OLEH:
KELOMPOK 2
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021/2022
BAGIAN 3 PENYUSUTAN, AMORTISASI, DAN REVALUASI
A. Penyusutan
Untuk menghitung besarnya penyusutan harta tetap berwujud dibagi menjadi dua golongan,
yaitu :
a. Harta berwujud yang bukan berupa bangunan.
b. Harta berwujud yang berupa bangunan.
2. Tidak Permanen : Bangunan yang bersifat sementara, terkuat dari bahan yang tidak
tahan lama, atau bangunan yang dapat dipindah-pindahkan. Masa manfaatnya tidak
lebih dari 10 tahun
Metode penyusutan yang dipergunakan adlaah metode garis lurus (Straight Line Method)
dan metode saldo menurun (declining BalanceMethod)
b. Untuk Harta yang masih dalam pengerjaan, penyusutannya, dimulai pada bulan
pengerjaan harta tersebut selesai.
c. Dengan izin dari direkturs jenderal pajak, penyusutan dapat dimulai pada bulan harta
berwujud dimulai digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan atau pada bulan harta tersebut mulai menghasilkan.
1. Kelompok 1 : Kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa manfaat 4 tahun.
2. Kelompok 2 : Kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa manfaat 8 tahun.
3. Kelompok 3 : Kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa manfaat 16 tahun.
4. Kelompok 4 : Kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa manfaat 20 tahun.
Amortisasi dengan metode satuan produksi diterapkan pada amortisasi atas pengeluaran
untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun di bidang penambangan minyak dan gas bumi.
Perbedaan nilai buku dengan nilai ril aktiva perusahaan dapat mengakibatkan kurang
serasinya perbandingan antara penghasilan dengan beban, dan nilai buku dengan nilai
intrinsik perusahaan. untuk mengurangi perbedaan tersebut, kepada wajib pajak perlu
diberikan kesempatan untuk melakukan penilaian kembali aktiva tetap.
Besarnya angsuran pajak dalam tahunberjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak
untuk setiap bulan ada sebesar pajak penghasilan yang terutang menurut surat pemberitahuan
pajak tahunan pajak penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi denganh :
b. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh di kreditkan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 UU PPh.
Dirjen Pajak diberi wewenang untuk menyesuaikan besarnay angsuran pajak yang harus
dibayar sendiri oleh wajib pajak dalam tahun berjalan, apabila :
c. Spt tahunan pph tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktu yang
ditentukan.
d. Wajib pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian spt tahunan PPh.
e. Wajib pajak membetulkan sendiri SPT tahunan PPh yang mengakibtkan angsuran
bulanan lebih besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan.
Contoh :
Penghasilan yang dipakai sebagai dasar perhitungan PPh Pasal 25 pada tahun 2019 abas
adalah hanya dari penghasilan teratur saja sebesar Rp 52.000.000,00
a. Pph pasal 22 yang dipotong dan/atau dipungut sejak awal tahun pajak sampai dengan
masa pajak yang dilaporkan
b. PPh pasal 25 yang seharusnya dibayar sejak awal tahun pajak sampai dengan masa
pajak sebelum masa pajak yangdilaporkan.
Penghasilan Neto untuk menghitung PPh pasal 25 tidak termasuk :
1. Penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh wajib pajak.
2. Penghasilan dan biaya sebagai pengurang penghasilan neto yang dikenai pajak
penghasilan yang bersifat final dan/atau bukan objek pajak penghasilan.
Dalam hal wajib pajak memilikikerugian yang dapat dikompensasikan, kerugian tersebut
dokompensasikan dengan penghasilan neto.
Wajib Pajak Lainnya dan Wajib Pajak Masuk Bursa Selain wajib pajak bank
Wajib pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan
berkala yang selanjutnya disebut Wajib Pajak lainnya adalah wajib pajak yang melaksanakan
kegiatan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa
keuangan lainnya sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
WP baru
Wajib pajak baru adalah wajib pajak orang pribadi dan badan yang baru terdaftar pada suatu
tahun pajak, termasuk wajib pajak dalam rangka penggabungan, peleburan,pemekaran,
pengambilalihan usaha.