Dosen Pengampu:
Dr. Farida Ariyani, M.Pd.
Dr. I Wayan Ardi Sumarta, M.Pd.
Kelompok 8
Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehinga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Kalimat Efektif dan Analisis Kalimat” tepat pada
waktunya.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Linguistik. Adapun isi dari makalah yaitu menjelaskan tentang
Kalimat Efektif dan Analisis Kalimat. Penyusun berterima kasih kepada Dr.
Farida Ariyani, M.Pd. dan Dr. I Wayan Ardi Sumarta, M.Pd. selaku dosen mata
kuliah Linguistik yang telah memberikan arahan serta bimbingan, dan juga
kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung
dalam penulisan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, sangatlah diharapkan saran dan kritik dari semua pihak agar makalah
ini menjadi lebih baik kedepannya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Pengertian kalimat efektif 3
2.2 Batasan kalimat efektif 4
2.3 Syarat dalam kalimat efektf 6
2.4 Taksonomi Analisis Kesalahan Berbahasa 13
BAB III PENUTUP 19
3.1 Kesimpulan 19
3.2 Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
tersebut secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau
penulis. Kedua, kalimat tersebut sanggup menimbulkan gagasan yang sama
tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh
pembicara atau penulis. Faktor yang menjadikan gagasan diterima dengan
baik adalah penggunaan kalimat yang baik dan benar serta penggunaan huruf
dan tanda baca yang sesuai dengan kaidah tata bahasa.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan
mudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan
Ridwan:2001).
3
gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca sama dengan pikiran
penulis atau pembicara. Kalimat efektif memiliki ciri khas, yaitu sepadan
struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan
penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.
Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi
kalimat efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas dan mudah dipahami. Jadi
kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan
mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Suatu kalimat dinyatakan
efektif apabila penerima pesan dapat menyampaikan kembali gagasan, pesan,
perasaan, pemberitahuan, atau argumentasi, sebagaimana seperti yang
dimaksud oleh si pemberi pesan.
1. Bentuk Ekspresi
2. Intonasi
4. Situasi
Pada dasarnya, ada empat syarat utama sebuah kalimat dapat dikatakan
efektif atau tidak, yaitu:
4
1. Sesuai EYD
Sebuah kalimat efektif haruslah menggunakan ejaan maupun tanda baca yang
tepat.
2. Sistematis
singkatan SPOK.
Pastikan susunan kalimat yang di rumuskan pasti dan ringkas agar pembaca
dapat menangkap gagasan dan informasi yang disampaikan.
4. Tidak Ambigu
pembaca dari multiftafsir. Dengan susunan kata yang ringkas sistematis, dan
sesuai kaidah kebahasaan; pembaca tidak akan kesulitan mengartikan ide dari
kalimat sehingga tidak terjadi multiftafsir.
Contoh :
Kalimat Wahai Ibu yang saya hormati, sudilah kiranya Ibu memberitahukan
kepada saya berapakah gerangan harga satu kilogram telur ayam ini?
secara gramatikal tidak akan disalahkan. Akan tetapi, hal itu dipandang tidak
wajar dan cukup asing didengar oleh lawan bicara manakala digunakan pada
waktu berbelanja di pasar.
5
2.3 Syarat dalam kalimat efektf
Dalam kalimat efektif terdapat beberapa macam syarat yang harus dipenuhi
oleh sebuah kalimat agar dapat dikatakan sebagai kalimat efektif,
Menurut Yanti (2007:24) ada tujuh ciri yang menandakan sebuah kalimat
efektif. Tujuh ciri tersebut adalah: kesepadanan struktur, kepararelan
bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan
gagasan, kelogisan Bahasa.
Menurut Widjono (20007:160) ada sembilan ciri kalimat dikatan efektif bila
memenuhi syarat: memiliki kesatuan, keutuhan, kelogisan, keepadanan
makna dan struktur, kesejajaran bentuk kata,kefokusan pikiran, kehematan
penggunaan unsur kalimat, kecermatan dan kesatuan, keberfariasian kata.
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Arifin (2005:65), bahwa
kalimat efektif memiliki ciri-ciri: Adanya kesepadanan struktur,
kepararelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan
kelogisan.Dari beberapa pendapat tersebut pada dasarnya memiliki
kesamaan bahawa dalam kalimat efektif terkait dalam unsur pemakaian kata
dan makna dalam penyampian ide/gagasan seseorang. Indikator kalimat
efektif dalam penelitian ini ada 11 indikator kalimat dikatakan efektif.
Menurut Wijayanti (2015: 66) kalimat dinyatakan efektif bila memiliki ciri-
ciri:
1. Kesatuan gagasan
Kalimat efektif hanya mengandung satu gagasan. Baik didalam kalimat
maupun di dalam paragraf syarat yang harus dipeneuhi adalah adanya
kesatuan gagasan. Kesatuan gagasan ini akan memiliki arti bahwa di dalam
sebuah kalimat hanya ada satu ide/gagasan.
2. Keparalelan
Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat
itu. Artinya, jika bentuk pertama menggunakan kata benda, bentuk
berikutnya juga menggunakan kata benda. Jika bentuk pertama
menggunakan kata kerja, bentuk kedua juga menggunakan kata kerja
6
(Waridah, 2016: 310). Dalam membuat kalimat efektif yang memenuhi
syarat kalimat efektif keparalelan bentuk, sebuah kata yang memiliki fungsi
sebagai predikat tidak memiliki bentuk yang sama. Oleh karena itu, supaya
kalimat bisa menjadi efektif, maka predikat dapat dilakukan pengubahan
sehingga menjadi kata benda yang semua.
Contoh Kalimat yang kurang paralel:
Hutan bakau dikelompokkan berdasarkan pembentukan, pasang surutnya
air, dan cara memanfaatkannya.
Seharusnya (Contoh kalimat paralel):
Hutan bakau dikelompokkan berdasarkan pembentukan, pasang surutnya air
dan cara pemanfaatannya.
3. Kehematan
Berarti menggunakan kata, frasa, atau unsur lain yang hanya dibutuhkan
saja sesuai dengan kebutuhan gagasan pokok penulisnya. Kehematan kata
dapat dicapai melalui beberapa cara, yakni:
● Menghilangkan pengulangan subjek. Contoh:
Boros: Karena ia tidak di undangan maka ia tidak datang.
Hemat: Karena tidak di undangan, ia tidak datang.
● Menghindari penggunaan superordinat pada hiponimi kata. Contoh:
Boros: la mengenakan baju warna kuning.
Hemat: la mengenakan baju kuning.
● Menghindari kesinoniman dalam suatu kalimat. Contoh:
Boros: Sejak dari tadi dia melamun.
Hemat: Sejak tadi dia melamun.
● Tidak menjamakkan kata yang sudah berbentuk jamak. Contoh:
Boros: Tamu-tamu telah datang di tempat undangan.
Hemat: Tamu telah datang di tempat undangan.
4. Kecermatan
Berarti Kalimat spesifik mengungkapkan gagasan tertentu dan tidak
memberikan tafsiran atau pengertian lain ketika dibaca. Prinsip kecermatan
7
berarti cermat dan tepat menggunakan diksi. Agar tercapai kecermatan dan
ketepatan diksi, harus memperhatikan pernyataan-pernyataan berikut ini.
• Hindari penanggalan awalan
• Hindari peluluhan bunyi / c /
• Hindari bunyi / s /, / p /, / t /, dan / k / yang tidak luluh
• Hindari pemakaian kata ambigu
Contoh:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
Contoh di atas menimbulkan pertanyaan apakah yang dimaksud kalimat
mahasiswa terkenal atau justru perguruan tingginya yang terkenal?
Scharusnya:
Mahasiswa perguruan tinggi terkenal itu menerima hadiah.
5 Kelogisan
Kelogisan dalam kalimat mengacu pada keberadaan makna yang logis dan
masuk akal. Konsep logika ini juga menuntut adanya pola pikir yang
terorganisir dengan baik. Kalimat yang benar secara gramatikal bisa
menjadi tidak efektif tanpa adanya kelogisan. Pada kelogisan terdapat hal
yang harus dipenuhi yaitu:
– Kalimat pasif dan aktif harus jelas
– Subjek dan keterangan harus jelas
– Pengantar kalimat dan predikat harus jelas
– Induk kalimat dan anak kalimat harus jelas
– Subjek tidak ganda
– Predikat tidak didahului kata yang
Contoh:
-Pencuri berhasil ditangkap polisi.
Secara gramatikal kalimat di atas tidak salah. Akan tetapi, jika dilihat dari
segi logika, kalimat itu terasa janggal dan tidak logis. Ketidaklogisan
kalimat itu terletak pada kata berhasil karena pencuri yang ditangkap polisi
tentu bukanlah suatu keberhasilan, melainkan justru merupakan kegagalan.
Kalimat tersebut akan menjadi logis kalau diubah menjadi seperti di bawah
ini.
8
Contoh:
(1a) Polisi berhasil menangkap pencuri. Atau
(1b) Pencuri berhasil melarikan diri dari kejaran polisi
6. Kesepadanan
Ciri keenam yang menandai keefektifan sebuah kalimat adalah
kesepadanan. Kesepadanan dalam kalimat efektif dimaksudkan sebagai
keseimbangan antara pikiran dengan struktur bahasa yang digunakan.
Kesepadanan kalimat ini memiliki beberapa penanda sebagai berikut.
a) Kalimat yang sepadan memiliki subjek dan predikat yang jelas.
Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan
menghindarkan penggunaan kata depan pada, kepada, bagi, di, untuk,
dalam, dan sebagainya di depan subjek. Misalnya:
Contoh:
“Dalam buku itu membahas perubahan bunyi fonem suatu bahasa”.
Kata depan dalam pada kalimat di atas mengganggu kesepadanan sebuah
kalimat karena menyebabkan kalimat itu tidak bersubjek. Kalimat tersebut
akan lebih baik (sepadan) kalau kata depan dalam dihilangkan sehingga
menjadi seperti di bawah ini.
Perbaikan:
“Buku itu membahas perubahan bunyi fonem suatu bahasa”.
9
c) Penghubung intra kalimat (seperti sehingga, dan, atau, lalu, kemudian,
sedangkan, bahkan, jika, dll.) tidak digunakan pada kalimat tunggal,
misalnya sebagai berikut.
Contoh: “Saya tidak bisa hadir dalam diskusi kemarin. Sehingga saya tidak
mengetahui keputusan hasil diskusi tersebut”.
Penggunaan kata sehingga dalam kalimat di atas tidaklah sepadan karena
kata sehingga merupakan kata penghubung intra kalimat yang tidak bisa
difungsikan sebagai penghubung antar kalimat. Perbaikan terhadap kalimat
itu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menjadikan kalimat itu
kalimat majemuk atau dengan mengganti kata penghubung intrakalimat
menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, seperti di bawah ini.
Perbaikan:
“Saya tidak bisa hadir dalam diskusi kemarin. Oleh karena itu, saya tidak
mengetahui keputusan hasil diskusi tersebut”.
6. Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan dalam kalimat efektif ini adalah kepaduan
pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikan tidak
terpecah-pecah. Penanda-penanda kalimat yang padu dapat dipaparkan
sebagai berikut.
a) Penanda pertama, kalimat yang padu tidak bertele-tele. Oleh karena itu,
hindari penggunaan kalimat yang panjang dan berbelit-belit. Perhatikan
kalimat berikut!
Contoh:
“Proses pemilihan dan penetapan bahasa kesatuan kita sangat mudah; pada
mana, masingmasing perjuangan, di mana rakyat Indonesia yang tersebar
dari Sabang sampai Merauke, yang senasib, seperjuangan serta satu cita-
cita, maka karena kesadaran tadi, disertai pemikiran, maka rakyat Indonesia
menetapkan Bahasa Nasional tersebut sebagai bahasa kesatuan”.
Kita tentu bisa menilai bahwa kalimat di atas terlalu panjang dan bertele-
tele, sehingga susah untuk dipahami. Kalimat di atas akan mudah dipahami
apabila strukturnya disederhanakan atau dipecah menjadi beberapa kalimat
sehingga menjadi seperti berikut ini.
10
Perbaikan:
“Proses pemilihan dan penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa kesatuan
kita sangat mudah. Hal itu disebabkan oleh karena pada masa-masa
perjuangan, rakyat Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke
merasakan senasib, seperjuangan serta satu cita-cita. Dengan kesadaran itu
dan disertai pemikiran yang mantap, rakyat Indonesia menetapkjan bahasa
Indonesia tersebut sebagai bahasa kesatuan”.
b) Penanda kedua, kalimat yang padu menggunakan pola aspek + agen +
verba secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat persona.
Misalnya sebagai berikut.
Contoh:
“Surat Anda saya sudah baca dan saya sudah pahami isinya”.
Kalimat tidak menunjukkan kepaduan karena aspek terletak di antara agen
dan verba. Kalimat itu akan menunjukkan kepaduan kalau disusun seperti di
bawah ini (mengikuti pola aspek+agen+verba).
Perbaikan:
“Surat Anda sudah saya baca dan sudah saya pahami isinya”.
c) Penanda ketiga, kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata
antara predikat kata kerja transitif dan ojek penderita. Misalnya seperti yang
terlihat pada kalimat berikut ini.
Contoh:
“Seluruh sivitas akademika harus memahami akan statuta kampusnya”.
Penggunaan kata akan pada kalimat di atas tidak diperlukan karena kata
kerja transitif memahami harus diikuti secara langsung oleh objek penderita
statuta kampusnya. Perbaikan kalimat tersebut tampak pada kalimat berikut.
Perbaikan:
“Seluruh sivitas akademika harus memahami statuta kampusnya”.
7. Kesejajaran
Kesejajaran adalah penggunaan bentuk-bentuk yang sama pada kata-kata
yang paralel. Agar kalimat terlihat rapi dan bermakna sama, kesejajaran
dalam kalimat diperlukan.
Contoh:
11
“Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen,
kerusakan barang, busuknya makanan, dan jika hewan yang diletakkan di
dalam bagasi tiba-tiba mati.”
Pada kalimat tersebut kata busuknya dan mati tidak paralel dengan kata
kehilangan dan kerusakan, maka dua kata tersebut disejajarkan menjadi
kebusukkan dan kematiaan.
Perbaikan:
“Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen,
kerusakan barang, kebusukan makanan, dan kematian hewan.”
12
2.4 Taksonomi Analisis Kesalahan Berbahasa
13
kesalahan tersebut sering timbul dan banyak terjadi pada penulisan-penulisan
ilmiah.
(1) Penghilangan
Kesalahan-kesalahan yang bersifat “penghilangan” ini ditandai oleh
ketidakhadiran suatu butir yang seharusnya ada dalam ucapan yang baik dan
benar.
Contoh kalimat:
Kami membeli makanan enak warung.
Kalimat tersebut mengalami #pendikarbahasa kerancuan makna karena
penghilangan butir kata (preposisi) yang tidak seharusnya terjadi.
Seharusnya kalimat yang benar adalah:
Kami membeli makanan di warung.
(2) Penambahan
Penambahan ini adalah kebalikan dari penghilangan, yaitu kesalahan yang
ditandai oleh hadirnya suatu butir atau unsur yang seharusnya tidak
muncul dalam ucapan yang baik dan benar.
Contoh kalimat:
14
Para mahasiswa-mahasiswa.
Banyak rumah-rumah.
Yang seharusnya:
Para mahasiswa atau mahasiswa-mahasiswa
Banyak rumah atau rumah-rumah
2. Taksonomi Komparatif
15
(1) Kesalahan Perkembangan
Kesalahan-kesalahan yang sama dengan yang dibuat oleh anak-anak yang
belajar bahasa sasaran sebagai B1 mereka.
16
Contoh di atas merupakan struktur bahasa yang digunakan seorang pelajar
dengan bahasa ibunya (Spanyol) dan juga tidak perkembangan B2 (seperti
She hungry dengan menghilangkan auxiliary). (Tarigan, 1988:158-163).
17
Kesalahan lokal adalah kesalahan yang memengaruhi sebuah unsur dalam
kalimat yang biasanya tidak mengganggu komunikasi secara signifikan.
Kesalahan-kesalahan ini hanya terbatas pada suatu bagian kalimat saja, maka
Burt dan Kiparsky menyebutnya kesalahan “lokal”.
Dalam Bahasa Indonesia, contoh kesalahan lokal itu antara lain sebagai berikut.
Penyelesaikan tugas itu diselesaikannya dengan penuh semangat.
Jumlah mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh ribu.
Penyerahan hadiah diserahkan oleh Bapak Lurah.
Yang seharusnya:
Tugas itu diselesaikannya dengan penuh semangat.
Mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh ribu.
Hadiah diserahkan oleh Bapak Lurah.
(Tarigan, 1988: 164-166)
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah kami ini tentang Kalimat Efektif dan
Analisis Kalimat, pembaca dapat memahami unsur-unsur kalimat efektif dan
dapat menganalisis kalimat secara tepat dan baik.
19
DAFTAR PUSTAKA
20