Anda di halaman 1dari 13

Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam

Volume 1 Nomor 2 Tahun 2023


e-ISSN: 2655-948X

Pemikiran Al-Farabi Dalam Konsep Kepemimpinan Negara Ideal

Nur Lathifatul Kholilah


e-mail: ilaa18535@gmail.com
Boy Alen Pranata
e-mail: boyalenpranata@gmail.com
Arinda Muarrifah
e-mail: arindanurin00@gmail.com
Nuril Hidayati
e-mail: enhayil@gmail.com

Abstrak
Artikel ini mengkaji tentang pemikiran Al-Farabi dalam
kepemimpinan negara, tujuan dan landasan negara ideal
adalah untuk mencapai titik utama yaitu kesejahteraan dan
kebahagiaan negara dan rakyatnya. Artikel ini
mengunakan metode membaca dan mencatat data data di
peroleh dari buku, jurnal maupun karya orang lain yang
relvan. Hasil kajian menunjukkan bahwa untuk memperluas
wawasan tentang negara yang ideal dan pemimpin yang
ideal dengan prespektif al-farabi ini dapat membantu untuk
memperluas pandangan terhadap negara dan pemimpin
ideal yang diharapkan. Semua orang dapat memiliki
prespektif tentang seorang pemimin yang ideal menurut al-
farabi, agar tidak keliru untuk memilih seorang pemimpin
yang bisa mensejaterahkan dan membahagiakan
rakyatnya.

Kata Kunci: Al-Farabi, Kepemimpinan, Negara Ideal.

Pendahuluan
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala
sesuatu untuk mencari kebenaran tentang inti sari dari segala
sesuatu. Filsafat pertama kali muncul di yunani pada abad ke-6
S.M, karena pada saat itu masyarakat yunani memiliki kebebasan
dalam berfikir melalui akal pikiran mereka. Hingga muncul
seorang filsof muslim salah satunya adalah Abu Nasir Muhammad
bin Muhammad ibn Tarkhan ibn Uzalah Al-Farabi beliau lahir di
wesij kota farab Kazhakstan tahun 870M. Selain filsafat beliau

This work is licensed under Creative Commons Attribution Non Commercial 4.0 International
License Available online on: http://riset.unisma.ac.id/index.php/fai/index
Ahmad Muhammad (Nama Penulis)

memiliki keahlian dalam bidang keilmuan seperti matematika,


filsafat politik, pengobatan, bahkan musik. Al-farabi banyak
memiliki pandangan baru tentang ilmu pengetahuan salah satu
pandangan penting adalah tentang kepemimpinan negara. Bagi al-
farabi pemimpin negara harus ada terlebih dahulu sebelum
rakyat. Konsep kepemimpinan beliau sangat beragam, tetapi
beliau menjatuhkan pilihannya terhadap kepemimpinan negara
yang ideal dengan peran yang adil dan dapat menciptakan
masyarakat yang stabil dan sejahtera. Pada jurnal sebelumnya
telah dijabarkan konsep negara ideal, konsep kepemimpinan dan
kewajiban pemimpin negara oleh Imam Sukardi (2017).
Implementasi dan relevansi konsep al-farabi dimasa Indonesia
sekarang oleh Emita (2021) dan Mutiani Tika (2020). Sedangkan
tahun 2019, Habib Noor Aini menjelaskan konsep al-farabi dalam
kitabnya yang berjudul “Ara’ Ahl Madinah Al-fadhilah”. Sehingga
pada penelitian ini kami akan membahas bagaimana pandangan
al-farabi pada kepemimpinan yang ideal, implementasi pada masa
kini serta kelebihan dan kekurangannya. Dan sosok pemimpin
persepktif Al-Farabi.

Metode
Penilitian ini memaparkan tentang pemikiran al-farabi
dalam bidang kepemimpinan negara ideal. Selanjutnya penulis
mempelajari setiap teks atau data yang ada pada jurnal dan buku
yang diperoleh. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis deskriptif. Pada penelitian ini digunakan jenis
penelitian Library Research (studi kepustakaan) dengan teknik
pengumpulan data pustaka, membaca, dan mencatat serta
membenahi bahan penelitian.

Asal-Usul negara prespektif al-farabi


Setiap negara harus memiliki tujuan. Tujuan negara sendiri
secara umum adalah menyelenggarakan kesejahteraan dan
kebahagiaan rakyatnya. Tujuan negara merupakan suatu landasan
atau pedoman dalam menyusun alat perlengkapan negara serta
mengatur kehidupan rakyatnya. Tujuan dari setiap negara
berbeda-beda. Tujuan negara di pengaruhi oleh tempat, sejarah,
pembentukan, dan pengaruh dari penguasa yang bersangkutan.

Andragogi: Volume 1 Nomor 2, 2023


Ahmad Muhammad (Nama Penulis)

Dalam Pemikiran al-farabi tentang negara tidak terlepas dari


pengaruh plato. Dalam teori politiknya, al-farabi memaparkan
tujuan utama bernegara adalah tercapainya kebahagiaan bagi
warga negara. Dalam teorinya al-farabi menyatakan bahwa
pemerintahan dalam negara itu seperti sistem anggota tubuh
manusia seperti kepala, tangan, kaki, dan anggota lainnya, dimana
setiap unsur bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing dan
saling memperkuat untuk mencapai tujuan. Menurutnya, bagian
paling tertinggi adalah kepala karena segala perbuatan manusia
itu dapat dikendalikan oleh otak. Demikian juga dalam sebuah
negara, al-farabi memandang negara sebagai suatu organisasi
yang didalamnya terdiri dari unsur yang satu sama lain saling
terikat. Dari banyak organ tubuh manusia terdapat satu organ
pokok yang penting yaitu jantung. Jantung adalah sebuah organ
yang menjadi sebab kekuatan bagi organ yang lain, juga berperan
untuk memperbaiki kembali fungsi organ yang rusak. Demikian
juga seorang pemimpin negara, ia memiliki peran sentral untuk
membuat wewenang, tugas dan kewajiban, jika ada masalah
dalam negara seorang pemimpin harus menyelesaikan masalah
tersebut dan mengembalikan stabilitas negara. Al-farabi
menekankan bahwa setiap warga negara harus memiliki ide yang
wajib diperjuangkan. Sebuah ide menuju satu titik yang menjadi
harapan bagi negara dengan tujuan bersama. Bagi al-farabi itulah
“kebahagiaan”.

Pemikiran Al-Farabi Tentang Pemimpin


Pemimpin adalah seorang yang tugasnya memimpin dan
mengarahkan orang-orang yang dipimpinanya. Seorang
pemimpin memiliki peran yang sangat penting dalam
mengarahkan warga negaranya. Dalam konsep kepemimpinan
negara ideal, al-farabi berpendapat bahwa kepemimpin negara
ideal adalalah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat nabi,
dengan akhlak sebagai barometer kepemimpinannya,
berpengetahuan luas, dan dapat menjalin hubungan dengan al aql
fa’al melalui akal mustafad (akal para rasul dan filosof).

Andragogi: Volume 1 Nomor 2, 2023


Ahmad Muhammad (Nama Penulis)

Secara umum kepemimpinan al-farabi yaitu mengarah kepada


pengenalan manusia kepada tuhan (Allah) dengan teori emanasi
sebagai sarananya. Pemimpin yang memiliki tanggung jawab dan
berkewajiban dalam menegakkan hukum, memelihara negara, dan
membimbing warga. Oleh karena itu seorang pemimpin harus
memiliki kriteria yang layak menjadi pemimpin. Adapun
kriterianya seorang pemimpin adalah:
a. Beriman dan bertaqwa
Seorang pemimpin negara harus beriman dan bertaqwa
dalam menjalankan kewajibannya, serta berbudi pekerti luhur
dimana harus beerlandaskan pada dasar-dasar agamanya
termasuk iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
b. Sehat jasmani dan rohani, serta jujur dalam kepemimpinan
Kesehatan jasmani dan rohani harus seimbang terutama pada
seorang pemimpin yang kuat dan terpercaya, maksud kuat
yakni dalam segala bidang dan keunggulan dalam suatu
pengetahuan, sedangkan terpercaya yaitu menjadikan
kenyataan apa yang dibicarakan dan slalu menempati janji
agar tidak memakan hati.
c. Cerdas
Cerdas yang dimaksud adalah cerdas yang mengandalkan
logikanya sebagai pendukungnya. Dan juga memperoleh dan
menerapkan pengetahuan informasi dan keterampilan.
d. Adil dan Profesional
Adil berada ditengah-tengah jujur, lurus dan tulus, juga
memiliki sikap yang terhindar dari deskriminasi dan ke tidak
jujuran, sedangkan profesional merupakan tanggung jawab
apa yang dikerjakan serta mmemiliki kemampuan khusus
dalam pekerjaan tersebut.
e. Cinta kepada masyarakat
Mengayomi dan mencintai masyarakat serta mengurangi
konflik sesame masyarakat dan juga mensejahterakan
masyarakat agar lebih harmonis.

Ideologi Warga Negara Menurut Al-Farabi


Dalam kitab yang berjudul “Ara’ ahl Al-mahdinah Al-fadhilah” al-
farabi berpendapat bahwa negara adalah yang penduduknya
berasal dari masyarakat kota. Beliau juga mengolongkan

Andragogi: Volume 1 Nomor 2, 2023


Ahmad Muhammad (Nama Penulis)

masyarakat menjadi dua golongan yaitu: (1) masyarakat


sempurna (2) masyarakat tidak sempurna. Dalam persoalan
negara dimulailah dari warga negara yang terbentuk menjadi
masyarakat itu sendiri. Manusia atau warga harus memiliki
pemikiran bahwa ia harus bisa berkerja dan berjuang untuk
mencapai tujuan untuk kebahagiaan negara. Pada suatu negara
ada negara utama yang hanya didirikan oleh negara utama pula.
Untuk menjadi negara utama manusia harus memiliki kemauan
bulat untuk mendorong agar bertindak baik maka tindakan itu
dilakukan dalam bentuk perbuatan.

Etika Kenegaraan
Mengenai etika kenegaraan Al-Farabi menemukan suatu ide yang
mengemukan bahwa dalam setiap keadaan itu ada unsur-unsur
pertentangan, dari yang kuat dapat mengalahkan yang lemah.
AFarabi juga membicarakan soal etika atau akhlak dalam buku
yang berkomentar terhadap karangan Aristoteles yang
dinamakannya kitab Al-Akhlak. Buku ini sebagai perintis jalan
ilmu Al-Farabi dengan meletakkan dasar-dasar yang kuat. bukan
hanya berdasarkan filsafat semata, tetapi ada dasar yang lebih
kuat ialah agama islam. Dan dia memberikan tujuan bahwa yang
akhir dari akhlak adalah untuk mencapai kebahagian total,
kebahagian material, dan kebhagaiaan spiritual.

Akhlak dibagi menjadi dua yaitu akhlak mahmudah dan akhlak


madzmumah. Setiap warga negara harus bisa mendidik dan
membiasakan diri sendiri untuk bersifat paling utama, sehingga
dapat menjadi sosok karakter yang baik baginya dan menjauhkan
dirinya dari setiap perbuatan yang memalukan dan sifat tercela.
Akhlak dapat diketahui dengan ukuran pikiran dan falsafah,
sehingga dapat di jabarkan menjadi lima dasar yaitu:
theologis(agama),hedonis(rasa senang), utilitis(manfaat),
vitalitis(kekuasan), dan idealis (cita-cita yang tinggi).

Gagasan Konsep Negara Ideal


Adapun latar belakang terciptanya konsep Negara ideal sebagai
berikut:
a. Dia hidup Pada masa kekholifah Al-muti’ pada periode yang
paling mengenaskan stabilitas politiknya pada saat itu.
b. Kehancuran sebuah dinasti yang membuatnya berfikir dan
membayangkan negara ideal yang pernah dia lihat pada
dinasti sammaniyyah.

Andragogi: Volume 1 Nomor 2, 2023


Ahmad Muhammad (Nama Penulis)

c. Kondisi stabilitas politik pada kehidupan al-farabi


menunjukkan bahwa dia tinggal di negara yang sangat
menggalami kekacauan dari berbagai konflik yang timbul dari
politik.
d. Pergantian kholifah disebabkan karena stabilitas politik yang
tidak aman sehingga menyebabkan suatu efektifitas
pemerintah yang tidak stabil.
e. Pada masa itu al-farabi tidak dekat dengan penguasa dan tidak
menduduki jabatan pemerintah apapun yang menjadikanya
untuk mempunyai kebebasan dalam berfikir tanpa harus
menyesuaikan gagasan dengan pola politik pada saat masa itu.

Pembagian Negara
Al-Farabi membagi negara ada lima macam antara lain:
1. Al-Madinah Al- fadilah (negara ideal atau negara utama)
Menurut al-farabi negara ideal atau utama adalah negara yang
didirikan oleh negara yang dalamnya terdapat ketegasan yaitu
kebahagiaan. Masing-masing warga negara harus sadar akan
tujuannya dari negara tersebut mereka harus sanggup
mendukung cita cita negaranya dan menjadikan tujuan
bersama.
2. Al-Madinah Al-jahiliah (negara jahiliyah)
Negara ini menurut al-farabi adalah negara yang tidak memiiki
idiologi tinggi, artinya tidak memiliki tujuan yang ideal, yang
didalamnya bertentangan dengan kebahagiaan material dan
spiritual.
3. Al-Madinah Al-fasiqah (negara fasiq)
Negara fasiq adalah sebuah negara yang penduduknya
mengenal adanya kebahagiaan, ketuhanan dan akal fa’al
seperti penduduk negara ideal. Tetapi para penduduknya
sama dengan negara jahil (bodoh) yaitu mereka yang
melakukan perbuatan berbeda dengan yang mereka ucapkan.
4. Al-Madinah Al-Mutabaddilah (negara penyeleweng)
Negara penyeleweng adalah negara yang pandangan dan
perbuatan penduduk atau masyarakatnya seperti negara ideal,
kemudian masyarakat menjauh dari pandangan ini karena
kemasukan dari pandangan lain sehingga masyarakatnya
beralih dari pandangan awalnya.
5. Al-Madinah Al-Dallah (negara sesat)
Negara sesat adalah negara yang memiliki pemikiran yang
salah tentang tuhan dan akal fa’al. meskipun begitu kepala
negara ini mengganggap bahwa dirinya telah mendapat

Andragogi: Volume 1 Nomor 2, 2023


Ahmad Muhammad (Nama Penulis)

wahyu, kemudian dia menipu orang lain dengan perilaku dan


ucapanya.

Relevansi Konsep Al-Farabi Terhadap Kehidupan Negara di


Indonesia
Membentuk suatu negara untuk mengelola kepentingan
rakyatnya merupakan suatu kewajiban agama yang paling tinggi
karena agama tidak mungkin bisa tegak tanpa suatu negara atau
pemerintahan. Dalam ukuran tegak nilai suatu agama yaitu:
keadilan, keamanan, dan keadaban yang bisa dilakukan hanya
melalui negara dan pemerintahannya. Dalam islam bukan hanya
semata-mata mengajarkan agama, tetapi juga didalamnya
mengatur semua masalah-masalah negara, seperti masalah politik
dan lain-lain yang sangat berkaitan dengan kebaikan hidup
didunia maupun di akhirat. Umat islam sebagaian besar dari
bangsa Indonesia dimana masyaraknya sangat menjunjung tinggi
musyawarah mufakat. Sebagaimaa yang dijelaskan dalam Al-
Qur’an dan Hadist bahwa musyawarah memiliki dasar hukum,
baik itu secara perbuatan maupun ucapan, sera dalam hadist juga
menjadi dasar hukum yang mengharuskan untuk musyawarah,
hal ini ada kaitannya dengan sistem pemerintahan muslim di
Indonesia yang mayoritas penduduknya sangat menerepakan
musyawarah mufakat. Negara Kesatuan Republik Indonesia
memiliki prinsip musyawarah mufakat, serta sebagai bangsa dan
bernegara dengan menegakkan kedaulatan rakyat yang
menjadikan musywarah dapat menimalisir pemimpin yang
berlaku dzalim.

Maka penulis berpendapat bahwa pemikiran Al-Farabi ada


relevannya dengan Indonesia, dimana Indonesia termasuk salah
satu indikator dari negara ideal Al-Farabi adalah distribution of
power yang mana sangat berkaitan dengan Indonesia yang
memiliki pembagian kekuasaan dan memiliki hak koordinasi
hubungan serta menjadi negara hukum. Kemudian dalam teorinya
ilmu politik yang menjadikan trias politika sebagai pembagian
eksklusif, legislatif, dan yudikatif. Demikian dapat dilihat bahwa
negara Indonesia ini mengikuti Al-Farabi. Al-Farabi juga
berpendapat bahwa lahirnya suatu negara itu dari masyarakatnya
dimana masyarakatnya itu saling bertukar pendapat dalam
kebutuhan hidupnya serta persetujuan bersama suatu
masyarakat. Dalam suatu otonomi daerah Al-Farabi telah
membentuk masyarakat yang memiliki kemampuan masing-

Andragogi: Volume 1 Nomor 2, 2023


Ahmad Muhammad (Nama Penulis)

masing dengan keleluasaan untuk mengembangkan potensinya


dengan saling bekerja sama dan memberikan hasil yang baik.

Implementasi Konsep Al-Farabi Terhadap negara ideal masa kini


Praktik kenegaraan di negara islam yang mayoritasnya sudah
dipengaruhi oleh negara barat yang saat ini mengalami kemajuan
yang cukup pesat. Bahkan negara barat seringkali menjajah
negara muslim. Masa kini memang sangat berbeda dengan masa
dahulu, dulu pada masa klasik dan pertengahan pemikiranya tidak
mempersoalkan tentang integrasi agama dan negara namun pada
masa ini telah muncul gagasan-gagasan baru yang diantaranya
medukung ide pemisahan integrasi agama dan negara. Selain itu,
pada masa ini konsep kholifah sudah digantikan oleh konsep
nation-state.

Pengembangan sistem politik yang sangat adil dan demokrasi,


pemerintah juga harus memperhatikan bahwa nilai nilai moral
dan etika yang baik dipromosikan dan diterapkan dalam
masyarakat secara luas, seingga tercipta masyarakat yang
beradap dan saling menghargai. Selain itu, agar memastikan
pemimpin yang dipilih memiliki sifat individu yang adil, bijaksana
dan memiliki pengetahuan luas pada berbagai bidang, agar dapat
memimpin masyarakat dengan kepentingan seluruh masyarakat.
Maka dari itu masyarakat juga harus memiliki akses yang adil dan
merata terhadap sumberdaya dan pelayanan publik untuk
memenuhi kebutuhan dasar mereka. Banyak faktor yang harus
dipertimbangkan termasuk faktor sejarah, budaya dan sosial yang
ada dimasyrakat.

Dalam bagian terakhir penulis akan membahas tentang Kelebihan


dan kekurangan konsep Al-Farabi dalam kepemimpinan:

Kelebihan dalam kepemimpinan antara lain:


1. Kepemimpinan yang bijaksana, pada konsep kepemimpinan
ini Al-Farabi menekankan pentingngnya kebijaksanaan pada
seorang pemimpin yang dapat membuat keputusan dengan
baik dan sangat mempertimbangkan kesejahteraan rakyatnya.
2. Akhlak dalam kepemimpinan, seorang pemimpin harus
memiliki prinsip moral yang tinggi untuk memelihara
keadilan, kejujuran dan kebijakan sehingga mencapai tujuan
akhir yaitu kebahagiaan.
3. Kepemimpinan berdasarkan pengetahuan, selain
kebijaksanaan dan akhlak pemimpin juga harus memiliki

Andragogi: Volume 1 Nomor 2, 2023


Ahmad Muhammad (Nama Penulis)

pemahaman yang luas tentang berbagai aspek kehidupan


seperti: filsafat, ilmu sosial, dan agama.
Kekurangan dalam kepemimpinan antara lain:
1. Interpretasi yang beragam, perbedaan pendapat tentang apa
yang sebenarnya karakteristik utama seseorang pemimpin
yang bijaksana dan beretika. Perbedaan ini akan menyebabkan
terjadinya mengeburkan konsep tersebut dalam praktik
kepemimpinan.
2. Pemimpin tidak mempertimbangkan pluralitas, mungkin akan
cenderung mengabaikan keragaman masyarakat modern yang
kompleks, konsep ini mungkin kurang mampu mengatasi
tantangan membangun kesatuan dan keragaman pada negara.
3. Keterbatasan konteks sejarah perkembangan pada abad ke-9
dan beberapa aspek lainya mungkin tidak lagi relevan pada
masyarakat modern akan menyebabkan kekurangan
adaptabilitas konsep ini mengenai realitas pada negara saat
ini.

Selanjutnya kelebihan dan kekurangan dalam konsep negara ideal


menurut Al-Farabi
Kelebihan dalam negara ideal:
1. Kesejahteraan: dalam negara yang ideal pasti akan
memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya baik dari kecil
maupun yang besar.
2. Keadilan: sebagai negara akan slalu menjunjung tinggi
keadilan dan menyamakan ketidak sejahteraan sosial.
3. Kebijaksanaan: negara yang ideal akan dijalankan oleh
pemimpin yang bijaksana yang dapat membuat keputusan
yang tepat untuk kepentingan masyarakat.
4. Kebahagiaan: negara yang ideal tentu akan menciptakan
suasana yang bisa memungkinkan masyarakatnya merasakan
kebahagiaan dan damai.
5. Pendidikan: negara yang ideal akan memberikan Pendidikan
yang berkualitas kepada seluruh rakyatnya termasuk anak-
anak kecil.
Kekurangan dalam negara ideal:
1. Ketergantungan pada individu tertentu: negara yang ideal ini
sangat bergantung pada kehadiran pemimpin yang bijaksana,
jika tidak ada pemimpin yang berkualitas maka negara tidak
dapat berfungsi dengan baik.
2. Keterbatasan kebebasan individu: menurut Al-Farabi negara
ideal akan cenderung mengutamakan kepentingan kolektif
diatas kepentingan individu. Hal tersebut dapat membatasi

Andragogi: Volume 1 Nomor 2, 2023


Ahmad Muhammad (Nama Penulis)

kebebasan individu utuk melakukan sesuatu yang dianggap


merugikan kepentingan bersama.
3. Keterbatasan pluralitas: negara yang ideal akan cederung
menekan kesatuan dan homogenitas masyarakat sehingga
dapat membatasi kebergaman dalam masyarakat.
4. Keterbatasan inovasi: negara yang ideal akan menekan
stabilitas yang berkelanjutan dan dapat membatasi inovasi
dan perubahan dalam masyarakat dan negara.
5. Keterbatasan pengaruh global: negara ideal juga menekan
kemandirian yang dapat membatasi pengaruh global dan
hubungan internasional dengan negara yang lain.

Sosok pemimpin perspektif al-farabi


Dewasa ini politik seperti permainan tangan, silat lidah atau
memainkan suara. Banyak oknum penjabat kolomengrat yang tak
tau arti melarat, anggota dewan yang hanya mentingkan kekayaan
atau sesosok pemimpin yang mengutamakan kepentingan
golonganya. Perihal sosok pemimpin, menjadi pemimpin bukanlah
sekedar perihal kata yang mudah, sosok pemimpin adalah
pengemudi yang bijaksana mendengendarai mobilnya. Kita adalah
penumpang sebuah mobil negara indonesia maka dari itu pandai
pandailah memilih sosok pengemudi agar bisa mencapai Al-madina
Al-fadilah, yakni negara yang memperjuangkan kemakmuran serta
kesejaterahan warganya.

Pemimpin yang ideal menurut prespektif al-farabi adalah


seorang filsuf yang harus memiliki karakter kenabian. Dimana
dapat berkomunikasi dengan akal sepuluh (bagi al-farabi, akal
sepuluh adalah malaikat). Tugas dari pemimpin utamma negara
ialah mengajari, mengarahkan dan membina masyarakat menuju
kebahagiaan sejati. Dengan ini kami berpesan jangan mudah suara
anda untuk dibeli oleh oknum yang menyalonkan diri untuk
menguasai negara ini.

Kesimpulan

Andragogi: Volume 1 Nomor 2, 2023


Ahmad Muhammad (Nama Penulis)

Pemikiran al-farabi tentang negara tidak terlepas dari pengaruh


plato. Dalam teori politiknya, al-farabi memaparkan tujuan utama
bernegara adalah tercapainya kebahagiaan bagi warga negara.
konsep kepemimpinan negara ideal, al-farabi berpendapat bahwa
kepemimpin negara ideal adalalah seorang pemimpin yang
memiliki sifat-sifat nabi, dengan akhlak sebagai barometer
kepemimpinannya, berpengetahuan luas, dan dapat menjalin
hubungan dengan al aql fa’al melalui akal mustafad (akal para
rasul dan filosof). sehingga seorang pemimpin harus memiliki
kriteria yang layak menjadi pemimpin kriterianya adalah:
Beriman dan bertaqwa, Sehat jasmani dan rohani, serta jujur
dalam kepemimpinan, Cerdas, Adil dan Profesional, Cinta kepada
masyarakat.

Dalam kitab yang berjudul “Ara’ Ahl Al-mahdinah Al-fadhilah” al-


farabi berpendapat bahwa negara adalah yang penduduknya
berasal dari masyarakat kota. Beliau juga mengolongkan
masyarakat menjadi dua golongan yaitu: (1) masyarakat
sempurna (2) masyarakat tidak sempurna. Pada masa itu al-farabi
tidak dekat dengan penguasa dan tidak menduduki jabatan
pemerintah apapun yang menjadikanya untuk mempunyai
kebebasan dalam berfikir tanpa harus menyesuaikan gagasan
dengan pola politik pada saat masa itu. Beliau juga membagi
negara menjadi lima yaitu: Al-Madinah Al- fadilah (negara ideal
atau negara utama), Al-Madinah Al-jahiliah (negara jahiliyah), Al-
Madinah Al-fasiqah (negara fasiq), Al-Madinah Al-Mutabaddilah
(negara penyeleweng), dan Al-Madinah Al-Dallah (negara sesat).

Dalam suatu otonomi daerah Al-Farabi telah membentuk


masyarakat yang memiliki kemampuan masing-masing dengan
keleluasaan untuk mengembangkan potensinya dengan saling
bekerja sama dan memberikan hasil yang baik. Pengembangan
sistem politik yang sangat adil dan demokrasi, pemerintah juga
harus memperhatikan bahwa nilai nilai moral dan etika yang baik
dipromosikan dan diterapkan dalam masyarakat secara luas,
seingga tercipta masyarakat yang beradap dan saling menghargai.

Kelebihan dalam konsep negara ideal menurut Al-Farabi:

Andragogi: Volume 1 Nomor 2, 2023


Ahmad Muhammad (Nama Penulis)

1. Kesejahteraan yang merata


2. Keadilan yang tinggi
3. Kebijaksanaan seorang pemimpin
4. Kebahagiaan negara
5. Pendidikan yang baik

kekurangan dalam konsep negara ideal menurut Al-Farabi:

1. Ketergantungan pada individu tertentu


2. Keterbatasan kebebasan yang merugikan
3. Keterbatasan pluralitas yang membatasi keberagaman
4. Keterbatasan inovasi yang menekan masyarakat dan negara
5. Keterbatasan pengaruh global dalam hubungan internasional.

Dewasa ini politik seperti permainan tangan, silat lidah atau


memainkan suara. Banyak oknum penjabat kolomengrat yang tak
tau arti melarat, anggota dewan yang hanya mentingkan kekayaan
atau sesosok pemimpin yang mengutamakan kepentingan
golonganya. Sosok pemimpin adalah pengemudi yang bijaksana
mendengendarai mobilnya. Kita adalah penumpang sebuah mobil
negara indonesia maka dari itu pandai pandailah memilih sosok
pengemudi agar bisa mencapai Al-madina Al-fadilah, yakni negara
yang memperjuangkan kemakmuran serta kesejaterahan
warganya. Pemimpin yang ideal menurut prespektif al-farabi
adalah seorang filsuf yang harus memiliki karakter kenabian.
Dimana dapat berkomunikasi dengan akal sepuluh (bagi al-farabi,
akal sepuluh adalah malaikat). Tugas dari pemimpin utamma
negara ialah mengajari, mengarahkan dan membina masyarakat
menuju kebahagiaan sejati.

Andragogi: Volume 1 Nomor 2, 2023


Ahmad Muhammad (Nama Penulis)

Daftar Pustaka

Emita. "RELEVANSI KONSEP NEGARA DALAM PEMIKIRAN


ALFARABI DI MASA INDONESIA SEKARANG". Jurnal
Pendidikan PKN pancasila dan kewarganegara. Vol.2 No.2.
Oktober (2021).

Habibah Noor Aina. "KONSEP NEGARA IDEALDALAM PEMIKIRAN


AL-FARABI Telaah Kitab Ara' Ahl Madinah al-Fadilah".
Spiritualis. vol.5. no.2. September (2019).

lsmail, M,Ag. "FILSAFAT ISLAM (TOKOH DAN PEMIKIRANNYA)".


BENGKULU: IPB Press. (2013).

Mahmuda." Konsep Negara Ideal / Utama Menurut al-Fārābī". Jurnal


Pemikiran Islam dan Kebudayaan Muslim. Vol.1 No.2. (2019).
Mutiani Tika. "NEGARA UTAMA MENURUT AL-FARABI
(KONSEP DAN RELEVANSINYA DALAM KEHIDUPAN
BERNEGARA MASA KINI)". Jurnal Al- Ijtimaiyyah. Vol.6. No. 2.
Juli-Desember (2020).

Sukardi Imam. "NEGARA DAN KEPEMIMPINAN DALAM PEMIKIRAN


ALFARABI". Jurnal Pemikiran Islam dan Filsafat. Vol.14. No.2.
Juli-Desember (2017).

Andragogi: Volume 1 Nomor 2, 2023

Anda mungkin juga menyukai