OLEH:
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt. karena atas berkat rahmat-Nya
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini yang berjudul
“Kalimat Efektif” sebagai tugas kelompok mata kuliah bahasa Indonesia. Makalah ini dapat
diselesaikan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ucapkan
terima kasih, terutama kepada ibu Roza Afifah, S.Pd., M.Hum. sebagai dosen pengampu
mata kuliah bahasa Indonesia yang telah memberi masukan demi kelancaran dan
kelengkapan makalah ini. Dalam penulisan makalah, penulis mendapatkan berbagai macam
kesulitan yaitu keterbatasan pengetahuan dan kemampuan. Oleh karena itu, kritik dan saran
pembaca sangat diharapkan oleh penulis.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dapat dikatakan komunikasi yang baik atau berhasil, apabila gagasan dapat
diterima sebagaimana yang dimaksud/diinginkan. Dalam kehidupan sehari-hari,
kita kerap menggunakan bahasa Indonesia. Ia merupakan bahasa yang penting di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dilihat dari kedudukannya dalam
khazanah kehidupan berbangsa dan bernegara, bahasa Indonesia memiliki dua
pengertian, yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara.
Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita mengenal bahasa lisan dan
bahasa tulisan. Kedua bahasa ini sering menimbulkan kesalahpahaman. Penggunaan
kalimat yang baik dan benar (yang disebut kalimat efektif) akan memudahkan
pemahanam orang lain sehingga kesalahpahaman yang sering terjadi dapat
terhindarkan.
Untuk menjadikan kalimat yang diucapkan atau ditulis mudah dimengerti oleh
orang lain, ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, kalimat tersebut secara
tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. Kedua, kalimat
tersebut sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran
pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
Faktor yang menjadikan gagasan diterima dengan baik adalah penggunaan kalimat
yang baik dan benar serta penggunaan huruf dan tanda baca yang sesuai dengan
kaidah tatabahasa.
1
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat
pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat
memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang
dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu
tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami
apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat
mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan
harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang
tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak
perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur
berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim,
1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak
memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain,
mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-
tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang
kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah
penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.
2
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi
rumusan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2. Apa saja syarat-syarat kalimat efektif?
3. Bagaimana struktur kalimat efektif?
4. Apa saja faktor pendukung kalimat efektif?
5. Apa saja faktor penyebab ketifakefektifan kalimat?
6. Apa contoh ketidakefektifan kalimat?
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat disimpulkan bahwa
tujuan dari makalah ini sebagai berikut:
1. Megetahui pengertian dari kalimat efektif
2. Mengetahui syarat-syarat yang dibutuhkan dalam kalimat efektif
3. Memahami struktur kalimat efektif
4. Mengetahui faktor pendukung kalimat efektif
5. Mengetahui faktor penyebab katidakefektifan kalimat
6. Mengetahui contoh kalimat efektif
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi kalimat
efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami. Jadi, kalimat efektif
adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh
pendengar atau pembaca.
2.3.1. Kesejajaran
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata
kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di-
pula.
1. Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu
menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi
menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
2.3.2. Kehematan
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata
yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud
kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
5
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata
mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.
2.3.3. Penekanan
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
1.Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang
penting di depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
2. Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –
lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
3. Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap
penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang
tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan
sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
4. Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau
berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan
menyeluruh.
6
2.3.4. Kelogisan
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam
kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda
mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
2.3.5. Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan)
dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh
kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
* Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu
tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan
menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang,
mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Benar)
* Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
7
* Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda
motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah
kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung
intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut:
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda
motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli
sepeda motor Suzuki.
* Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
2.3.6. Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan
dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau
bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
8
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili
predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat
itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak
sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan.
Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.
2.3.7. Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan
pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan.
Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai
cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
2. Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
9
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.
3. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
5. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
10
2.3.9. Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu
sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a. .Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara
berpikir yang tidak simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang
panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang
telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar
bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang
adil dan beradab
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara
tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
1. Surat itu saya sudah baca.
2. Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan
verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
1. Surat itu sudah saya baca.
2. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada
atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
1. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
2. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah
adat.
Seharusnya:
1. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
2. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
11
2.4. Struktur Kalimat Efektif
12
2.5. Faktor Pendukung Kalimat Efektif
Agar kalimat yang disusun dapat diterima dengan baik oleh lawan bicara, secara
garis besar, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar;
2) Penggunaan bahasa Indonesia yang baku;
3) Penggunaan ejaan yang disempurnakan;
13
tentu merupakan bahasa Indonesia yang benar, sebaliknya bahasa Indonesia yang
benar belum tentu juga merupakan bahasa Indonesia yang baik karena semua hal itu
bergantung pada situasi pemakaian dan kaidah- kaidah yang berlaku.
Sebagai contoh, situasi rapat dinas, seminar, atau penulisan karya ilmiah
adalah situasi pemakaian bahasa resmi. Dalam situasi resmi semacam itu, kita
dituintut menggunakan bahasa yang mencerminkan sifat keresmian, yaitu bahasa
baku. Apabila dalam situasi semacam itu kita tidak menggunakan bahasa baku,
misalnya menggunakan kata- kata dong, gimana, dibilang, dibikin, ngapain, dan
lain- lainnya, bahasa yang kita gunakan dapat berstruktur seperti :
a. "Kemarin telah dibilang oleh pembicara bahwa masalah itu sangat kompleks"
b. " Ngapain kamu kamu menanyakan masalah itu dalam seminar?,,
c. " Tadi jawabannya sudah dibikin komunikatif “
Secara tata bahasa, penempatan kata dibilang, ngapain, dibikinbenar tetapi secara
morfologis bentukan kata dibilang, dibikin, ngapainpun benar. Atas dasar
kenyataan itu, dapat dikatakan bahwa pemakaian bahasa tersebut benar, tetapi tidak
baik sebab dibilang, ngapain, dibikin, merupakan kata tidak baku, sementara
suasana tersebut merupakan suasana resmi.
Berdasarkan contoh di atas dapat dikatakan, bahwa penggunaan bahasa pada
kalimat- kalimat itu merupakan kalimat yang baik, tetapi tidak benar. Agar menjadi
benar, susunan kalimat itu seharusnya:
a. "Kemarin pembicara telah mengatakan bahwa masalah itu sangat kompleks"
b. "Mengapa kamu menanyakan masarah itu daram seminar?,,
c. " Tadi jawabannya sudah dibuat komunikatif,',
Dengan penjelasan dan contoh- contoh di atas dapatditegaskan, bahwa berbahasa
Indonesia yang baik dan benar kiata harus memperhatikan situasi pemakaian dan
kaidah yang digunakan. Dalam situasi resmi, kita harus menggunakan bahasa
Indonesia yang dapat mencerminkan sifat keresmian, yaitu menggunakan bahasa
yang baku.
14
Berbicara tentang bahasa baku berarti kita berada pada situasi formal, baik lisan
maupun tulis. Situasi formal yang paling mendukung pemakaian dan pembinaan
bahasa baku adalah dalam pendidikan. Kaidah bahasa baku tersebut paling lengkap
diberikan jika dibandingkan dengan ragam bahasa yang lain. Ragam itu tidak
hanya ditelaah dan diberikan, tetapi juga diajarkan disekolah. Apa yang dulu
disebut bahasa ‘Melayu Tinggi’ dikenal juga sebagai bahasa sekolah. Sejarah
umum perkembangan bahasa menunjukkan, bahwa ragam itu memperoleh gengsi
dan wibawa yang tinggi karena ragam itu yang dipakai juga oleh kaum yang
berpendidikan dan kemudian menjadi pemuka dalam berbagai bidang kehidupan
yang penting. Umumnya, pemuka masyarakat yang berpendidikan terlatih dalam
ragam sekolah. Ragam itulah yang dijadikan bandingan bagi pemakaian bahasa
yang benar. Fungsinya sebagai tolok ukur dalam menghasilkan nama bahasa baku
atau bahasa standar baginya. Oleh karena itu, di Indonesia, semua proses
pembakuan hendaknya bermula pada ragam bahasa pendidikan dengan berbagai
coraknya.
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian
besar masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan
norma bahasa dalam penggunaannya. Ragam baku mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut:
a) Kemantapan Dinamis
Ragam bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis berupa kaidah dan aturan
yang tetap. Baku dan standar tidak dapat berubah setiap saat. Kaidah pembentukan
kata yang memunculkan bentuk perasa, petani, pesuruh, perumus, dan sebagainya
dengan taat asas harus dapat menghasilkan bentuk perajin, perusak, petenis,
pesepak bola, bukan pengrajin, pengrusak, penenis, penyepak bola, dan lain-lain.
Kehomoniman yang timbul akibat penerapan kaidah bukan alasan yang cukup kuat
untuk menghalalkan penyimpangan itu. Bahasa mana pun tidak dapat luput dari
kehomoniman. Kalau kita berpegang pada sifat mantap, kata pengrajin dan
pengrusak tidak dapat diterima. Demikian pula, bentuk-bentuk lepas pantai, lepas
tangan, lepas landas merupakan contoh kemantapan bahasa baku.
15
b) Cendekia
Ragam bahasa baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-
tempat resmi. Perwujudan dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang
lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan
masuk akal. Proses pencendekiaan bahasa itu sangat penting karena pengenalan
ilmu dan teknologi modern, yang kini umumnya masih bersumber pada bahasa
asing, harus dapat dilangsungkan melalui buku bahasa Indonesia. Penggunaan
ragam bahasa yang cendekia oleh pembicara atau penulis dapat memberikan
gambaran yang ada dalam otak pendengar atau pembaca. Dalam hal ini, tidak ada
penafsiran tertentu terhadap sebuah bentuk bahasa.
c) Seragam
Ragam baku bersifat seragam. Artinya, proses pembakuan adalah proses
penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-
titik keseragaman. Pelayan pada pesawat terbang dianjurkan untuk memakai istilah
pramugara dan pramugari. Andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan
pesawat terbang disebut steward dan stewardes dan penyerapan itu seragam, kata
itu menjadi ragam baku. Akan tetapi, kata steward dan stewardes sampai saat ini
tidak disepakati untuk dipakai. Pusat Bahasa pernah menganjurkan untuk
menggunakan kata sangkil dan mangkus sebagai pengganti kata efektif dan efisien,
namun sampai sekarang pemakai bahasa tidak pernah menindaklanjuti pemakaian
kedua kata tersebut. Sebagaimana telah diungkapkan, bahwa bahasa baku/resmi/
standar digunakan pada situasi resmi. Bahasa Indonesia baku mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut.
16
pada bunyi-bunyi: b, d, j, dan g. Apabila bunyi-unyi tersebut pada awal nama-nama
kota atau tempat, misalnya: mBandung, mBali, nDemak, nJombang, nJepara,
ngGarut, ngGombong,… Demikian pula, ucapan pada kata-kata bersuku
tertutup/suku mati dengan fonem akhir /b/, /d/, dan /g/, ketiga fonem ini dilafalkan
/p/, /t/, dan /k/. Misalnya pada kata: bab, murid, gedebeg, ajeg, bap, murit,
gedebek, ajek. Pada masyarakat Bali, ucapan yang bersifat kedaerahan adalah
pelafalan fonem (t). Dalam pengucapan kata-kata yang mengandung fonem (t),
ujung lidah sebagai artikulator seharusnya menyentuh lengkung kaki gigi depan
atas. Jadi, ujung lidah tidak menyentuh langit-langit keras. Ucapkanlah: satu, tante,
sate, sabtu, seratus satu,… Demikian pula, ucapan fonem (e) (pelajaran) yang
sering diucapkan pelajaran oleh etnis lain merupakan ucapan tidak benar/tidak
baku. Ucapan malem, seger, sayur bayem, tivi, supra ik,… merupakan beberapa
ucapan tidak baku.
17
Unsur gramatikal adalah unsur yang bersifat ketatabahasaan (pembentukan kata
atau kalimat).
Contoh:
Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku
a. Rumahnya orang itu bagus. a. Rumah orang itu bagus.
b. Ia benci sama saya. b. Ia benci kepada saya.
c. Dik, bapaknya kamu ada? c. Dik, bapakmu ada?
e) Pemakaian konjungsi bahwa atau karena (bila ada) secara eksplisit dan
konsisten.
Contoh:
Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku
a. Hari ini mereka tidak masuk a. Hari ini mereka tidak masuk
m e r e k a sakit. karena sakit.
b. Harap j angan ramai di sini ada b. Harap jangan ramai karena di
ujian sini ada ujian
i ini
18
f) Pemakaian awalan meN- ; di- atau ber- (bila ada) secara eksplisit dan
konsisten.
Contoh:
Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku
a. Anak-anak tamatan SMA banyak a. Anak-anak tamatan SMA banyak
kerja di toko. bekerja di toko.
b. Untuk urusan itu saya tidak mau b. Untuk urusan itu, saya tidak mau
ambil risiko. mengambil risiko.
19
Contoh:
Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku
a. Pengamatan dia belum lakukan. a. Pengamatan belum dilakukan.
b. Permasalahan ini kami akan tutup
(D(ia belum melakukan pengamatan)
sampai di sini. b. Permasalahan ini akan kami tutup
sampai di sini.
20
Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku
a. Dia punya saudara a. Saudaranya
b. Dikasih komentar b. Dikomentari
c.
21
e. Keberatan artinya terlalu berat, kalau banyak muatan; seharusnya
berkeberatan.
1. Saya berkeberatan memenuhi permintaan Anda yang aneh itu.
2. Kalau tidak berkeberatan, datanglah pada HUT saya besok sore.
f. Pejabat - Penjabat
Kedua kata tersebut sering dikacaukan pemakaiannya. Pejabat berarti orang yang
mempunyai jabatan, sedangkan penjabat adalah orang yang pada suatu waktu
menjabat (sifatnya sementara). Jadi, penjabat berarti pejabat sementara.
1. Pejabat Rektor IKIPN Singaraja periode 2001-2005 adalah Prof. Dr. Nym.
Dantes.
2. Gubernur daerah itu sedang berduka, karena itu penjabat gubernur diutus
untuk mewakili rapat di pusat.
g. Pengacara dan Pembawa Acara
Pengacara berarti penasihat hukum, pembela perkara di pengadilan. Jika yang
dimaksud adalah protokol, maka sebutannya adalah pembawa acara atau pewara.
1. Pewara itu mempersilakan rektor untuk untuk memberikan sambutan.
2. Sekarang banyak pengacara yang materialistis.
h. Semena-mena dan Sewenang-wenang
Keduanya sering dikacaukan pemakaiannya, padahal kedua kata tersebut
mempunyai arti yang berlawanan. Sewenang-wenang/sesuka hati, berarti tidak
semena-mena.
1. Para teroris bom Bali diperlakukan secara semena-mena (artinya,
diperlakukan dengan cara baik).
2. Pemerintahan Saddam Husein sangat sewenang-wenang terhadap
rakyatnya.
i. Bangsa dan Rakyat.
Bangsa hanya satu dalam sebuah negara atau pemerintahan, sedangkan rakyat
ratusan juta jiwa jumlahnya.
1. Semoga seluruh bangsa Indonesia selalu jaya dan bersatu (seluruh bangsa,
berarti di Indonesia ada banyak bangsa).
22
2. Seluruh rakyat Indonesia diharapkan bersatu padu dan bahu-membahu
dalam membangun.
j. Ditugasi dan Ditugaskan
Kata ditugasi digunakan jika tugas yang harus kita lakukan datang (dibawakan)
kepada kita, sedangkan kata ditugaskan digunakan jika yang bergerak menuju ke
tempat tugas itu.
1. Para Kejur ditugasi menangani perpindahan mahasiswa antarjurusan.
2. Kami bertiga ditugaskan untuk magang BIPA di Yogyakarta.
k. Mengajar dan Mengajarkan
1. Ibu Rahayu mengajar murid-murid kelas 9.
2. Pak Made Buda mengajarkan bahasa Inggris di kelas 10 SMA Lab.
i. Gaji dan Gajih
Gaji artinya upaya upah kerja yang dibayarkan dalam waktu yang tetap, sedangkan
gajih artinya lemak atau gemuk (Jawa).
1. Gaji pegawai negeri di seluruh tanah air standarnya sama.
2. Dokter melarangnya makan makanan yang bergajih.
m. Memenangkan dan Memenangi
Memenangkan artinya ‘membuat jadi menang’, sedangkan memenangi artinya
‘menang di atau menang pada’. Perhatikan contoh berikut!
1. Teknik yang serba tepatlah yang memenangkan Susi dalam pertandingan
itu.
2. Susi memenangi pertandingan itu. (bukan: Susi memenangkan pertandingan
itu).
n. Waris, Warisan, Mewarisi, Mewariskan, dan Pewaris
Waris berarti ’orang yang berhak menerima pusaka (peninggalan) orang yang telah
meninggal’.
1. Dia satu-satunya waris di keluarganya.
Warisan berarti ‘harta pusaka peninggalan’.
2. Warisan itu telah diserahkan kepada yang berhak menerimanya.
Mewarisi berarti ‘mendapatkan pusaka (peninggalan) dari …’
3. Tidak ada yang berhak mewarisi harta benda itu selain anak cucunya.
23
Mewariskan berarti ‘memberi pusaka (peninggalan) kepada …’
4. Saya akan mewariskan semua harta benda ini kepada Raminra.
5. Pewaris berarti ‘yang memberi pusaka (peninggalan)’
Panglima Besar Sudirman adalah pewaris perjuangan, melawan penjajahan
Belanda, bagi bangsa Indonesia.
o. Menanyakan dan Mempertanyakan
Menanyakan berarti ‘meminta keterangan tentang sesuatu’, sedangkan
mempertanyakan berarti ‘mempersoalkan’ atau menjadikan sesuatu sebagai bahan
bertanya-tanya’. Perhatikan contoh kalimat berikut!
1. Peserta itu menanyakan bantuan dana yang digunakan pemerintah.
2. Masyarakat mempertanyakan keberadaan pedagang kaki lima di
lingkungannya.
3)Penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan
a. Penulisan huruf
24
b) Penulisan Huruf Miring
1) Huruf miring dipakai menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar.
2) Huruf miring untuk menuliskan kata nama- nama ilmiah.
b. Penulisan Kata
1) Kata turunan
Penulisan imbuhan dirangkai dengan kata yang mengikutinya.Contoh:
Kata depan ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali daripada
dan kepada ( dianggap satu kata). Contoh:
Partikel lah, tah, kah, ditulis serangkai sedangkan per dan pun ditulis terpisah
dengan kata yang mendahuluinya. Contoh:
25
5) Kata- kata yang sering salah penulisannya
6) Ungkapan idiomatik
Ungkapan idiomatik yaitu pasangan tetap, pasangan yang selalu hadir bersama-
sama dalam kalimat.
Penggunaan tanda baca sangat mendukung keefektifan kalimat. Tanda- tanda yang
amat penting dalam mendukung keefektifan kalimat antara lain.
1. Tanda titik
2. Tanda koma
3. Tanda Tanya
4. Tanda seru
26
3. Budi membeli pena buku dan 3. Budi membeli pena, buku, dan tas.
Tanda titik koma, titik dua, tanda hubung (-), tanda kurung ( ), tanda garis
miring (/), tanda elepsis ( ... ), tanda pisah (- ). Contoh sebagai berikut:
27
predikat. jika salah satu unsur atau kedua unsur itu tidak ada maka kalimat itu
dikatakan tidak sempurna.
28
b. banyak siswa-siswa ( siswa-siswa sudah menunujukan banyak tidak perlu
lagi menggunakan kata banyak, boleh menggunakan kata banyak apabila
hanya menggunakan kata siswa saja " banyak siswa")
5. Kalimat bermakna tidak logis
Kalimat efektif harus dapat diterima oleh akal sehat atau bersifat logis.kalimat
berikut tergolong kalimat yang tidak logis." dengan mengucapkan syukur
alhamdulillah selesailah makalah ini."kalau kita perhatikan secara sepintas kalimat
diatas tampaknya tidak salah. akan tetapi, apabila diperhatikan lebih seksama
ternyata tidak masuk akal. seseorang untuk menyelesaikan sebuah makalah dia
harus bekerja dulu dan tidak mungkin makalah itu akan dapat selesai hanya dengan
membaca alhamdulilah. jadi supaya kalimat itu dapat diterima, kalimat itu dapat
diubah menjadi " syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah yang
Maha kuasa karena dengan ijinnya jualah makalah ini dapat diselesaikan.
29
berjudul ....Penggunaan kata “hasil penelitian” tidak perlu karena skripsi sudah
menunjukkan hasil penelitian, seharusnya
Skripsi ini berjudul ....
Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui....Penggunaan “adapun” di depan
“penelitian” menghilangkan fungsi “subyek” sehingga kalimatnya tidak jelas karena
tidak mengandung subjek. Menurut Putrayasa (2010: 52) subjek kalimat dapat
ditandai apabila dapat menjawab pertanyaan apa/siapa yang dinyatakan predikat.
Untuk itu, supaya jelas dapat menjawab petanyaan yang menunjukkan subyek “Apa
yang bertujuan mengetahui ....?” jawabannya: “penelitian ini”, kata ”adapun” harus
dihilangkan, begitu pun kata “bertujuan dan untuk” mengandung makna yang sama,
yaitu “maksud”,
seharusnya
Penelitian ini bertujuan mengetahui ...
30
Skripsi ini berjudul “Optimalisasi Pelaksanaan Standar Minimal Sektor Kesehatan
di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Seram Bagian Timur Provinsi Maluku”.
Penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan standar pelayanan minimal Rumah
Sakit Umum Daerah Seram Bagian Timur.
31
5. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif skripsi ini berjudul “PENEMPATAN JABATAN
STRUKTURAL BERBASIS KOMPETENSI DI LINGKUNGAN
SEKRETARIAT DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR”. Adapun
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses penempatan pejabat
struktural di Sekertariat ... yang meliputi:
Penggunaan kata „penelitian‟ yang diulang dalam satu tuturan termasuk pleonasme.
Kalimat panjang akan menyulitkan maksud kalimat tersebut sehingga tidak efektif.
Seharusnya setelah „deskriptif‟ mnggunakan titik sebagai akhir kalimat. Penulisan
judul skripsi dalam cetakan yang dikutip dalam tulisan seharusnya huruf awalnya
saja yang menggunakan huruf kapital dengan diapit tanda petik. Penggunaan kata
„adapun tujuan‟ sebagai predikat tidak sejajar dengan pembentukkan kata
sebelumnya yaitu ‟berjudul‟ yang membentuk verbal seharusnya pembentukkan
kata selanjutnya harus verbal yaitu „bertujuan‟. „Skripsi‟ sudah menunjukkan hasil
penelitian jadi tidak perlu diikuti kata‟ penelitian‟. Kata „tujuan‟ dengan „untuk‟
mengandung makna sama jadi tidak perlu digunakan lagi dalam satu tuturan. Kata
„yang‟ sebagai kata sandang tidak tepat dipergunakan pengantar keterangan
perincian „meliputi‟.
Perbaikannya
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Skripsi
ini berjudul “Penempatan Jabatan Struktural Berbasis Kompetensi di Lingkungan
Sekretariat Daerah Kota Pematangsiantar”. Penelitian ini bertujuan mengetahui
proses penempatan pejabat struktural di Sekertariat ... meliputi:
32
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau
pembicara secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran
tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimasud oleh
penulis atau pembicaranya.
2. Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S), prediket (P), objek (O),
pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).
3. Syarat-syarat kalimat efektif yaitu : Kesepadanan, keparalelan, ketegasan,
kehematan, kecermatan, kepaduan, kelogisan.
3.2. Saran
Penulis mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dalam pembuatan
makalah ini mengenai pengetahuan kelimat efektif. Penulis menyarankan kepada
semua pembaca untuk :
1. Mempelajari kalimat efektif dalam membuat kalimat. Dengan mempelajari
kalimat efektif diharapkan mahasiswa dan mahasiswi memiliki ketetapan dalam
menyampaikan dan menyusun suatu gagasan agar yang disampaikan mudah
dipahami dengan baik.
34
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia baku. Bandung: Pustaka Prima.
Finoza, Lamuddin. 2002.. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.
Rismawati. 2015. Penggunaan Kalimat Efektif Dalam Karya Ilmiyah Mahasiswa.
Jatinangor: Riksa Bahasa.
34