Anda di halaman 1dari 5

1) Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi.

Pengelompokan Harta Berwujud. Dua pengelompokan harta berwujud :


 Harta berwujud kelompok bukan bangunan

Kelompok Bukan Bangunan Masa Manfaat

Kelompok 1 4 tahun

Kelompok 2 8 tahun

Kelompok 3 16 tahun

Kelompok 4 20 tahun

 Harta berwujud kelompok berupa bangunan

Kelompok Bangunan Masa Manfaat

Bangunan permanen 20 tahun

Bangunan tidak permanen 10 tahun

2) Contoh Soal Perencanaan Pajak Atas Penyusutan


PT. Abadi membeli aset tetap berupa mesin, dengan harga perolehan Rp 1.000.000.000,00. Mesin tersebut
dalam aset tetap kelompok 1. Besarnya beban penyusutan dapat dilihat pada tabel berikut :

Metode Penyusutan
Tahun
Garis Lurus Saldo Menurun

1
250.000.000 500.000.000

2
250.000.000 250.000.000

3
250.000.000 125.000.000

4
250.000.000 125.000.000

Akum.
Penyusutan 1.000.000.000 1.000.000.000

Pembelian sebuah unit mesin pada awal tahun dengan harga Rp.50.000.000, dengan nilai sisa sebesar
RP.5.000.000, dan umur ekonomis dari mesin tersebut adalah selama 5 tahun.

Metode Saldo Menurun


Pada metode saldo menurun, perhitungan biaya penyusutan dilakukan dengan cara mengalikan persentasi tarif
dengan nilai buku satu aktiva. Dimana nilai buku pada setiap akhir tahun akan mengalami penurunan sehingga
hal ini menimbulkan beban penurunan beban penyusutan. Perhitungan tarif pada metode saldo menurun ini
dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

 Dimisalkan, pembelian suatu aktiva pada awal tahun senilai Rp.50.000.000,- dengan nilai sisa
Rp.5.000.000,- dan perkiraan umur ekonomis aktiva tersebut adalah 5 tahun. Dalam hal ini, karena
penyusutan merupakan sebuah taksiran beban, maka tarif diatas dapat dibulatkan. Sehingga hal ini akan
mempermudah dalam perhitungannya, sedangakan selilih biaya yang terjadi tidaklah menjadi beban
atau tidak terlalu penting.

3) Contoh Soal Perencanan Pajak Atas Penyusutan


PT. Abdi membeli asset tetap berupa mesin, dengan harga perolehan Rp 1.000.00.000. Mesin tersebut dlam
asset tetap kelompok 1. Besarnya beban penyusutan dapat dilihat pada Tabel.

Metode Penyusutan
Tahun
Garis Lurus Saldo Menurun

1 250.000.000 500.000.000

2 250.000.000 250.000.000

3 250.000.000 125.000.000

4 250.000.000 125.000.000

Akum.
1.000.000.000 1.000.000.000
Penyusutan

Dari table 1 dapat dilihat bahwa besarnya beban penyusutan per tahun berbeda-beda tetapi pada akhir masa
manfaat (tahun ke-4) jumlah akumulasi penyusutan adalah sama. Sehingga dalam perpajakan perbedaan
besarnya beban penyusutan ini dikenal dengan istilah beda waktu/beda sementara (timing
difference/temporary difference). Walaupun berdasarkan nilai nominal pada akhir masa manfaat bsarnya
akumulasi beban penyusutan sama, namun jika ditinjau dari nilai tunai (present value) jumlahnya akan menjadi
berbeda.
Dalam contoh ini, untuk mengetahui nilai tunai (present value) tingkat diskon yang digunakan adalah 20%. (Lihat
tabel).

T Metode Penyusutan
a
Garis lurus Saldo Menurun Tingkat
h
diskon
u
n Nominal PV PV Nominal PV PV
(20%)

1 250.000.000 208.333.333,30 500.000.000 416.666.666,70 0,833333

2 250.000.000 173.611.111,10 250.000.000 173.611.111,10 0,694444

3 250.000.000 144.675.925,90 125.000.000 72.337.963,00 0,578703

4 250.000.000 120.563.271,60 125.000.000 60.281.635,80 0,482253

1.000.000.00
1.000.000.000 647.183.641,90 722.897.376,60
0

Dari table diatas dapat dilihat bahwa mesin yang pada saat perolehannya sebesar Rp 1.000.000.000,00 dan pada
akhir masa manfaat (tahun ke-4) dengan discount factor 20% jumlah nilai tunai (present value) dari akumulasi
beban penyusutan mesin dengan menggunakan metode garis lurus sebesar Rp 647.183.642 dan menggunakan
metode saldo menurun sebesar Rp 722.897.76,50

Tabel (Perbandingan besar penghematan pajak antara mertode garis lurus dan metode saldo menurun dengan
tingkat diskonto 20%.

Garis lurus (Rp) Saldo Menurun (Rp)

Nominal PV PV Nominal PV PV
Ket
(Tingkat (Tingkat
diskon 20%) diskon 20%)

1 1.000.000 1.000.000.000 500.000.000 416.666.666,70

2 1.000.000 647.183.641,98 1.000.000.000 722.897.376,54

3 300.000.000 194.115.092,59 300.000.000 216.869.212,96

Penghematan pajak = Rp 216.869.212,96 – Rp 194.115.092,59 = Rp 22.714.120,37

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh besarnya penghematan pajak yang dapat dilakukan jika perusahaan
memilih metode saldo menurun dalam menghitung besarnya beban peyusutan. Tarif pajak yang digunakan
adalah tarif pajak tertiggi yaitu 30% karena diasumsikan bahwa perusahaan telah mencapai laba di atas Rp
100.000.000. Dengan tingkat diskon 20% besar penghematan pajak adalah Rp 216.869.212,96 – Rp
194.115.092,59 = Rp 22.714.120,37.
Dalam ketentuan umum perpajakan, Wajib Pajak dapat dibagi dua yaitu Wajib Pajak perorangan dan Wajib
Pajak badan. Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan kepada setiap WajibPajak, baik Wajib Pajak perorangan maupun
Wajib Pajak badan atas penghasilan yangditerimanya dalam setahun. Perbedaan utama antara Wajib Pajak
perorangan dan Wajib Pajak badan dalam penghitungan PPh adalah besarnya tarif pajak. Lapisan terendah tarif
pajak bagi perorangan adalah 5% dan lapisan tertinggi bagi perorangan adalah 30% sedangkan bagiWajib Pajak
Badan tarifnya 28%

 Perhitungan PPh Pasal 23 atas Dividen

Pada 10 Mei 2015, PT Dahlia mengumumkan akan membagikan dividen melalui Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS), dan melakukan pembayaran dividen tunai kepada PT Melati sebesar Rp30.000.000 yang melakukan
penyertaan modal sebesal 15%.

PPh Pasal 23 = 15% x Rp30.000.000 = Rp4.500.000

 Perhitungan PPh Pasal 23 atas Sewa

PT Karya Makmur membayar sewa kendaraaan bus pariwisata dengan nilai sewa sebesar Rp35.000.000 kepada
Sugianto Haris.

PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Karya Makmur adalah: 2% x Rp35.000.000 = Rp700.000

 Perhitungan PPh Pasal 23 atas Jasa

PT Indoraya membayarkan jasa konsultan dari PT Nuansaraya sebesar Rp120.000.000 (sudah termasuk PPN). PT
Nuansaraya tidak mempunyai NPWP.

PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Indoraya adalah: 200% x 2% x Rp120.000.000 = Rp4.800.000

PPh Pasal 22 atau Pajak Penghasilan Pasal 22 dikenakan kepada badan-badan usaha tertentu, baik milik pemerintah
maupun swasta yang melakukan kegiatan perdagangan ekspor, impor dan re-impor.

Tarif PPh Pasal 22

1. Atas impor:

o yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% x nilai impor;

o non-API = 7,5% x nilai impor;

o yang tidak dikuasai = 7,5% x harga jual lelang.

2. • Perhitungan PPh Pasal 22 atas Impor Barang


3. Kasus dan Pertanyaan:
Pada tanggal 1 Januari 2016, PT ABC mengimpor barang dari Jerman dengan harga faktur US$100.000.
Barang yang diimpor adalah jenis barang yang tidak termasuk dalam barang-barang tertentu yang
ditentukan dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 16/PMK.010/2016. Biaya asuransi yang dibayar di
luar negeri sebesar 5% dari harga faktur dan biaya angkut sebesar 10% dari harga faktur.

Bea masuk dan bea masuk tambahan masing-masing sebesar 20% dan 10%. Kurs yang ditetapkan
Menteri Keuangan pada saat itu sebesar US$1= Rp10.000. Hitunglah PPh Pasal 22 yang dipungut oleh
Ditjen Bea Cukai jika PT ABC memili API (Angka Pengenal Impor) dan jika tidak memiliki API?
Jawaban:
No Diketahui Perhitungan Nilai (US$)
a. Harga faktur (cost) US$100.000
b Biaya asuransi (insurance) (5% x US$100.000) US$5.000
c Biaya angkut (freight) (10% x US$100.000) US$10.000
CIF (cost, insurance & freight) (a+b+c) US$115.000
d. CIF (dalam rupiah) (US$115.000 x Rp10.000) Rp1.150.000.000
e. Bea masuk (20% x Rp1.150.000.000) Rp230.000.000
f Bea masuk tambahan (10% x Rp1.150.000.000) Rp115.000.000
Nilai Impor (d+e+f) Rp1.495.000.000

4. Jadi, PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC, jika PT ABC memiliki API (2,5% x Nilai Impor):
2,5% x Rp1.495.000.000 = Rp37.375.000
5. PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC jika PT ABC tidak memiliki API (7,5% x Nilai Impor):
7,5% X Rp1.495.000.000 = Rp112.125.000

Perhitungan Angsuran PPh Pasal 25


Jumlah Pajak Penghasilan Tuan Purnama yang terutang sesuai dengan SPT Tahunan PPh 2014 sebesar
Rp50.000.000. Jumlah kredit pajak Tuan Purnama pada tahun 2014 adalah Rp21.500.000, dengan
rincian sebagai berikut:
PPh Pasal 21 Rp10.000.000
PPh Pasal 22 Rp5.000.000
PPh Pasal 23 Rp3.000.000
PPh Pasal 24 Rp3.000.000
Berapa besarnya angsuran PPh Pasal 25 Tuan Purnama untuk tahun 2015:
PPh terutang tahun 2014 50.000.000

Kredit pajak:

PPh Pasal 21 10.000.000

PPh Pasal 22 5.000.000

PPh Pasal 23 3.000.000

PPh Pasal 24 3.500.000

Jumlah kredit pajak (21.500.000)

Dasar Perhitungan PPh Pasal 25 tahun 2015 28.500.000

Besarnya PPh Pasal 25 per bulan = Rp28.500.000/12 = Rp2.375.000. Jadi, Tuan Purnama harus
membayar sendiri angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan pada tahun 2015 mulai masa Maret sebesar
Rp2.375.000.

Anda mungkin juga menyukai