Anda di halaman 1dari 7

PERAGA 11.

5
Pengaruh pajak dari penjualan Mesin A dan Mesin B

Aset Laba ( rugi


Mesin Aa Rp 60.000.000
Mesin Bb (100.000.000)
Laba (rugi) bersih (Rp 40.000.000)
Tarif pajak 0,25
Penghematan pajak Rp10.000.000

Harga jual dikurangi nilai buku adalah Rp260.000.000 – Rp200.000.000


a

b
Harga jual dikurangi nilai buku adalah Rp400.000.000 – Rp 500.000.00

Harga jual mesin A Rp260.000.000

Harga Jual mesin B 400.000.000

Penghematan pajak 10.000.000

Penerimaan bersih Rp670.000.000

Umur proyek,jika proyek menghasilkan pendapatan ,maka sumber utama arus kas adalah dari
aktivitas operasional.Arus kas masuk operasional dapat diperkirakan dari laporan laba rugi
proyek.Arus kas setelah pajak tahunan merupakan jumlah dari laba proyek setelah pajak dan
biaya nonkas.Jika dinyatakan dalam rumus sederhana,maka perhitungan tersebut dapat
dinyatakan sebagai berikut.

Arus kas setelah pajak = laba bersih setelah pajak + biaya nonkas
AK = LB + NK
Keterangan:
AK = Arus kas setelah pajak
LB = Laba bersih setelah pajak
NK = Biaya nonkas
Contoh paling jelas tentang biaya nonkas adalah depresiasi dan kerugian.Biaya nonkas
bukan merupakan arus kas,tetapi benar-benar menghasilkan arus kas melalui pengurangan
pajak.Dengan melindungi pendapatan dari pajak,maka penghematan kas sesungguhnya dapat
diperoleh.Penggunaan laporan laba rugi untuk menentukan arus kas setelah pajak ditunjukkan
dalam contoh. Contoh tersebut juga digunakan untuk menunjukkan bagaimana biaya nonkas
dapat meningkatkan arus kas masuk melalui penghematan pajak.

Diasumsikan bahwa perusahaan berencana untuk membuat suatu produk baru yang
memerlukan peralatan baru senilai Rp800.000.000.Produk baru tersebut diharapkan akan
meningkatkan pendapatan tahunan perusahaan sebesar Rp600.000.000.Biaya bahan,biaya
tenaga kerja,dan biaya operasi kas lainnya adalah sebesar Rp250.000.000 per tahun.Peralatan
baru memiliki umur manfaat selama 4 tahun dan akan didepresiasi atas dasar metode garis
lurus.Mesin tersebut tidak akan memiliki nilai sisa pada akhir tahun keempat.Laporan laba
rugi untuk proyek ini adalah sebagai berikut.

Pendapatan kas Rp600.000.000

Dikurangi

Biaya operasi kas (Rp250.000.000)


Biaya depresiasi (200.000.000)
Laba sebelum pajak Rp150.000.000
Pajak (25%) (37.500.000)
Laba bersih Rp112.500.000

Arus kas dari laporan laba rugi dihitung sebagai berikut.

AK = LB + NK

= Rp112.500.000 + Rp200.000.000

= Rp312.500.000
Pendekatan laba untuk menentukan arus kas operasi dapat dipecah kembali untuk menilai
pengaruh arus kas setelah pajak dari setiap kategori pada laporan laba rugi.Pendekatan
dekomposisi ( decomposition ) menghitung arus kas operasi dengan menghitung arus kas
setelah pajak untuk masing-masing item dalam laporan laba rugi.

AK = ( 1 - Tarif pajak ) x pendapatan kas – ( 1 - tarif pajak ) x Biaya kas + (Tarif pajak

) x Biaya nonkas

Bagian pertama, (1 - Tarif pajak) x pendapatan kas,menggambarkan arus kas masuk


setelah pajak dari pendapatan kas.Dalam contoh di atas,pendapatan kas diperkirakan sebesar
Rp600.000.000.Oleh karena itu, perusahaan berharap dapat memperoleh Rp450.000.000 dari
pendapatan yang diterima: (1 – Tarif pajak) x Pendapatan = 0,75 x Rp600.000.000 =
Rp450.000.000.Pendapatan setelah pajak merupakan jumlah kas sesungguhnya setelah pajak
yang tersedia dari aktivitas penjualan perusahaan.

Bagian kedua, - ( 1 – Tari pajak) x Biaya kas,adalah arus kas keluar setelah pajak dari
biaya operasi kas.Oleh karena biaya kas dapat dikurangkan dari pendapatan untuk
mendapatkan laba kena pajak,maka pengaruhnya adalah untuk melindungi pendapatan arus
kas keluar sesungguhnya yang berkaitan dengan pengeluaran.Dalam contoh
tersebut,perusahaan memiliki biaya operasi kas sebesar Rp250.000.000.Arus kas keluar
sesungguhnya bukan Rp250.000.000,melainkan Rp187.500.000 (0,75 x
Rp250.000.000).Pengeluaran kas untuk biaya operasi berkurang sebesar Rp62.500.000
karena penghematan pajak.Agar mengetahui hal tersebut,diasumsikan bahwa biaya operasi
merupakan satu-satunya biaya dan perusahaan memiliki pendapatan sebesar
Rp600.000.000.Jika biaya operasi tidak dapat dikurangkan untuk tujuan pajak ( not tax
deductible),maka pajak yang terutang adalah sebesar Rp150.000.000 (0,25 x Rp600.000.000).
Jika biaya operasi dapat dikurangkan untuk tujuan pajak,maka laba kena pajak adalah sebesar
Rp350.000.000 (Rp600.000.000 – Rp250.000.000) dan pajak yang terutang adalah
Rp87.500.000 (0,25 x Rp350.000.000).Oleh karena pengurangan biaya operasi dapat
mengehamat pajak sebesar Rp62.500.000,maka pengeluaran sesungguhnya untuk
pembiayaan berkurang sebesar Rp62.500.000

Bagian ketiga,(tarif pajak) x biaya nonkas,adalah arus kas masuk yang diperoleh dari
penghematan pajak yang dihasilkan oleh biaya nonkas,biaya nonkas seperti depresiasi,juga
melindungi pendapatan dari perpajakan.Depresiasi melindungi pendapatan kena pajak
sebesar Rp200.000.000 sehingga menghemat pajak Rp500.000.000 (0,25 x Rp200.000.000).

Hasil penjumlahan dari tga bagian di atas adalah sebagai berikut

Pendapatan setelah pajak Rp450.000.000

Biaya kas setelah pajak (187.500.000)

Manfaat pajak depresiasi 50.000.000

Arus kas operasi Rp312.5000.000

Pendekatan dikomposisi memberikan hasil yang sama dengan pendekatan laba.Untuk


lebih jelasnya, ketiga bagian dikomposisi tersebut diikhtisarkan pada peraga 11.6

Salah satu karakteristik dari dekomposisi adalah kemampuannya untuk menghitung


arus kas setelah pajak dalam suatu format spreadsheet.Format tersebut menekankan pada
dampak arus kas dari masing-masing item dan memudahkan penggunaan paket software
spreadsheet.Format spreadsheet diperoleh dengan membuat empat kolom,satu untuk masing-
masing ketiga kategori arus kas dan satu lagi untuk arus kas total setelah pajak,yaitu jumlah
dari ketiga kategori.Format tersebut ditunjukkan pada peraga 11.7

PERAGA 11.6

Perhitungan arus kas operasi:Dekomposisi

Pendapatan kas setelah pajak = (1 – tarif pajak) x pendapatan kas


Biaya kas setelah pajak = - ( 1 – Tarif pajak) x Biaya kas
Penghematan pajak, biaya nonkas = tarif pajak x biaya nonkas
PERAGA 11.7

Ilustrasi Pendekatan Spreadsheet

Tahun (1-t)pa - (1-t)kb tNKc AK


1 Rp450.000.000 (Rp187.500.000) Rp50.000.000 Rp312.500.000
2 Rp450.000.000 (Rp187.500.000) Rp50.000.000 Rp312.500.000
3 Rp450.000.000 (Rp187.500.000) Rp50.000.000 Rp312.500.000

Keterangan:

Pa = Pendapatan kas;t = tarif pajak; ( l – t) p = (1 - 0,25 ) Rp600.000.000

= Rp450.000.000

Kb = Biaya kas; - ( l - t ) K = - ( l – 0,25) Rp250.000.000 = Rp187.500.000

NKc = Biaya nonkas;Tnk = 0,25 (Rp200.000.000) = Rp50.000.000

Diperhatikan bahwa pendapatan kas adalah Rp600.000.000 per tahun selama 3 tahun,biaya
kas tahunan adalah Rp250.000.000,dan depresiasi tahunan adalah Rp200.000.000.

Karakteristik kedua dekomposisi adalah kemampuannya untuk menghitung dampk kas


setelah pajak atas dasar item per item.Sebagai contoh,diasumsikan bahwa suatu perusahaan
sedang mempertimbangkan suatu proyek dan tidak yakin dengan metode depresiasi yang
akan digunakan. Dalam menghitung penghematan pajak yang dihasilkan pada setiap metode
depresiasi perusahaan dengan cepat akan dapat memimilih metode yang paling diinginkan.

Untuk tujuan pajak, sesuai pasal Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 dan Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 96/PMK.03/2009 tentang jenis-jenis Harta
yang termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan depresiasi ,
disebutkan bahwa harta berwujud (aktiva tetap) dikelompokkan kedalam empat
kelompok ,yaitu kelompok I, kelompok II, kelompok III, dan kelompok IV
Selanjtnya dalam pasal 11 Undang-undang Nomor 17 tahun 2000 dijelaskan sebagai berikut.

1. Untuk aktiva kelompok I sampai dengan kelompok IV didepresiasi dengan memakai


metode garis lurus (straight line method) atau metode salon menurun (decline
balance method).
2. Untuk aktiva kelompok bangunan harus didepresiasi dengan metode garis lurus.
3. Penggunaan metode depresiasi tersebut harus dilakukan secara taat asas
4. Masa manfaat dan tarif depresiasi aktifa untuk masing-masing kelompok telah
ditetapkan sebagai berikut.

Kelompok Harta Massa Manfaat Tarif Depresiasi Tarif Depresiasi


Berwujud Metode Garis Metode Saldo
Lurus Menurun
I Bukan bangunan
Kelompok I 4 Tahun 25% 50%
Kelompok II 8 Tahun 12,5% 25%
Kelompok III 16 Tahun 6,25% 12,5%
Kelompok IV 20 Tahun 5% 10%
II Bangunan;
Permanen 20 Tahun 5%
Tidak Permanen 10 Tahun 10%
Contoh penggunaan metode garis lurus

Sebuah gedung dibeli dengan harga perolehan sebesar Rp100.000.000 dan memiliki masa
manfaat selama 20 tahun.Berdasarkan data tersebut ,maka besarnya biaya depresiasi gedung
untuk setiap tahun adalah sebesar Rp5.000.000 (Rp100.000.000/20)

Contoh penggunaan metode saldo menurun .

Sebuah mesin dibeli dan ditempatkan pada bulan Januari dengan harga perolehan sebesar
Rp150.000.000.Masa manfaat mesin tersebut adalah 4 tahun (tarif depresiasi
50%).Berdasarkan data tersebut, maka perhitungan depresiasinya adalah sebagai berikut

Tahun Tarif Depresiasi Nilai Buku


Harga perolehan Rp 150.000.000
2000 50% Rp 75.000.000 75.000.000
2001 50% 37.500.000 37.500.000
2002 50% 18.750.000 18.750.000
2003 Depresasi sekaligus 18.750.000 0

Anda mungkin juga menyukai