Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENGANTAR LINGUISTIK

KALIMAT EFEKTIF DAN ANALISIS KALIMAT

Dosen Pengampu:
Dr. Farida Ariyani, M.Pd.
Dr. I Wayan Ardi Sumarta, M.Pd.

Kelompok 8

1. Dinda Mareta (2313041015)


2. Elma Malini (2313041047)
3. Novita Sari (2313041063)

PRODI STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehinga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Kalimat Efektif dan Analisis Kalimat” tepat pada
waktunya.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Linguistik. Adapun isi dari makalah yaitu menjelaskan tentang
Kalimat Efektif dan Analisis Kalimat. Penyusun berterima kasih kepada Dr.
Farida Ariyani, M.Pd. dan Dr. I Wayan Ardi Sumarta, M.Pd. selaku dosen mata
kuliah Linguistik yang telah memberikan arahan serta bimbingan, dan juga
kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung
dalam penulisan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, sangatlah diharapkan saran dan kritik dari semua pihak agar makalah
ini menjadi lebih baik kedepannya.

Bandar Lampung, 31 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Pengertian kalimat efektif 3
2.2 Batasan kalimat efektif 4
2.3 Syarat dalam kalimat efektf 6
2.4 Taksonomi Analisis Kesalahan Berbahasa 13
BAB III PENUTUP 19
3.1 Kesimpulan 19
3.2 Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan


manusia yang lainnya dengan tujuan men yampaikan maksud dari si
pembicara. Bahasa tentu memiliki unsur atau aturan yang digunakan agar
dapat lebih mudah di pahami oleh lawan bicara. Kalimat efektif adalah
kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan
dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan
yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran
tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh
penulis atau pembicaranya.

Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada


sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang
diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat
mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang
digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat
seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang
seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan.

Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan


keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim,
1994:86). Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita mengenal bahasa
lisan dan bahasa tulisan.

Kedua bahasa ini sering menimbulkan kesalahpahaman. Penggunaan


kalimat yang baik dan benar (yang disebut kalimat efektif) akan
memudahkan pemahanam orang lain sehingga kesalahpahaman yang sering
terjadi dapat terhindarkan.

Untuk menjadikan kalimat yang diucapkan atau ditulis mudah dimengerti


oleh orang lain, ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, kalimat

1
tersebut secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau
penulis. Kedua, kalimat tersebut sanggup menimbulkan gagasan yang sama
tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh
pembicara atau penulis. Faktor yang menjadikan gagasan diterima dengan
baik adalah penggunaan kalimat yang baik dan benar serta penggunaan huruf
dan tanda baca yang sesuai dengan kaidah tata bahasa.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun beberapa topik permasalahan yang ditulis penyusun dalam makalah


ini yaitu

1.2.1 Pengertian kalimat efektif


1.2.2 Batasan kalimat efektif
1.2.3 Syarat kalimat efektif
1.2.4 Taksonomi analisis kesalahan berbahasa

1.3 Tujuan Masalah

Dari rumusan masalah diatas, penulis memiliki tujuan dalam pembuatan


makalah ini sebagai berikut :

1.3.1 Agar mengetahui arti dari pengertian kalimat efektif


1.3.2 Untuk mengetahui Batasan dalam kalimat efektif
1.3.3 Untuk mengetahui syarat dari kalimat efektif
1.3.4 Untuk mengetahui tentang taksonomi analisis kesalahan berbahasa

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kalimat efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan


penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran
kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada
pendengar atau pembaca.

Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa :

1. Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-


syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup,
segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri
pembaca. (Rahayu: 2007).

2. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan
mudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan
Ridwan:2001).

3. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai


dengan kaidah. ringkas, dan enak dibaca. (Arifin: 1989).

4. Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan


informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha,
Rohmadi, dan Wahyudi: 2008).

5. Menurut Nursalim (2019:53) “Kalimat yang efektif memiliki


kemampuan atau tenaga untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada
pikiran pendengar atau pembaca, identik dengan yang dipikirkan pembicara
atau penulis”.

6. Menurut Prima Gusti Yanti (2017:91) mendefinisikan bahwa Kalimat


Efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali

3
gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca sama dengan pikiran
penulis atau pembicara. Kalimat efektif memiliki ciri khas, yaitu sepadan
struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan
penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.

7. Menurut Gorys Keraf dalam Widyamartaya (2006:19), kalimat efektif


adalah kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasan
pembicara atau penulis dan sangup menimbulkan gagasan yang sama, tepat
nya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh
pembicara atau penulis .

Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi
kalimat efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas dan mudah dipahami. Jadi
kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan
mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Suatu kalimat dinyatakan
efektif apabila penerima pesan dapat menyampaikan kembali gagasan, pesan,
perasaan, pemberitahuan, atau argumentasi, sebagaimana seperti yang
dimaksud oleh si pemberi pesan.

2.2 Batasan kalimat efektif

Kalimat menurut KBBI adalah kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu


konsep pikiran dan perasaan. Ucapan seseorang, atau, kalimat yang
diungkapkan oleh seseorang, atau kalimat yang diungkapkan oleh seseorang
dengan sendirinya mencakup beberapa segi:

1. Bentuk Ekspresi

2. Intonasi

3. Makna atau arti

4. Situasi

Pada dasarnya, ada empat syarat utama sebuah kalimat dapat dikatakan
efektif atau tidak, yaitu:

4
1. Sesuai EYD

Sebuah kalimat efektif haruslah menggunakan ejaan maupun tanda baca yang
tepat.

2. Sistematis

Untuk penggunaan kalimat efektif, ada 4 komponen struktur tetap, yaitu


subjek, predikat, objek, dan keterangan, yang mana lebih dikenal dengan

singkatan SPOK.

3. Tidak Boros dan Bertele-tele

Pastikan susunan kalimat yang di rumuskan pasti dan ringkas agar pembaca
dapat menangkap gagasan dan informasi yang disampaikan.

4. Tidak Ambigu

Kalimat efektif menjadi sangat penting untuk menghindari

pembaca dari multiftafsir. Dengan susunan kata yang ringkas sistematis, dan
sesuai kaidah kebahasaan; pembaca tidak akan kesulitan mengartikan ide dari
kalimat sehingga tidak terjadi multiftafsir.

Menurut (P Parto:2020) Kalimat yang disusun dengan benar secara gramatikal


dan benar secara logikal akan dapat dengan mudah dipahami orang lain secara
tepat. Kalimat seperti itu dapatlah disebut sebagai kalimat efektif. Sebuah
kalimat efektif haruslah secara tepat dapat mewakili pikiran dan keinginan
komunikator (penulis atau pembicara). Artinya bahwa kalimat efektif haruslah
disusun dengan penuh kesadaran untuk mencapai kesepahaman. Kebenaran
gramatikal saja belum tentu menjamin efektivitas sebuah kalimat.

Contoh :

Kalimat Wahai Ibu yang saya hormati, sudilah kiranya Ibu memberitahukan
kepada saya berapakah gerangan harga satu kilogram telur ayam ini?

secara gramatikal tidak akan disalahkan. Akan tetapi, hal itu dipandang tidak
wajar dan cukup asing didengar oleh lawan bicara manakala digunakan pada
waktu berbelanja di pasar.

5
2.3 Syarat dalam kalimat efektf

Dalam kalimat efektif terdapat beberapa macam syarat yang harus dipenuhi
oleh sebuah kalimat agar dapat dikatakan sebagai kalimat efektif,
Menurut Yanti (2007:24) ada tujuh ciri yang menandakan sebuah kalimat
efektif. Tujuh ciri tersebut adalah: kesepadanan struktur, kepararelan
bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan
gagasan, kelogisan Bahasa.
Menurut Widjono (20007:160) ada sembilan ciri kalimat dikatan efektif bila
memenuhi syarat: memiliki kesatuan, keutuhan, kelogisan, keepadanan
makna dan struktur, kesejajaran bentuk kata,kefokusan pikiran, kehematan
penggunaan unsur kalimat, kecermatan dan kesatuan, keberfariasian kata.
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Arifin (2005:65), bahwa
kalimat efektif memiliki ciri-ciri: Adanya kesepadanan struktur,
kepararelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan
kelogisan.Dari beberapa pendapat tersebut pada dasarnya memiliki
kesamaan bahawa dalam kalimat efektif terkait dalam unsur pemakaian kata
dan makna dalam penyampian ide/gagasan seseorang. Indikator kalimat
efektif dalam penelitian ini ada 11 indikator kalimat dikatakan efektif.
Menurut Wijayanti (2015: 66) kalimat dinyatakan efektif bila memiliki ciri-
ciri:

1. Kesatuan gagasan
Kalimat efektif hanya mengandung satu gagasan. Baik didalam kalimat
maupun di dalam paragraf syarat yang harus dipeneuhi adalah adanya
kesatuan gagasan. Kesatuan gagasan ini akan memiliki arti bahwa di dalam
sebuah kalimat hanya ada satu ide/gagasan.

2. Keparalelan
Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat
itu. Artinya, jika bentuk pertama menggunakan kata benda, bentuk
berikutnya juga menggunakan kata benda. Jika bentuk pertama
menggunakan kata kerja, bentuk kedua juga menggunakan kata kerja

6
(Waridah, 2016: 310). Dalam membuat kalimat efektif yang memenuhi
syarat kalimat efektif keparalelan bentuk, sebuah kata yang memiliki fungsi
sebagai predikat tidak memiliki bentuk yang sama. Oleh karena itu, supaya
kalimat bisa menjadi efektif, maka predikat dapat dilakukan pengubahan
sehingga menjadi kata benda yang semua.
Contoh Kalimat yang kurang paralel:
Hutan bakau dikelompokkan berdasarkan pembentukan, pasang surutnya
air, dan cara memanfaatkannya.
Seharusnya (Contoh kalimat paralel):
Hutan bakau dikelompokkan berdasarkan pembentukan, pasang surutnya air
dan cara pemanfaatannya.

3. Kehematan
Berarti menggunakan kata, frasa, atau unsur lain yang hanya dibutuhkan
saja sesuai dengan kebutuhan gagasan pokok penulisnya. Kehematan kata
dapat dicapai melalui beberapa cara, yakni:
● Menghilangkan pengulangan subjek. Contoh:
Boros: Karena ia tidak di undangan maka ia tidak datang.
Hemat: Karena tidak di undangan, ia tidak datang.
● Menghindari penggunaan superordinat pada hiponimi kata. Contoh:
Boros: la mengenakan baju warna kuning.
Hemat: la mengenakan baju kuning.
● Menghindari kesinoniman dalam suatu kalimat. Contoh:
Boros: Sejak dari tadi dia melamun.
Hemat: Sejak tadi dia melamun.
● Tidak menjamakkan kata yang sudah berbentuk jamak. Contoh:
Boros: Tamu-tamu telah datang di tempat undangan.
Hemat: Tamu telah datang di tempat undangan.

4. Kecermatan
Berarti Kalimat spesifik mengungkapkan gagasan tertentu dan tidak
memberikan tafsiran atau pengertian lain ketika dibaca. Prinsip kecermatan

7
berarti cermat dan tepat menggunakan diksi. Agar tercapai kecermatan dan
ketepatan diksi, harus memperhatikan pernyataan-pernyataan berikut ini.
• Hindari penanggalan awalan
• Hindari peluluhan bunyi / c /
• Hindari bunyi / s /, / p /, / t /, dan / k / yang tidak luluh
• Hindari pemakaian kata ambigu
Contoh:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
Contoh di atas menimbulkan pertanyaan apakah yang dimaksud kalimat
mahasiswa terkenal atau justru perguruan tingginya yang terkenal?
Scharusnya:
Mahasiswa perguruan tinggi terkenal itu menerima hadiah.

5 Kelogisan
Kelogisan dalam kalimat mengacu pada keberadaan makna yang logis dan
masuk akal. Konsep logika ini juga menuntut adanya pola pikir yang
terorganisir dengan baik. Kalimat yang benar secara gramatikal bisa
menjadi tidak efektif tanpa adanya kelogisan. Pada kelogisan terdapat hal
yang harus dipenuhi yaitu:
– Kalimat pasif dan aktif harus jelas
– Subjek dan keterangan harus jelas
– Pengantar kalimat dan predikat harus jelas
– Induk kalimat dan anak kalimat harus jelas
– Subjek tidak ganda
– Predikat tidak didahului kata yang
Contoh:
-Pencuri berhasil ditangkap polisi.
Secara gramatikal kalimat di atas tidak salah. Akan tetapi, jika dilihat dari
segi logika, kalimat itu terasa janggal dan tidak logis. Ketidaklogisan
kalimat itu terletak pada kata berhasil karena pencuri yang ditangkap polisi
tentu bukanlah suatu keberhasilan, melainkan justru merupakan kegagalan.
Kalimat tersebut akan menjadi logis kalau diubah menjadi seperti di bawah
ini.

8
Contoh:
(1a) Polisi berhasil menangkap pencuri. Atau
(1b) Pencuri berhasil melarikan diri dari kejaran polisi

6. Kesepadanan
Ciri keenam yang menandai keefektifan sebuah kalimat adalah
kesepadanan. Kesepadanan dalam kalimat efektif dimaksudkan sebagai
keseimbangan antara pikiran dengan struktur bahasa yang digunakan.
Kesepadanan kalimat ini memiliki beberapa penanda sebagai berikut.
a) Kalimat yang sepadan memiliki subjek dan predikat yang jelas.
Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan
menghindarkan penggunaan kata depan pada, kepada, bagi, di, untuk,
dalam, dan sebagainya di depan subjek. Misalnya:
Contoh:
“Dalam buku itu membahas perubahan bunyi fonem suatu bahasa”.
Kata depan dalam pada kalimat di atas mengganggu kesepadanan sebuah
kalimat karena menyebabkan kalimat itu tidak bersubjek. Kalimat tersebut
akan lebih baik (sepadan) kalau kata depan dalam dihilangkan sehingga
menjadi seperti di bawah ini.
Perbaikan:
“Buku itu membahas perubahan bunyi fonem suatu bahasa”.

b) Kalimat yang sepadan tidak memiliki subjek ganda. Misalnya sebagai


berikut.
Contoh:
“Anak itu rambutnya keriting”.
Kalimat di atas mempunyai subjek ganda: anak itu dan rambutnya. Kalimat
itu akan lebih baik kalau diubah menjadi seperti di bawah ini.
Perbaikan:
“Anak itu berambut keriting”. Atau “Rambut anak itu keriting”.

9
c) Penghubung intra kalimat (seperti sehingga, dan, atau, lalu, kemudian,
sedangkan, bahkan, jika, dll.) tidak digunakan pada kalimat tunggal,
misalnya sebagai berikut.
Contoh: “Saya tidak bisa hadir dalam diskusi kemarin. Sehingga saya tidak
mengetahui keputusan hasil diskusi tersebut”.
Penggunaan kata sehingga dalam kalimat di atas tidaklah sepadan karena
kata sehingga merupakan kata penghubung intra kalimat yang tidak bisa
difungsikan sebagai penghubung antar kalimat. Perbaikan terhadap kalimat
itu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menjadikan kalimat itu
kalimat majemuk atau dengan mengganti kata penghubung intrakalimat
menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, seperti di bawah ini.
Perbaikan:
“Saya tidak bisa hadir dalam diskusi kemarin. Oleh karena itu, saya tidak
mengetahui keputusan hasil diskusi tersebut”.

6. Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan dalam kalimat efektif ini adalah kepaduan
pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikan tidak
terpecah-pecah. Penanda-penanda kalimat yang padu dapat dipaparkan
sebagai berikut.
a) Penanda pertama, kalimat yang padu tidak bertele-tele. Oleh karena itu,
hindari penggunaan kalimat yang panjang dan berbelit-belit. Perhatikan
kalimat berikut!
Contoh:
“Proses pemilihan dan penetapan bahasa kesatuan kita sangat mudah; pada
mana, masingmasing perjuangan, di mana rakyat Indonesia yang tersebar
dari Sabang sampai Merauke, yang senasib, seperjuangan serta satu cita-
cita, maka karena kesadaran tadi, disertai pemikiran, maka rakyat Indonesia
menetapkan Bahasa Nasional tersebut sebagai bahasa kesatuan”.
Kita tentu bisa menilai bahwa kalimat di atas terlalu panjang dan bertele-
tele, sehingga susah untuk dipahami. Kalimat di atas akan mudah dipahami
apabila strukturnya disederhanakan atau dipecah menjadi beberapa kalimat
sehingga menjadi seperti berikut ini.

10
Perbaikan:
“Proses pemilihan dan penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa kesatuan
kita sangat mudah. Hal itu disebabkan oleh karena pada masa-masa
perjuangan, rakyat Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke
merasakan senasib, seperjuangan serta satu cita-cita. Dengan kesadaran itu
dan disertai pemikiran yang mantap, rakyat Indonesia menetapkjan bahasa
Indonesia tersebut sebagai bahasa kesatuan”.
b) Penanda kedua, kalimat yang padu menggunakan pola aspek + agen +
verba secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat persona.
Misalnya sebagai berikut.
Contoh:
“Surat Anda saya sudah baca dan saya sudah pahami isinya”.
Kalimat tidak menunjukkan kepaduan karena aspek terletak di antara agen
dan verba. Kalimat itu akan menunjukkan kepaduan kalau disusun seperti di
bawah ini (mengikuti pola aspek+agen+verba).
Perbaikan:
“Surat Anda sudah saya baca dan sudah saya pahami isinya”.
c) Penanda ketiga, kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata
antara predikat kata kerja transitif dan ojek penderita. Misalnya seperti yang
terlihat pada kalimat berikut ini.
Contoh:
“Seluruh sivitas akademika harus memahami akan statuta kampusnya”.
Penggunaan kata akan pada kalimat di atas tidak diperlukan karena kata
kerja transitif memahami harus diikuti secara langsung oleh objek penderita
statuta kampusnya. Perbaikan kalimat tersebut tampak pada kalimat berikut.
Perbaikan:
“Seluruh sivitas akademika harus memahami statuta kampusnya”.

7. Kesejajaran
Kesejajaran adalah penggunaan bentuk-bentuk yang sama pada kata-kata
yang paralel. Agar kalimat terlihat rapi dan bermakna sama, kesejajaran
dalam kalimat diperlukan.
Contoh:

11
“Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen,
kerusakan barang, busuknya makanan, dan jika hewan yang diletakkan di
dalam bagasi tiba-tiba mati.”
Pada kalimat tersebut kata busuknya dan mati tidak paralel dengan kata
kehilangan dan kerusakan, maka dua kata tersebut disejajarkan menjadi
kebusukkan dan kematiaan.
Perbaikan:
“Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen,
kerusakan barang, kebusukan makanan, dan kematian hewan.”

Atar Semi (1990; 143) menyampaikan ciri-ciri kalimat efektif sebagai


Berikut:
(1) Sesuai dengan tuntutan bahasa baku, maksudnya kalimat itu
ditulis Dengan memperhatikan penggunaan ejaan yang tepat sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia,
(2) Jelas, artinya kalimat itu mudah dipahami dan diterima oleh
pembaca,
(3) Ringkas dan lugas, artinya tidak berbelit-belit atau dengan kata
yang sedikit dapat menyampaikan berbagai ide,
(4) Adanya koherensi antara kalimat yang satu dengan kalimat yang
atau antara paragraf yang satu dengan paragraf yang lain,
(5) Kalimat harus hidup, artinya ada variasi tentang pilihan kata,
gaya bahasa, bentuk kalimat, dan antara panjang pendek kalimat, dan
(6) Tidak ada unsur yang tidak berfungsi, artinya setiap kata dan
kalimat dalam sebuah paragraf ada fungsinya.

12
2.4 Taksonomi Analisis Kesalahan Berbahasa

Kesalahan berbahasa merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran


atau tulisan. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau
komposisi yang menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dari
performansi bahasa orang #pendikarbahasa dewasa (Tarigan, 1988:141). Hal itu
dapat diketahui bahwa kesalahan adalah penyimpangan norma-norma bahasa
yang telah ditetapkan dalam penggunaan bahasa. Kesalahan berbahasa ini dapat
dilakukan oleh siapa saja.

Kesalahan berbahasa dapat terjadi dalam setiap tataran linguistik


(kebahasaan). Ada kesalahan yang terjadi dalam tataran fonologi, morfologi,
sintaksis, wacana dan semantik. Menurut KBBI taksonomi dalam linguistik
adalah klasifikasi unsur bahasa menurut hubungan hierarkis: urutan satuan
fonologis atau geramatikal yang dimungkinkan dalam satuan bahasa. Kesalahan
berbahasa dapat disebabkan oleh tekanan bahasa pertama terhadap bahasa kedua.
Kesalahan berbahasa yang paling umum terjadi akibat penyimpangan kaidah
bahasa. Hal itu terjadi karena perbedaan kaidah (struktur) bahasa pertama
dengan bahasa kedua. Dalam pengajaran bahasa, kesalahan berbahasa
disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya: kurikulum, guru, pendekatan,
pemilihan bahan ajar, serta cara pengajaran bahasa yang kurang tepat (Tarigan,
1997).

Burt, Dulay, maupun Krashen (1982) membedakan wilayah (taksinomi)


kesalahan berbahasa menjadi empat kesalahan atau kekhilafan, yaitu :
1. taksonomi kategori linguistik;
2. taksonomi kategori strategi performasi;
3. taksonomi kategori komparatif;
4. taksonomi kategori efek komunikatif.

Menurut Tarigan (1988: 87), kesalahan berbahasa erat kaitannya dengan


pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa pertama maupun pengajaran kedua.
Kesalahan berbahasa tersebut mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa.
Kesalahan berbahasa harus dikurangi bahkan dapat dihapuskan. Kesalahan-

13
kesalahan tersebut sering timbul dan banyak terjadi pada penulisan-penulisan
ilmiah.

Ada empat pengklasifikasian atau taksonomi kesalahan berbahasa yang


dikemukakan Tarigan (1988), antara lain:

(1) Taksonomi Kategori Linguistik;


(2) Taksonomi Siasat Permukaan;
(3) Taksonomi Komparatif; Dan
(4) Taksonomi Efek Komunikatif.

1. Taksonomi Siasat Permukaan


Taksonomi siasat permukaan (atau surface strategy taxonomy) menyoroti
bagaimana cara-caranya struktur-struktur permukaan berubah (Tarigan,
1988:148). Secara garis besarnya, kesalahan-kesalahan yang terkandung dalam
siasat permukaan ini adalah:

(1) Penghilangan
Kesalahan-kesalahan yang bersifat “penghilangan” ini ditandai oleh
ketidakhadiran suatu butir yang seharusnya ada dalam ucapan yang baik dan
benar.
Contoh kalimat:
Kami membeli makanan enak warung.
Kalimat tersebut mengalami #pendikarbahasa kerancuan makna karena
penghilangan butir kata (preposisi) yang tidak seharusnya terjadi.
Seharusnya kalimat yang benar adalah:
Kami membeli makanan di warung.

(2) Penambahan
Penambahan ini adalah kebalikan dari penghilangan, yaitu kesalahan yang
ditandai oleh hadirnya suatu butir atau unsur yang seharusnya tidak
muncul dalam ucapan yang baik dan benar.
Contoh kalimat:

14
Para mahasiswa-mahasiswa.
Banyak rumah-rumah.
Yang seharusnya:
Para mahasiswa atau mahasiswa-mahasiswa
Banyak rumah atau rumah-rumah

(3) Salah formasi


Kesalahan dalam penginformasian ini ditandai oleh pemakaian bentuk
morfem atau struktur yang salah. Jika dalam kesalahan penghilangan,
unsur itu tidak ada atau tidak tersedia sama sekali, maka dalam kesalahan
formasi ini sang pelajar menyediakan serta memberikan sesuatu,
walaupun hal itu tidak benar sama sekali.

(4) Salah susun


Ditandai oleh penempatan yang tidak benar bagi suatu morfem atau
kelompok morfem dalam suatu ucapan atau ujaran.
Contoh:
Para pelajar banyak melakukan kesalahan-kesalahan tertulis yang
merupakan terjemahan “kalamiah” atau terjemahan kata demi kata
struktur-struktur permukaan bahasa asli atau bahasa ibu.
(Tarigan, 1988:148-158)

2. Taksonomi Komparatif

Klasifikasi kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif (atau


comparative taxonomy) didasarkan pada perbandingan-perbandingan antara
struktur kesalahan-kesalahan B2 dan tipe-tipe konstruksi tertentu lainnya
(Tarigan, 1988:158). Sebagai contoh apabila menggunakan taksonomi komparatif
untuk mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan pelajar Indonesia yang belajar
bahasa Inggris, maka kita dapat membandingkan struktur kesalahan pelajar yang
memeroleh bahasa Inggris sebagai B1. Berdasarkan perbandingan tersebut maka
dalam taksonomi komparatif dapat dibedakan:

15
(1) Kesalahan Perkembangan
Kesalahan-kesalahan yang sama dengan yang dibuat oleh anak-anak yang
belajar bahasa sasaran sebagai B1 mereka.

(2) Kesalahan Antarbahasa


Kesalahan-kesalahan yang semata-mata mengacu pada kesalahan B2 yang
mencerminkan struktur bahasa asli atau bahasa ibi, tanpa menghiraukan
proses-proses internal atau kondis-kondisi eksternal yang menimbulkannya.
Kesalahan antarbahasa merupakan kesalahan yang sama dalam struktur bagi
kalimat atau frasa yang berekuivalen secara semantik dalam bahasa ibu sang
pelajar.
Contoh:
Dia datang Bandung dari.
Contoh di atas adalah ucapan dari seorang anak Karo yang belajar bahasa
Indonesia untuk mencerminkan susunan atau urutan kata frasa proposisi
dalam bahasa Karo (Bandung dariberarti ‘dari Bandung).

(3) Kesalahan Taksa


Kesalahan yang dapat diklasifikasikan sebagi kesalahan perkembangan
ataupun kesalahan antarbahasa.
Contoh: Konstruksi yang mencerminkan bahasa asli sang pelajar (misalnya
Medan) yang belajar bahasa Indonesia sebagai B1 mereka.
Menulis saya (Saya menulis)
Tidur dia (Dia tidur)
Pergi kami (Kami pergi).

(4) Kesalahan Lain


Menurut Dulay dan Burt (1974), dalam membuat analisis komparatif
kesalahan anak-anak, menyebutnya sebagai kesalahan unik yang mengacu
pada keunikannya bagi para pelajar B2.

16
Contoh di atas merupakan struktur bahasa yang digunakan seorang pelajar
dengan bahasa ibunya (Spanyol) dan juga tidak perkembangan B2 (seperti
She hungry dengan menghilangkan auxiliary). (Tarigan, 1988:158-163).

3. Taksonomi Efek Komunikatif

Taksonomi efek komunikatif memandang serta menghadapi kesalahan-


kesalahan dari perspektif efeknya terhadap penyimak atau pembaca (Tarigan,
1988:164).
Berdasarkan terganggu atau tidaknya komunikasi karena kesalahan-kesalahan
yang ada, maka dapatlah dibedakan dua jenis kesalahan, yaitu:

(1) Kesalahan Global


Kesalahan global adalah kesalahan yang memengaruhi kesalahan organisasi
kalimat sehingga benar-banar mengganggu komunikasi. Menurt Burt dan
Kiparsky, kesalahan gobal mencakup:
a. Salah menyusun unsur pokok.
Misalnya:
Bahasa Indonesia banyak orang disenangi.
Yang seharusnya:
Bahasa Indonesia disenangi banyak orang.
b. Salah menempatkan atau tidak memakai kata sambung.
Misalnya:
Tidak beli beras tadi, apa makan kita sekarang.
Yang seharusnya:
Kalu kita tidak membeli beras tadi, makan apa kita sekarang.
c. hilangnya ciri kalimat pasif.
Misalnya:
Rencana penelitian itu diperiksa pada pimpinan.
Yang seharusnya:
Rencana penelitian itu diperiksa oleh pimpinan.

(2) Kesalahan Lokal

17
Kesalahan lokal adalah kesalahan yang memengaruhi sebuah unsur dalam
kalimat yang biasanya tidak mengganggu komunikasi secara signifikan.
Kesalahan-kesalahan ini hanya terbatas pada suatu bagian kalimat saja, maka
Burt dan Kiparsky menyebutnya kesalahan “lokal”.
Dalam Bahasa Indonesia, contoh kesalahan lokal itu antara lain sebagai berikut.
Penyelesaikan tugas itu diselesaikannya dengan penuh semangat.
Jumlah mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh ribu.
Penyerahan hadiah diserahkan oleh Bapak Lurah.
Yang seharusnya:
Tugas itu diselesaikannya dengan penuh semangat.
Mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh ribu.
Hadiah diserahkan oleh Bapak Lurah.
(Tarigan, 1988: 164-166)

4. Taksonomi Kategori Linguistik


Taksonomi kategori linguistik mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan
berbahasa berdasarkan komponen linguistik atau unsur linguistik
#pendikarbahasa tertentu yang dipengaruhi oleh kesalahan. Komponen-
komponen linguistik mencakup fonologi (ucapan), sintaksis dan morfologi (tata
bahasa, gramatikal), semantik dan leksikon (makna dan kosakata), dan wacana
(gaya) (Tarigan, 1988:145).
Taksonomi kategori linguistik dijadikan sebagai dasar penelitian kesalahan
berbahasa. Unsur-unsur kesalahan berbahasa yang termasuk dalam kategori
linguistik adalah

1) KESALAHAN FONOLOGIS, yang mencakup ucapan bagi bahasa lisan, dan


ejaan bagi bahasa tulis.
2) KESALAHAN MORFOLOGIS, yang mencakup prefiks, infiks, sufiks,
konfiks, simulfiks, dan perulangan kata.
3) KESALAHAN SISNTAKSIS, yang mencakup frasa, klausa, kalimat.
4) KESALAHAN LEKSIKAL ATAU PILIHAN KATA (Tarigan, 1988:196).

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada pembahasan sebelumnya, kelompok kami menyimpulkan


bahwa pengertian Kalimat Efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah
bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Suatu kalimat
dinyatakan efektif apabila penerima pesan dapat menyampaikan kembali gagasan,
pesan, perasaan, pemberitahuan, atau argumentasi, sebagaimana seperti yang
dimaksud oleh si pemberi pesan. Dari berbagai literatur yang pernah dibaca, ada
beberapa ciri kalimat efektif, yakni paling tidak sebagai berikut: (1) kesatuan
gagasan, (2) keparalelan, (3) kehematan, (4) kecermatan, (5) kelogisan, (6)
kesepadanan, (7) kepaduan, dan (8) kesejajaran.

Pada pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan juga bahwa taksonomi


kategori linguistik mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan berbahasa
berdasarkan komponen linguistik atau unsur linguistik tertentu yang dipengaruhi
oleh kesalahan. Komponen-komponen linguistik mencakup fonologi (ucapan),
sintaksis dan morfologi (tata bahasa, gramatikal), semantik dan leksikon (makna
dan kosakata), dan wacana (gaya).

3.2 Saran

Demikianlah makalah yang kelompok kami susun. Kami tentunya masih


menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya krtik dan
saran yang membangun sehingga kami dapat memperbaiki kekurangan yang ada
pada makalah kami. Dan kami berharap makalah ini dapat berguna sebagaimana
mestinya. Terimakasih.

Semoga dengan adanya makalah kami ini tentang Kalimat Efektif dan
Analisis Kalimat, pembaca dapat memahami unsur-unsur kalimat efektif dan
dapat menganalisis kalimat secara tepat dan baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, S, dkk. 1984/985. Bahasa Indonesia: Kalimat Efektif. Jakarta:


Universitas Terbuka.
Arifin, E. Z. dan A. Tasai. 1987. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: MSP
Arifin, Zaenal dan Amran Tasai. 2005. Cermat Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Medi Yatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Chaer, Abdul. 2011. Ragam Bahasa Ilmiah. Jakarta: Rinneka Cipta.
Hikmat, Ade dan Nani Solihati. 2013 . Bahasa Indonesia. Jakarta: Kompas
Gramedia.
Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia: Sekolah Menengah Tingkat Atas.
Jakarta: Nusa Indah.
Nasucha, Yakub., Rohmadi, Muhammad, dan Wahyudi, Agus Budi. 2009. Bahasa
Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Media
perkasa.
Parto, P. (2020). Berkomunikasi Efektif dengan Kalimat Efektif dalam Bahasa
Tarigan. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Rineka Cipta : Jakarta
Wahyono Jati Agustinus, Analisis Kasus Surat Perkenalan Dan Permintaan
Penawaran Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Dan Sekretaris.
48 VOCATIO JURNAL ILMIAH ILMU ADMINISTRASI DAN
SEKRETARI.STIKS Tarakanita Jakarta

20

Anda mungkin juga menyukai