Anda di halaman 1dari 2

Kebaikan dan keshalehan para aparat akan berdampak luas.

Kebijakan yang
mereka buat memberikan efek untuk orang banyak. Sementara tugas dan tantangan
itu berat. Amanah itu berat. Oleh karena itu, pemerintah dan jajaran aparatnya
butuh doa kebaikan. Deimikan pula di lingkungan departemen masing-masing,
salinglah mendoakan kebaikan antar sesama. Kita tidak akan mampu memikul
amanah dan tanggung jawab hanya dengan mengandalkan kemampuan kita sendiri.
Karena manusia ini lemah, sangat butuh bimbingan dari Allah Ta’ala.
Aparat ini posisinya sebagai pelayan masyarakat. Karena itu, ingatlah wasiat Allah
Ta’ala,
‫َّن ٱَهَّلل َي ْأُم ُر ُك ْم َأن ُت َؤ ُّد و۟ا ٱَأْلَٰم َٰن ِت َلٰٓى َأْهِلَه ا َو َذ ا َح َك ْم ُتم َبْيَن ٱلَّن ا َأن َتْح ُك ُم و۟ا‬
‫ِس‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
Kaum muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah, ‫ِبٱْلَع ْد ِل ِإَّن ٱَهَّلل ِنِعَّم ا َيِع ُظُك م ِبِهٓۦ ِإَّن ٱَهَّلل َك اَن َسِم يًۢع ا َبِص يًرا‬
Khotib mewasiatkan kepada diri khotib pribadi dan jamaah sekalian agar kita “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala. Takwa menjadi wasiat untuk setiap umat, menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila memutuskan suatu permasalahan di
dahulu dan sekarang, tua dan muda, laki-laki dan perempuan. Allah Ta’ala berfirman, antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah
‫۟ا‬ ‫۟ا‬ ‫ُأ ۟ا َٰت‬ memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah
‫َو َلَقْد َو َّصْيَنا ٱَّلِذ يَن وُتو ٱْلِك َب ِم ن َقْبِلُك ْم َو ِإَّياُك ْم َأِن ٱَّتُقو ٱَهَّلل َو ِإن َتْكُفُرو َف ِإَّن ِهَّلِل َم ا ِفى ٱلَّس َٰم َٰو ِت َوَم ا ِفى ٱَأْلْر ِض‬
‫َو َك اَن ٱُهَّلل َغ ِنًّيا َح ِم يًدا‬ Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” [Quran An-Nisa: 58].
Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab Tatkala bapak-bapak bekerja memberikan yang terbaik sesuai dengan bidang
sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu yang digeluti agar bisa berkhidmat kepada masyarakat, maka bapak-bapak telah
kafir maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi menunaikan perintah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji.” [Quran An-Nisa: Kaum muslimin yang dirahmati Allah,
131]. Tentang dunia kepegawaian terdapat sebuah hadits yang erat kaitannya
Dalam ayat ini juga Allah menjelaskan bahwa takwa itu bukan kebutuhan dengan hal ini. Hadits tersebut diriwayatkan oleh sahabat Ka’ab bin Ujrah radhiallahu
Allah terhadap makhluk-Nya. Makhluklah yang butuh beramal. Melakukan perintah ‘anhu. Beliau menyampaikan,
dan menjauhi larangan. Agar mereka bahagia di dunia dan di akhirat. Sementara Di hadapan Nabi shalallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya ada seseorang
Allah, Dia Maha Kaya dan tidak butuh dengan siapapun. Bahkan siapapun butuh yang dilihat oleh para sahabat memiliki kesabaran dan semangat dalam bekerja.
kepada-Nya. Dialah pemilik semua yang ada di bumi dan langit yang tidak butuh Kemudian para sahabat berkomentar, “Wahai Rasulullah, seandainya hal ini (jiwa
dengan ibadah kita. semangatnya) ia peruntukkan berjuang di jalan Allah Ta’ala. Lalu Nabi shalallahu
Kaum muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah, alaihi wa sallam menanggapi, “Kalau dia keluar rumah untuk berusaha mencari
Saya teringat akan ucapan seorang ulama tabiut tabi’in yang bernama Fudhail bin penghasilan karena anaknya yang masih kecil, maka itu termasuk berjuang di jalan
Iyadh rahimahullah. Beliau berkata, Allah Ta’ala. Apabila dia keluar rumah berusaha mencari penghasilan karena kedua
‫ َي ا َأَب ا َع ِلي! َفِّس ْر‬:‫ ِقْيَل َلُه‬، ‫َلْو َأَّن ِلْي َد ْع َو ٌة ُم ْسَتَج اَبٌة َم ا َجَع ْلُتَها ِإاَّل ِفي الُس ْلَطاِن‬ orang tuanya yang sudah tua, itu juga termasuk berjuang di jalan Allah Ta’ala.
Apabila dia keluar rumah untuk berusaha mencari penghasilan untuk menafkahi
، ‫ َو ِإَذ ا َجَع ْلُتَه ا ِفي الُّس ْلَطاِن َص ُلَح‬،‫ ِإَذ ا َجَع ْلُتَها ِفي َنْفِس ي َلْم َتُع ْد ِني‬: ‫َلَنا َهَذ ا؟ قَاَل‬ dirinya dalam rangka menjaga sifat ‘iffahnya (menjaga kehormatan untuk tidak
‫َفَص ُلَح ِبَص اَل ِحِه الِعَباِد َو اْلِباَل ِد‬ minta-minta), maka itu juga berjuang di jalan Allah Ta’ ala. Namun, kalau dia keluar
“Seandainya aku memiliki satu kesempatan doa mustajab, doa itu akan rumah untuk berusaha mencari penghasilan karena riya dan bangga, maka itu di
kuperuntukkan kepada pemimpin.” Lalu beliau ditanya, “Tolong jelaskan pada kami jalan setan.” (Riwayat Ath Thabrani. Shahih Targhib).
maksudnya, Abu Ali.” Beliau menerangkan, “Kalau satu kesempatan doa mustajab Kaum muslimin jamaah sekalian,
tersebut kuperuntukkan untukku saja, maka terbatas hanya untukku saja. Tapi, kalau Dalam hadits ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membatasi berjuang
kujadikan untuk para pemegang kebijakan (aparat), mereka akan jadi baik. Lalu di jalan Allah dalam pengertian yang sempit. Berjuang di jalan Allah tidak hanya
dengan kebaikannya baik pula masyarakat dan negara.” sebatas berdakwah menyebarkan ilmu agama, memakmurkan masjid, berjihad, dll.
Tidak diragukan lagi ini semua adalah amalan mulia. Tapi, berjuang di jalan Allah Keempat: kita terus meluruskan niat dan menjaga hati kita agar pekerjaan
tidak hanya sebatas itu. Seseorang yang berjuang menafkahi anaknya, orang tuanya, kita, jabatan kita, bukan bertujuan untuk berbangga-bangga dan merendahkan orang
bahkan menafkahi diri sendiri itu semua termasuk berjuang di jalan Allah. Oleh lain, apalagi sampai menempuh cara yang haram demi memperkaya diri dan
karena itu, hendaknya aktivitas bekerja kita ini jangan hanya diniatkan jadi rutinitas menyombongkan diri kepada orang lain
harian tapi niatkan juga untuk hal-hal yang disebutkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa Allah Ta’ala berfirman,
‫ْأ‬
‫ِإَّن ٱَهَّلل َي ُم ُر ِبٱْلَع ْد ِل َو ٱِإْل ْح َٰس ِن َو ِإيَتآِئ ِذ ى ٱْلُقْر َبٰى َو َيْنَهٰى َع ِن ٱْلَفْح َش آِء َو ٱْلُم نَك ِر‬
sallam di atas.
Namun, Nabi menggaris-bawahi, aktivitas bekerja ini bisa sangat jatuh
nilainya tatkala seseorang memiliki niat yang salah. Yang semestinya bernilai ‫َو ٱْلَبْغ ِى َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُروَن‬
berjuang di jalan Allah, berubah menjadi berjuang di jalan setan. Kapan itu? Tatkala “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
dia bekerja agar status sosialnya terpandang. Atau untuk menumpuk dan terus kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
memperbanyak harta, maka nilainya akan sangat jatuh di sisi Allah Ta’ala. Tatkala itu permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
Nabi sebut usahanya adalah di jalan setan. pelajaran.” [Quran An-Nahl: 90].
Ada yang demikian? Ada. Bisa jadi banyak. Bahkan ada orang yang sejak awal ‫ َو َق اَل‬،]56 :‫ِإَّن اَهلل َوَم الِئَك َت ُه ُيَص ُّلوَن َعَلى الَّنِّيِب َي ا َأُّيَه ا اَّل ِذيَن آَم ُن وا َص ُّلوا َعَلْي ِه َوَس ِّلُم وا َتْس ِليًم ا [األح زاب‬
]‫ «َمْن َصَّلى َعَلَّي َص الًة َواِح َد ًة َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َهِبا َعْش ًرا» [َرَواُه ُمْس ِلم‬: ‫َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َوَس َّلَم‬.
memang tujuannya menduduki posisi tertentu bukan untuk kemaslahatan orang
banyak. Tapi, untuk terus memperkaya diri dan meninggikan status sosial.
Bahkan di sebagian tempat, ada yang berniat untuk menjadi ASN tujuannya ‫ َوَب اِرْك‬، ‫لَّلُه َّم َص ِّل َعَلى َحُمَّم ٍد َو َعَلى آِل َحُمَّم ٍد َك َم ا َص َلْيَت َعَلى ِإْبَراِه ْيَم َو َعَلى آِل ِإْبَراِه ْيَم ِإَّن َك ِمَح ْي ٌد ِجَم ْي ٌد‬
adalah mengangkat kehormatan diri dan keluarga. Mohon maaf, sebagian orang
hingga rela membayar karena di tempatnya status ASN adalah terpandang di
‫ َواْرَض الَّلُه َّم َعِن‬. ‫َعَلى َحُمَّم ٍد َو َعَلى آِل َحُمَّم ٍد َك َم ا َب اَرْك َت َعَلى ِإْبَراِه ْيَم َو َعَلى آِل ِإْبَراِه ْيَم ِإَّن َك ِمَح ْي ٌد ِجَم ْي ٌد‬
masyarakat. Sekali lagi, saya tidak menghakimi ini adalah masalah niat. Dan apa yang ‫ َأيِب اَحل َنِنْي‬، ‫ ُعْث اَن ِذْي الُن ْيِن‬، ‫ ُع الَف ا ْو ِق‬، ‫اُخلَلَف اِء الَّراِش ِدْي اَألِئَّم ِة ا ْه ِد ِيَنْي َأ َبْك ِر الِّص ِّد ْيِق‬
saya sampaikan adalah sebagai nasihat. Kalau ada di antara kita yang demikian, maka ‫َس‬ ‫ْو َر َو‬ ‫َو َم‬ ‫َو َم َر ُر‬ ‫ْيِب‬ ‫َمل‬ ‫َن‬
‫ِم‬ ‫ِإ‬ ‫ٍن‬ ‫ِإ‬‫ِب‬ ‫ِب‬ ‫ِع‬ ‫ِب‬ ‫ِع‬ ‫ِة‬ ‫ِل‬
kita perbaiki niatkan. Kalau ada niatnya yang sudah benar, maka teruslah istiqomah ‫ َو َعَّنا َمَعُه ْم َمِبِّن َك‬، ‫ َو َعِن الَتا َنْي َوَمْن َت َعُه ْم ْح َس ا ىَل َيْو الِّد ْيِن‬، ‫ َواْرَض الَّلُه َّم َعِن الَّص َح اَب َأَمْج َنْي‬،‫َع ي‬
‫ِم‬ ‫ِن‬ ‫ِم‬
‫َوَك َر َك َو ِإْح َس ا َك َيا َأْك َرَم اَألْك َر َنْي‬.
dengan meminta pertolongan dari Allah Ta’ala.
‫ َو َأْسَتْغ ِفُر َهللا ِلي َو َلُك ْم ِم ْن ُك ِّل َذْنٍب؛ َفِإَّنُه ُهَو اْلَغ ُفوُر الَّر ِح يُم‬،‫َأُقوُل َقْو ِلي َهَذ ا‬.
Khutbah Kedua: ‫ َأِذَّل‬، ‫ َالَّلُه َّم َأِع َّز اِإل ْس اَل َم اْل ِلِم َنْي‬، ‫ َالَّلُه َّم َأِع َّز اِإل ْس اَل َم اْل ِلِم َنْي‬، ‫َالَّلُه َّم َأِع َّز اِإل ْس اَل َم اْل ِلِم َنْي‬
‫َو‬ ‫َو ُمْس‬ ‫َو ُمْس‬ ‫َو ُمْس‬
‫ َو َأْش َهُد َأَّن َنِبَّيَنا ُمَحَّم ًدا‬،‫ َو َأْش َهُد َأَّال ِإَلَه ِإَّال ُهَّللا َتْع ِظ يًم ا ِلَشاِنِه‬،‫ َو الُّشْك ُر َلُه َع َلى َتْو ِفيِقِه َو اْمِتَناِنِه‬،‫اْلَح ْم ُد ِهلل َع َلى ِإْح َس اِنِه‬ ‫ ا ِم َزَة الِّد ِن ا َّب ال اَلِم‬، ‫ ِّم َأْعَد ا الِّد‬، ‫الِش َك ا ْش ِرِك‬
‫ َو َس َّلَم َتْس ِليًم ا َك ِثيًرا‬،‫ َص َّلى ُهللا َع لْيِه َو َع َلى آِلِه َو َأْص َح اِبِه َو َأْع َو اِنِه‬،‫َع ْبُد ُه َو َر ُسوُلُه الَّد اِع ي ِإَلى ِرْض واِنِه‬.. ‫ْر َو ُمل َنْي َو َد ْر َء ْيَن َو ْح َحْو ْي َي َر َع َنْي‬
‫ َأُّيَها اْلُم ْس ِلُم وَن ِاَّتُقْو ا َهللا َتَع اَلى‬:‫َأَّم ا َبْعُد‬: ‫ َوَأْص ِلْح َلنَا آِخ َرَتنَا اَّلىِت ِفيَه ا‬،‫ َوَأْص ِلْح َلنَا ُدْنَياَنا اَّلىِت ِفيَه ا َمَعاُش نَا‬،‫َالَّلُه َّم َأْص ِلْح َلنَا ِديِنَنا اَّلِذ ى ُه َو ِعْص َم ُة َأْم ِرنَا‬
Kaum muslimin yang dirahmati Allah Ta’ala,
Dari khotbah pertama yang khotib sampaikan, ada beberapa poin yang ‫ َواْجَعِل اْلَمْو َت َراَح ًة َلنَا ِم ْن ُك ِّل َشٍّر‬، ‫ َواْجَعِل اَحْلَياَة ِزَياَدًة َلنَا ىِف ُك ِّل َخ ٍرْي‬،‫َمَعاُدنَا‬
‫ِا‬
‫ َرَّبَن ا آِتنَا ىِف الُّد ْنَيا َح َس َنًة َوىِف ْاآلِخ َرِة َح َس َنًة‬. ‫َرَّبَنا َظَلْم َن ا َاْنُف َس َناَو ْن ْمَل َتْغِف ْر َلَن ا َو َتْرْمَحَن ا َلَنُك ْو َنَّن ِم َن ْاَخلاِس ِرْيَن‬
mungkin bisa kita simpulkan agar kerja kita bernilai pahala bukan justru menjadi
ladang dosa. Yang pertama, kita niatkan pekerjaan ini untuk memberikan
sumbangsih kebaikan kepada masyarakat. Yang kalau kebaikan tersebut ‫ ِعَباَداِهلل ! ِإَّن اَهلل َي ْأُم ِبْالَع ْد ِل َوْاِإل ْح اِن َو ِإْيتآِء ِذي ْالُق ْر َو َيْنَه ى َعِن ْالَف ْح شآِء َوْا ْنَك ِر‬. ‫َو ِقَن ا َع َذ اَب الَّناِر‬
berkelanjutan atau menginspirasi orang lain untuk melakukan kebaikan juga, tentu ‫ُمل‬ ‫َىب‬ ‫َس‬ ‫ُر‬
‫ِذ‬
. ‫َوْالَبْغي َيِعُظُك ْم َلَعَّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن َواْذُك ُروا اَهلل ْالَعِظ ْيَم َيْذُك ْرُك ْم َواْش ُك ُرْوُه َعلَى ِنَعِمِه َيِزْدُك ْم َو َل ْك ُر اِهلل َأْك َبْر‬
itu menjadi amal jariyah untuk kita.
Kedua: ketika mendapatkan harta yang halal, kita niatkan untuk mencukupi
kebutuhan diri kita dan keluarga kita sehingga kita tidak menggantungkan kebutuhan
kita kepada orang lain. Tidak menjadi beban untuk orang lain.
Ketiga: tugas yang kita kerjakan meskipun itu sebenernya adalah atas
perintah kantor, kita niatkan untuk mengamalkan perintah Allah menjaga Amanah.
Sehingga setiap usaha yang kita lakukan menjadi tambahan pahala kebaikan untuk
kita.

Anda mungkin juga menyukai