A. Penyusutan
Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun harus dibebankan sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan dengan cara mengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa manfaat harta
tersebut melalui suatu cara yang disebut penyusutan.
Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud berupa tanah yang berstatus hak milik,
termasuk tanah berstatus hak guna bangunan, hak guna usaha dan hak pakai yang pertama
kali, tidak boleh disusutkan, kecuali apabila tanah tersebut dipergunakan dalam perusahaan
atau dimiliki untuk memperoleh penghasilan dengan syarat tanah tersebut berkurang karena
penggunaanya untuk memperoleh penghasilan, misalnya tanah dipergunakan untuk
perusahaan genteng, perusahaan keramik, atau perusahaan batu bata.
Yang dimaksud dengan pengeluaran untuk memperoleh tanah hak guna bangunan, hak
guna usaha dan hak pakai yang pertama kali adalah biaya perolehan tanah hak guna
bangunan, hak guna usaha dan hak pakai dari pihak ketiga dan pengurusan hak-hak
tersebut dari instansi yang berwenang untuk pertama kalinya. Sedangkan biaya
perpanjangan hak sewa bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai merupakan objek
amortisasi.
1. Metode Penyusutan
Metode penyusutan yang diijinkan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan
adalah:
Untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Pajak dalam melakukan penyusutan
atas pengeluaran harta berwujud, perlu ditetapkan mengenai kelompok harta, masa
manfaat harta dan tarif penyusutan baik menggunakan metode garis lurus maupun metode
saldo menurun.
Pengelompokan Jenis-jenis Harta Berwujud sebagai berikut:
Kelompok Harta Berwujud Masa Manfaat Metode dan Tarif Penyusutan
a. Bangunan: Garis Lurus
Permanen 20 tahun 5%
Tidak Permanen 10 tahun 10%
b. Harta Bukan Bangunan: Garis Lurus Saldo Menurun
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih
dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut
Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak diperkenankan melakukan penyusutan
mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan atau pada bulan harta yang bersangkutan mulai menghasilkan.
Apabila bangunan permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (6) mempunyai masa manfaat
melebihi 20 (dua puluh) tahun, penyusutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dalam bagian yang sama besar, sesuai dengan masa manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat
(6) atau sesuai dengan masa manfaat yang sebenarnya berdasarkan pembukuan Wajib Pajak.
3. Penghitungan Penyusutan
Contoh_1. Seorang Wajib Pajak mempunyai sebuah mesin, termasuk harta bukan
bangunan – kelompok 1 yang diperoleh sejak awal tahun 2021 dengan harga perolehan
atau kos sejumlah Rp 100.000.000,00
Biaya Penyusutan setiap tahun yang diperkenankan menurut peraturan perundang-
undangan perpajakan yang dihitung menggunakan metode garis lurus adalah seperti
tampak dalam tabel berikut ini:
5% x Rp 500.000.000,00 = Rp 25.000.000,00
4. Ketentuan Khusus
Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih
dalam proses pengerjaan penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta
tersebut. Namun berdasarkan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak
diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta yang
bersangkutan mulai menghasilkan, yaitu saat mulai produksi
Contoh_3. Seorang Wajib Pajak mempunyai sebuah mesin, termasuk harta bukan
bangunan – kelompok 1 yang diperoleh dan ditempatkan pada bulan Juli tahun 2021
dengan harga perolehan atau kos sejumlah Rp100.000.000,00
Biaya Penyusutan setiap tahun yang diperkenankan menurut peraturan perundang-
undangan perpajakan yang dihitung menggunakan metode garis lurus adalah seperti
tampak dalam tabel berikut ini:
Untuk menghitung Biaya Amortisasi, masa manfaat, metode serta tarif amortisasi ditetapkan
sebagai berikut:
Contoh_2. Pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan minyak dan gas bumi yang
ditaksir mempunyai potensi sebanyak 50.000.000 barel minyak bumi adalah
Rp1.500.000.000,00
Jika dalam suatu tahun pajak telah berhasil ditambang sebanyak 5.000.000 barel minyak bumi,
maka biaya amortisasi untuk tahun pajak tersebut yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto ditentukan dangan langkah-langkah sebagai berikut:
Apabila ternyata jumlah produksi yang sebenarnya lebih kecil dari yang diperkirakan,
sehingga masih terdapat sisa pengeluaran untuk memperoleh hak atau pengeluaran
lain, maka atas sisa pengeluaran tersebut boleh dibebankan sekaligus dalam tahun
pajak yang bersangkutan.
a. Jika dalam suatu tahun jumlah produksi mencapai sebanyak 1.000.000 ton kayu, maka
biaya amortisasi untuk tahun pajak tersebut yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
ditentukan dangan langkah-langkah sebagai berikut:
b. Jika dalam suatu tahun jumlah produksi mencapai sebanyak 3.000.000 ton kayu, maka
biaya amortisasi untuk tahun pajak tersebut yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
ditentukan dangan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menghitung persentase tarif amortisasi untuk tahun pajak yang bersangkutan dengan
cara: 3.000.000 ton : 10.000.000 ton x 100% = 30%