmawati, 2012: 15)
Menurut Nasikhin dan Maya (2013: 84-85), senyawa hidrokarbon
senyawa yang lebih sederhana. Enzim tersebut mampu memecah atau memutus
ikatan karbon pada cincin aromatik sehingga menghasilkan alkohol primer. Enzim
dan merupakan senyawa aromatik yang banyak dalam minyak avtur. Jalur
molekular atom oksigen ke dalam molekul aromatik naftalena. Ini adalah tahap
menjadi salisilat dan piruvat. Proses ini penting untuk mengurai polutan seperti
naftalena yang dapat membahayakan ekosistem jika tidak terurai dengan baik.
A. Kesimpulan
disimpulkan bahwa:
meliputi uji methyl red, uji indol, uji katalase, uji sitrat, uji hidrolisis pati,
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut seperti analisis menggunakan
metode PCR dan instrument GC-MC untuk memperoleh hasil yang lebih
optimum.
67
DAFTAR PUSTAKA
68
69
Identifikasi mikroba
72
LAMPIRAN II : SKEMA PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan Media
Bahan
Trace Element
Bahan
— Ditimbang NH4NO3 (1,0 g), CaCl2 (0,02 g), Mg2SO4 (0,05 g),
menit.
MSM cair
c. Pembuatan Mineral Salt Medium (MSM) padat 500 mL
Bahan
— Dicampur MSM cair (500 mL), trace element (2,5 mL) dan bakto
MSM padat
73
74
Sampel
Koloni bakteri
Isolat Bakteri
koloni.
Hasil
b. Uji mikroskopis
1) Pewarnaan Gram
Isolat Bakteri
Hasil
c. Uji Biokimia
1) Uji Methyl Red
Isolat bakteri
Hasil
2) Uji Indol
Isolat bakteri
Hasil
76
3) Uji Katalase
Isolat bakteri
Hasil
Isolat bakteri
metode gores.
Hasil
Isolat bakteri
disekeliling koloni.
Hasil
77
Isolat bakteri
medium gelatin.
Hasil
7) Fermentasi Glukosa
Isolat bakteri
glukosa.
Hasil
Isolat bakteri
180 rpm.
Inokulat
78
Inokulat
selama 14 hari.
Spektrofotometer Visible.
Inokulat
LAMPIRAN III : PERHITUNGAN LAJU DEGRADASI
D1 0,369 82,86
D2 0,4271 80,17
2,1533
Cd = 1 - × 100%
2,1533
Cd = 1 - 1 × 100%
Cd = 0
2. Isolat D1
Ca
Cd = 1 - × 100%
Co
0,369
Cd = 1 - × 100%
2,1533
Cd = 0,8286 × 100%
Cd = 82,86 %
3. Isolat D2
Ca
Cd = 1 - × 100%
Co
0,4271
Cd = 1 - × 100%
2,1533
Cd = 0,8017 × 100%
Cd = 80,17 %
79
LAMPIRAN IV : HASIL PENGAMATAN IDENTIFIKASI ISOLAT
A. Pewarnaan Gram
Hasil Pengujian
Sampel Gambar
Simplo Duplo Triplo
D1 + + +
D2 + + +
Hasil Pengujian
Sampel Gambar
Simplo Duplo Triplo
D1 + + +
80
81
D2 – – –
2. Uji Indol
Hasil Pengujian
Sampel Gambar
Simpl Tripl
Duplo
o o
D1 – – –
D2 – – –
3. Uji Katalase
Hasil Pengujian
Sampel Gambar
Simpl
Duplo Triplo
o
D1 + + +
D2 + + +
4. Uji Sitrat
Hasil Pengujian
Sampel Gambar
Simplo Duplo Triplo
D1 + + +
D2 – – –
Hasil Pengujian
Sampel Gambar
Tripl
Simplo Duplo
o
D1 + + +
D2 + + +
Hasil Pengujian
Sampel Gambar
Simplo Duplo Triplo
D1 + + +
D2 + + +
7. Fermentasi Glukosa
Hasil Pengujian
Sampel Gambar
Simplo Duplo Triplo
D1 – – –
D2 + + +
A. Pembuatan Media
85
86
Memasukkan 1-2 ose isolat Medium diinkubasi sambil Hasil inkubasi berupa
ke medium LB broth dishaker selama semalaman inokulat
(30°C. 180 rpm)
Memipet kultur pada hari Didiamkan 30 menit lalu Mengukur kadar minyak
ke-7 lalu dilarutkan dengan dipisahkan cairan dari menggunakan instrumen
n-heksana endapan spektrofotometer UV-Vis