Anda di halaman 1dari 4

01.02.

3-T3-6 Elaborasi Pemahaman

1. Bagaimana sebuah asesmen dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran?

Jawab : Sebuah asesmen dapat digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan


pembelajaran dengan beberapa metode. Berikut adalah beberapa cara asesmen dapat
mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran:

1) Tes Pengetahuan: Asesmen ini bertujuan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap
konten pembelajaran. Tes pengetahuan dapat berupa soal pilihan ganda, isian singkat,
esai, atau tugas tertulis lainnya.
2) Tes Keterampilan: Asesmen ini fokus pada kemampuan siswa untuk menerapkan
keterampilan yang telah dipelajari. Contoh asesmen ini adalah tugas praktikum,
proyek, simulasi, atau penampilan di depan kelas.
3) Portofolio: Metode ini melibatkan pengumpulan dan penilaian karya-karya siswa
selama proses pembelajaran. Portofolio siswa dapat berisi contoh tugas, proyek, atau
presentasi yang mencerminkan kemampuan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
4) Observasi: Dalam asesmen ini, guru atau evaluator mengamati langsung siswa dalam
tindakan atau aktivitas tertentu, seperti diskusi kelompok, permainan peran, atau
presentasi. Observasi dapat memberikan informasi langsung tentang kemampuan
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
5) Rubrik Penilaian: Rubrik penilaian adalah alat yang digunakan untuk memberikan
panduan yang jelas tentang kriteria penilaian dan tingkatan pencapaian yang
diharapkan. Dengan menggunakan rubrik ini, guru atau evaluator dapat menilai
kemampuan siswa secara objektif dan mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran.

Dengan menggunakan berbagai metode asesmen ini, guru dapat memperoleh


informasi yang komprehensif tentang sejauh mana siswa mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Asesmen yang baik seharusnya memiliki
karakteristik validitas (mengukur secara akurat ketercapaian tujuan pembelajaran) dan
reliabilitas (konsisten dalam mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran).
2. Bagaimana sebuah asesmen dapat memberi ruang pada peserta didik untuk
memberikan umpan balik pada proses pembelajaran?
Jawab :
Sebuah asesmen dapat memberi ruang bagi peserta didik untuk memberikan umpan balik
dalam beberapa cara:
1) Formatif dan Sumatif: Asesmen formatif memungkinkan peserta didik memberikan
umpan balik sepanjang proses pembelajaran. Ini dapat dilakukan melalui penilaian
berkelanjutan, diskusi, atau evaluasi kinerja yang berulang. Asesmen sumatif, di sisi
lain, memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk melihat hasil akhir
pembelajaran dan memberikan umpan balik tentang pengalaman mereka secara
keseluruhan.
2) Asesmen Sejawat: Asesmen sejawat melibatkan peserta didik dalam memberikan
umpan balik kepada satu sama lain. Dalam konteks ini, peserta didik dapat
mempertimbangkan karya atau penampilan teman sekelas mereka dan memberikan
umpan balik yang konstruktif. Ini membantu peserta didik melihat perspektif berbeda
dan memperoleh wawasan tentang kekuatan dan kelemahan mereka sendiri.
3) Self-Assessment (Asesmen Mandiri): Memberikan kesempatan bagi peserta didik
untuk secara mandiri mengevaluasi kinerja mereka sendiri. Melalui asesmen mandiri,
mereka dapat berpikir secara kritis tentang kemajuan mereka, mengidentifikasi area
yang perlu ditingkatkan, dan memberikan umpan balik pada diri sendiri. Ini
membantu peserta didik menjadi lebih bertanggung jawab atas pembelajaran mereka.
Dengan melibatkan peserta didik dalam proses asesmen dan memberikan ruang
bagi mereka untuk memberikan umpan balik, kita dapat membuat proses
pembelajaran lebih inklusif, aktif, dan responsif terhadap kebutuhan individu peserta
didik. Hal ini juga membantu meningkatkan kesadaran mereka akan pencapaian
tujuan pembelajaran dan memotivasi mereka untuk terus belajar dan berkembang.

3. Bagaimana jika asesmen yang telah diterapkan dalam proses pembelajaran belum
dapat m emenuhi tujuan pembelajaran?
Jawab :
Jika asesmen yang telah diterapkan dalam proses pembelajaran ternyata belum dapat
memenuhi tujuan pembelajaran, ada beberapa langkah yang dapat diambil:
1) Evaluasi ulang tujuan pembelajaran: Pertama-tama, penting untuk mengevaluasi
kembali tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Mungkin ada kebutuhan untuk
memperjelas atau mengubah tujuan agar lebih terukur dan relevan dengan
kemampuan peserta didik.
2) Analisis asesmen yang digunakan: Selanjutnya, perlu menganalisis jenis asesmen
yang telah digunakan. Apakah asesmen tersebut mengukur tujuan pembelajaran secara
tepat? Apakah formatnya cocok dengan karakteristik peserta didik dan konteks
pembelajaran? Jika tidak, pertimbangkan untuk menggunakan metode atau instrumen
asesmen alternatif yang lebih efektif.
3) Peningkatan dan pengembangan asesmen: Jika asesmen yang digunakan tidak
memenuhi tujuan pembelajaran, kemungkinan perlu dilakukan penyempurnaan atau
pengembangan ulang. Hal ini dapat melibatkan penyesuaian instrumen asesmen,
termasuk pembuatan pertanyaan atau tugas yang lebih mencerminkan tujuan
pembelajaran. Juga, perlu diperhatikan keseimbangan antara asesmen yang objektif
dan subjektif untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang kemampuan
peserta didik.
4) Kolaborasi dengan peserta didik: Melibatkan peserta didik dalam proses analisis dan
peningkatan asesmen penting. Dengan berdiskusi dan mendengarkan masukan dari
peserta didik, pengajar dapat memahami perspektif mereka dan menyesuaikan
asesmen sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
5) Perbaiki proses pembelajaran: Jika asesmen yang diterapkan belum memenuhi tujuan
pembelajaran, kemungkinan ada perlu untuk melakukan penyesuaian dalam proses
pembelajaran itu sendiri. Evaluasi metode pengajaran, kurikulum, atau strategi
pembelajaran yang digunakan dapat membantu mengidentifikasi area yang perlu
diperbaiki.
Dalam semua langkah ini, refleksi dan kerjasama antara pengajar dan peserta
didik sangat penting. Dengan mendengarkan umpan balik dari peserta didik dan
melakukan perubahan yang diperlukan, proses pembelajaran dapat terus ditingkatkan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai