Kelompok 1 4 tahun
Kelompok 2 8 tahun
Kelompok 3 16 tahun
Kelompok 4 20 tahun
Metode Penyusutan
Tahun
Garis Lurus Saldo Menurun
1
250.000.000 500.000.000
2
250.000.000 250.000.000
3
250.000.000 125.000.000
4
250.000.000 125.000.000
Akum.
Penyusutan 1.000.000.000 1.000.000.000
Pembelian sebuah unit mesin pada awal tahun dengan harga Rp.50.000.000, dengan nilai sisa sebesar
RP.5.000.000, dan umur ekonomis dari mesin tersebut adalah selama 5 tahun.
Dimisalkan, pembelian suatu aktiva pada awal tahun senilai Rp.50.000.000,- dengan nilai sisa
Rp.5.000.000,- dan perkiraan umur ekonomis aktiva tersebut adalah 5 tahun. Dalam hal ini, karena
penyusutan merupakan sebuah taksiran beban, maka tarif diatas dapat dibulatkan. Sehingga hal ini akan
mempermudah dalam perhitungannya, sedangakan selilih biaya yang terjadi tidaklah menjadi beban
atau tidak terlalu penting.
Metode Penyusutan
Tahun
Garis Lurus Saldo Menurun
1 250.000.000 500.000.000
2 250.000.000 250.000.000
3 250.000.000 125.000.000
4 250.000.000 125.000.000
Akum.
1.000.000.000 1.000.000.000
Penyusutan
Dari table 1 dapat dilihat bahwa besarnya beban penyusutan per tahun berbeda-beda tetapi pada akhir masa
manfaat (tahun ke-4) jumlah akumulasi penyusutan adalah sama. Sehingga dalam perpajakan perbedaan
besarnya beban penyusutan ini dikenal dengan istilah beda waktu/beda sementara (timing
difference/temporary difference). Walaupun berdasarkan nilai nominal pada akhir masa manfaat bsarnya
akumulasi beban penyusutan sama, namun jika ditinjau dari nilai tunai (present value) jumlahnya akan menjadi
berbeda.
Dalam contoh ini, untuk mengetahui nilai tunai (present value) tingkat diskon yang digunakan adalah 20%. (Lihat
tabel).
T Metode Penyusutan
a
Garis lurus Saldo Menurun Tingkat
h
diskon
u
n Nominal PV PV Nominal PV PV
(20%)
1.000.000.00
1.000.000.000 647.183.641,90 722.897.376,60
0
Dari table diatas dapat dilihat bahwa mesin yang pada saat perolehannya sebesar Rp 1.000.000.000,00 dan pada
akhir masa manfaat (tahun ke-4) dengan discount factor 20% jumlah nilai tunai (present value) dari akumulasi
beban penyusutan mesin dengan menggunakan metode garis lurus sebesar Rp 647.183.642 dan menggunakan
metode saldo menurun sebesar Rp 722.897.76,50
Tabel (Perbandingan besar penghematan pajak antara mertode garis lurus dan metode saldo menurun dengan
tingkat diskonto 20%.
Nominal PV PV Nominal PV PV
Ket
(Tingkat (Tingkat
diskon 20%) diskon 20%)
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh besarnya penghematan pajak yang dapat dilakukan jika perusahaan
memilih metode saldo menurun dalam menghitung besarnya beban peyusutan. Tarif pajak yang digunakan
adalah tarif pajak tertiggi yaitu 30% karena diasumsikan bahwa perusahaan telah mencapai laba di atas Rp
100.000.000. Dengan tingkat diskon 20% besar penghematan pajak adalah Rp 216.869.212,96 – Rp
194.115.092,59 = Rp 22.714.120,37.
Dalam ketentuan umum perpajakan, Wajib Pajak dapat dibagi dua yaitu Wajib Pajak perorangan dan Wajib
Pajak badan. Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan kepada setiap WajibPajak, baik Wajib Pajak perorangan maupun
Wajib Pajak badan atas penghasilan yangditerimanya dalam setahun. Perbedaan utama antara Wajib Pajak
perorangan dan Wajib Pajak badan dalam penghitungan PPh adalah besarnya tarif pajak. Lapisan terendah tarif
pajak bagi perorangan adalah 5% dan lapisan tertinggi bagi perorangan adalah 30% sedangkan bagiWajib Pajak
Badan tarifnya 28%
Pada 10 Mei 2015, PT Dahlia mengumumkan akan membagikan dividen melalui Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS), dan melakukan pembayaran dividen tunai kepada PT Melati sebesar Rp30.000.000 yang melakukan
penyertaan modal sebesal 15%.
PT Karya Makmur membayar sewa kendaraaan bus pariwisata dengan nilai sewa sebesar Rp35.000.000 kepada
Sugianto Haris.
PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Karya Makmur adalah: 2% x Rp35.000.000 = Rp700.000
PT Indoraya membayarkan jasa konsultan dari PT Nuansaraya sebesar Rp120.000.000 (sudah termasuk PPN). PT
Nuansaraya tidak mempunyai NPWP.
PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Indoraya adalah: 200% x 2% x Rp120.000.000 = Rp4.800.000
PPh Pasal 22 atau Pajak Penghasilan Pasal 22 dikenakan kepada badan-badan usaha tertentu, baik milik pemerintah
maupun swasta yang melakukan kegiatan perdagangan ekspor, impor dan re-impor.
1. Atas impor:
Bea masuk dan bea masuk tambahan masing-masing sebesar 20% dan 10%. Kurs yang ditetapkan
Menteri Keuangan pada saat itu sebesar US$1= Rp10.000. Hitunglah PPh Pasal 22 yang dipungut oleh
Ditjen Bea Cukai jika PT ABC memili API (Angka Pengenal Impor) dan jika tidak memiliki API?
Jawaban:
No Diketahui Perhitungan Nilai (US$)
a. Harga faktur (cost) US$100.000
b Biaya asuransi (insurance) (5% x US$100.000) US$5.000
c Biaya angkut (freight) (10% x US$100.000) US$10.000
CIF (cost, insurance & freight) (a+b+c) US$115.000
d. CIF (dalam rupiah) (US$115.000 x Rp10.000) Rp1.150.000.000
e. Bea masuk (20% x Rp1.150.000.000) Rp230.000.000
f Bea masuk tambahan (10% x Rp1.150.000.000) Rp115.000.000
Nilai Impor (d+e+f) Rp1.495.000.000
4. Jadi, PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC, jika PT ABC memiliki API (2,5% x Nilai Impor):
2,5% x Rp1.495.000.000 = Rp37.375.000
5. PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC jika PT ABC tidak memiliki API (7,5% x Nilai Impor):
7,5% X Rp1.495.000.000 = Rp112.125.000
Kredit pajak:
Besarnya PPh Pasal 25 per bulan = Rp28.500.000/12 = Rp2.375.000. Jadi, Tuan Purnama harus
membayar sendiri angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan pada tahun 2015 mulai masa Maret sebesar
Rp2.375.000.