Anda di halaman 1dari 5

TUGAS RMK

BAB 4 PAJAK PENGHASILAN


(Bagian 3&8)

OLEH:

KELOMPOK 2

AYU NOVIANTI SAFITRI (A031201026)


TRI WIJANARKO (A031201037)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021/2022
BAGIAN 3 PENYUSUTAN, AMORTISASI, DAN REVALUASI
A. Penyusutan
Untuk menghitung besarnya penyusutan harta tetap berwujud dibagi menjadi dua golongan,
yaitu :
a. Harta berwujud yang bukan berupa bangunan.
b. Harta berwujud yang berupa bangunan.

Harta berwujud yang bukan bangunan terdiri dari 4 kelompok, yaitu :


1. Kelompok Harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 4 tahun
2. Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 8 tahun
3. Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 16 tahun
4. Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 20 tahun

Harta Berwujud yang berupa bangunan dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Permanen : Masa manfaatnya 20tahun.

2. Tidak Permanen : Bangunan yang bersifat sementara, terkuat dari bahan yang tidak
tahan lama, atau bangunan yang dapat dipindah-pindahkan. Masa manfaatnya tidak
lebih dari 10 tahun

B. Metode dan Tarif Penyusutan

Metode penyusutan yang dipergunakan adlaah metode garis lurus (Straight Line Method)
dan metode saldo menurun (declining BalanceMethod)

C. Saat Dimulainya Penyusutan

Saat Penyusutan dapat dimulai pada :

a. Bulan dilakukannya pengeluaran.

b. Untuk Harta yang masih dalam pengerjaan, penyusutannya, dimulai pada bulan
pengerjaan harta tersebut selesai.

c. Dengan izin dari direkturs jenderal pajak, penyusutan dapat dimulai pada bulan harta
berwujud dimulai digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan atau pada bulan harta tersebut mulai menghasilkan.

D. Contoh Penghitungan Penysutan

PT Nusantara mengeluarkan dana sebesar Rp150.000.000,00 untuk pembangunan gedung.


Pembangunan dimulai sejak tanggal 10 agusutus 2015. Gedung tersebut selesai dibangun dan
langsung digunakan pada bulan mei 2016. Penyusutan atas bangunan tersebut dimulai sejak
bulan mei 2016
E. Amortisasi

Harta tak Berwujud digolongkan Menjadi:

1. Kelompok 1 : Kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa manfaat 4 tahun.

2. Kelompok 2 : Kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa manfaat 8 tahun.

3. Kelompok 3 : Kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa manfaat 16 tahun.

4. Kelompok 4 : Kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa manfaat 20 tahun.

F. Amortisasi Berdasar Metode Satuan Produksi

Hak/pengeluaran di bidang penambangan minyak dan gas bumi

Amortisasi dengan metode satuan produksi diterapkan pada amortisasi atas pengeluaran
untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun di bidang penambangan minyak dan gas bumi.

G. Revaluasi (Penilaian Kembali Aktiva Tetap)

Perbedaan nilai buku dengan nilai ril aktiva perusahaan dapat mengakibatkan kurang
serasinya perbandingan antara penghasilan dengan beban, dan nilai buku dengan nilai
intrinsik perusahaan. untuk mengurangi perbedaan tersebut, kepada wajib pajak perlu
diberikan kesempatan untuk melakukan penilaian kembali aktiva tetap.

BAGIAN 8 PAJAK PENGHASILAN 25

A. Cara Menghitung Besarnya PPh Pasal 25

Besarnya angsuran pajak dalam tahunberjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak
untuk setiap bulan ada sebesar pajak penghasilan yang terutang menurut surat pemberitahuan
pajak tahunan pajak penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi denganh :

a. Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 dan


pasal 23 uu PPh, serta pajak penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud
dalam pasaal 22 UU PPh.

b. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh di kreditkan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 UU PPh.

B. Hal-hal tertentu untuk perhitungan besarnya angsuran PPh Pasal 25

Dirjen Pajak diberi wewenang untuk menyesuaikan besarnay angsuran pajak yang harus
dibayar sendiri oleh wajib pajak dalam tahun berjalan, apabila :

a. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian.


b. Wajib pajak memperoleh penghasilan tidak teratur.

c. Spt tahunan pph tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktu yang
ditentukan.

d. Wajib pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian spt tahunan PPh.

e. Wajib pajak membetulkan sendiri SPT tahunan PPh yang mengakibtkan angsuran
bulanan lebih besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan.

f. Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan wajib pajak.

Contoh :

Pada tahun 2018, abas memperoleh penghasilan teratur sebesar Rp52.000.000,00.


Sedangkan penghasilan tidak teratur abas tahun 2018 adalah sebesar Rp.18.000.000,00

Penghasilan yang dipakai sebagai dasar perhitungan PPh Pasal 25 pada tahun 2019 abas
adalah hanya dari penghasilan teratur saja sebesar Rp 52.000.000,00

C. Angsuran PPh pasal 25 bagi WP Baru,Bank,Bumn,Bumd,WP masuk Bursa, Wp


Lainnya, dan WP orang pribadi pengusaha tertentu

PPh Pasal 25 WP BANK


Dasar untuk perhitungan PPh pasal 25 bagi Wajib Pajak bank adalah laporan keuangan yang
disampaikan kepada otoritas jasa keuangan yang terdiri dari laporan posisi keuangan dan
laporan laba rugi sejak awal tahun pajak sampai dengan masa pajak yang dilaporkan.
Angusran PPh pasal 25 dihitung berdasarkan penerapan tarif Pajak dihitung berdasarkan
penerapan tarif pasal 17 Undang-Undang PPh atas penghasilan neto berdasarkan laporan
keuangan tersebut dikurangi dengan :

a. Pph pasal 22 yang dipotong dan/atau dipungut sejak awal tahun pajak sampai dengan
masa pajak yang dilaporkan

b. PPh pasal 25 yang seharusnya dibayar sejak awal tahun pajak sampai dengan masa
pajak sebelum masa pajak yangdilaporkan.
Penghasilan Neto untuk menghitung PPh pasal 25 tidak termasuk :

1. Penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh wajib pajak.

2. Penghasilan dan biaya sebagai pengurang penghasilan neto yang dikenai pajak
penghasilan yang bersifat final dan/atau bukan objek pajak penghasilan.

Dalam hal wajib pajak memilikikerugian yang dapat dikompensasikan, kerugian tersebut
dokompensasikan dengan penghasilan neto.
Wajib Pajak Lainnya dan Wajib Pajak Masuk Bursa Selain wajib pajak bank

Wajib pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan
berkala yang selanjutnya disebut Wajib Pajak lainnya adalah wajib pajak yang melaksanakan
kegiatan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa
keuangan lainnya sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

WP BUMN dan BUMD


Angsuran PPh pasal 25 untuk wajib pajak BUMN dan BUMD wp masuk bursa,dan/ wp lainnya).

WP orang Pribadi Pengusaha Tertentu


Wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu adalah wajib pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha perdagangan atau jasa, tidak termasuk jasa sehubungan dengan pekerjaan
bebas, pada 1 atau lebih tempat kegiatan usaha yang berbeda dengan tempat tinggal wajib
pajak.

WP baru
Wajib pajak baru adalah wajib pajak orang pribadi dan badan yang baru terdaftar pada suatu
tahun pajak, termasuk wajib pajak dalam rangka penggabungan, peleburan,pemekaran,
pengambilalihan usaha.

Anda mungkin juga menyukai