Anda di halaman 1dari 4

Istighotsah: Definisi, Macam, dan Dalilnya

Istighotsah adalah pola (wazn) istif’aal (‫ ) ِا ْس ِت ْف َعال‬dari kata al-ghauts (‫ )الغ َْوث‬yang
berarti pertolongan. Pola ini salah satu fungsinya adalah menunjukkan arti ٌ‫ط َلب‬ َ
(permintaan atau permohonan). Seperti kata ‫غ ْف َران‬ ُ yang berarti ampunan,
ketika diikutkan pola istif’al (‫ ) ِا ْستِ ْف َعال‬menjadi istighfar (‫)ا ْستِ ْغفَار‬, artinya menjadi:
memohon ampunan. Jadi istighotsah berarti thalab al-ghauts (ٌ‫ث‬ ِ ‫بٌالغ َْو‬ َ ):
ُ ‫ط َل‬
meminta pertolongan.
Para ulama membedakan antara Istighotsah dengan Isti’anah meskipun secara
kebahasaan makna Istighotsah dan Isti’anah kurang lebih sama. Karena
isti’anah juga mengikuti pola Istif’aal (‫ ) ِا ْستِ ْفعَال‬dari kata al-‘aun (‫ )العَ ْون‬yang
berarti thalab al-‘aun (ٌ‫بٌا ْلعَ ْو ِن‬ َ ): meminta pertolongan. Istighotsah adalah:
ُ ‫ط َل‬

ٌ‫ق‬
ِ ‫الض ْي‬
ِ ‫ٌو‬َ ‫ٌالش َّد ِة‬ َ
ُ ‫ط َل‬
ِ ‫بٌالغ َْوثٌِ ِع ْن َد‬
“Meminta pertolongan ketika dalam keadaan sukar dan sulit.” Sedangkan
Isti’anah maknanya lebih luas dan umum. Allah berfirman:
ٌِ‫ص ََلة‬
َّ ‫ٌوال‬ َّ ‫َوا ْستَ ِعينُواٌبِال‬
َ ‫صب ِْر‬
Maknanya: “Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat” (QS al Baqarah:
45).
Macam-macam Istighotsah Istighotsah ada dua macam:
Pertama, istighotsah kepada Allah Dalam Surat al-Anfal ayat 9 disebutkan:
ْ َ‫ٌمن‬
ٌَ‫ٌال َم ََلئِ َك ِةٌ ُم ْر ِدفِين‬ ِ ٍ‫ٌم ُّد ُك ْمٌبِأ َ ْلف‬
ِ ‫ابٌ َل ُك ْمٌأَنٌِيٌ ُم‬ َ َ‫ٌِإ ْذٌتَ ْستَ ِغيثُون‬
َ ‫ٌربَّ ُك ْمٌفَا ْستَ َج‬
Yang artinya: “(Ingatlah wahai Muhammad), ketika kamu memohon
pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu:
"Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan
seribu malaikat yang datang berturut-turut.” (QS al-Anfal: 9).
Ayat ini menjelaskan peristiwa ketika Nabi Muhammad memohon bantuan
dari Allah. Saat itu beliau berada di tengah berkecamuknya perang badar di
mana kekuatan musuh tiga kali lipat lebih besar dari pasukan Islam, kemudian
Allah mengabulkan permohonan Nabi dengan memberi bantuan pasukan
tambahan berupa seribu pasukan malaikat. Dalam Surat Al-Ahqaf ayat 17 juga
disebutkan: ‫ٌّللا‬ ِ َ‫ َوهُ َماٌيَ ْستَ ِغيث‬Yang artinya: “Kedua orang tua memohon
ٌََّ ‫ان‬
pertolongan kepada Allah” (QS al Ahqaf:17). Yang dalam hal ini, memohon
pertolongan Allah atas kedurhakaan sang anak dan keengganannya meyakini
hari kebangkitan, dan tidak ada cara lain yang dapat ditempuh oleh keduanya
untuk menyadarkan sang anak kecuali memohon pertolongan dari Yang Maha
Kuasa atas segala sesuatu. Kedua, Istighotsah kepada selain Allah
Beristighotsah kepada selain Allah hukumnya boleh dengan melihat bahwa
makhluk yang dimintai pertolongan adalah sebab. Jadi meskipun sesungguhnya
pertolongan itu datangnya dari Allah, Allah-lah pemberi pertolongan yang
sesungguhnya, namun tidak menafikan bahwa Allah menjadikan sebab-sebab
yang telah dipersiapkan agar terwujud pertolongan tersebut. Dalil-dalil
Istighotsah dengan Selain Allah • Hadits al-Bukhari:
َ ‫فٌاألُذُ ِنٌفَبَ ْينَ َماٌهُ ْمٌ َكذَلِكَ ٌا ْستَغَاث ُ ْواٌ ِبآ َد َمٌث ُ َّمٌ ِب ُم ْو‬
ٌ‫سىٌث ُ َّم‬ ْ ‫سٌٌتَ ْدنُ ْوٌيَ ْو َمٌال ِقيَا َم ِةٌ َحتَّىٌيَ ْبلُغٌَال َع َر ُقٌ ِن‬
َ ‫ص‬ َّ ‫ِإ َّنٌال‬
َ ‫ش ْم‬
‫ِب ُم َح َّم ٍدٌٌٌ(رواهٌالبخاري)ٌٌـ‬
“Matahari akan mendekat ke kepala manusia di hari kiamat, sehingga keringat
sebagian orang keluar hingga mencapai separuh telinganya, ketika
mereka berada pada kondisi seperti itu mereka beristighotsah (meminta
pertolongan) kepada Nabi Adam, kemudian kepada Nabi Musa kemudian
kepada Nabi Muhammad ” (HR al-Bukhari).
Faedah Hadits: Hadits ini adalah dalil dibolehkannya meminta pertolongan
kepada selain Allah dengan keyakinan bahwa seorang nabi atau wali adalah
sebab. Terbukti ketika manusia di mahsyar terkena terik panasnya sinar
matahari mereka meminta tolong kepada para nabi. Kenapa mereka tidak
berdoa kepada Allah saja dan tidak perlu mendatangi para nabi tersebut?
Seandainya perbuatan ini adalah syirik niscaya mereka tidak melakukan hal itu,
dan jelas tidak ada dalam ajaran Islam suatu perbuatan yang dianggap syirik di
dunia, sedangkan di akhirat tidak terhitung syirik. Syirik adalah syirik di dunia
dan di akhirat, dan yang bukan syirik di dunia, bukan syirik pula di akhirat! •
Hadits riwayat al-Bayhaqi, Ibnu Abi Syaibah, dan lainnya:
ٌ‫ٌر ُجلٌ ِإ َلىٌقَب ِْر‬ َ ‫ع َم َرٌفَ َجا َء‬ ُ ٌ‫ان‬
ِ ‫يٌزَ َم‬ ْ ِ‫اسٌقَحْ طٌف‬ َ َّ‫ابٌٌالن‬ َ ‫ص‬ َ َ‫ٌأ‬:‫ع َم َرٌقال‬ ُ ٌ َ‫َازن‬ِ ‫َّارٌوكانَ ٌخ‬ َ ‫ع ْنٌ َما ِلكٌالد‬ َ
ٌ‫ع َم َر‬ُ ٌ ْ‫ٌأَ ْق ِرئ‬:ُ‫ٌال َمن َِامٌفَ ِق ْيلٌٌََله‬
ْ ‫ي‬ِْ ‫ٌالر ُجلٌُف‬
َّ ‫ي‬ ‫ت‬
ِ ُ ‫أ‬َ ‫ف‬ ٌ،‫ا‬ ‫و‬ ْ ُ
‫ك‬ َ
‫ل‬ ‫ه‬
َ ٌْ
‫د‬ َ ‫ق‬ ٌ ‫م‬ ‫ه‬
ُْ َِّ ‫ن‬ ٌ
‫إ‬َ ‫ف‬ ٌ َ‫ِك‬ ‫ت‬‫م‬ ُ
َّ ِ‫ٌأل‬
ِ ‫ق‬ ‫س‬
ْ َ ‫ت‬‫س‬ْ ‫ٌا‬،ِ ‫هللا‬ ٌَ‫ل‬ ‫و‬‫س‬ُ ‫اٌر‬
ْ َ َ ‫ي‬ ٌ:َ ‫ل‬ ‫ا‬ َ ‫ق‬َ ‫ف‬ ٌٌٌِ‫النَّ ِبي‬
َ
ٌ‫ٌ َيا‬:َ‫ٌوقَال‬َ ‫ع َم ُر‬ ُ ٌ‫ٌفَ َبكَى‬،ُ‫ع َم َرٌفَأ َ ْخ َب َره‬
ُ ٌُ‫َىٌالر ُجل‬
َّ ‫ٌفَأَت‬،‫ْس‬ َ ‫ْسٌال َكي‬ َ ‫ٌوقُ ْلٌ َلهٌُ َع َليْكَ ٌال َكي‬، َ َ‫ٌوأَ ْخ ِب ْر ُهٌأَنَّ ُه ْمٌٌيُ ْسقَ ْون‬ َ ‫سَلَ َم‬ َّ ‫ال‬
ٌُ‫ع َج ْزت‬ َ ٌ‫الٌ َما‬ َّ ‫بٌالٌَآلُ ْوٌ ِإ‬
ِ ‫َر‬
Maknanya: “Paceklik datang di masa Umar, maka salah seorang sahabat yaitu
Bilal ibn al Harits al Muzani mendatangi kuburan Nabi dan mengatakan: Wahai
Rasulullah, mohonkanlah hujan kepada Allah untuk umatmu karena sungguh
mereka betul-betul telah binasa, kemudian orang ini bermimpi bertemu
dengan Rasulullah dan Rasulullah berkata kepadanya: “Sampaikan salamku
kepada Umar dan beritahukan bahwa hujan akan turun untuk mereka, dan
katakan kepadanya “bersungguh-sungguhlah dalam melayani umat.”
Kemudian sahabat tersebut datang kepada Umar dan memberitahukan apa
yang dilakukannya dan mimpi yang dialaminya. Umar menangis dan
mengatakan: “Ya Allah, Saya akan kerahkan semua upayaku kecuali yang aku
tidak mampu.” Hadits ini dinilai sahih oleh al Bayhaqi, Ibnu Katsir, al Hafizh
Ibnu Hajar dan lainnya. Faedah Hadits: Hadits ini menunjukkan dibolehkannya
beristighotsah dengan para nabi dan wali yang sudah meninggal dengan
redaksi Nida’ (memanggil) yaitu (ٌِ‫س ْولٌَهللا‬ ُ ‫اٌر‬
َ َ‫)ي‬. Ketika Bilal ibn al Harits al Muzani
mengatakan: (ٌَ‫ٌأل ُ َّم ِتك‬
ِ ‫ق‬ِ ‫)ا ْستَ ْس‬, maknanya adalah: “Mohonkanlah hujan kepada
Allah untuk ummat-mu,” bukan ciptakanlah hujan untuk ummatmu. Jadi dari
sini diketahui bahwa boleh bertawassul dan beristighotsah dengan
mengatakan:
ِ‫هللا‬
ٌ ٌَ‫س ْول‬
ُ ‫اٌر‬ ْ ‫يٌأَ ْوٌأَ ِغثْ ِن‬
َ َ‫يٌي‬ ْ ِ‫ٌأَد ِْر ْكن‬،‫ٌح ْي َلتِ ْي‬
ِ ‫ت‬ْ َ‫ضاق‬
َ ٌ،ِ‫س ْولٌَهللا‬
ُ ‫اٌر‬
َ َ‫ي‬
Karena maknanya adalah tolonglah aku dengan doamu kepada Allah,
selamatkanlah aku dengan doamu kepada Allah. Rasulullah bukan pencipta
manfa’at atau mara bahaya, beliau hanyalah sebab seseorang diberikan
manfaat atau dijauhkan dari bahaya. Rasulullah saja telah menyebut hujan
sebagai Mughits (penolong dan penyelamat) dalam hadits riwayat Abu Dawud
dan lainnya dengan sanad yang sahih:
ٌ‫اج ٍل‬ َ ًٌ‫اجَل‬
ِ ‫غي َْرٌ َء‬ ِ ‫ع‬َ ٌ‫آر‬
ٍ ‫ض‬ َ ٌ‫غ ْيثًاٌ ُم ِغ ْيثًاٌ َم ِر ْيئًاٌ َم ِر ْي ًعاٌنَا ِف ًعا‬
َ ٌ‫غي َْر‬ َ ٌ‫الل ٌُه َّمٌا ْس ِقنَا‬
Berarti sebagaimana Rasulullah menamakan hujan sebagai mughits karena
hujan menyelamatkan dari kesusahan dengan izin Allah, demikian pula seorang
nabi atau wali menyelamatkan dari kesusahan dan kesulitan dengan seizin
Allah. Jadi boleh mengatakan perkataan (ٌِ‫س ْولٌَهللا‬ ُ ‫اٌر‬ ْ ِ‫ )أَ ِغثْن‬dan semacamnya
َ ‫يٌ َي‬
ketika bertawassul, karena keyakinan seorang muslim ketika mengatakannya
adalah bahwa seorang nabi dan wali hanya sebab sedangkan pencipta manfaat
dan yang menjauhkan mara bahaya secara hakiki adalah Allah, bukan nabi atau
wali tersebut. Umar yang mengetahui bahwa Bilal ibn al Harits al Muzani
mendatangi kuburan Nabi, kemudian bertawassul, beristighotsah dengan
mengatakan: (ٌَ‫ٌأل ُ َّمتِك‬ ِ ‫ٌا ْستَ ْس‬،ِ‫س ْولٌَهللا‬
ِ ‫ق‬ ُ ‫ار‬
َ َ‫ )ي‬yang mengandung nida’ (panggilan) dan
perkataan (ٌ‫ق‬ِ ‫ )ا ْستَ ْس‬tidak mengafirkan atau memusyrikkan sahabat Bilal ibn al
Harits al Muzani, sebaliknya menyetujui perbuatannya dan tidak ada seorang
sahabat pun yang mengingkarinya. • Ath-Thabarani meriwayatkan dari Ibnu
‘Abbas bahwa Rasulullah bersabda:
ٌ‫ع ْر َجة‬ َ ٌ‫ابٌأَ َح َد ُك ْم‬
َ ‫ص‬َ َ‫ش َج ِرٌفَإِذَاٌأ‬
َّ ‫قٌال‬ َ ‫ٌم ْن‬
ِ ‫ٌو َر‬ ِ ‫ط‬ َ َ‫ضٌ ِس َوىٌا ْل َحف‬
ُ ُ‫ظ ِةٌيَ ْكتُب ُْونَ ٌ َماٌيٌَ ْسق‬ ِ ‫ِإ َّنٌهللٌِ َمَلَئِ َكةًٌفِ ْيٌاأل َ ْر‬
ٌ‫ٌرجالهٌثقاتٌورواهٌأيضاٌالبزار‬:‫ضٌفََلَةٌٍفٌَْليُنَادٌِأَ ِع ْينُ ْواٌ ِعبَا َدٌهللاٌِ(رواهٌالطبَ َرا ِنيٌوقالٌالحافظٌالهيثمي‬ ٍ ‫ِبأ َ ْر‬
‫وابنٌالس ُِّنيِ)ٌٌـ‬
Maknanya: “Sesungguhnya Allah memiliki para malaikat di bumi selain
hafazhah yang menulis daun-daun yang berguguran, maka jika kalian ditimpa
kesulitan di suatu padang maka hendaklah mengatakan: tolonglah aku, wahai
para hamba Allah” (HR ath-Thabarani dan al Hafizh al Haytsami mengatakan:
perawi-perawinya tepercaya, juga diriwayatkan oleh al-Bazzar dan Ibnu as-
Sunni) Hadits ini dinilai hasan oleh al Hafizh Ibnu Hajar dalam al Ama-li.
Faedah Hadits: Hadits ini menunjukkan dibolehkannya beristi’anah dan
beristighotsah dengan selain Allah, yaitu para shalihin meskipun tidak di
hadapan mereka dengan redaksi nida’ (memanggil). An-Nawawi setelah
menyebutkan riwayat Ibnu as-Sunni dalam kitabnya al-Adzkar mengatakan:
“Sebagian dari guru-guruku yang sangat alim pernah menceritakan bahwa
pernah suatu ketika lepas hewan tunggangannya dan beliau mengetahui hadits
ini lalu beliau mengucapkannya maka seketika hewan tunggangan tersebut
berhenti berlari, Saya-pun suatu ketika bersama suatu jama’ah kemudian
terlepas seekor binatang mereka dan mereka bersusah payah berusaha
menangkapnya dan tidak berhasil kemudian saya mengatakannya dan seketika
binatang tersebut berhenti tanpa sebab kecuali ucapan tersebut.” Ini
menunjukkan bahwa mengucapkan tawassul dan istighotsah tersebut adalah
amalan para ulama ahli hadits dan yang lainnya. • Hadits yang diriwayatkan
oleh al Bukhari dalam kitabnya, al-Adab al-Mufrad dengan sanad yang sahih
tanpa ‘illat dari Abdurrahman ibn Sa’d, beliau berkata: Suatu ketika kaki Ibnu
Umar terkena semacam kelumpuhan (Khadar), maka salah seorang yang hadir
mengatakan: Sebutkanlah orang yang paling Anda cintai!, lalu Ibnu Umar
mengatakan: Yaa Muhammad. Seketika itu, kaki beliau sembuh. Atsar ini juga
diriwayatkan oleh al Imam Ibrahim al Harbi dalam kitabnya Gharib al-Hadits.
Faedah Hadits: Hadits ini menunjukkan bahwa sahabat Abdullah ibnu Umar
melakukan Istighotsah dengan nida’: “Yaa Muhammad (ٌ‫)يَاٌ ُم َح َّم ُد‬.” Makna ٌ‫يَا‬
‫ ُم َح َّم ٌُد‬adalah ٌِ‫عائِكَ ٌ ِإ َلىٌهللا‬ ْ ِ‫أَد ِْر ْكن‬: “tolonglah aku dengan doamu kepada Allah.”
َ ‫يٌ ِب ُد‬
Hal ini dilakukan setelah Rasulullah wafat. Ini menunjukkan bahwa boleh
beristighotsah dan bertawassul dengan Rasulullah setelah beliau wafat,
meskipun dengan menggunakan redaksi nida’, jadi nida’ al-mayyit (memanggil
seorang nabi dan wali yang telah meninggal) bukan syirik. Dikutip dari buku
“Argumen Ahlussunnah wal Jama’ah, Jawaban Tuntas atas Tuduhan Bid’ah dan
Sesat” karya Ustadz Abu Abdillah (pengasuh beberapa majelis ta’lim, tinggal di
Jakarta) dan Ustadz Nur Rohmad (peneliti/pemateri Aswaja NU Center PWNU
Jawa Timur, tinggal di Mojokerto).

Sumber: https://islam.nu.or.id/ubudiyah/istighotsah-definisi-macam-dan-
dalilnya-pocpQ

Anda mungkin juga menyukai