Anda di halaman 1dari 2

Teknologi Baru Ini Bikin Isi SPT Pajak 2024 Anti-Ribet!

Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang berada di bawah


pimpinan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sedang mempersiapkan sistem teknologi
perpajakan supercanggih yang pernah ada di Indonesia. Fasilitas baru ini adalah Pembaruan
Sistem Inti Administrasi Perpajakan (PSIAP) atau core tax system.
Core Tax memiliki layanan prepopulated Surat Pemberitahuan (SPT) pajak
(Prepopulated Tax Return) dalam akun wajib pajak di sistem core tax yang membantu para wajib
pajak agar tidak lagi mengisi SPT Tahunan nya (karena data-data SPT Tahunan wajib pajak
sudah dimasukkan oleh DJP) yang mana dengan bantuan system ini, wajib pajak hanya perlu
mencocokkan dan membetulkan ketika ada yang keliru.
Untuk mengakses aplikasi DJP yang canggih tersebut, wajip pajak nantinya bisa
memanfaatkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) karena Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
dan nomor di KTP tersebut sudah terhubung.
Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20230725065410-4-456978/teknologi-baru-ini-
bikin-isi-spt-pajak-2024-anti-ribet
Cek, Aturan Baru Penyusutan dan Amortisasi Harta
Pemerintah memperbarui aturan perhitungan penyusutan atas harta berwujud (depresiasi)
serta amortisasi atas harta tak berwujud. Aturan baru ini adalah Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) Nomor 72 Tahun 2023. PMK Nomor 72 Tahun 2023 merupakan turunan dari Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) dan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 Tahun 2022. Peraturan ini sekaligus mencabut ketentuan
sebelumnya terkait depresiasi dan amortisasi, yaitu PMK-96/PMK.03/2009,
PMK-248/PMK.03/2008 serta PMK-249/PMK03/2008 yang telah diubah dengan PMK
126/PMK.011/2012.
Secara umum, ketentuan baru ini memuat beberapa hal, mulai dari mekanisme depresiasi
dan amortisasi hingga masa manfaat sebagai acuan perhitungan.
Penyusutan
Penyusutan dilakukan atas harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, atau memelihara (3M)
penghasilan dengan metode garis lurus ataupun saldo menurun untuk harta berwujud selain
bangunan.
Terkait ketentuan masa manfaat harta berwujud tetap sama dengan pengaturan
sebelumnya. Masa manfaat ini dibagi menjadi empat kelompok:
 kelompok 1, masa manfaat 4 tahun
 kelompok 2, masa manfaat 8 tahun
 kelompok 3, masa manfaat 16 tahun
 kelompok 4, masa manfaat 20 tahun
Adapun harta berwujud dalam rupa bangunan dibagi menjadi dua klasifikasi, yaitu
bangunan permanen dengan masa manfaat 20 tahun dan bangunan tidak permanen dengan masa
manfaat 10 tahun. Untuk klasifikasi ini, wajib pajak dapat memilih melakukan penyusutan
selama 20 tahun atau sesuai manfaat sebenarnya berdasarkan pembukuan wajib pajak. Pilihan ini
sejalan dengan ketentuan dalam PP 55 Tahun 2022.
Amortisasi
Amortisasi dilakukan atas harta tak berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari
satu tahun yang dimiliki atau digunakan untuk 3M. Amortisasi dimulai pada bulan dilakukannya
pengeluaran, kecuali untuk bidang usaha tertentu.
Sebagaimana pada depresiasi, masa manfaat untuk amortisasi juga dibagi menjadi empat
kelompok tanpa ada perubahan dari aturan sebelumnya. Keempat kelompok itu:
 kelompok 1, masa manfaat 4 tahun
 kelompok 2, masa manfaat 8 tahun
 kelompok 3, masa manfaat 16 tahun
 kelompok 4, masa manfaat 20 tahun
Pengaturan baru ada pada harta tak berwujud dengan masa manfaat lebih dari 20 tahun.
Seperti halnya pada depresiasi, wajib pajak dalam klasifikasi ini dapat memilih menggunakan
amortisasi selama 20 tahun atau memakai masa manfaat sesuai pembukuan dengan
pemberitahuan dilakukan paling lambat pada 30 April 2024.
Sumber : https://money.kompas.com/read/2023/08/08/190048626/cek-aturan-baru-penyusutan-
dan-amortisasi-harta?page=all#page2

Anda mungkin juga menyukai