Anda di halaman 1dari 37

KALIMAT EFEKTIF

OLEH:

Aliya Izzati Mujahidah 1903113266


Arrazi Abdul Matin 1903111647
Gita Puspa Rahma Dewi 1903124518
Jihan Para Dibah 190311131

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


JURUSAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt. karena atas berkat rahmat-Nya
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini yang berjudul
“Kalimat Efektif” sebagai tugas kelompok mata kuliah bahasa Indonesia. Makalah ini dapat
diselesaikan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ucapkan
terima kasih, terutama kepada ibu Roza Afifah, S.Pd., M.Hum. sebagai dosen pengampu
mata kuliah bahasa Indonesia yang telah memberi masukan demi kelancaran dan
kelengkapan makalah ini. Dalam penulisan makalah, penulis mendapatkan berbagai macam
kesulitan yaitu keterbatasan pengetahuan dan kemampuan. Oleh karena itu, kritik dan saran
pembaca sangat diharapkan oleh penulis.

Pekanbaru, Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah .............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................................3
1.3. Tujuan Penulisan ........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN MASALAH........................................................................................4
2.1. Pengertian Kalimat Efektif .........................................................................................5
2.2. Syarat-syarat Kalimat Efektif .....................................................................................6
2.3. Ciri-ciri Kalimat Efektif ............................................................................................6
2.4. Struktur Kalimat Efektif .............................................................................................12
2.5. Faktor Pendukung Kalimat.........................................................................................13
2.6. Faktor Penyebab Ketidakefektifan Kalimat ...............................................................27
2.7. Contoh Ketidakefektifan Kalimat Pada Karya Ilmiah ...............................................29
BAB III PENUTUP .....................................................................................................................34
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................34
3.2. Saran ...........................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................35

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan
sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran,
keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang
digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang
dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau
pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan
kalimat efektif.

Dapat dikatakan komunikasi yang baik atau berhasil, apabila gagasan dapat
diterima sebagaimana yang dimaksud/diinginkan. Dalam kehidupan sehari-hari,
kita kerap menggunakan bahasa Indonesia. Ia merupakan bahasa yang penting di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dilihat dari kedudukannya dalam
khazanah kehidupan berbangsa dan bernegara, bahasa Indonesia memiliki dua
pengertian, yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara.

Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita mengenal bahasa lisan dan
bahasa tulisan. Kedua bahasa ini sering menimbulkan kesalahpahaman. Penggunaan
kalimat yang baik dan benar (yang disebut kalimat efektif) akan memudahkan
pemahanam orang lain sehingga kesalahpahaman yang sering terjadi dapat
terhindarkan.
Untuk menjadikan kalimat yang diucapkan atau ditulis mudah dimengerti oleh
orang lain, ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, kalimat tersebut secara
tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. Kedua, kalimat
tersebut sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran
pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
Faktor yang menjadikan gagasan diterima dengan baik adalah penggunaan kalimat
yang baik dan benar serta penggunaan huruf dan tanda baca yang sesuai dengan
kaidah tatabahasa.

1
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat
pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat
memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang
dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu
tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami
apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat
mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan
harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang
tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak
perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur
berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim,
1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak
memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain,
mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-
tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang
kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah
penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.

2
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi
rumusan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2. Apa saja syarat-syarat kalimat efektif?
3. Bagaimana struktur kalimat efektif?
4. Apa saja faktor pendukung kalimat efektif?
5. Apa saja faktor penyebab ketifakefektifan kalimat?
6. Apa contoh ketidakefektifan kalimat?

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat disimpulkan bahwa
tujuan dari makalah ini sebagai berikut:
1. Megetahui pengertian dari kalimat efektif
2. Mengetahui syarat-syarat yang dibutuhkan dalam kalimat efektif
3. Memahami struktur kalimat efektif
4. Mengetahui faktor pendukung kalimat efektif
5. Mengetahui faktor penyebab katidakefektifan kalimat
6. Mengetahui contoh kalimat efektif

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan


penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca .
Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan
menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata
lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau
pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran
tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis
atau pembicaranya.
Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna
jika dipakai pada sasaran yang tepat. Pengertian efektif dalam kalimat adalah dan
ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan
tertentu pula. Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa :
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat
komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar,
mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri
pembaca. (Rahayu: 2007)
2. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah
dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan:2001)
3. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan
kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin: 1989)
4. Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan
informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha,
Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)
5. Kalimat efektif di pahami sebagai sebuah kalimat yang dapat membantu
menjelaskan sesuatu persoalan secara lebih singkat jelas padat dan mudah di
mengerti serta di artikan. (ARIF HP: 2013)

4
Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi kalimat
efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami. Jadi, kalimat efektif
adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh
pendengar atau pembaca.

2.2. Syarat-syarat Kalimat Efektif


Kalimat efektif syarat-syarat sebagai berikut:
1. secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2. mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar
atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

2.3. Ciri-ciri Kalimat Efektif

2.3.1. Kesejajaran
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata
kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di-
pula.
1. Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu
menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi
menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

2.3.2. Kehematan
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata
yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud
kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.

5
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata
mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.

2.3.3. Penekanan
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
1.Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang
penting di depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
2. Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –
lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
3. Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap
penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang
tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan
sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
4. Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau
berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan
menyeluruh.

6
2.3.4. Kelogisan
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam
kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda
mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.

2.3.5. Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan)
dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh
kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
* Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu
tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan
menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang,
mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Benar)
* Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.

7
* Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda
motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah
kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung
intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut:
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda
motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli
sepeda motor Suzuki.
* Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.

2.3.6. Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan
dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau
bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.

8
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili
predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat
itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak
sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan.
Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.

2.3.7. Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan
pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan.
Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai
cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
2. Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:

9
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.
3. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
5. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.

2.3.8. Kecermatan dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata


Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan
tafsiran ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
1. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
2. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (1) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau
perguran tinggi.
Kalimat (2) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah
atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para
menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu
diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

10
2.3.9. Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu
sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a. .Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara
berpikir yang tidak simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang
panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang
telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar
bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang
adil dan beradab
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara
tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
1. Surat itu saya sudah baca.
2. Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan
verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
1. Surat itu sudah saya baca.
2. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.

c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada
atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
1. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
2. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah
adat.
Seharusnya:
1. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
2. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.

11
2.4. Struktur Kalimat Efektif

Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki


kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan
arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus
kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak
menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap
unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus
menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus
diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh
menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan
menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa
itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang
ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1. Buat Papa menulis surat saya.
2. Surat saya menulis buat Papa.
3. Menuis saya surat buat Papa.
4. Papa saya buat menulis surat.
5. Saya Papa buat menulis surat.
6. Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat
kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat)
tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-
kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai
bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan
struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan
pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha
mentaati hukum yang sudah dibiasakan.

12
2.5. Faktor Pendukung Kalimat Efektif

Agar kalimat yang disusun dapat diterima dengan baik oleh lawan bicara, secara
garis besar, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar;
2) Penggunaan bahasa Indonesia yang baku;
3) Penggunaan ejaan yang disempurnakan;

1) Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar


Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sudah lama
didengungkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Lahirnya konsep
bahasa Indonesia yang baik dan benar pada dasamya tidak terlepas dari konteks
pemakaian bahasa yang beragam, seperti bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa
Indonesia yang digunakan sesuai dengan situasi pemakaiannya, sedangkan bahasa
Indonesia yang digunakan sesuai dengan kaidah yang berlaku( Ida Bagus
Putrayasa,2007). Oleh karena itu, bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah
bahasa Indonesia yang penggunaannya sesuai dengan situasi pemakaiannya dan
sesuai kaidah yang berlaku. Situasi pemakaian berkaitan dengan masalah baku dan
tidak baku. Apabila situasinya resmi, seperti dalam pengajaran, kotbah, tapat, surat-
menyurat resmi, laporan resmi bahasa yang digunakan bahasa yang benar atau
baku. Sebaliknya, jika situasinya tidak resmi, misalnya di rumah, di pasar, di
tempat-tempat rekreasi, asal bahasa yang digunakan dapat dipahami oleh orang lain,
maka bahasa itu sudah tergolong baik. Kesalahan ucapan, atau kesalahan pilihan
kata, atau struktur kalimat yang asal komunikasi masih jalan, bahasa seseorang
sudah tergolong baik.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, bahwa bahasa Indonesia yang baik
belum

13
tentu merupakan bahasa Indonesia yang benar, sebaliknya bahasa Indonesia yang
benar belum tentu juga merupakan bahasa Indonesia yang baik karena semua hal itu
bergantung pada situasi pemakaian dan kaidah- kaidah yang berlaku.
Sebagai contoh, situasi rapat dinas, seminar, atau penulisan karya ilmiah
adalah situasi pemakaian bahasa resmi. Dalam situasi resmi semacam itu, kita
dituintut menggunakan bahasa yang mencerminkan sifat keresmian, yaitu bahasa
baku. Apabila dalam situasi semacam itu kita tidak menggunakan bahasa baku,
misalnya menggunakan kata- kata dong, gimana, dibilang, dibikin, ngapain, dan
lain- lainnya, bahasa yang kita gunakan dapat berstruktur seperti :
a. "Kemarin telah dibilang oleh pembicara bahwa masalah itu sangat kompleks"
b. " Ngapain kamu kamu menanyakan masalah itu dalam seminar?,,
c. " Tadi jawabannya sudah dibikin komunikatif “
Secara tata bahasa, penempatan kata dibilang, ngapain, dibikinbenar tetapi secara
morfologis bentukan kata dibilang, dibikin, ngapainpun benar. Atas dasar
kenyataan itu, dapat dikatakan bahwa pemakaian bahasa tersebut benar, tetapi tidak
baik sebab dibilang, ngapain, dibikin, merupakan kata tidak baku, sementara
suasana tersebut merupakan suasana resmi.
Berdasarkan contoh di atas dapat dikatakan, bahwa penggunaan bahasa pada
kalimat- kalimat itu merupakan kalimat yang baik, tetapi tidak benar. Agar menjadi
benar, susunan kalimat itu seharusnya:
a. "Kemarin pembicara telah mengatakan bahwa masalah itu sangat kompleks"
b. "Mengapa kamu menanyakan masarah itu daram seminar?,,
c. " Tadi jawabannya sudah dibuat komunikatif,',
Dengan penjelasan dan contoh- contoh di atas dapatditegaskan, bahwa berbahasa
Indonesia yang baik dan benar kiata harus memperhatikan situasi pemakaian dan
kaidah yang digunakan. Dalam situasi resmi, kita harus menggunakan bahasa
Indonesia yang dapat mencerminkan sifat keresmian, yaitu menggunakan bahasa
yang baku.

2) Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baku

14
Berbicara tentang bahasa baku berarti kita berada pada situasi formal, baik lisan
maupun tulis. Situasi formal yang paling mendukung pemakaian dan pembinaan
bahasa baku adalah dalam pendidikan. Kaidah bahasa baku tersebut paling lengkap
diberikan jika dibandingkan dengan ragam bahasa yang lain. Ragam itu tidak
hanya ditelaah dan diberikan, tetapi juga diajarkan disekolah. Apa yang dulu
disebut bahasa ‘Melayu Tinggi’ dikenal juga sebagai bahasa sekolah. Sejarah
umum perkembangan bahasa menunjukkan, bahwa ragam itu memperoleh gengsi
dan wibawa yang tinggi karena ragam itu yang dipakai juga oleh kaum yang
berpendidikan dan kemudian menjadi pemuka dalam berbagai bidang kehidupan
yang penting. Umumnya, pemuka masyarakat yang berpendidikan terlatih dalam
ragam sekolah. Ragam itulah yang dijadikan bandingan bagi pemakaian bahasa
yang benar. Fungsinya sebagai tolok ukur dalam menghasilkan nama bahasa baku
atau bahasa standar baginya. Oleh karena itu, di Indonesia, semua proses
pembakuan hendaknya bermula pada ragam bahasa pendidikan dengan berbagai
coraknya.
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian
besar masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan
norma bahasa dalam penggunaannya. Ragam baku mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut:

a) Kemantapan Dinamis
Ragam bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis berupa kaidah dan aturan
yang tetap. Baku dan standar tidak dapat berubah setiap saat. Kaidah pembentukan
kata yang memunculkan bentuk perasa, petani, pesuruh, perumus, dan sebagainya
dengan taat asas harus dapat menghasilkan bentuk perajin, perusak, petenis,
pesepak bola, bukan pengrajin, pengrusak, penenis, penyepak bola, dan lain-lain.
Kehomoniman yang timbul akibat penerapan kaidah bukan alasan yang cukup kuat
untuk menghalalkan penyimpangan itu. Bahasa mana pun tidak dapat luput dari
kehomoniman. Kalau kita berpegang pada sifat mantap, kata pengrajin dan
pengrusak tidak dapat diterima. Demikian pula, bentuk-bentuk lepas pantai, lepas
tangan, lepas landas merupakan contoh kemantapan bahasa baku.

15
b) Cendekia
Ragam bahasa baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-
tempat resmi. Perwujudan dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang
lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan
masuk akal. Proses pencendekiaan bahasa itu sangat penting karena pengenalan
ilmu dan teknologi modern, yang kini umumnya masih bersumber pada bahasa
asing, harus dapat dilangsungkan melalui buku bahasa Indonesia. Penggunaan
ragam bahasa yang cendekia oleh pembicara atau penulis dapat memberikan
gambaran yang ada dalam otak pendengar atau pembaca. Dalam hal ini, tidak ada
penafsiran tertentu terhadap sebuah bentuk bahasa.

c) Seragam
Ragam baku bersifat seragam. Artinya, proses pembakuan adalah proses
penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-
titik keseragaman. Pelayan pada pesawat terbang dianjurkan untuk memakai istilah
pramugara dan pramugari. Andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan
pesawat terbang disebut steward dan stewardes dan penyerapan itu seragam, kata
itu menjadi ragam baku. Akan tetapi, kata steward dan stewardes sampai saat ini
tidak disepakati untuk dipakai. Pusat Bahasa pernah menganjurkan untuk
menggunakan kata sangkil dan mangkus sebagai pengganti kata efektif dan efisien,
namun sampai sekarang pemakai bahasa tidak pernah menindaklanjuti pemakaian
kedua kata tersebut. Sebagaimana telah diungkapkan, bahwa bahasa baku/resmi/
standar digunakan pada situasi resmi. Bahasa Indonesia baku mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut.

a) Memakai ucapan baku


Ucapan baku / benar berkaitan dengan penggunaan bahasa lisan. Sampai sekarang
pembakuan pelafalan atau ucapan agak sulit dilakukan. Sebagai acuan, pelafalan
yang baik adalah penafsiran yang tidak terpengaruh oleh ucapan-ucapan bahasa
daerah. Pada masyarakat Jawa, misalnya muncul bunyi-bunyi sengau seartikulasi

16
pada bunyi-bunyi: b, d, j, dan g. Apabila bunyi-unyi tersebut pada awal nama-nama
kota atau tempat, misalnya: mBandung, mBali, nDemak, nJombang, nJepara,
ngGarut, ngGombong,… Demikian pula, ucapan pada kata-kata bersuku
tertutup/suku mati dengan fonem akhir /b/, /d/, dan /g/, ketiga fonem ini dilafalkan
/p/, /t/, dan /k/. Misalnya pada kata: bab, murid, gedebeg, ajeg, bap, murit,
gedebek, ajek. Pada masyarakat Bali, ucapan yang bersifat kedaerahan adalah
pelafalan fonem (t). Dalam pengucapan kata-kata yang mengandung fonem (t),
ujung lidah sebagai artikulator seharusnya menyentuh lengkung kaki gigi depan
atas. Jadi, ujung lidah tidak menyentuh langit-langit keras. Ucapkanlah: satu, tante,
sate, sabtu, seratus satu,… Demikian pula, ucapan fonem (e) (pelajaran) yang
sering diucapkan pelajaran oleh etnis lain merupakan ucapan tidak benar/tidak
baku. Ucapan malem, seger, sayur bayem, tivi, supra ik,… merupakan beberapa
ucapan tidak baku.

b) Memakai ejaan resmi


bahasa baku memakai ejaan resmi, dalam hal ini Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Penggunakan EYD menyangkut bahasa Indonesia ragam tulis.
Masalah penggunaan EYD ini sudah dibahas pada bab sebelumnya.

c) Terbatasnya unsur-unsur bahasa daerah, baik leksikal maupun gramatikal


Unsur-unsur leksikal adalah unsur bahasa yang berupa kata, terutama kata-kata
daerah atau kata-kata dalam bahasa gaul yang dapat merusak eksistensi bahasa
Indonesia. Kata-kata berikut ini hendaknya dihindari pemakaiannya dalam situasi
resmi. Misalnya:
Kata daerah seharusnya
a. Ketemu a. Bertemu
b. Situ b. Kamu
c. Bikin c. Membuat
d. Bilang d. Mengatakan
e. Sistim e. Sistem

17
Unsur gramatikal adalah unsur yang bersifat ketatabahasaan (pembentukan kata
atau kalimat).
Contoh:
Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku
a. Rumahnya orang itu bagus. a. Rumah orang itu bagus.
b. Ia benci sama saya. b. Ia benci kepada saya.
c. Dik, bapaknya kamu ada? c. Dik, bapakmu ada?

d) Pemakaian fungsi gramatikal (subyek, predikat,…) secara eksplisit dan


konsisten.
Dalam pembentukan kalimat, kalau memang diperlukan, subyek, predikat, obyek
hendaknya disajikan secara eksplisit/nyata dan ajeg.
Contoh:
Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku
a. Kepada Bapak Rektor kami silakan. a. Bapak Rektor kami silahkan.
b. Kampus UNY yang megah itu. b. Kampus UNY itu megah
c. Penyusunan makalah itu saya dibantu
c. Dalam penyusunan makalah
Nana.
itu, saya dibantu Nana

e) Pemakaian konjungsi bahwa atau karena (bila ada) secara eksplisit dan
konsisten.
Contoh:
Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku
a. Hari ini mereka tidak masuk a. Hari ini mereka tidak masuk
m e r e k a sakit. karena sakit.
b. Harap j angan ramai di sini ada b. Harap jangan ramai karena di
ujian sini ada ujian

i ini

18
f) Pemakaian awalan meN- ; di- atau ber- (bila ada) secara eksplisit dan
konsisten.
Contoh:
Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku
a. Anak-anak tamatan SMA banyak a. Anak-anak tamatan SMA banyak
kerja di toko. bekerja di toko.
b. Untuk urusan itu saya tidak mau b. Untuk urusan itu, saya tidak mau
ambil risiko. mengambil risiko.

g) Pemakaian partikel lah, kah, pun (bila ada) secara konsisten.


Contoh:
Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku
a. Kerjakan tugas itu dengan baik. a. a. Kerjakanlah tugas itu dengan baik.
b. Berapa harga bensin seliter? b. Berapakah harga bensin seliter?

h) Pemakaian kata depan, kata sambung secara tepat.


Contoh:
Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku
a. a. Di zaman sekarang tidak ada yang a. Pada zaman sekarang tidak ada yang
tidak mungkin. tidak mungkin.
b. b. Hal itu akan saya laporkan sama
b. b. Hal itu akan saya laporkan pada
atasan saya. atasan saya.
c.

i) Pemakaian pola: aspek-pelaku-tindakan secara konsisten.

19
Contoh:
Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku
a. Pengamatan dia belum lakukan. a. Pengamatan belum dilakukan.
b. Permasalahan ini kami akan tutup
(D(ia belum melakukan pengamatan)
sampai di sini. b. Permasalahan ini akan kami tutup
sampai di sini.

j) Menghindari pemakaian bentuk-bentuk yang mubazir atau bentuk


bersinonim.
Contoh:
para ibu-ibu, banyak orang-orang, para hadirin sekalian, semua rombongan,
serangkaian lagu-lagu, hanya…saja, sangat…sekali, kalau seandainya, demi untuk,
adalah merupakan, seperti misalnya, dan sebagainya.
Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku
a. Para hadirinmsekalian yang a. Hadirin yang saya hormati.
saya hormati. b. Seandainya (kalau) saya menjadi
b. Kalau seandainya saya menjadi bupati, akan saya bangun daerah
bupati,akan saya bangun daerah ini.
ini.

k) Menghindari pemakaian kalimat yang bermakna ganda (ambiguitas).


Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku
a. Anak-anak dilarang tidak boleh a. Anak-anak dilarang merokok.
merokok. b. Ibu Hendra sangat mencintai
b. Ibu Hendra sangat mencintai suaminya, saya juga mencintai suami
suaminya, saya juga. saya.

l) Memakai konstruksi sintesis.


Contoh:

20
Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku
a. Dia punya saudara a. Saudaranya
b. Dikasih komentar b. Dikomentari
c.

m) Kata-kata yang sering salah pemakaiannya


Kata-kata berikut ini sering digunakan secara salah. Meskipun demikian,
kebanyakan orang menganggap, bahwa hal itu bukan kesalahan karena
pemakaiannya sudah lazim seperti itu. Inilah disebut dengan membenarkan yang
lazim, atau membenarkan yang salah atau salah kaprah; bukan melazimkan yang
benar. Dalam pemakaian bahasa, kesalahan tersebut sering terjadi karena
ketidaktahuan pemakai bahasa.
Uraian berikut menjelaskan bagaimana kata-kata berikut seharusnya
digunakan agar sesuai dengan maknanya.
a. Acuh artinya peduli; diacuhkan artinya dipedulikan, diperhatikan, diindahkan.
1. Ketika saya berjumpa, dia sangat acuh (peduli).
2. Ketika saya tanya, dia acuh tak acuh (tidak peduli).
3. Nasihat kedua orang tuanya sangat diacuhkannya.
b. Dirgahayu berarti panjang umur, selamat selamanya.
1. Dirgahayu Republik Indonesia (bukan dirgahayu HUT RI).
2. Dirgahayu Radio Republik Indonesia.
c. Besok artinya hari setelah hari ini; bukan hari esok yang tidak dapat ditentukan.
Itu berarti besok jawa.
1. Besok aku datang ke rumahmu membawa laporan bulan ini. (hari setelah
hari ini).
2. Besok, kalau sudah diwisuda undang aku ya! (besok Jawa).
d. Diketemukan (tidak baku), seharusnya ditemukan.
1. Honda yang hilang sudah ditemukan oleh pihak yang berwajib.
2. Selamat jalan, sampai bertemu lagi (bukan…sampai ketemu lagi).

21
e. Keberatan artinya terlalu berat, kalau banyak muatan; seharusnya
berkeberatan.
1. Saya berkeberatan memenuhi permintaan Anda yang aneh itu.
2. Kalau tidak berkeberatan, datanglah pada HUT saya besok sore.
f. Pejabat - Penjabat
Kedua kata tersebut sering dikacaukan pemakaiannya. Pejabat berarti orang yang
mempunyai jabatan, sedangkan penjabat adalah orang yang pada suatu waktu
menjabat (sifatnya sementara). Jadi, penjabat berarti pejabat sementara.
1. Pejabat Rektor IKIPN Singaraja periode 2001-2005 adalah Prof. Dr. Nym.
Dantes.
2. Gubernur daerah itu sedang berduka, karena itu penjabat gubernur diutus
untuk mewakili rapat di pusat.
g. Pengacara dan Pembawa Acara
Pengacara berarti penasihat hukum, pembela perkara di pengadilan. Jika yang
dimaksud adalah protokol, maka sebutannya adalah pembawa acara atau pewara.
1. Pewara itu mempersilakan rektor untuk untuk memberikan sambutan.
2. Sekarang banyak pengacara yang materialistis.
h. Semena-mena dan Sewenang-wenang
Keduanya sering dikacaukan pemakaiannya, padahal kedua kata tersebut
mempunyai arti yang berlawanan. Sewenang-wenang/sesuka hati, berarti tidak
semena-mena.
1. Para teroris bom Bali diperlakukan secara semena-mena (artinya,
diperlakukan dengan cara baik).
2. Pemerintahan Saddam Husein sangat sewenang-wenang terhadap
rakyatnya.
i. Bangsa dan Rakyat.
Bangsa hanya satu dalam sebuah negara atau pemerintahan, sedangkan rakyat
ratusan juta jiwa jumlahnya.
1. Semoga seluruh bangsa Indonesia selalu jaya dan bersatu (seluruh bangsa,
berarti di Indonesia ada banyak bangsa).

22
2. Seluruh rakyat Indonesia diharapkan bersatu padu dan bahu-membahu
dalam membangun.
j. Ditugasi dan Ditugaskan
Kata ditugasi digunakan jika tugas yang harus kita lakukan datang (dibawakan)
kepada kita, sedangkan kata ditugaskan digunakan jika yang bergerak menuju ke
tempat tugas itu.
1. Para Kejur ditugasi menangani perpindahan mahasiswa antarjurusan.
2. Kami bertiga ditugaskan untuk magang BIPA di Yogyakarta.
k. Mengajar dan Mengajarkan
1. Ibu Rahayu mengajar murid-murid kelas 9.
2. Pak Made Buda mengajarkan bahasa Inggris di kelas 10 SMA Lab.
i. Gaji dan Gajih
Gaji artinya upaya upah kerja yang dibayarkan dalam waktu yang tetap, sedangkan
gajih artinya lemak atau gemuk (Jawa).
1. Gaji pegawai negeri di seluruh tanah air standarnya sama.
2. Dokter melarangnya makan makanan yang bergajih.
m. Memenangkan dan Memenangi
Memenangkan artinya ‘membuat jadi menang’, sedangkan memenangi artinya
‘menang di atau menang pada’. Perhatikan contoh berikut!
1. Teknik yang serba tepatlah yang memenangkan Susi dalam pertandingan
itu.
2. Susi memenangi pertandingan itu. (bukan: Susi memenangkan pertandingan
itu).
n. Waris, Warisan, Mewarisi, Mewariskan, dan Pewaris
Waris berarti ’orang yang berhak menerima pusaka (peninggalan) orang yang telah
meninggal’.
1. Dia satu-satunya waris di keluarganya.
Warisan berarti ‘harta pusaka peninggalan’.
2. Warisan itu telah diserahkan kepada yang berhak menerimanya.
Mewarisi berarti ‘mendapatkan pusaka (peninggalan) dari …’
3. Tidak ada yang berhak mewarisi harta benda itu selain anak cucunya.

23
Mewariskan berarti ‘memberi pusaka (peninggalan) kepada …’
4. Saya akan mewariskan semua harta benda ini kepada Raminra.
5. Pewaris berarti ‘yang memberi pusaka (peninggalan)’
Panglima Besar Sudirman adalah pewaris perjuangan, melawan penjajahan
Belanda, bagi bangsa Indonesia.
o. Menanyakan dan Mempertanyakan
Menanyakan berarti ‘meminta keterangan tentang sesuatu’, sedangkan
mempertanyakan berarti ‘mempersoalkan’ atau menjadikan sesuatu sebagai bahan
bertanya-tanya’. Perhatikan contoh kalimat berikut!
1. Peserta itu menanyakan bantuan dana yang digunakan pemerintah.
2. Masyarakat mempertanyakan keberadaan pedagang kaki lima di
lingkungannya.
3)Penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan

Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan adalah (1) penulisan


huruf, (2) penulisan kata, (3) penggunaan tanda baca. Penggunaan Ejaan
Yang Disempurnakan merupakan salah satu faktor pendukung keefektifan
kalimat.

a. Penulisan huruf

Dalam ejaan bahasa Indonesia yang disempumakan, penulisan huruf


mencakup (a)penulisan huruf capital, (b) penulisan huruf miring.

a) Penulisan huruf besar a tau huruf kapital

1) Huruf pertama awal kalimat


2) Huruf pertama pada nama orang, gelar, nama bangsan suku, dan bahasa.
3) Huruf pertama pada nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
4) Huruf pertama dalam nama khas geografi.
5) Huruf pertama setiap kata pada nama buku, artikel, judul, surat kabar, dan
judul karangan.
6) Huruf pertama pada sebutan kekerabatan atau sapaan.

24
b) Penulisan Huruf Miring
1) Huruf miring dipakai menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar.
2) Huruf miring untuk menuliskan kata nama- nama ilmiah.

b. Penulisan Kata
1) Kata turunan
Penulisan imbuhan dirangkai dengan kata yang mengikutinya.Contoh:

Penulisan yang salah Penulisan yang benar


1. Di makan 1.Dimakan
2. Ketidak adilan 2.Ketidakadilan
2) Kata Depan

Kata depan ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali daripada
dan kepada ( dianggap satu kata). Contoh:

Penulisan yang salah Penulisan yang benar


1. Lebih baik pergi dari pada 1. Lebih baik pergi daripada makan
makan hati. hati.
2. Ia pergi kejakarta 2. Ia pergi ke jakarta.
3) Partikel

Partikel lah, tah, kah, ditulis serangkai sedangkan per dan pun ditulis terpisah
dengan kata yang mendahuluinya. Contoh:

Penulisan yang salah Penulisan yang benar


1. Berapa kah harga gula itu? 1. Berapakah harga gula itu?
2. Apa lah arti hidup tanpa cinta 2. Apalah arti hidup tanpa cinta
4) Kata Bilangan

Penulisan kata bilangan dapat mengikuti cara berikut ini. Contoh:

Penulisan yang salah Penulisan yang benar


1. Abad ke 20 ini dikenal abad 1. Abad ke-20 ini dikenal abad
teknologi teknologi
2. Mobilnya keluaran tahun 90an. 2. Mobilnya keluaran tahun 90-an

25
5) Kata- kata yang sering salah penulisannya

Ucapan banyak pengaruhnya terhadap penulisan. Artinya bagaimana suatu kata


diucapkan, begitulah dituliskan orang.

Penulisan yang salah Penulisan yang benar/baku


Atlit, cuman, akhli, kaedah, apotik. Atlet, Cuma, ahli, kaidah, apotek,

6) Ungkapan idiomatik

Ungkapan idiomatik yaitu pasangan tetap, pasangan yang selalu hadir bersama-
sama dalam kalimat.

Penulisan yang salah Penulisan yang benar


1. Kesepakatan diambil sesuai 1. Kesepakan diambil sesuai
undang-undang. dengan undang-undang.
2. Kecelakaan itu disebabkan 2. Kecelakaan itu disebabkan
kelalaian pengemudi. oleh kelalaian pengemudi.

c. Penggunaan Tanda Baca

Penggunaan tanda baca sangat mendukung keefektifan kalimat. Tanda- tanda yang
amat penting dalam mendukung keefektifan kalimat antara lain.

1. Tanda titik
2. Tanda koma
3. Tanda Tanya
4. Tanda seru

Sebagai contoh di bawah ini disajikan tanda- tanda tersebut.

Penulisan yang salah Penulisan yang benar


1. Ani pergi ke Malang 1. Ani pergi ke Malang.

2. Beparakah uang Ani. 2. Berapakah uang Ani?

26
3. Budi membeli pena buku dan 3. Budi membeli pena, buku, dan tas.

tas. 4. Rudi lekas pulang!

4. Rudi lekas pulang.


Tanda baca yang juga menjadi pendukung keefektifan kalimat antara lain:

Tanda titik koma, titik dua, tanda hubung (-), tanda kurung ( ), tanda garis
miring (/), tanda elepsis ( ... ), tanda pisah (- ). Contoh sebagai berikut:

Penulisan yang salah Penulisan yang benar


1. Anak anak. 1. Anak-anak
2. Ketua Budi. 2. Ketua: Budi
3. Ia kulia di UNY Universitas 3. Ia kulia di UNY (Universitas
Negri Yogyakarta. Negri Yogyakarta)
4. Mahasiawa mahasiswi 4. Mahasiswa/mahasiswi
5. Ia dibesarkan di Pekanbaru 5. Ia dibesakan di Pekanbaru dari
dari 2000 2019 2000-2019
6. Hari semakin siang kami 6. Hari semakin siang; kami belum
belum juga berhasil juga berhasil
Tanda- tanda baca yang lain dapat dibaca dalam buku Tata Baku Bahasa
Indonesia atau Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ( EYD).

2.6. Faktor Penyebab Ketidakefektifan Kalimat


kalimat efektif merupakan kalimat yang dapat mengungkapkan gagsan
pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar atu pembaca secara
tepat pula. akan tetapai untuk membuat kalimat efektif tidaklah mudah.
menurut Nazar (1991: 44) ketidak efektifan kalimat dapat dikelomokkan menjadi
beberapa kelompok:

1. Ketidak kelengkapan unsur kalimat


kalimat efektif harus memiliki unsur-unsur yang lengkap dan eksplisit. untuk
itu kalimat efektif sekurang-kurangnya harus mengandung unsur subjek dan

27
predikat. jika salah satu unsur atau kedua unsur itu tidak ada maka kalimat itu
dikatakan tidak sempurna.

2. Kalimat dipengaruhi bahasa asing


dalam hal ini yang sering kita jumpai yaitu bahasa inggris, dalam karya ilmiah
sering dijumpai pemakaian bentuk-bentuk di mana, dalam mana, di dalam mana,
dari mana dan yang mana sebagai penghubung. menurut Ramlan (1994: 35)
penggunaan bentuk-bentuk tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh bahsa
asing, khususnya bahasa inggris. bentuk dimana sejajar dengan penggunaan where,
dalam mana dan di dalam mana sejajar dengan pengunaan which. dikatakan
dipengaruhi oleh bahasa inggris karena dalam bahasa inggris bentuk-bentuk itu
lazim digunakan sebagai penghubung.

3. Kalimat mengandung makna ganda


yaitu kalimat yang menimbulkan penafsiran makna yang lebih dari satu makna.
agar kalimat tidak menimbulkan tafsiran ganda, kalimat tersebut harus dibuat
selengkap mungkin atau menggunakan tanda baca tertentu.

4. Kalimat mengandung pleonasme


Kalimat pleonasme merupakan kalimat yang tidak ekonomis karena terdapat
kata-kata yang sebetulnya tidak perlu digunakan. merut Babudu (1983: 29)
timbulnya gejala pleonasme disebabkan oleh
(1) dua kata atau lebih yang sama maknanya dipakai sekaligus dalam suatu
ungkapan.
(2) dalam suatu ungkapn yang terdiri atas dua patah kata, kata kedua sebenarnya
tidak diperlukan lagi sebab maknanya sudah terkandung dalam kata yang pertama.
(3) bentuk kata yang dipakai mengandung makna yang sama sengan kata-kata yang
lain yang dipakai berama-sama dalam ungkapan itu.
contoh:
a. para hadirin ( hadirin sudah jamak, tidak perlu kata para lagi)

28
b. banyak siswa-siswa ( siswa-siswa sudah menunujukan banyak tidak perlu
lagi menggunakan kata banyak, boleh menggunakan kata banyak apabila
hanya menggunakan kata siswa saja " banyak siswa")
5. Kalimat bermakna tidak logis
Kalimat efektif harus dapat diterima oleh akal sehat atau bersifat logis.kalimat
berikut tergolong kalimat yang tidak logis." dengan mengucapkan syukur
alhamdulillah selesailah makalah ini."kalau kita perhatikan secara sepintas kalimat
diatas tampaknya tidak salah. akan tetapi, apabila diperhatikan lebih seksama
ternyata tidak masuk akal. seseorang untuk menyelesaikan sebuah makalah dia
harus bekerja dulu dan tidak mungkin makalah itu akan dapat selesai hanya dengan
membaca alhamdulilah. jadi supaya kalimat itu dapat diterima, kalimat itu dapat
diubah menjadi " syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah yang
Maha kuasa karena dengan ijinnya jualah makalah ini dapat diselesaikan.

6. Kalimat dengan struktur rancu


Kalimat rancu adalah kalimat yang kacau susunannya. menurut Badudu ( 1983:
21) timbulnya kalimat rancu disebabkan oleh:
a. pemakai bahasa tidak menguasai benar-benar strukutur bahasa Indonesia
yang baku, yang baik dan benar.
b. pemakai bahasa tidak memiliki cita rasa bahsa yang baik sehingga tidak
dapat merasakan kesalahan bahasa yang dibuatnya.
c. dapat juga kesalahan itu terjadi dengan sengaja
contoh:
"mahasiswa dilarang tidak boleh meropkok di ruang kelas"
kalimat di atas terjadi kerancuan karena pemakaian kata dilarang dan tidak boleh
disatukanpemakaiannya.

2.7. Contoh ketidakefektifan pada karya ilmiah

1. Skripsi hasil penelitian ini

29
berjudul ....Penggunaan kata “hasil penelitian” tidak perlu karena skripsi sudah
menunjukkan hasil penelitian, seharusnya
Skripsi ini berjudul ....
Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui....Penggunaan “adapun” di depan
“penelitian” menghilangkan fungsi “subyek” sehingga kalimatnya tidak jelas karena
tidak mengandung subjek. Menurut Putrayasa (2010: 52) subjek kalimat dapat
ditandai apabila dapat menjawab pertanyaan apa/siapa yang dinyatakan predikat.
Untuk itu, supaya jelas dapat menjawab petanyaan yang menunjukkan subyek “Apa
yang bertujuan mengetahui ....?” jawabannya: “penelitian ini”, kata ”adapun” harus
dihilangkan, begitu pun kata “bertujuan dan untuk” mengandung makna yang sama,
yaitu “maksud”,
seharusnya
Penelitian ini bertujuan mengetahui ...

3. Skripsi ini berjudul “OPTIMALISASI PELAKSANAAN STANDAR


MINIMAL SEKTOR KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR PROVINSI
MALUKU”. Dalam rangka pembuatan laporan dilakukan penelitian yang
berlokasi di Kabupaten Seram Bagian Timur untuk mengetahui deskripsi
pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Umum Daerah Seram
Bagian Timur.
Penulisan judul skripsi dalam cetakan yang dikutip dalam tulisan seharusnya huruf
awalnya saja yang menggunakan huruf kapital dengan diapit tanda petik.
Penggunaan kata
”Dalam rangka pembuatan laporan dilakukan...” berdasarkan struktur kalimat
penggunaan kata „dalam‟ tidak tepat karena tidak jelas subjek kalimatnya. Begitu
pun penggunaan kata „pembuatan laporan‟ termasuk pleonisme karena „skripsi‟
sudah menyatakan makna laporan hasil penelitian. Penggunaan kata „Seram Bagian
Timur‟ sudah menyatakan makna lokasi penelitian jadi tidak efektif bila digunakan
berulang dalam satu kalimat
Perbaikannya:

30
Skripsi ini berjudul “Optimalisasi Pelaksanaan Standar Minimal Sektor Kesehatan
di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Seram Bagian Timur Provinsi Maluku”.
Penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan standar pelayanan minimal Rumah
Sakit Umum Daerah Seram Bagian Timur.

4. Pemekaran Kecamatan Bacukiki Barat terjadi salah satunya dikarenakan


oleh jarak yang jauh antara masyarakat dengan unit pelayanan.
Penggunaan kata „dikarenakan‟ termasuk ragam cakapan jadi tidak tepat
dipergunakan dalam karya tulis ilmiah yang harus menggunakan bahasa baku.
Menurut KBBI (2006: 508) „dikarenakan‟ termasuk kata verba, kata kerja dan
termasuk ke dalam ragam cakapan yang dipergunakan dalam ragam tidak baku,
seharusnya kata penghubung untuk menandai sebab atau alasan yang dipergunkan
dalam konteks kata kerja, kata yang baku menggunakan disebabkan‟.
Perbaikannya
Pemekaran Kecamatan Bacukiki Barat terjadi disebabkan oleh jarak yang jauh
antara masyarakat dengan unit pelayanan.

5. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja aparatur kelurahan dalam


memberikan pelayanan di Kelurahan Belakang Balok kota Bukittinggi.
Penggunaan „bertujuan untuk‟ mengandung makna yang sama yaitu menyatakan
tujuan seharusnya pilihlah salah satunya. Penulisan „kota‟ kalau diikuti nama
kotanya seharusnya menggunakan huruf kapital.
Perbaikannya
Penelitian ini bertujuan mengetahui kinerja aparatur kelurahan dalam memberikan
pelayanan di Kelurahan
... pelayanan prima yang sudah ada. Ini terbukti melalui wawancara... Kata
penunjuk ‘ini’ bila dipergunakan sebagai pengantar antarkalimat seharusnya
menggunakan kata ‘hal ini’.
Perbaikannya
... pelayanan prima yang sudah ada. Hal ini, terbukti melalui wawancara...

31
5. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif skripsi ini berjudul “PENEMPATAN JABATAN
STRUKTURAL BERBASIS KOMPETENSI DI LINGKUNGAN
SEKRETARIAT DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR”. Adapun
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses penempatan pejabat
struktural di Sekertariat ... yang meliputi:
Penggunaan kata „penelitian‟ yang diulang dalam satu tuturan termasuk pleonasme.
Kalimat panjang akan menyulitkan maksud kalimat tersebut sehingga tidak efektif.
Seharusnya setelah „deskriptif‟ mnggunakan titik sebagai akhir kalimat. Penulisan
judul skripsi dalam cetakan yang dikutip dalam tulisan seharusnya huruf awalnya
saja yang menggunakan huruf kapital dengan diapit tanda petik. Penggunaan kata
„adapun tujuan‟ sebagai predikat tidak sejajar dengan pembentukkan kata
sebelumnya yaitu ‟berjudul‟ yang membentuk verbal seharusnya pembentukkan
kata selanjutnya harus verbal yaitu „bertujuan‟. „Skripsi‟ sudah menunjukkan hasil
penelitian jadi tidak perlu diikuti kata‟ penelitian‟. Kata „tujuan‟ dengan „untuk‟
mengandung makna sama jadi tidak perlu digunakan lagi dalam satu tuturan. Kata
„yang‟ sebagai kata sandang tidak tepat dipergunakan pengantar keterangan
perincian „meliputi‟.
Perbaikannya
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Skripsi
ini berjudul “Penempatan Jabatan Struktural Berbasis Kompetensi di Lingkungan
Sekretariat Daerah Kota Pematangsiantar”. Penelitian ini bertujuan mengetahui
proses penempatan pejabat struktural di Sekertariat ... meliputi:

32
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau
pembicara secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran
tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimasud oleh
penulis atau pembicaranya.
2. Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S), prediket (P), objek (O),
pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).
3. Syarat-syarat kalimat efektif yaitu : Kesepadanan, keparalelan, ketegasan,
kehematan, kecermatan, kepaduan, kelogisan.

3.2. Saran
Penulis mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dalam pembuatan
makalah ini mengenai pengetahuan kelimat efektif. Penulis menyarankan kepada
semua pembaca untuk :
1. Mempelajari kalimat efektif dalam membuat kalimat. Dengan mempelajari
kalimat efektif diharapkan mahasiswa dan mahasiswi memiliki ketetapan dalam
menyampaikan dan menyusun suatu gagasan agar yang disampaikan mudah
dipahami dengan baik.

34
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia baku. Bandung: Pustaka Prima.
Finoza, Lamuddin. 2002.. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.
Rismawati. 2015. Penggunaan Kalimat Efektif Dalam Karya Ilmiyah Mahasiswa.
Jatinangor: Riksa Bahasa.

34

Anda mungkin juga menyukai