Anda di halaman 1dari 6

Penyusutan dan Amortisasi

A. Penyusutan
Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun harus dibebankan sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan dengan cara mengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa manfaat harta
tersebut melalui suatu cara yang disebut penyusutan.

Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud berupa tanah yang berstatus hak milik,
termasuk tanah berstatus hak guna bangunan, hak guna usaha dan hak pakai yang pertama
kali, tidak boleh disusutkan, kecuali apabila tanah tersebut dipergunakan dalam perusahaan
atau dimiliki untuk memperoleh penghasilan dengan syarat tanah tersebut berkurang karena
penggunaanya untuk memperoleh penghasilan, misalnya tanah dipergunakan untuk
perusahaan genteng, perusahaan keramik, atau perusahaan batu bata.
Yang dimaksud dengan pengeluaran untuk memperoleh tanah hak guna bangunan, hak
guna usaha dan hak pakai yang pertama kali adalah biaya perolehan tanah hak guna
bangunan, hak guna usaha dan hak pakai dari pihak ketiga dan pengurusan hak-hak
tersebut dari instansi yang berwenang untuk pertama kalinya. Sedangkan biaya
perpanjangan hak sewa bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai merupakan objek
amortisasi.

1. Metode Penyusutan
Metode penyusutan yang diijinkan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan
adalah:

a. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)


Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan, atau
perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna bangunan,
hak guna usaha, dan hak pakai, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)
tahun dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang
telah ditentukan bagi harta tersebut [Pasal 11 ayat (1)].

b. Metode Saldo Menurun (Declining-balance Method)


Penyusutan atas pengeluaran harta berwujud sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selain
bangunan, dapat juga dilakukan dalam bagian bagian yang menurun selama masa
manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa
buku, dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus, dengan
syarat dilakukan secara taat asas.

2. Penerapan Metode Penyusutan


Harta berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode garis lurus,
sedangkan harta berwujud selain bangunan dapat disusutkan dengan metode garis lurus
atau metode saldo menurun.

Untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Pajak dalam melakukan penyusutan
atas pengeluaran harta berwujud, perlu ditetapkan mengenai kelompok harta, masa
manfaat harta dan tarif penyusutan baik menggunakan metode garis lurus maupun metode
saldo menurun.
Pengelompokan Jenis-jenis Harta Berwujud sebagai berikut:
Kelompok Harta Berwujud Masa Manfaat Metode dan Tarif Penyusutan
a. Bangunan: Garis Lurus
Permanen 20 tahun 5%
Tidak Permanen 10 tahun 10%
b. Harta Bukan Bangunan: Garis Lurus Saldo Menurun
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%

Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih
dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut

Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak diperkenankan melakukan penyusutan
mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan atau pada bulan harta yang bersangkutan mulai menghasilkan.

Apabila bangunan permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (6) mempunyai masa manfaat
melebihi 20 (dua puluh) tahun, penyusutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dalam bagian yang sama besar, sesuai dengan masa manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat
(6) atau sesuai dengan masa manfaat yang sebenarnya berdasarkan pembukuan Wajib Pajak.

3. Penghitungan Penyusutan
Contoh_1. Seorang Wajib Pajak mempunyai sebuah mesin, termasuk harta bukan
bangunan – kelompok 1 yang diperoleh sejak awal tahun 2021 dengan harga perolehan
atau kos sejumlah Rp 100.000.000,00
Biaya Penyusutan setiap tahun yang diperkenankan menurut peraturan perundang-
undangan perpajakan yang dihitung menggunakan metode garis lurus adalah seperti
tampak dalam tabel berikut ini:

Tahun Penghitungan Penyusutan Penyusutan

I : 2021 25% x Rp 100.000.000,00 Rp 25.000.000,00


II: 2022 25% x Rp 100.000.000,00 Rp 25.000.000,00
III: 2023 25% x Rp 100.000.000,00 Rp 25.000.000,00
IV: 2024 25% x Rp 100.000.000,00 Rp 25.000.000,00

Biaya Penyusutan setiap tahun yang diperkenankan menurut peraturan perundang-


undangan perpajakan yang dihitung menggunakan metode saldo menurun adalah
seperti tampak dalam tabel berikut ini:

Tahun Penghitungan Penyusutan Penyusutan Nilai Sisa Buku


Rp100.000.000,00
I: 2021 50% x Rp 100.000.000,00 Rp 50.000.000,00 50.000.000,00
II: 2022 50% x Rp 50.000.000,00 Rp 25.000.000,00 25.000.000,00
III: 2023 50% x Rp 25.000.000,00 Rp 12.500.000,00 12.500.000,00
IV: 2024 NSB disusutkan sekaligus Rp 12.500.000,00 0,00
Contoh_2. Seorang Wajib Pajak mempunyai sebuah gedung, termasuk bangunan
permanen yang yang diperoleh sejak awal tahun 2001 dengan harga perolehan sejumlah
Rp500.000.000,00

Biaya Penyusutan setiap tahun yang diperkenankan menurut peraturan perundang-


undangan perpajakan yang dihitung sebagai berikut:

5% x Rp 500.000.000,00 = Rp 25.000.000,00

4. Ketentuan Khusus
Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih
dalam proses pengerjaan penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta
tersebut. Namun berdasarkan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak
diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta yang
bersangkutan mulai menghasilkan, yaitu saat mulai produksi

Contoh_3. Seorang Wajib Pajak mempunyai sebuah mesin, termasuk harta bukan
bangunan – kelompok 1 yang diperoleh dan ditempatkan pada bulan Juli tahun 2021
dengan harga perolehan atau kos sejumlah Rp100.000.000,00
Biaya Penyusutan setiap tahun yang diperkenankan menurut peraturan perundang-
undangan perpajakan yang dihitung menggunakan metode garis lurus adalah seperti
tampak dalam tabel berikut ini:

Tahun Penghitungan Penyusutan Penyusutan

2021 6/12 x 25% x Rp 100.000.000,00 Rp 12.500.000,00


2022 25% x Rp 100.000.000,00 Rp 25.000.000,00
2023 25% x Rp 100.000.000,00 Rp 25.000.000,00
2024 25% x Rp 100.000.000,00 Rp 25.000.000,00
2025 6/12 x 25% x Rp 100.000.000,00 Rp 12.500.000,00

Biaya Penyusutan setiap tahun yang diperkenankan menurut peraturan perundang-


undangan perpajakan yang dihitung menggunakan metode saldo menurun adalah
seperti tampak dalam tabel berikut ini:

Tahun Penghitungan Penyusutan Penyusutan Nilai Sisa Buku


Rp 100.000.000,00
2021 6/12 x 50% x Rp 100.000.000,00 Rp 25.000.000,00 75.000.000,00
2022 50% x Rp 75.000.000,00 Rp 37.500.000,00 37.500.000,00
2023 50% x Rp 37.500.000,00 Rp 18.750.000,00 18.750.000,00
2024 50% x Rp 18.750.000,00 Rp 9.375.000,00 9.375.000,00
2025 NSB disusutkan sekaligus Rp 9.375.000,00 0,00
Amortisasi
Harga perolehan harta tidak berwujud dan pengeluaran lainnya termasuk perpanjangan hak-
hak atas tanah, seperti tanah hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai yang
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun harus dibebankan sebagai biaya untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan dengan cara mengalokasikan
pengeluaran tersebut selama masa manfaat harta tersebut melalui suatu cara yang disebut
amortisasi.
Yang tergolong harta tidak berwujud dan pengeluaran lainnya yang mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun adalah:
1. Harta Tidak Berwujud, misalnya: hak paten, hak merek, goodwill, dan sebagainya.
2. Pengeluaran lainnya, misalnya: biaya pendirian, biaya studi kelayakan, dan sebagainya.

Untuk menghitung Biaya Amortisasi, masa manfaat, metode serta tarif amortisasi ditetapkan
sebagai berikut:

Kelompok Harta Masa Metode dan Tarif Penyusutan


Harta Tidak Berwujud Manfaat Garis Lurus Saldo Menurun

Kelompok 1 4 tahun 25% 50%


Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%

Contoh_1. Seorang Wajib Pajak mengeluarkan sejumlah uangnya Rp 200.000.000,00 untuk


mendapatkan hak paten yang memiliki masa manfaat selama 4 (empat) tahun.

Biaya Amortisasi setiap tahun yang diperkenankan menurut peraturan perundang-undangan


perpajakan yang dihitung menggunakan metode garis lurus adalah seperti tampak dalam
tabel berikut ini:

Tahun Penghitungan Amortisasi Amortisasi Nilai Sisa Buku

I 25% x Rp 200.000.000,00 Rp 50.000.000,00 Rp 150.000.000,00


II 25% x Rp 200.000.000,00 50.000.000,00 100.000.000,00
III 25% x Rp 200.000.000,00 50.000.000,00 50.000.000,00
IV 25% x Rp 200.000.000,00 50.000.000,00 0,00

Biaya Amortisasi setiap tahun yang diperkenankan menurut peraturan perundang-undangan


perpajakan yang dihitung menggunakan metode saldo menurun adalah seperti tampak dalam
tabel berikut ini:

Tahun Penghitungan Amortisasi Amortisasi Nilai Sisa Buku

I 50% x Rp 200.000.000,00 Rp 100.000.000,00 Rp 100.000.000,00


II 50% x Rp 200.000.000,00 50.000.000,00 50.000.000,00
III 50% x Rp 200.000.000,00 25.000.000,00 25.000.000,00
IV NSB Disusutkan Sekaligus 25.000.000,00 0,00
Catatan:
1. Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal suatu perusahaan
dibebankan pada tahun terjadinya pengeluaran atau diamortisasi.
2. Pengeluaran yang dilakukan sebelum operasi komersial yang mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun dikapitalisasi dan kemudian diamortisasi.
Yang dimaksud dengan pengeluaran yang dilakukan sebelum operasi komersial adalah
biaya-biaya yang dikeluarkan sebelum operasi komersial, misalnya biaya studi
kelayakan dan biaya produks percobaan. Biaya-biaya operasional yang sifatnya rutin,
seperti biaya gaji pegawai, biaya listrik dan sebagainya tidak termasuk pengeluaran-
pengeluaran yang dapat dikapitalisasi.

Pengeluaran untuk Perolehan Hak Penambangan Minyak dan Gas Bumi


Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain yang mempunyai
masa manfaat lebih dari satu tahun di bidang penambangan minyak dan gas bumi dilakukan
dengan metode satuan aktivitas.
Metode satuan aktivitas dilakukan dengan menerapkan persentase tarif amortisasi yang
besarnya setiap tahun sama dengan persentase perbandingan antara realisasi penambangan
minyak dan gas bumi pada tahun yang bersangkutan dengan taksiran jumlah seluruh
kandungan minyak dan gas bumi di lokasi tersebut yang dapat diproduksi.

Contoh_2. Pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan minyak dan gas bumi yang
ditaksir mempunyai potensi sebanyak 50.000.000 barel minyak bumi adalah
Rp1.500.000.000,00

Jika dalam suatu tahun pajak telah berhasil ditambang sebanyak 5.000.000 barel minyak bumi,
maka biaya amortisasi untuk tahun pajak tersebut yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto ditentukan dangan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menghitung persentase tarif amortisasi untuk tahun pajak yang bersangkutan


dengan cara: (5.000.000 barel : 50.000.000 barel) x 100% = 10%

2. Menentukan biaya amortisasi dengan cara:


10% x Rp 1.500.000.000,00 = Rp 150.000.000,00

Apabila ternyata jumlah produksi yang sebenarnya lebih kecil dari yang diperkirakan,
sehingga masih terdapat sisa pengeluaran untuk memperoleh hak atau pengeluaran
lain, maka atas sisa pengeluaran tersebut boleh dibebankan sekaligus dalam tahun
pajak yang bersangkutan.

Pengeluaran untuk Perolehan Hak Penambangan Selain Panambangan


Minyak Dan Gas Bumi
Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain
penambangan minyak dan gas bumi, hak pengusahaan hutan dan hak pengusahaan
sumber alam serta hasil alam lainnya yang mempunyai masa manfaar lebih dari satu
tahun dilakukan dengan menggunakn metode satuan aktivitas, tariff amortusasi per
tahun setinggi-tingginya adalah 20% (dua puluh persen).
Contoh:
Pengeluaran untuk memperoleh hak pengusahaan hutan yang ditaksir mempunyai potensi kayu
sebanyak 10.000.000 ton kayu adalah sejumlah Rp 500.000.000,00

a. Jika dalam suatu tahun jumlah produksi mencapai sebanyak 1.000.000 ton kayu, maka
biaya amortisasi untuk tahun pajak tersebut yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
ditentukan dangan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menghitung persentase tarif amortisasi untuk tahun pajak yang bersangkutan


dengan cara: 1.000.000 ton : 10.000.000 ton x 100% = 10%

2. Menentukan biaya amortisasi dengan cara:


10% x Rp 500.000.000,00 = Rp 50.000.000,00

b. Jika dalam suatu tahun jumlah produksi mencapai sebanyak 3.000.000 ton kayu, maka
biaya amortisasi untuk tahun pajak tersebut yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
ditentukan dangan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menghitung persentase tarif amortisasi untuk tahun pajak yang bersangkutan dengan
cara: 3.000.000 ton : 10.000.000 ton x 100% = 30%

2. Menentukan biaya amortisasi dengan cara:


20% x Rp 500.000.000,00 = Rp 100.000.000,00

Jumlah biaya amortisasi yang diperkenankan sebagai pengurang penghasilan bruto


adalah Rp 100.000.000,00 yaitu batas maksimal karena jumlah produksi tersebut
mencapai 30% dari potensi kayu yang tersedia.

Anda mungkin juga menyukai