Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENGANTAR LINGUISTIK

KALIMAT EFEKTIF DAN ANALISIS KALIMAT

Dosen Pengampu:
Dr. Farida Ariyani, M.Pd
Dr. I Wayan Ardi Sumarta, M.Pd

Di susun Oleh:
Kelompok 8

1. Intan Arum Mustika (2313041020)


2. Hidy Silvia Roos (2313041082)
3. Novera Nurfitriza (2313041012)
4. Zahra Dea Zackia (2313041084)

PRODI STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehinga penyusun dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “KALIMAT EFEKTIF DAN ANALISIS KALIMAT”tepat
pada waktunya.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Membaca kritis. Adapun isi dari makalah yaitu menjelaskan tentang
Praktik membaca kritis teks berita. Penyusun berterima kasih kepada Dr. Farida
Ariyani, M.Pd dan Dr. I Wayan Ardi Sumarta, M.Pd selaku dosen mata kuliah
Membaca Kritis yang telah memberikan arahan serta bimbingan, dan juga kepada
semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam
penulisan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, sangatlah diharapkan saran dan kritik dari semua pihak agar makalah
ini menjadi lebih baik kedepannya.

Bandar Lampung, 29 September 2023

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

JUDUL.....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
2.1 Pengertian kalimat efektif.............................................................................2
2.2 Batasan kalimat efektif.................................................................................3
2.3 Syarat dalam kalimat efektf..........................................................................4
2.4 Taksonomi Analisis Kesalahan Berbahasa.................................................10
BAB III PENUTUP..............................................................................................14
3.1 Kesimpulan................................................................................................14
3.2 Saran..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan


pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara
tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca
dapatmemahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti
apa yangdimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-
kadang harapan itutidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau
pembaca tidak memahamiapa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan.
Supaya kalimat yang dibuat dapatmengungkapkan gagasan pemakainya
secara tepat, unsur kalimat yang digunakanharus lengkap dan eksplisit.
Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan.
Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perludimunculkan.
Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan
keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah.

Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang
sesuai denganfaktor-faktor penentu berkomunikasi dan benar dalam
penerapan aturan kebahasaannya.Apabila penggunaan bahasa, secara lisan
maupun tertulis menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi dan
kaidah bahasa, maka terjadilah kesalahan berbahasa.Kesalahan berbahasa
disebabkan oleh faktor pemahaman, kemampuan ataukompetensi. Apabila
pelajar belum memahami sistem linguistik bahasa yang sedangdipelajari, dia
sering membuat kesalahan tatkala menggunakan bahasa tersebut. Kesalahan
iniselalu berulang dan terjadi secara sistematis dan konsisten. Hal ini berlaku
umum, artinyaterjadi pada beberapa pelajar. Kesalahan berbahasa dapat
diperbaiki oleh guru melalui pengajaran remedial, latihan, dan praktik
berbahasa. Ada beberapa pengklasifikasian dalamkesalahan berbahasa. Pada
makalah ini, akan dibahas beberapa klasifikasi kesalahan berbahasa yang
dilakukan para penutur bahasa

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun beberapa topik permasalahan yang ditulis penyusun dalam makalah


ini yaitu

1.2.1 Pengertian kalimat efektif


1.2.2 Batasan kalimat efektif
1.2.3 Syarat kalimat efektif
1.2.4 Kesalahan dalam kebahasaan

1.3 Tujuan Masalah

Dari rumusan masalah diatas, penulis memiliki tujuan dalam pembuatan


makalah ini sebagai berikut :

1.3.1 Mengetahui kesalahan dalam kebahahasaan


1.3.2 Agar mengetahui arti dari pengertian kalimat efektif
1.3.3 Untuk mengetahui Batasan dalam kalimat efektif
1.3.4 Untuk mengetahui syarat dari kalimat efektif

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kalimat efektif

Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna


jika dipakai pada sasaran yang tepat. Pengertian efektif dalam kalimat adalah
dan ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam situasi
kebahasaan tertentu pula. Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa
ahli bahasa.

A. Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat –


syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup,
segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri
pemabaca (rahayu: 2007)
B. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan
mudah dipahami orang lain secara tepat (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan:
2001)
C. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai
dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin: 1989)
D. Kalimat efektif dipahami seabagai kalimat yang dapat menyampaikan
informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca.
Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)
E. kalimat efektif adalah kalimat yang tepat mengenai sasaran, kalimat yang
komunikatif, kalimat yang mudah dipahami, atau dalam batasan yang
lebih panjang dapat dikatakan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang
mudah dipahami dan pemahaman pendengar/pembaca (komunikan) sama
persis seperti yang ada dalam pikiran pembicara/penulis (komunikator). (P
Parto:2020)

Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi kalimat
efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas dan mudah dipahami, jadi kalimat

2
efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah
dipahami oleh pendengar atau pembaca.

2.2 Batasan kalimat efektif

Menurut (Akhadiah dkk., 1984/1985:1), Gagasan atau pikiran seseorang


dalam kegiatan berkomunikasi harus dinyatakan ke dalam bentuk kalimat.
Tidak dengan mempelajari teori pun seseorang bisa saja membuat kalimat.
Meskipun demikian, sudah benarkah kalimat yang digunakannya? Kebenaran
sebuah kalimat menuntut persyaratan gramatikal. Artinya bahwa penyusunan
kalimat haruslah memperhatikan kaidah-kaidah bahasa yang berlaku. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam penyusunan kalimat adalah:

(1) unsur yang harus ada dalam kalimat,


(2) kaidah ejaan, dan
(3) kaidah pemilihan diksi dalam kalimat (Akhadiah dkk., 1984/1985:1)

Menurut (P Parto:2020) Kalimat yang disusun dengan benar secara


gramatikal dan benar secara logikal akan dapat dengan mudah dipahami orang
lain secara tepat. Kalimat seperti itu dapatlah disebut sebagai kalimat efektif.
Sebuah kalimat efektif haruslah secara tepat dapat mewakili pikiran dan
keinginan komunikator (penulis atau pembicara). Artinya bahwa kalimat
efektif haruslah disusun dengan penuh kesadaran untuk mencapai
kesepahaman. Kebenaran gramatikal saja belum tentu menjamin efektivitas
sebuah kalimat. Kalimat Wahai Ibu yang saya hormati, sudilah kiranya Ibu
memberitahukan kepada saya berapakah gerangan harga satu kilogram telur
ayam ini? secara gramatikal tidak akan disalahkan. Akan tetapi, hal itu
dipandang tidak wajar manakala digunakan pada waktu berbelanja di pasar.
Jadi, apakah sebenarnya batasan kalimat efektif itu?

Kalimat efektif dikenal dalam hubungan fungsi bahasa sebagai media


komunikasi. Dalam hubungan ini, setiap kalimat terlibat dalam proses
decoding dan encoding (penyampaian dan penerimaan). Sesuatu yang

3
disampaikan dan diterima itu bisa berupa pemikiran, ide atau gagasan, pesan,
pengertian, atau sebuah informasi. Sebuah kalimat disebut efektif manakala
sanggup menciptakan proses penyampaian dan penerimaan itu berjalan
sempurna. Kalimat efektif mampu membuat isi atau maksud yang
disampaikannya itu tergambar dengan jelas dan lengkap dalam pikiran
komunikan, persis seperti yang dipikirkan komunikator.

Dari paparan di atas, Menurut (P Parto:2020) dapatlah dikatakan bahwa


kalimat efektif adalah kalimat yang tepat mengenai sasaran, kalimat yang
komunikatif, kalimat yang mudah dipahami, atau dalam batasan yang lebih
panjang dapat dikatakan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang mudah
dipahami dan pemahaman pendengar/pembaca (komunikan) sama persis
seperti yang ada dalam pikiran pembicara/penulis (komunikator).

2.3 Syarat dalam kalimat efektf

Menurut (P Parto:2020) Dengan demikian, jelaslah bahwa kalimat efektif


memerlukan beberapa persyaratan di samping persyaratan
gramatikal/struktural. Persyaratan-persyaratan itu kemudian dapat dikatakan
sebagai penanda atau ciri kalimat efektif. Dari berbagai literatur yang pernah
dibaca, ada beberapa ciri kalimat efektif, yakni paling tidak sebagai berikut:
(1) kelogisan, (2) kehematan, (3) kecermatan, (4) kesepadanan, (5)
kepaduan, dan (6) keparalelan. Lebih rinci ciri-ciri kalimat efektif tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Kelogisan
Kelogisan dalam kalimat efektif dimaksudkan sebagai ide yang ada dalam
kalimat itu dapat diterima akal sehat dan sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Kelogisan ini menjadi sangat penting dalam kalimat efektif. Kalimat yang
benar secara gramatikal bisa menjadi tidak efektif tanpa adanya kelogisan.
Misalnya seperti kalimat berikut ini.
Contoh:
-Pencuri berhasil ditangkap polisi

4
Secara gramatikal kalimat di atas tidak salah. Akan tetapi, jika dilihat dari
segi logika, kalimat itu terasa janggal dan tidak logis. Ketidaklogisan kalimat
itu terletak pada kata berhasil karena pencuri yang ditangkap polisi tentu
bukanlah suatu keberhasilan, melainkan justru merupakan
kegagalan. Kalimat tersebut akan menjadi logis kalau diubah menjadi seperti
di bawah ini.
Contoh:
(1a) Polisi berhasil menangkap pencuri. Atau
(1b) Pencuri berhasil melarikan diri dari kejaran polisi.

2. Kehematan.
Kehematan dalam kalimat efektif dimaksudkan sebagai penghindaran
penggunan kata, frasa, atau bentuk lain yang tidak perlu, sejauh tidak
menyalahi kaidah tatabahasa dan tidak sampai mengubah makna. Upaya kita
untuk melakukan penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindari
hal-hal sebagai berikut:
a) Pengulangan subjek yang tidak diperlukan. Misalnya:
“Karena saya datang agak terlambat, saya tidak dapat mengikuti acara
pertama”.
Kata saya yang berfungsi sebagai subjek pada anak kalimat tidak
diperlukan karena subjek yang sama sudah disebutkan pada induk
kalimatnya. Penyebutan kata saya pada anak kalimat di atas merupakan
pemborosan kata yang sebaiknya dihindari. Akan lebih hemat kalau
kalimat di atas diperbaiki sebagai berikut.
”Karena saya datang agak terlambat, saya tidak dapat mengikuti acara
pertama.”
b) Penggunaan superordinat pada hiponimi kata. Misalnya:
“Gadis itu sedang memetik sekuntum bunga mawar warna merah.”
Kata mawar pada kalimat di atas sudah mengandung makna /bunga/ dan
kata merah sudah mengandung makna /warna/.

5
Perbaikan kalimat-kalimat itu adalah sebagai berikut.
“Gadis itu sedang memetik sekuntum mawar merah”.

c) Kesinoniman dalam satu kalimat


Banyak kata bersinonim dalam bahasa Indonesia. Kata naik
besinonim dengan ke atas, kata hanya bersinonim dengan kata saja,
kata sejak bersinonim dengan kata dari dan mulai, kata demi bersinonim
dengan kata untuk, kata agar bersinonim dengan kata supaya, kata
adalah dan merupakan, dan masih banyak lagi kata bersinonim lain
dalam bahasa Indonesia yang kadang digunakan secara bersamaan
dalam sebuah kalimat. Hal ini tentunya menjadi pemborosan. Perhatikan
contoh kalimat di bawah ini.
Contoh: “Dia berkuliah di sini mulai sejak dari satu tahun yang
lalu”.
Kalimat di atas tidak efektif karena ada pemborosan kata, yaitu adanya
kata mulai, sejak, dan dari yang merupakan kata bersinonim.
Kalimat-kalimat di atas akan lebih efektif (hemat) kalau diperbaiki
menjadi seperti di bawah ini.
”Dia berkuliah di sini sejak satu tahun yang lalu”.
d) Penjamakan kata-kata yang sudah berbentuk jamak. Misalnya:
Contoh:
“Semua hal-hal penting harus dicatat”.
Kata semua pada kalimat di atas sudah mengandung makna jamak. Oleh
karena itu, tidak perlu lagi pengulangan yang bermakna jamak, sehingga
kalimat-kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi seperti di bawah ini.
“Semua hal penting harus dicatat”.

3. Kecermatan
Kecermatan dalam menyusun kalimat efektif juga sangat
diperlukan. Dalam hal ini kecermatan dimaknai tidak menimbulkan
pengertian ganda dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat di
bawah ini!
Contoh:

6
“Beliau adalah istri Pak Camat yang baru”.
Kalimat di atas mempunyai penafsiran ganda, yakni siapakah yang baru:
apakah Pak Camat itu yang baru menikah atau baru dilantik menjadi
camat?

Untuk menghindari penafsiran ganda itu, perlu digunakan tanda hubung


(-) seperti pada perbaikan kalimat di bawah ini.
“Beliau adalah istri-Pak Camat yang baru”. (bila yang baru adalah
istrinya) atau “Beliau adalah istri Pak Camat-yang baru”. (bila yang baru
adalah jabatan camatnya)
4. Kesepadanan
Ciri keempat yang menandai keefektifan sebuah kalimat adalah
kesepadanan. Kesepadanan dalam kalimat efektif dimaksudkan sebagai
keseimbangan antara pikiran dengan struktur bahasa yang digunakan.
Kesepadanan kalimat ini memiliki beberapa penanda sebagai berikut.
a) Kalimat yang sepadan memiliki subjek dan predikat yang jelas.
Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan
dengan menghindarkan penggunaan kata depan pada, kepada, bagi,
di, untuk, dalam, dan sebagainya di depan subjek. Misalnya:
Contoh:
“Dalam buku itu membahas pemanfaatan tenaga surya”.
Kata depan dalam pada kalimat di atas mengganggu kesepadanan
sebuah kalimat karena menyebabkan kalimat itu tidak bersubjek.
Kalimat tersebut akan lebih baik (sepadan) kalau kata depan dalam
dihilangkan sehingga menjadi seperti di bawah ini.
“Buku itu membahas pemanfaatan tenaga surya”.

b) Kalimat yang sepadan tidak memiliki subjek ganda. Misalnya


sebagai berikut.
Contoh:
“Anak itu rambutnya keriting”.

7
Kalimat di atas mempunyai subjek ganda: anak itu dan rambutnya.
Kalimat itu akan lebih baik kalau diubah menjadi seperti di bawah ini.
Anak itu berambut keriting. Atau Rambut anak itu keriting.
c) Penghubung intrakalimat (seperti sehingga, dan, atau, lalu,
kemudian, sedangkan, bahkan, jika, dll.) tidak digunakan pada
kalimat tunggal, misalnya sebagai berikut.
Contoh:
“Saya tidak bisa hadir dalam rapat itu. Sehingga saya tidak
mengetahui keputusan hasil rapat”.
Penggunaan kata sehingga dalam kalimat di atas tidaklah sepadan
karena kata sehingga merupakan kata penghubung intrakalimatyang
tidak bisa difungsikan sebagai penghubung antarkalimat. Perbaikan
terhadap kalimat itu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
menjadikan kalimat itu kalimat majemuk atau dengan mengganti
kata penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung
antarkalimat, seperti di bawah ini.
“Saya tidak bisa hadir dalam rapat itu. Oleh karena itu,
saya tidak mengetahui keputusan hasil rapat”
5. Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan dalam kalimat efektif ini adalah
kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang
disampaikan tidak terpecah-pecah. Penanda-penanda kalimat yang padu
dapat dipaparkan sebagai berikut.
a) Penanda pertama, kalimat yang padu tidak bertele-tele. Oleh karena
itu, hindari penggunaan kalimat yang panjang dan berbelit-belit.
Perhatikan kalimat berikut!
Contoh:
“Proses pemilihan dan penetapan bahasa kesatuan kita sangat
mudah; pada mana, masingmasing perjuangan, di mana rakyat
Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, yang senasib,
seperjuangan serta satu cita-cita, maka karena kesadaran tadi,
disertai pemikiran, maka rakyat Indonesia menetapkan Bahasa
Nasional tersebut sebagai bahasa kesatuan”.

8
Kita tentu bisa menilai bahwa kalimat di atas terlalu panjang dan
bertele-tele, sehingga susah untuk dipahami. Kalimat di atas akan
mudah dipahami apabila strukturnya disederhanakan atau dipecah
menjadi beberapa kalimat sehingga menjadi seperti berikut ini.
“Proses pemilihan dan penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa
kesatuan kita sangat mudah. Hal itu disebabkan oleh karena pada
masa-masa perjuangan, rakyat Indonesia yang tersebar dari Sabang
sampai Merauke merasakan senasib, seperjuangan serta satu cita-
cita. Dengan kesadaran itu dan disertai pemikiran yang mantap,
rakyat Indonesia menetapkjan bahasa Indonesia tersebut sebagai
bahasa kesatuan”.
b) Penanda kedua, kalimat yang padu menggunakan pola aspek + agen
+ verba secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat
persona. Misalnya sebagai berikut.
Contoh:
“Surat Anda saya sudah baca dan saya sudah pahami isinya”.
Kalimat tidak menunjukkan kepaduan karena aspek terletak di
antara agen dan verba. Kalimat itu akan menunjukkan kepaduan
kalau disusun seperti di bawah ini (mengikuti pola
aspek+agen+verba). “Surat Anda sudah saya baca dan sudah saya
pahami isinya”.
c) Penanda ketiga, kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah
kata antara predikat kata kerja transitif dan ojek penderita. Misalnya
seperti yang terlihat pada kalimat berikut ini.
Contoh:
“Seluruh sivitas akademika harus memahami akan statuta
kampusnya”.
Penggunaan kata akan pada kalimat di atas tidak diperlukan karena
kata kerja transitif memahami harus diikuti secara langsung oleh
objek penderita statuta kampusnya. Perbaikan kalimat tersebut
tampak pada kalimat berikut.
“Seluruh sivitas akademika harus memahami statuta kampusnya”.
6. Keparalelan

9
Keparalelan dalam kalimat efektif dimaksudkan sebagai kesamaan
atau kesejajaran bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Hal ini
berarti bahwa kalau bentuk pertama menggunakan ungkapan nominal,
bentuk kedua dan seterusnya hendaknya juga menggunakan bentuk
yang sama, yaitu bentuk nominal; kalau yang pertama menggunakan
bentuk verbal, hendaknya yang kedua dan seterusnya juga
menggunakan bentuk yang sama, yaitu bentuk verbal. Misalnya:
Contoh: Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah pengecatan
tembok, memasang penerangan, menguji sistem pembagian air, dan
pengaturan tata ruang.
Bila kita cermati, dalam kalimat di atas terdapat sebuah kata yang tidak
sejajar dengan bentuk kata yang lainnya yang sama-sama mewakili
fungsi pelengkap, yakni kata memasang dan menguji yang merupakan
bentuk verbal, padahal yang lainnya berbentuk nominal. Kalimat
tersebut akan lebih baik (menunjukkan adanya keparalelan) kalau
diubah menjadi seperti kalimat di bawah ini.
“Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah pengecatan tembok,
pemasangan penerangan, pengujian system”.

2.4 Taksonomi Analisis Kesalahan Berbahasa

Dalam bukunya yang berjudul “Common Error in Language Learning”


H.V. George mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa adalah pemakaian
bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan (unwanted form) khususnya
suatu bentuk tuturan yang tidak diinginkan oleh penyusun program dan guru
pengajaran bahasa. Bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan adalah
bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang dari kaidah bahasa baku. Hal ini
sesuai dengan pendapat Albert Valdman yang mengatakan bahwa yang
pertama-tama harus dipikirkan sebelum mengadakan pembahasan tentang
berbagai pendekatan dan analisis kesalahan berbahasa adalah menetapkan
standar penyimpangan atau kesalahan. Sebagian besar guru bahasa
Indonesia menggunakan kriteria ragam bahasa baku sebagai standar
penyimpangan.

10
1. Taksonomi Kategori Linguistik
Taksonomi kategori linguistik mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan
berbahasa berdasarkan komponen linguistik atau unsur linguistik tertentu
yang dipengaruhi oleh kesalahan. Komponen-komponen linguistik
mencakup fonologi (ucapan), sintaksis dan morfologi (tata bahasa,
gramatikal), semantik dan leksikon (makna dan kosakata), dan wacana
(gaya) (Tarigan, 1988:145). Taksonomi kategori linguistik dijadikan sebagai
dasar penelitian kesalahan berbahasa. Unsur-unsur kesalahan berbahasa
yang termasuk dalam kategori linguistik adalah
1. Kesalahan fonologis, yang mencakup ucapan bagi bahasa lisan, dan
ejaan bagi bahasa tulis.
2. Kesalahan morfologis, yang mencakup prefiks, infiks, sufiks, konfiks,
simulfiks, dan perulangan kata.
3. Kesalahan sisntaksis, yang mencakup frasa, klausa, kalimat.
4. Kesalahan leksikal atau pilihan kata (Tarigan, 1988:196).

2. Taksonomi Siasat Permukaan


Taksonomi siasat permukaan (atau surface strategy taxonomy) menyoroti
bagaimana cara-caranya struktur-struktur permukaan berubah (Tarigan,
1988:148). Secara garis besarnya, kesalahan-kesalahan yang terkandung
dalam siasat permukaan ini adalah:
a) penghilangan (omission) adalah kesalahan-kesalahan yang bersifat
“penghilangan” ini ditandai oleh ketidakhadiran suatu butir yang
seharusnya ada dalam ucapan yang baik dan benar. Contoh kalimat :
Kami membeli makanan enak warung. Kalimat tersebut mengalami
kerancuan makna karena penghilangan butir kata (preposisi) yang
tidak seharusnya terjadi. Seharusnya kalimat yang benar adalah: Kami
membeli makanan di warung. Ada beberapa morfem gramatikal yang
biasanya dihilangkan. Morfem gramatikal atau kata tugas dalam
bahasa indonesia antara lain adalah :

11
 Preposisi : di, ke, daripada, pada, dan lain-lain.
 konjungsi : dan, atau, tetapi, karena, sebab, jikalau, kalau,
walaupun dan lain-lain.
 artikel : si, sang,
Kesalahan berbahasa yang berupa penghilangan ini terdapat lebih
banyak dan lebih bervariasi selama tahap-tahap awal pemerolehan
Bahasa kedua (PB2) penghilangan kata penuh, walaupun agak khas
pad atahap-tahap pemerolehan bahasa pertama (PB1), tidaklah
sesering itu terjadi pada PB2 urutan ( sequential L2 acqusition atau
SLA) karena sang pelajar sudah tua dan sudah lebih dewasa secara
kognitif.
b) Penambahan (addition), penambahan ini adalah kebalikan dari
penghilangan, yaitu kesalahan penambahan ini ditandai oleh hadirnya
suatu butir atau unsur yang seharusnya tidak muncul dalam ucapan
yang baik dan benar.
 Penambahan Ganda Contoh kalimat: Para mahasiswa-
mahasiswa. Banyak rumah-rumah. Yang seharusnya: Para
mahasiswa atau mahasiswa-mahasiswa Banyak rumah atau
rumah rumah
 Regulasi Yaitu kesalahan yang disebabkan tidak keteraturan
kaidah bahasa, atau meneraturkan yang tidak teratur jika
terjadi kesalahan maka kesalahan itu bisa disebut kesalahan
regulasi.
Contoh : ”tiada yang tanpa kecuali”
 Penambahan Sederhana Yaitu kesalahan yang berupa
penambahan sederhana atau singgle editions meruakan
subkategori kesalahan penambahan. Segala kesalahan
penambahan yang tidaka dapat digolongkan sebagai
penandaan ganda atau regularisasi dapat disebut sebagai
kesalahan penambahan sederhana. Contoh :
Contoh: kita-kita ini mau menjenguk si Ani yang sedang
dirawat dirumah sakit. (kita)

12
c) Salah formasi (misformation), kesalahan misformation ini ditandai
oleh pemakaian bentuk morfem atau struktur yang salah. Kalau dalam
kesalahan penghilangan, unsur itu tidak ada atau tidak tersedia sama
sekali, maka dalam kesalahan formasi ini sang pelajar menyediakan
serta memberikan sesuatu, walaupun hal itu tidak benar sama sekali.
Contoh kalimat : The dog eated the chicken.
Ciri kala lalu diutamakan oleh pelajar pada verba “eated” padahal itu
tidak benar sama sekali; seharurnya ate, atau: The dog ate the chicken.
d) Salah susun (misodering) ditandai oleh penempatan yang tidak benar
bagi suatu morfem atau kelompok morfem dalam suatu ucapan atau
ujaran.
Contoh: I met there some Germans (kalimat)
Another my friend (frasa)
Para pelajar banyak melakukan kesalahan-kesalahan tertulis yang
merupakan terjemahan “kalamiah” atau terjemahan kata demi kata
struktur-struktur permukaan bahasa asli atau bahasa ibu. (Tarigan,
1988:148-158)

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa


Pengertian efektif dalam kalimat adalah dan ketepatan penggunaan kalimat dan
ragam bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan tertentu pula. Dari berbagai
literatur yang pernah dibaca, ada beberapa ciri kalimat efektif, yakni paling tidak
sebagai berikut: (1) kelogisan, (2) kehematan, (3) kecermatan, (4) kesepadanan,
(5) kepaduan, dan (6) keparalelan.

Pada pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan juga bahwa taksonomi


kategori linguistik mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan berbahasa
berdasarkan komponen linguistik atau unsur linguistik tertentu yang dipengaruhi
oleh kesalahan.

3.2 Saran

Demikianlah makalah yang kelompok kami susun. Kami tentunya masih


menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya krtik dan
saran yang membangun sehingga kami dapat memperbaiki kekurangan yang ada
pada makalah kami. Dan kami berharap makalah ini dapat berguna sebagaimana
mestinya. Terimakasih.

Semoga dengan adanya makalah kami ini tentang Kalimat efekteif dan
analisis kalimat, pembaca dapat memahami fungsi-fungsi yang ada didalam
Pengantar linguistik khususnya konsep berita sebagai penghibur serta azas
kebermanfaatan membaca kritis.

14
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, M. (2007). Bahasa Indonesia di perguruan tinggi. Grasindo.


Akhadiah, S, dkk. 1984/985. Bahasa Indonesia: Kalimat Efektif. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Arifin, E. Z. dan A. Tasai. 1987. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: MSP
Nasucha, Yakub., Rohmadi, Muhammad, dan Wahyudi, Agus Budi. 2009. Bahasa
Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Media
perkasa.
Parto, P. (2020). Berkomunikasi Efektif dengan Kalimat Efektif dalam Bahasa
Indonesia. Mediakom, 3(2), 167-179.
Tarigan. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Rineka Cipta : Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai